Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PICO

MATA KULIAH PENULISAN ILMIAH KEPERAWATAN

“Diajukan sebagai salah satu dan syarat kelulusan mata kuliah Penulisan Ilmiah
Keperawatan pada Semester 4 Tahun Akademik 2020”

Nama Anggota Kelompok :


Kristiani (1811020133)

Afrilla Noviyanti (1811020139)

Melina Fajriati (1811020149)

Ika Okta Cahyani (1811020166)

Zanuar Dwi Linggarjati (1811020172)

Yulinar Dwi Astuti (1811020177)

4C/ kelompok 7

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
CONTOH KASUS

Seorang anak perempuan usia 5 tahun dibawa ibunya ke IGD RS pad tahun 2020
dengan keluhan mimisan beberapa menit yang lalu. Sebelumnya demam 4 hari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70mmHg, Nadi 120x/menit, RR 36x/menit, Suhu
38 derajat celcius, teraba hepar 3 cm di bawah arcus costae tepi tegas permukaan licin
konsistensi kenyal, akral hangat. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan HB 11
g/dL, Hematokrit 42%, Leukosit 2.300, Trombosit 95.000. Anak tersebut didiagnosis
dokter terkena DHF. Dokter menyarankan untuk mengkonsumsi jus jambu biji merah
untuk meningkatkan kadar Trombosit dan menambah cairan untuk mencegah terjadinya
defisit cairan.
KOMPONEN PICO

■ Patient/Population/Problem : anak 5 tahun dengan penyakit DHF

■ Intervention/Indicator : konsumsi jus jambu merah biji

■ Comparison/Control : pemberian cairan

■ Outcome : peningkatan kadar Trombosit

■ Keyword

DHF AND konsumsi jus jambu biji merah

■ Pertanyaan Klinis

Pada anak umur 5 tahun, apakah pemebrian jus jambu biji merah dapat
meningkatkan jumlah kadar Trombosit.

PICO ANSWER SYNONIM 1 SYNONIM 2


Anak berumur 5 tahun Child Child
dengan DHF

Konsumsi jus jambu biji Consumtion guava juice Consumtion guava juice
merah

Pemberian cairan Pemberian cairan Pemberian cairan

Peningkatan Trombosit Peningkatan trombosit Peningkatan trombosit

KEYWOARD
JURNAL YANG DIPILIH
DAFTAR PUSTAKA
NOTULEN
1. P : Penyakit DHFF
I : Konsumsi (Terapi) jus jambu biji merah
C : Pemberian cairan
O : Peningkatan kadar trombosit

Pertanyaan : Mengapa mengkonsumsi (terapi) jus jambu biji lebih efektif untuk
meningkatkan kadar trombosit dibandingkan dengan pemberian cairan?

2. Jenis pertanyaan/masalah : Mengkonsumsi(terapi)/ Pencegahan/ Diagnosis/


Etiologi/ Prognosis.
3. Jenis studi/ Publikasi untuk dimasukkan dalam pencarian :
 Meta analisis
 Pedoman praktik klinis
 Studi penelitian/ artikel
 Laporan penelitian/ literatur abu-abu
 Tinjauan sistematis
 Uji coba terkontrol secara acak
 Laporan/ seri kasus
4. Sebutkan topik utama dan istilah alternatif dari pertanyaan PICO anda yang
dapat digunakan untuk pencarian :
 Penyakit DHF
 Konsumsi (terapi) jus jambu biji merah
 Pemberian cairan
5. Tuliskan strategi pencarian anda :
 Penyakit DHF
 Penyakit DHF dan Konsumsi (terapi) jus jambu biji merah
 Penyakit DHF dan Pemberian cairan

6. Sebutkan batasan apapun yang mungkin berlaku untuk pencarian anda :


 Jenis kelamin : Perempuan
 Umur : 5 tahun
 Tahun publikasi : 2020
 Bahasa : Indonesia
7. Sebutkan basis data yang akan anda cari :
Researchgate.net

JURNAL

PEMBERIAN JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN


TROMBOSIT PADA ANAK DHF

Nuh Huda
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Stikes Hang Tuah Surabaya

