Anda di halaman 1dari 12

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN

DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

BAB VII

PERMASALAHAN DAN SOLUSI

7.1 Tinjauan Umum


Dalam suatu kegiatan pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan seringkali
dijumpai berbagai permasalahan atau hambatan. Hambatan yang terjadi dapat bersifat
teknis maupun non teknis. Hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan yang ada
kaitannya dengan hal-hal teknis seperti masalah kualitas bahan dan material. Sedangkan
hambatan yang berkaitan dengan masalah non teknis antara lain keterlambatan
pengiriman material, pengadaan alat serta kerusakaan peralatan dan sebagainya.
Adanya hambatan ini terkadang dapat mengganggu kelancaran pekerjaan, dimana
hal ini tergantung dari tingkat kesulitan yang ada. Untuk itu dibutuhkan pengalaman dan
tingkat pemahaman masalah dalam mengatasi berbagai hambatan di atas.
Berikut ini akan diulas mengenai berbagai permasalahan yang terjadi beserta
solusi selama 60 hari penulis melaksanakan kerja praktek pada Proyek Pembangunan
Jembatan Kali Sanjoyo ruas jalan tol Semarang-Solo seksi 3 Bawen – Salatiga, STA
34+100 – STA 34+900, terdapat beberapa permasalahan yang disebabkan oleh beberapa
faktor, permasalahan tersebut berpengaruh fatal terhadap time schedule atau kurva S
pelaksanaan pekerjaan.

7.2 Permasalahan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan

7.2.1 Faktor Cuaca


Pada saat penulis melaksanakan kerja praktek di proyek ini, kondisi cuaca
pada musim penghujan. Sehingga pekerjaan sering terganggu bahkan terpaksa
dihentikan karena hujan lebat. Dan pembersihan area kerja harus dilakukan
berulang-ulang akibat dari lumpur yang disebabkan air hujan.
Hujan lebat menyebabkan air sugai meluap sehingga menggenangi lokasi
P2 dan P3. Dalam proyek ini, sempat terjadi kejadian tersebut selama 2

144
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

kali.Akibatnya peralatan berat seperti mesin bor dan crane yang beroperasi pada
area tersebut sempat tenggelam dan menyebabkan kerusakan pada alat. Hal ini
tentu saja menurunkan produktivitas pekerjaan karena harus menunggu teknisi
dan suku cadang yang didatangkan dari Jakarta.

Gambar 7.1 Crane dan Alat bor yang terendam akibat sungai meluap

7.2.2 Jalan Akses


Lokasi proyek yang tidak memiliki akses ke jalan utama menyebabkan
pekerjaan terganggu. Mobilisasi alat-alat berat dan bahkan truk mixer untuk
pengecoran terpaksa melalui proyek pada paket jalan tol sebelumnya. Pada awal
proyek, jalan akses pada proyek masih berupa tanah dengan kandungan lumpur
tinggi, sehingga ketika hujan jalan tersebut sangat sulit untuk dilalui oleh alat-alat
berat.

145
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

Gambar 7.2 Kondisi jalan akses proyek

7.2.3 Material
1. Karena proyek ini merupakan salah satu paket pekerjaan dari proyek Jalan Tol
Semarang – Solo, tentunya banyak proyek paket lain yang lokasinya
berdekatan dan bersamaan jadwal pelaksanaannya. Sehingga sempat
mengalami perebutan volume beton ready mix pada batching plan yang sama.
Pada awal proyek, suplai untuk material beton ready mix ini sulit didapatkan
karena batching plan lebih memprioritaskan proyek yang mulai lebih awal.
2. Keterlambatan pada pendatangan bekisting kolom hollow menyebabkan
recana untuk mengubah kolom P4 menjadi kolom massive. Untuk mengejar
keterlambatan proyek, maka pekerjaan pada P4 harus dipercepat. Karena
pekerjaan kolom hollow memakan waktu lebih lama dibandingkan pekerjaan
kolom massive.

