“Diajukan sebagai salah satu dan syarat kelulusan mata kuliah Penulisan Ilmiah
Keperawatan pada Semester 4 Tahun Akademik 2020”
4C/ kelompok 7
2020
CONTOH KASUS
Seorang anak perempuan usia 5 tahun dibawa ibunya ke IGD RS pad tahun 2020
dengan keluhan mimisan beberapa menit yang lalu. Sebelumnya demam 4 hari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70mmHg, Nadi 120x/menit, RR 36x/menit, Suhu
38 derajat celcius, teraba hepar 3 cm di bawah arcus costae tepi tegas permukaan licin
konsistensi kenyal, akral hangat. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan HB 11
g/dL, Hematokrit 42%, Leukosit 2.300, Trombosit 95.000. Anak tersebut didiagnosis
dokter terkena DHF. Dokter menyarankan untuk mengkonsumsi jus jambu biji merah
untuk meningkatkan kadar Trombosit dan menambah cairan untuk mencegah terjadinya
defisit cairan.
KOMPONEN PICO
■ Keyword
■ Pertanyaan Klinis
Pada anak umur 5 tahun, apakah pemebrian jus jambu biji merah dapat
meningkatkan jumlah kadar Trombosit.
Konsumsi jus jambu biji Consumtion guava juice Consumtion guava juice
merah
KEYWOARD
JURNAL YANG DIPILIH
DAFTAR PUSTAKA
NOTULEN
1. P : Penyakit DHFF
I : Konsumsi (Terapi) jus jambu biji merah
C : Pemberian cairan
O : Peningkatan kadar trombosit
Pertanyaan : Mengapa mengkonsumsi (terapi) jus jambu biji lebih efektif untuk
meningkatkan kadar trombosit dibandingkan dengan pemberian cairan?
JURNAL
Nuh Huda
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Stikes Hang Tuah Surabaya
ABSTRAK
ABSTRACT
Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan masuk kedalam
pembuluh darah. Trombosit dan endotel diperkirakan mempunyai peran penting dalam
patogenesis, berdasarkan kenyataan bahwa pada DHF terjadi trombositopenia disertai
peningkatan permeabilitas kapiler. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/µL)
merupakan salah satu kriteria laboratoris disamping peningkatan hematokrit >20% dari
kriteria diagnosis DHF menurut WHO (2007). Para peneliti menyebutkan bahwa derajat
trombositopenia pada penderita demam berdarah cenderung berhubungan dengan beratnya
penyakit . Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue yang paling ditakutkan adalah
terjadinya perdarahan dan kebocoran plasma. yang dapat menyebabkan syok. Perdarahan
dapat terjadi akibat adanya trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit. Peneliti lain
menyebutkan adanya gangguan fungsi trombosit. Ditemukan komplek imun dipermukaan
trombosit diduga sebagai penyebab terjadinya agregasi trombosit yang kemudian akan
dimusnakan oleh sistem retikuloendotelia, terutama dalam limpa dan hati.
Pengobatan DHF pada dasarnya masih bersifat supportif atau simtomatis berdasarkan
kelainan utama yang terjadi yaitu berupa perembesan plasma akibat dari meningkatnya
permeabilitas vaskuler. Cairan awal sebagai pengganti volume plasma dapat diberikan garam
isotonik atau ringer laktat. Belum ada usaha pengobatan yang bersifat kuratif, baik dalam
mengatasi terjadinya perdarahan atau trombositophenia maupun dalam mengatasi kebocoran
plasma. Jambu merah merupakan salah satu alternatif dalam percepatan penyembuhan
penyakit DHF.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan beberapa tahun terakhir penggunaan
jambu merah dan ekstrak daun jambu biji untuk pengobatan DHF terutama dalam
meningkatkan jumlah trombosit mulai banyak digunakan baik oleh masyarakat maupun
dikalangan dunia kedokteran. Hal ini bisa disampaikan kepada tenaga kesehatan, penderita
DHF, dan keluarga penderita bahwa jambu merah dapat digunakan sebagai pengobatan DHF
dan terapi tambahan. Pemberian terapi tambahan jambu merah pada penderita DHF dengan
memberikan demonstrasi tentang cara pengolahan serta konsumsi sehingga penderita dapat
dengan mudah memanfaatkan buah jambu merah untuk meningkatkan trombosit. harganya
relatif murah karena bahannya mudah didapat, efek sampingnya hampir tidak terasa. Salah
satu tanaman yang mempunyai efek meningkatkan trombosit adalah jambu merah.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Quasy-Experimental dengan metode control
time desain untuk mengetahui pengaruh pemberian jambu merah terhadap peningkatan
trombosit pada anak DHF Penelitian ini terdapat dua responden yaitu kelompok eksperimen
yang diberikan intervensi dan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi. Pemilihan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih secara tidak random dan sesuai dengan
keinginan peneliti. Pengukuran dilakukan kepada kedua kelompok diawali dengan pre-test
setelah itu diberikan perlakuan kemudian dilakukan pengukuran kembali (post-test).