ABSTRAK

Demam berdarah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk


Aedes Agepty. Ada berbagai cara untuk pengobatan dan perawatan demam berdarah
antara lain dengan farmakologis dan non farmakologis. Ada dua cara perawatan non
farmakologis pemberian jus jambu merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan trombosit pada pasien yang diberikan jus jambu merah.
Desain penelitian quasi eksperimen dengan control time desain dengan
menggunakan pendekatan nonprobabilty purposive sampling. Populasi berjumlah 20
responden dengan proporsi 10 kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah dan 10
kelompok yang diberikan jus jambu merah, Analisa statistik dengan menggunakan uji
t-test dan t-independen.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata kelompok yang tidak diberikan jus jambu
merah jumlah rata-rata trombosit 14.300µ, sedangkan peningkatan pada kelompok yang
diberikan jus jambu merah 76.100µ. hasil uji ρ 0,000 ( ρ<0.05). Artinya ada pengaruh
pemberian jambu merah terhadap peningkatan jumlah trombosit pada penderita DHF.
Implikasi dari penelitian bahwa pemberian jambu merah dapat digunakan
sebagai salah satu pilihan minuman yang dapat dikonsumsi untuk meningkatkan jumlah
trombosit pada penderita DHF.

Kata kunci: DHF, jus jambu merah, trombosit

ABSTRACT

Dengue hemoragic fever is an infection diseases caused by aedes aegepty. There


are various methods for medication and treatment dengue hemoragic, farmocologis and
non pharrmacological method. There are two of treatment non pharrmacological red
guava juice. This research had the purpose to know the trombocyte increase in the
patient who administered with the red guava juice.
Design of this research was the quasy experiment with control time design using
purposive sampling nonprobabilty approach. The population proportion of 20
respondents with 10 groups of control and 10 intervention group, statistical analysis
using t-test and t-independen.
From the result of the research it was obtained that did not administered with
red guava juice the average was trombocyte, 14.300, while the increase average
administered red guava juice was 76.100, the result of ρ test 0,00 (ρ<0,05). That is
there was effect of red guava administering to the trombocyte number increase on the
DHF sufferes.
Implication of the research was that the red guava administering can be use one
of drink choicces can be consumen to increase trombocyte numbers in the DHF sufferer.

Keyword: DHF, Red Guava Juice, trombocyte.


A. Latar belakang
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4, sifat dari
virus dengue antara lain berbentuk batang, termolabil, sensitif terhadap inaktivasi, stabil pada
suhu 700 celcius. Dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegpty dan beberapa spesies
lainnya. Virus ini masuk kedalam pembuluh darah dan menyerang bagian dinding pembuluh
darah. Pada penderita DHF terjadi peningkatan sistem komplemen akibat aktivasi kompleks
antigen virus-antibodi. DHF banyak di jumpai di masyarakat penyakit ini dapat menyerang
semua orang (Soegeng, 2006). Dari data awal didapatkan pada tahun 2010 di puskesmas
Sedati Sidoarjo sejumlah 99 orang menderita DHF

Pengobatan DHF berkonsentrasi pada peningkatan trombosit dengan cara


mengembalikan permeabilitas vaskuler ke kondisi normal lagi. Salah satu pengobatan yang
dapat meningkatkan trombosit yaitu dengan menggunakan ekstrak jambu merah (Soegeng,
2004 : 121). Berbagai penelitian menunjukkan ekstrak daun jambu merah dan jambu merah
bisa menekan aktivasi komplemen.

Angka kesakitan DHF di Indonesia cenderung meningkat, mulai 50 kasus per


100.000 penduduk dengan kematian sekitar 1-2% (Kompas, 2010). Tahun 2004 DHF
mengalami insiden peningkatan yang cukup tinggi sehingga pada bulan februari 2004
pemerintah menetapkan keadaan luar biasa (KLB) pada kasus DHF. DHF merupakan
penyakit musiman dan penyakit yang berbahaya. (Somarmo, 2000). Berdasarkan data yang
didapat dari dinas kesehatan Sidoarjo pada tahun 2009 dengan jumlah penduduk 1.705.528
terdapat 172 penderita DHF pada anak dan 11 penderita DHF meninggal sedangkan pada
tahun 2010 dengan jumlah penduduk 1. 778.221 terdapat 404 penderita DHF pada anak,
penderita yang meninggal pada tahun 2010 sebanyak 10 orang. Pada tahun 2010 terdapat
peningkatan jumlah penderita DHF . Sedangkan di puskesmas sedati kecamatan gedangan
kabupaten Sidoarjo pada tahun 2010 jumlah penderita DHF terdapat 99 penderita tahun 2011
bulan januari terdapat 9 penderita DHF.

Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan masuk kedalam
pembuluh darah. Trombosit dan endotel diperkirakan mempunyai peran penting dalam
patogenesis, berdasarkan kenyataan bahwa pada DHF terjadi trombositopenia disertai
peningkatan permeabilitas kapiler. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/µL)
merupakan salah satu kriteria laboratoris disamping peningkatan hematokrit >20% dari
kriteria diagnosis DHF menurut WHO (2007). Para peneliti menyebutkan bahwa derajat
trombositopenia pada penderita demam berdarah cenderung berhubungan dengan beratnya
penyakit . Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue yang paling ditakutkan adalah
terjadinya perdarahan dan kebocoran plasma. yang dapat menyebabkan syok. Perdarahan
dapat terjadi akibat adanya trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit. Peneliti lain
menyebutkan adanya gangguan fungsi trombosit. Ditemukan komplek imun dipermukaan
trombosit diduga sebagai penyebab terjadinya agregasi trombosit yang kemudian akan
dimusnakan oleh sistem retikuloendotelia, terutama dalam limpa dan hati.

Pengobatan DHF pada dasarnya masih bersifat supportif atau simtomatis berdasarkan
kelainan utama yang terjadi yaitu berupa perembesan plasma akibat dari meningkatnya
permeabilitas vaskuler. Cairan awal sebagai pengganti volume plasma dapat diberikan garam
isotonik atau ringer laktat. Belum ada usaha pengobatan yang bersifat kuratif, baik dalam
mengatasi terjadinya perdarahan atau trombositophenia maupun dalam mengatasi kebocoran
plasma. Jambu merah merupakan salah satu alternatif dalam percepatan penyembuhan
penyakit DHF.

Kandungan dalam jambu merah salah satunya senyawa quarcentin golongan


flavonoid, sitokin yang berfungsi meningkatkan kekenyalan pembuluh darah. Senyawa yang
diduga berperan penting adalah quarcentin dari golongan flavonoid. Senyawa ini bekerja
meningkatkan jumlah sitokin. Di dalam tubuh sitokin berperan meningkatkan kekenyalan
pembuluh darah sekaligus meningkatkan sistem pembekuan darah. Menurut Prof dr Sumali
kepala pusat studi bahan alam, di mana quarcentin bekerja dengan cara menghambat enzim
pembentuk RNA virus dengue. RNA berperan dalam sintesis protein. Jika pembentukan virus
RNA terganggu, virus dapat mati sehingga jumlah trombosit dalam darah dapat meningkat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan beberapa tahun terakhir penggunaan
jambu merah dan ekstrak daun jambu biji untuk pengobatan DHF terutama dalam
meningkatkan jumlah trombosit mulai banyak digunakan baik oleh masyarakat maupun
dikalangan dunia kedokteran. Hal ini bisa disampaikan kepada tenaga kesehatan, penderita
DHF, dan keluarga penderita bahwa jambu merah dapat digunakan sebagai pengobatan DHF
dan terapi tambahan. Pemberian terapi tambahan jambu merah pada penderita DHF dengan
memberikan demonstrasi tentang cara pengolahan serta konsumsi sehingga penderita dapat
dengan mudah memanfaatkan buah jambu merah untuk meningkatkan trombosit. harganya
relatif murah karena bahannya mudah didapat, efek sampingnya hampir tidak terasa. Salah
satu tanaman yang mempunyai efek meningkatkan trombosit adalah jambu merah.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Quasy-Experimental dengan metode control
time desain untuk mengetahui pengaruh pemberian jambu merah terhadap peningkatan
trombosit pada anak DHF Penelitian ini terdapat dua responden yaitu kelompok eksperimen
yang diberikan intervensi dan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi. Pemilihan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih secara tidak random dan sesuai dengan
keinginan peneliti. Pengukuran dilakukan kepada kedua kelompok diawali dengan pre-test
setelah itu diberikan perlakuan kemudian dilakukan pengukuran kembali (post-test).

Metode time desain dapat digambarkan sebagai berikut(Aziz, 2010: 43).