7.2.4 Kondisi Eksisting


Selain kondisi eksisting berupa tanah dengan kadar lumpur tinggi, yang
menjadi permasalahan adalah:
1. Adanya saluran-saluran subdrain yang dibuat warga. Saluran ini tentunya
mengganggu kegiatan proyek, terlebih karena hampir sebagian besar struktur
jembatan ini berada diatas tanah galian. Saluran yang sering pecah karena

146
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

terlindas alat berat menyebabkan lokasi proyek tergenang, sehingga mobilisasi


alat berat dan pekerja terganggu.

Gambar 7.3 Saluran subdrain yang pecah


2. Area persawahan disamping jalan rencana memiliki saluran air tanah yang
dapat menyebabkan lereng di kanan kiri jalan longsor.
3. Muncul sumber mata air di lokasi P2 yang dapat mengganggu kestabilan
struktur.

7.2.5 Data Awal Lapangan


Adanya kesalahan pada analisis data lapangan awal proyek menyebabkan
bertambahnya item pekerjaan proyek. Kesalahan ini berada pada analisis struktur
lapisan tanah pada lokasi P1 yang ternyata bentuk lapisan tanahnya miring. Pada
data awal proyek yang didapat dari konsultan perencana, diketahui lokasi tanah
keras berada pada kedalaman 4 m, sehingga direncanakan bored pile dengan
kedalaman 8 m. Pada saat itu SPT dilakukan pada lokasi BP.2, dan lapisan tanah
keras diasumsikan sejajar / dengan perbedaan ketinggian kecil. Namun ketika
dilakukan uji PDA pada BP.15 daya dukung bored pile terpasang tidak
memenuhi. Sehingga jumlah borepile ditambah yang awalnya 15 buah menjadi 17
buah.
Selain itu pada P1 ini merupakan daerah yang rawan, karena ada sebagian
area yang merupakan tanah timbunan. Setelah dilakukan PDA test ada sebagian
tanah yang retak dan longsor.

147
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

3.000
1.500
A1 1.500
P2
d c
BP.13 BP.14 BP.15

BP.12 BP.11 BP.10

34 + 350
BP.7 BP.8 BP.9

25.200

21.000
BP.6 BP.5 BP.4

BP.1 BP.2 BP.3

a b

3.000
10.000

P1
STA. 34+347.337

Gambar 7.4 Denah bored pile pada P1

7.2.6 Perijinan Lahan


Perijinan lahan yang menjadi permasalahan disini adalah perijinan lahan untuk
disposal area. Karena belum mendapat ijin dari warga sekitar untuk membuang
tanah di lahan mereka, sedangkan disposal area yang dapat digunakan sudah
penuh, maka pekerjaan galian tanah hanya dapat dilakukan dengan menimbun
tanah yang sudah dikeruk di sekitar area galian sehingga mengganggu pekerjaan
lain.

7.2.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Seperti pada umumnya proyek-proyek di Indonesia, keselamatan kerja
kurang diperhatikan. Dapat dilihat dari perlengkapan perlindungan keselamatan
kerja yang tidak dipakai oleh pekerja, hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran
tentang kecelakaan kerja. Adanya kecelakaan dalam proyek menyebabkan
kerugian fisik, seperti kerugian waktu yang seharusnya untuk menyelesaikan
pekerjaan tetapi untuk menangani kecelakaan yang terjadi. Dalam hal ini padahal

148
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

sudah ada bagian K3 yang selalu memperingatkan, namun para pekerja tetap
susah untuk memakai perlengkapan pelindung setiap waktu.

7.3 Solusi yang Dilakukan


7.3.1 Faktor Cuaca
Kondisi cuaca yang sedang musim penghujan sedikit banyak
menyebabkan keterlambatan pada proyek. Walaupun sudah diupayakan untuk
mengganti dan mengejar pekerjaan yang terhenti agar selesai sesuai jadwal,
namun tetap susah untuk dilakukan. Dalam hal ini penanganan yang terpenting
adalah dengan merubah agenda pekerjaan / memperbesar kapasitas produksi
sehingga diupayakan tidak mengalami keterlambatan pada tiap pekannya
(monitoring proyek).
Untuk meminimalisir akibat dari kondisi cuaca ini dilakukan beberapa
upaya seperti:
 memperlebar alur sungai dan pembuatan tanggul, sehingga sungai mampu
menampung air ketika debit sungai meningkat.