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan penderita DHF anak yang (+)
menderita DHF pada periode bulan april sampai dengan bulan juni sejumlah 20 orang. Hal ini
sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang mengatakan bahwa seluruh populasi
adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi
penelitian. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian penderita DHF pada anak, sejumlah
20 orang di Puskesmas Sedati Sidoarjo. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Nonprobability sampling dengan metode purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi,
2007: 183)
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independent dan variabel
dependent. Variabel indipendent nya adalah pemberian jus jambu merah pada kelompok
perlakuan dan kelompok intervensi. Variabel dependent nya adalah jumlah trombosit
sebelum dan sesudah perlakuan baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok
kontrol.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan adalah cek
laboratorium pada pengukuran trombosit. Untuk pemberian jus jambu merah menggunkan
gelas ukur, dan lembar observasi yang dikembangkan berdasarkan jumlah normal trombosit.
Setelah didapatkan sampel, dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan kriteria
inklusi yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kedua kelompok didata jumlah
trombosit awal (pre test) satu hari sebelum diberikan intervensi jambu merah yaitu pada
bulan april 2011. pengukuran jumlah trombosit awal (pre test) dilakukan pagi hari pukul
08.00-09.00 WIB. Kemudian pada bulan april 2011 kelompok perlakuan diberikan jus
jambu merah selama tiga hari dengan frekuensi dua kali sehari (pagi, sore). Setelah dilakukan
intervensi pemberian jus jambu merah selama 3 hari maka diteruskan dengan pengukuran
jumlah trombosit dengan cek darah akhir (post test) pada pukul 08.00-09.00 WIB..
Untuk mengetahui hubungan atau derajat kerataan antara variabel pemberian jus
jambu merah terhadap peningkatan trombosit pada anak DHF digunakan uji t test. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jambu merah terhadap
peningkatan trombosit pada penderita DHF di Puskesmas Sedati Sidoarjo. Untuk variabel
status trombosit, data yang diperoleh akan dikelompokkan dan ditabulasi frekuensi dalam
bentuk mutlak dan angka korelatif %. Data yang sudah dianalisa diuji dengan menggunakan
data Uji-t dua sampel berpasangan uji ini memiliki fungsi untuk mengetahui perbedaan
sebelum & sesudah dilakukan perlakuan sampel/kelompok perlakuan. Hasilnya uji-t sampel
berpasang adalah ρ= 0,05 maka ada perbedaan jumlah trombosit sebelum dan sesudah
dilaksananakan pemberian jus jambu merah. Untuk uji-t sampel bebas untuk mengetahui
perbedaan pada dua sampel/kelompok perlakuan hasilnya uji homogen varians ρ = 0,05 ,
maka varians homogen, maka uji t-2 sampel bebas adalah liat baris pertama adalah ρ ≤ 0,05
maka jus jambu merah efektif terhadap peningkatan trombosit pada anak DHF.
Variabel penelitian meliputi jumlah trombosit kelompok yang tidak diberikan jus
jambu merah dan kelompok yang diberikan jus jambu merah .