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan penderita DHF anak yang (+)
menderita DHF pada periode bulan april sampai dengan bulan juni sejumlah 20 orang. Hal ini
sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang mengatakan bahwa seluruh populasi
adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi
penelitian. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian penderita DHF pada anak, sejumlah
20 orang di Puskesmas Sedati Sidoarjo. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Nonprobability sampling dengan metode purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi,
2007: 183)

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independent dan variabel
dependent. Variabel indipendent nya adalah pemberian jus jambu merah pada kelompok
perlakuan dan kelompok intervensi. Variabel dependent nya adalah jumlah trombosit
sebelum dan sesudah perlakuan baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok
kontrol.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan adalah cek
laboratorium pada pengukuran trombosit. Untuk pemberian jus jambu merah menggunkan
gelas ukur, dan lembar observasi yang dikembangkan berdasarkan jumlah normal trombosit.

Setelah didapatkan sampel, dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan kriteria
inklusi yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kedua kelompok didata jumlah
trombosit awal (pre test) satu hari sebelum diberikan intervensi jambu merah yaitu pada
bulan april 2011. pengukuran jumlah trombosit awal (pre test) dilakukan pagi hari pukul
08.00-09.00 WIB. Kemudian pada bulan april 2011 kelompok perlakuan diberikan jus
jambu merah selama tiga hari dengan frekuensi dua kali sehari (pagi, sore). Setelah dilakukan
intervensi pemberian jus jambu merah selama 3 hari maka diteruskan dengan pengukuran
jumlah trombosit dengan cek darah akhir (post test) pada pukul 08.00-09.00 WIB..

Untuk mengetahui hubungan atau derajat kerataan antara variabel pemberian jus
jambu merah terhadap peningkatan trombosit pada anak DHF digunakan uji t test. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jambu merah terhadap
peningkatan trombosit pada penderita DHF di Puskesmas Sedati Sidoarjo. Untuk variabel
status trombosit, data yang diperoleh akan dikelompokkan dan ditabulasi frekuensi dalam
bentuk mutlak dan angka korelatif %. Data yang sudah dianalisa diuji dengan menggunakan
data Uji-t dua sampel berpasangan uji ini memiliki fungsi untuk mengetahui perbedaan
sebelum & sesudah dilakukan perlakuan sampel/kelompok perlakuan. Hasilnya uji-t sampel
berpasang adalah ρ= 0,05 maka ada perbedaan jumlah trombosit sebelum dan sesudah
dilaksananakan pemberian jus jambu merah. Untuk uji-t sampel bebas untuk mengetahui
perbedaan pada dua sampel/kelompok perlakuan hasilnya uji homogen varians ρ = 0,05 ,
maka varians homogen, maka uji t-2 sampel bebas adalah liat baris pertama adalah ρ ≤ 0,05
maka jus jambu merah efektif terhadap peningkatan trombosit pada anak DHF.

Variabel penelitian meliputi jumlah trombosit kelompok yang tidak diberikan jus
jambu merah dan kelompok yang diberikan jus jambu merah .

C. Hasil penelitian
Variabel penelitian meliputi jumlah trombosit kelompok yang tidak diberikan jus
jambu merah dan kelompok yang diberikan jus jambu merah .

1. Jumlah Trombosit Kelompok Yang diberikan jus jambu merah


Tabel 1 Jumlah Trombosit pada kelompok Yang diberikan jus jambu merah Jambu Merah Di
Puskesmas Sedati Sidoarjo ( n= 20)

No Jumlah trombosit Selisih jumlah Mean peningkatan


resp trombosit trombosit
Pre Post

1 90.000 240.000 150.000


2 67.000 160.000 93.000 76.100
3 40.000 200.000 160.000
4 90.000 150.000 60.000
5 99.000 150.000 51.000
6 95.000 150.000 55.000
7 84.000 122.000 38.000
8 98.000 150.000 52.000
9 99.000 125.000 26.000
10 74.000 150.000 76.000

Dari tabel 1 menunjukkan jumlah peningkatan trombosit pada kelompok yang


diberikan jus jambu merah, peningkatan mulai dari jumlah trombosit terendah 26.000µ
sampai dengan 160.000µ dengan rata-rata peningkatan jumlah trombosit 76.100µ. Pada
kelompok yang diberikan jus jambu merah semua responden mengalami peningkatan jumlah
trombosit.