Gambar 7.5 Pembuatan tanggul


 Memasang terpal pada daerah-daerah yang rawan longsor sehingga saat hujan
material tanah tidak tererosi oleh air hujan.

149
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

 Sebagai penanganan peralatan yang rusak, digunakan peralatan lain yang


sekiranya dapat menggantikan fungsi dari peralatan tersebut. Seperti
penggunaan sling pada auger untuk mengocok tremi sebagai pengganti crane.
 Untuk mengantisipasi hujan yang datang saat pengecoran, di area pengecoran
ditutup dengan terpal sehingga air hujan tidak banyak yang masuk ke area
pengecoran. Jika ada air hujan yang masuk (dengan volume kecil) tidak
masalah karena air tersebut akan terangkat oleh adonan beton keatas dan tidak
akan mengurangi kualitas beton.

Gambar 7.6 Pemasangan terpal

7.3.2 Jalan Akses


Jika jalan akses pada proyek seksi sebelumnya masih mungkin untuk
dilewati (tidak tergenang air dan mendapat izin dari proyek tersebut) maka
mobilisasi alat berat dilakukan dengan bantuan plat baja yang ditata diatas tanah
serta ditarik dan didorong dengan bantuan excavator. Namun jika jalan sudah
tidak mungkin dilewati, alat berat (hanya untuk truk mixer) akan dilewatkan
kebun karet.
Namun jalan pada kebun karet ini kondisinya tidak berbeda jauh, bahkan
harus lebih berhati-hati supaya tidak merusak kebun karet milik warga. Medannya
yang berkelok dan tanah yang tidak stabil pernah menyebabkan truk mixer
terguling dan menumbangkan pohon karet milik warga. Usaha yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki akses dari kebun karet ini berupa memberi lapis

150
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

perkuatan berupa sirtu. Prosesnya berupa pengelupasan tanah lapisan atas dengan
dozer, kemudian sirtu dituang dengan excavator, dan dipadatkan dengan roller.

Gambar 7.7 Perbaikan jalan akses

7.3.3 Material
1. Karena proyek tidak mendapat prioritas dari batching plan (PT. Varia Usaha
Beton) maka sebagai langkah awal, proyek tidak mengadakan hubungan
kontrak dengan batching plan, jika batching plan tersebut tidak mampu
memenuhi kebutuhan proyek, proyek akan mendatangkan beton dari batching
plan lain. Namun mendatangkan beton dari batching plan lain juga tidak
mudah, akibatnya pekerjaan pengecoran sering tertunda. Dan pekerjaan
pengecoran dialihkan untuk pengeboran tiang bored pile lagi. Setelah proyek-
proyek lain yang berada di satu daerah selesai (pekerjaan strukturnya) maka
kontraktor pelaksana baru membuat kerjasama kontrak dengan batching plant
(PT. VUB), sehingga untuk pekerjaan footing dan seterusnya tidak ada
kendala pengecoran.

Gambar 7.8 Penyediaan beton ready mix dari batching plan lain

151
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

2. Setelah dirapatkan dan mendapat persetujuan dari owner maupun konsultan


pengawas, akhirnya diputuskan untuk merubah kolom hollow pada P4
menjadi kolom massive. Keputusan tersebut disertai dengan perubahan pada
kontrak berupa pekerjaan tambah kurang, serta perubahan struktur tulangan
utama kolom dibuat sama dengan tulangan massive namun jarak sengkangnya
direnggangkan menjadi 2 kali jarak sengkang semula.