C. Hasil penelitian
Variabel penelitian meliputi jumlah trombosit kelompok yang tidak diberikan jus
jambu merah dan kelompok yang diberikan jus jambu merah .
Trombosit Mean SD SE N
Pada tabel 3 rata-rata jumlah trombosit pada kelompok yang diberikan jus jambu merah
adalah 76.100 dengan Standart Deviation 45.537408, sedangkan untuk kelompok yang tidak
diberikan jus jambu merah jumlah rata-rata trombosit 14.300 dengan Standart Deviation
20.609868. hasil uji t-test dan t-independen statistik dihasilkan ρ= 0,00 ( ρ< 0,05 ) artinya
ada perbedaan signifikan rata-rata jumlah trombosit pada pasien yang diberikan jambu merah
dengan yang tidak diberikan.
D. Pembahasan
1. Jumlah Trombosit Kelompok Yang Diberikan Jus Jambu Merah
Pada kelompok yang diberikan jus jambu merah sebelum dilakukan intervensi jumlah
trombosit nilai terendahnya 40.000 dan nilai tertingginya 240.000. sedangkan setelah
diberikan jus jambu merah jumlah trombosit nilai terendahnya 125.000 dan nilai tertingginya
240.000 hasil penelitian pada kelompok intervesi terdapat 10 responden klien DHF
didapatkan data, nilai rata-rata peningkatan jumlah trombosit adalah 76.100.
Kenaikan jumlah trombosit pada responden yang diberikan jus jambu merah
dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu pada kelompok yang diberikan jus jambu merah
penderita telah mendapatkan jus jambu merah 2 kali sehari 1000 ml selama 3-4 hari, jumlah
peningkatannya tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah
, dapat dilihat dari rata-rata jumlah trombosit yang tidak diberikan jus jambu merah dan yang
diberikan jus jambu merah peningkatan rata-rata trombosit pada kelompok yang diberikan
jus jambu merah 76.100.
sedangkan rata-rata pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah adalah 14.300
sehingga dapat disimpulkan antara kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah dengan
kelompok yang diberikan jus jambu merah peningkatannya lebih tinggi dan lebih cepat
kelompok yang diberikan jus jambu merah dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diberikan jus jambu merah .
Pemberian jambu merah didapatkan bahwa tanin dan quarcentin yang terkandung dalam
buah dan daun jambu biji merah dapat meningkatkan proliferasi dan deferensiasi
megakariosit dalam sumsum tulang. Buah jambu biji merah mengandung senyawa
quarcentin dari golongan flavonoid senyawa yang diduga berperan penting. Senyawa ini
bekerja dalam meningkatkan senyawa sitokin. Di dalam tubuh, sitokon berperan
meningkatkan kekenyalan pembuluh darah sekaligus mengaktifkan sistem pembekuan darah.
Menurut prof Dr sumali, quarcentin bekerja dengan cara menghambat enzim pembentuk
RNA virus dengue, RNA berperan sintesis protein. Jika pembentukan RNA virus terganggu,
virus mati sehingga jumlah trombosit dapat meningkat. Kadar quarcentin di daun jambu biji
lebih banyak dari pada dibuahnya.
Pada penderita demam berdarah terjadi peningkatan sistem komplemen akibat aktivasi
komplek antigen virus-antibodi. Peningkatan ini menyebabkan lepasnya anafilaktosin suatu
mediator kuat terjadinya peningkatan permeabilitas. Peningkatan permaebilitas vaskuler dan
gangguan hemostasis. Peningkatan permeabilitas vaskuler menyebabkan terjadinya
kebocoran plasma dan dapat menimbulkan syok. Hal ini yang paling ditakutkan sehingga
pengobatan DHF berkonsentrasi pada cara mengembalikan permeabilitas vaskuler kekondisi
normal lagi. Oleh karena itu, aktivasi komplemen yang berlebihan harus di tekan. Berbagai
penelitian menunjukkan buah dan daun jambu biji merah dapat menekan aktivasi
komplemen. (Soegeng, 2004).