2. Jumlah Trombosit Kelompok Yang tidak diberikan jus jambu merah


Tabel 5.2 Jumlah Trombosit pada Kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah Di
Puskesmas Sedati Sidoarjo (n= 20)

Jumlah trombosit Selisih


No Mean peningkatan
jumlah
resp Pre Post trombosit
trombosit

1 98.000 150.000 52.000 14.30


2 68.000 122.000 54.000
3 86.000 95.000 9.000
4 84.000 84.000 0
5 95.000 99.000 4000
6 90.000 90.000 0
7 100.000 101.000 1000
8 90.000 98.000 8000
9 100.000 100.000 0
10 84.000 99.000 15.000
Dari tabel 5.2 menunjukkan jumlah peningkatan trombosit pada kelompok yang tidak
diberikan jus jambu merah yaitu dari yang tidak mengalami peningkatan samapai dengan
peningkatan 54.000µ. Dengan rata-rata peningkatan jumlah trombosit 14.300µ. Sebanyak 7
responden dari 10 sampel kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah yang mengalami
peningkatan jumlah trombosit dan 3 responden dari 10 sampel kelompok yang tidak
diberikan jus jambu merah tidak mengalami peningkatan jumlah trombosit.

3. Pengaruh Jambu Merah terhadap peningkatan Trombosit

Tabel 3 Group Statistik Trombosit Di Puskesmas Sedati Sidoarjo (n= 20)

Trombosit Mean SD SE N

Yang tidak diberikan


14.300 20.60 6.51 10
jus jambu merah

Yang diberikan jus


76.100 45.53 14.53 10
jambu merah

t- independent: ρ= 0,00 (ρ<0,05)

Pada tabel 3 rata-rata jumlah trombosit pada kelompok yang diberikan jus jambu merah
adalah 76.100 dengan Standart Deviation 45.537408, sedangkan untuk kelompok yang tidak
diberikan jus jambu merah jumlah rata-rata trombosit 14.300 dengan Standart Deviation
20.609868. hasil uji t-test dan t-independen statistik dihasilkan ρ= 0,00 ( ρ< 0,05 ) artinya
ada perbedaan signifikan rata-rata jumlah trombosit pada pasien yang diberikan jambu merah
dengan yang tidak diberikan.

D. Pembahasan
1. Jumlah Trombosit Kelompok Yang Diberikan Jus Jambu Merah
Pada kelompok yang diberikan jus jambu merah sebelum dilakukan intervensi jumlah
trombosit nilai terendahnya 40.000 dan nilai tertingginya 240.000. sedangkan setelah
diberikan jus jambu merah jumlah trombosit nilai terendahnya 125.000 dan nilai tertingginya
240.000 hasil penelitian pada kelompok intervesi terdapat 10 responden klien DHF
didapatkan data, nilai rata-rata peningkatan jumlah trombosit adalah 76.100.
Kenaikan jumlah trombosit pada responden yang diberikan jus jambu merah
dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu pada kelompok yang diberikan jus jambu merah
penderita telah mendapatkan jus jambu merah 2 kali sehari 1000 ml selama 3-4 hari, jumlah
peningkatannya tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah
, dapat dilihat dari rata-rata jumlah trombosit yang tidak diberikan jus jambu merah dan yang
diberikan jus jambu merah peningkatan rata-rata trombosit pada kelompok yang diberikan
jus jambu merah 76.100.

sedangkan rata-rata pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah adalah 14.300
sehingga dapat disimpulkan antara kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah dengan
kelompok yang diberikan jus jambu merah peningkatannya lebih tinggi dan lebih cepat
kelompok yang diberikan jus jambu merah dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diberikan jus jambu merah .