7.3.4 Kondisi Eksisting


1. Tindakan yang diambil ketika terdapat saluran yang pecah adalah dengan
mengganti saluran yang pecah tersebut dan memindahkannya ke lokasi yang
lebih aman. Untuk itu proyek harus menyediakan material tambahan berupa
pipa pvc subdrain. Jika lokasi saluran tidak dapat dipindahkan, pengamanan
dapat dilakukan dengan cara memberi plat baja diatas subdrain yang akan
dilewati.

Gambar 7.9 Penggaintian subdrain dengan pipa baru


2. Sedangkan solusi untuk lereng di kanan kiri jalan adalah dengan membuat
subdrain di bawah saluran samping pada lereng. Selain itu juga memberi
perkuatan pada lereng menggunakan pasangan batu kali.
3. Untuk masalah munculnya sumber mata air pada lokasi P2, solusinya dengan
memberi lapisan geotextile di bawah lean concrete. Geotextile yang
digunakan berbeda dengan geoextile yang digunakan untuk perawatan beton.
Disini digunakan geotextile dengan bahan plastik.

7.3.5 Data Awal Lapangan

152
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

Solusi untuk menambah daya dukung bored pile di P1 adalah dengan cara
menambah jumlah tiang bored pile sebanyak 2 buah. Jumlah penambahan tiang
bored pile dapat dihitung dari hasil daya dukung bored pile terpasang pada PDA
test. Kemudian kekurangan daya dukungnya dibagi dengan daya dukung satu
tiang.
Untuk penempatan kedua tiang bored pile tambahan ini dibuat masih
didalam area footing, hal ini supaya tidak mempengaruhi bentuk footing nantinya.
Namun harus diperhatikan pula jarak antar bored pile, yaitu minimal 2D.
Sehingga penempatan kedua bored pile tambahan ini diatur supaya memenuhi
syarat jarak minimum.
Setelah diberi penanganan, kemudian dilakukanpengujian kembali pada
boredpile dimana dulu dilakukan uji SPT, untuk membuktikan apakah asumsi
benar atau salah. Dan ternyata hasil PDA test pada BP.15 aman.
Atas usulan dari konsultan pengawas, pada lokasi P1 perlu dilakukan
loading test. Pemilihan metode loading test ini dikarenakan loading test
merupakan pengujian pada sekelompok tiang, sehingga dapat diketahui
karakteristik beberapa tiang serta kecenderungan suatu tiang untuk miring ke arah
mana ketika menerima beban. Setelah diuji loading test, ternyata kapasitas daya
dukung rencana telah terpenuhi. Dibuktikan dengan kecilnya penurunan yang
terjadi pada tiang bored pile, dan besarnya kemiringan yang tidak begitu berarti.
Untuk masalah tanah timbunan yang longsor akibat PDA test, maka dibuat
perkuatan tebing pula pada P1. Perkuatan tebing berupa DPT (Dinding Penahan
Tanah) dari pasangan batu kali, dengan jarak antar pori 1 m.

153
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

Gambar 7.10 Penambahan tiang bored pile pada P1

Gambar 7.11 DPT pada P1

7.3.6 Perijinan Lahan

Solusi dari masalah disposal area ini adalah dengan terus mencari disposal area
lain yang dapat mencukupi kebutuhan proyek, kemudian setelah didapat disposal
area, pekerjaan galian dikonsentrasikan untuk pembuangan tanah dahulu karena
pekerjaan galian tidak termasuk pekerjaan pada lintasan kritis.

7.3.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Karena mengingat pentingnya keselamatan kerja, maka di dalam sebuah
proyek harus diberlakukan peraturan untuk penggunaan peralatan keselamatan.
Selain itu harus ada asuransi keselamatan kerja untuk menjamin keselamatan
pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Peringatan langsung dari bagian K3
154
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)

juga sangat penting untuk dilakukan. Penyampaian rutin mengenain K3 dilakukan


dalam safety talk yang diadakan setiap hari jumat pagi. Selain itu juga
diberlakukannya sistim denda dan sanksi bagi seluruh staf dan pekerja. Sehingga
dengan demikian kecelakaan kerja dapat diminimalisasi.

155
Laela Fitriyantina | 21010112130213

Anda mungkin juga menyukai