Jambu biji mengandung berbagai mineral dan vitamin, Kandungan vitamin C jambu biji
100 gram 2-3 kali lebih tinggi dari jeruk dengan berat yang sama. Buah jambu merah
bermanfaat untuk memperbaiki kapiler supaya tidak terjadi kebocoran. Oleh karena itu
pencegahan pecahnya kapiler dapat dilakukan dengan minum jus jambu biji secara rutin jika
sudah muncul kecurigaan, bahwa demam berdarah sedang beraksi di dalam tubuh. Likopen
dalam jambu biji lokal merah mempunyai banyak manfaat karena bersifat antioksidan.
Jambu biji merah adalah suatu bentuk terapi herbal yang dapat meningkatkan trombosit
pada DHF. Yang diberikan jus jambu merah jambu biji merah yang diberikan dalam bentuk
jus yang dapat menimbulkan peningkatan trombosit. Buah jambu biji digunakan untuk
meningkatkan trombosit darah, sehingga banyak digunakan untuk melawan DHF (Dengue
hemoragic fever). Berdasarkan hasil penelitian, telah berhasil diisolasikan suatu zat flavonoid
dari daun jambu biji dan buah jambu biji yang dapat memperlambat penggandaan (replika)
human immunodeficiency virus (HIV) penyebab penyakit AIDS. Zat ini bekerja dengan cara
menghambat pengeluaran enzim reserved transriptase yang dapat mengubah RNA virus
menjadi DNA di dalam tubuh manusia.
E. Simpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan hasil pengujian pada pembahasan yang
dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peningkatan jumlah trombosit pada kelompok yang diberikan jus jambu merah rata-rata
jumlah trombosit 76.100µ pada penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.
2. Peningkatan jumlah trombosit pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah rata-
rata jumlah trombosit 14.300µ pada penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.
3. Ada pengaruh pemberian jambu merah terhadap peningkatan jumlah trombosit pada
penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.
F. Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian, beberapa saran yang disampaikan pada pihak terkait
adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat
Jambu merah dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan Dengue Hemorgic
Fever.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Jambu merah merupakan terapi tambahan, sehingga terapi dasar yaitu pemberian
replacement cairan harus tetap diberikan sesuai dengan protap yang ada. Dan masih
diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mengambil judul “perbandingan percepatan
peningkatan jumlah tromboit dengan pemberian jambu merah dan sari kurma pada
penderita DHF”.
G. Daftar Pustaka
Ainul, R. K. (2010). Sayur Buah Sehat Mengenal Kandungan`Dan Khasiat Untuk Menjaga
Kesehatan Tubuh. Yogyakarta: Pionor Media.
Alimul, A.H. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health
Books publising.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Boedina, S. K. (2010). Imunologi Diagnosis Dan Prosedur Laboratorium Edisi Kelima.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia UniversitasIndonesia
Emma W. (2008). Jus buah dan sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hadinegoro, SR. (2000). Imunopatogenesis Demam Berdarah Degue. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Herliana, L.F. (2010). 33 Macam Buah-Buahan Untuk Kesehatan. Bandung: Alfabeta
Hoffbrand. A.V. (2005). Kapita selekta hematologi. Jakarrta: EGC
Nasirudin, M. (2005). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jambu Biji Terhadap Peningkatan
Jumlah Trombosit Kasus Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Universitas Airlangga
Notoatmodjo, S.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Nursalam. (2009). Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemmba Medika.
Soegijanto, S. (2006). Demam berdarah dengue edisi kedua. Surabaya: Airlangga university.
Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Universitas Indonesia. (2007). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Infomedika.
Sumarmo, PS (2000). Masalah Demam Berdarah Di Indonesia. Dalam: Sri Rezeki HH,
Hindra Is. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suwarno, A. (2010). 9 Buah Dan Sayur Tangkal Penyakit. Jakarta: Liberpus.
Tim editor EGC. (1996). Kamus Kedokteran Dorlan. Jakarta: EGC
Utami, P. (2009). Solusi sehat. Tanggerang: Agro Media Pustaka. Sebagian daftar pustaka
nya aa yang blum masuk