2. Jumlah Trombosit Kelompok Yang Tidak Diberikan Jus Jambu Merah


Pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah jumlah trombosit nilai
terendahnya 68.000 dan nilai tertingginya 100.000. sedangkan setelah dilakukan observasi
pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah didapatkan hasil penelitian pada
kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah dengan 10 responden klien DHF
didapatkan data, nilai jumlah trombosit yang tidak mengalami peningkatan atau tetap dan
nilai peningkatan trombosit tertinggi 54.000 dengan nilai rata-rata peningkatan pada
kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah rata-rata peningkatan trombosit 14.300.
Kenaikan jumlah trombosit pada responden kelompok yang tidak diberikan jus jambu
merah dipengaruhi oleh banyak faktor terutama pada DHF nonsyok DHF grade I dan grade
II, sedangkan pada grade III dan grade IV tidak terjadi perbedaan. Hal ini disebabkan
karena pada kondisi syok akan terjadi hipoksia jaringan, sehingga akan mempengaruhi
proses absorsi dan distribusi dari obat yang diberikan peroral pada klien, pada klien grade
III dan Grade IV proses kerusakan endotelium vaskuler dan kebocoran plasma lebih berat
sehingga trombosit yang terbentuk banyak terpakai di endotel pembuluh darah ( Soegeng,
2006).
Ada banyak hal penyebab terjadinya DHF berdasarkan hasil penelitian para peneliti
sebelumnya menunjukkan adanya hubungan perubahan iklim, kelembapan, kepadatan larve
Aedes Agepty, perilaku bersih dan sehat yang belum terwujud dan lingkungan hidup yang
belum memadai. Mengendalikan lingkungan dengan pemberantasan sarang nyamuk,
pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan
desain rumah seperti menguras bak mandi sekurang-kurangnya satu minggu sekali, menutup
dengan rapat tempat penampungan air.
Hasil uji t-independen yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan jumlah
trombosit antara kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah dan yang diberikan jus
jambu merah jumlah trombosit pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah
Sebelum yang diberikan jus jambu merah jumlah trombosit antara kelompok yang
diberikan jus jambu merah dan kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah tidak
terdapat perbedaaan, tetapi setelah diberikan jus jambu merah selama 3 hari terdapat
perbedaan pada kedua kelompok. Pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah
menunjukkan peningkatan jumlah trombosit dengan rata-rata 14.300 sedangkan pada
kelompok yang diberikan jus jambu merah menunjukkan rata-rata peningkatan 76.100.
Setelah yang diberikan jus jambu merah antara kelompok yang tidak diberikan jus jambu
merah dan kelompok yang diberikan jus jambu merah menghasilkan ρ = 0,00 (ρ<0,05) dari
hasil uji t-tes independen ada perbedaan yang diberikan jus jambu merah jambu merah
terhadap peningkatan trombosit pada penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.

3. Pengaruh Pemberian Jambu Merah Terhadap Peningkatan Trombosit


Berdasarkan hasil uji t- test independent menunjukkan nilai ρ=0.00 (ρ<0,05) artinya
secara statistik pemberian jus jambu merah berpengaruh terhadap peningkatan trombosit.
Analisa perbandingan kedua kelompok, yaitu yang tidak diberikan jus jambu merah dan
yang diberikan jus jambu merah jumlah rata-rata trombosit pada kelompok yang diberikan
jus jambu merah lebih besar dari pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah
hanya 14.300. Pada kelompok yang diberikan jus jambu merah didapatkan hasil rata-rata
trombosit 76.100µ. Padahal kedua kelompok mendapatkan terapi cairan yang sama.

Pemberian jambu merah didapatkan bahwa tanin dan quarcentin yang terkandung dalam
buah dan daun jambu biji merah dapat meningkatkan proliferasi dan deferensiasi
megakariosit dalam sumsum tulang. Buah jambu biji merah mengandung senyawa
quarcentin dari golongan flavonoid senyawa yang diduga berperan penting. Senyawa ini
bekerja dalam meningkatkan senyawa sitokin. Di dalam tubuh, sitokon berperan
meningkatkan kekenyalan pembuluh darah sekaligus mengaktifkan sistem pembekuan darah.
Menurut prof Dr sumali, quarcentin bekerja dengan cara menghambat enzim pembentuk
RNA virus dengue, RNA berperan sintesis protein. Jika pembentukan RNA virus terganggu,
virus mati sehingga jumlah trombosit dapat meningkat. Kadar quarcentin di daun jambu biji
lebih banyak dari pada dibuahnya.

Pada penderita demam berdarah terjadi peningkatan sistem komplemen akibat aktivasi
komplek antigen virus-antibodi. Peningkatan ini menyebabkan lepasnya anafilaktosin suatu
mediator kuat terjadinya peningkatan permeabilitas. Peningkatan permaebilitas vaskuler dan
gangguan hemostasis. Peningkatan permeabilitas vaskuler menyebabkan terjadinya
kebocoran plasma dan dapat menimbulkan syok. Hal ini yang paling ditakutkan sehingga
pengobatan DHF berkonsentrasi pada cara mengembalikan permeabilitas vaskuler kekondisi
normal lagi. Oleh karena itu, aktivasi komplemen yang berlebihan harus di tekan. Berbagai
penelitian menunjukkan buah dan daun jambu biji merah dapat menekan aktivasi
komplemen. (Soegeng, 2004).

Jambu biji mengandung berbagai mineral dan vitamin, Kandungan vitamin C jambu biji
100 gram 2-3 kali lebih tinggi dari jeruk dengan berat yang sama. Buah jambu merah
bermanfaat untuk memperbaiki kapiler supaya tidak terjadi kebocoran. Oleh karena itu
pencegahan pecahnya kapiler dapat dilakukan dengan minum jus jambu biji secara rutin jika
sudah muncul kecurigaan, bahwa demam berdarah sedang beraksi di dalam tubuh. Likopen
dalam jambu biji lokal merah mempunyai banyak manfaat karena bersifat antioksidan.

Jambu biji merah adalah suatu bentuk terapi herbal yang dapat meningkatkan trombosit
pada DHF. Yang diberikan jus jambu merah jambu biji merah yang diberikan dalam bentuk
jus yang dapat menimbulkan peningkatan trombosit. Buah jambu biji digunakan untuk
meningkatkan trombosit darah, sehingga banyak digunakan untuk melawan DHF (Dengue
hemoragic fever). Berdasarkan hasil penelitian, telah berhasil diisolasikan suatu zat flavonoid
dari daun jambu biji dan buah jambu biji yang dapat memperlambat penggandaan (replika)
human immunodeficiency virus (HIV) penyebab penyakit AIDS. Zat ini bekerja dengan cara
menghambat pengeluaran enzim reserved transriptase yang dapat mengubah RNA virus
menjadi DNA di dalam tubuh manusia.

E. Simpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan hasil pengujian pada pembahasan yang
dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peningkatan jumlah trombosit pada kelompok yang diberikan jus jambu merah rata-rata
jumlah trombosit 76.100µ pada penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.
2. Peningkatan jumlah trombosit pada kelompok yang tidak diberikan jus jambu merah rata-
rata jumlah trombosit 14.300µ pada penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.
3. Ada pengaruh pemberian jambu merah terhadap peningkatan jumlah trombosit pada
penderita DHF Di Puskesmas Sedati Sidoarjo.

F. Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian, beberapa saran yang disampaikan pada pihak terkait
adalah sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat
Jambu merah dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan Dengue Hemorgic
Fever.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Jambu merah merupakan terapi tambahan, sehingga terapi dasar yaitu pemberian
replacement cairan harus tetap diberikan sesuai dengan protap yang ada. Dan masih
diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mengambil judul “perbandingan percepatan
peningkatan jumlah tromboit dengan pemberian jambu merah dan sari kurma pada
penderita DHF”.

G. Daftar Pustaka

Ainul, R. K. (2010). Sayur Buah Sehat Mengenal Kandungan`Dan Khasiat Untuk Menjaga
Kesehatan Tubuh. Yogyakarta: Pionor Media.
Alimul, A.H. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health
Books publising.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Boedina, S. K. (2010). Imunologi Diagnosis Dan Prosedur Laboratorium Edisi Kelima.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia UniversitasIndonesia
Emma W. (2008). Jus buah dan sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hadinegoro, SR. (2000). Imunopatogenesis Demam Berdarah Degue. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Herliana, L.F. (2010). 33 Macam Buah-Buahan Untuk Kesehatan. Bandung: Alfabeta
Hoffbrand. A.V. (2005). Kapita selekta hematologi. Jakarrta: EGC
Nasirudin, M. (2005). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jambu Biji Terhadap Peningkatan
Jumlah Trombosit Kasus Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Universitas Airlangga
Notoatmodjo, S.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Nursalam. (2009). Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemmba Medika.
Soegijanto, S. (2006). Demam berdarah dengue edisi kedua. Surabaya: Airlangga university.
Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Universitas Indonesia. (2007). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Infomedika.
Sumarmo, PS (2000). Masalah Demam Berdarah Di Indonesia. Dalam: Sri Rezeki HH,
Hindra Is. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suwarno, A. (2010). 9 Buah Dan Sayur Tangkal Penyakit. Jakarta: Liberpus.
Tim editor EGC. (1996). Kamus Kedokteran Dorlan. Jakarta: EGC
Utami, P. (2009). Solusi sehat. Tanggerang: Agro Media Pustaka. Sebagian daftar pustaka
nya aa yang blum masuk

Anda mungkin juga menyukai