DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
BAB VII
144
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
kali.Akibatnya peralatan berat seperti mesin bor dan crane yang beroperasi pada
area tersebut sempat tenggelam dan menyebabkan kerusakan pada alat. Hal ini
tentu saja menurunkan produktivitas pekerjaan karena harus menunggu teknisi
dan suku cadang yang didatangkan dari Jakarta.
Gambar 7.1 Crane dan Alat bor yang terendam akibat sungai meluap
145
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
7.2.3 Material
1. Karena proyek ini merupakan salah satu paket pekerjaan dari proyek Jalan Tol
Semarang – Solo, tentunya banyak proyek paket lain yang lokasinya
berdekatan dan bersamaan jadwal pelaksanaannya. Sehingga sempat
mengalami perebutan volume beton ready mix pada batching plan yang sama.
Pada awal proyek, suplai untuk material beton ready mix ini sulit didapatkan
karena batching plan lebih memprioritaskan proyek yang mulai lebih awal.
2. Keterlambatan pada pendatangan bekisting kolom hollow menyebabkan
recana untuk mengubah kolom P4 menjadi kolom massive. Untuk mengejar
keterlambatan proyek, maka pekerjaan pada P4 harus dipercepat. Karena
pekerjaan kolom hollow memakan waktu lebih lama dibandingkan pekerjaan
kolom massive.
146
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
147
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
3.000
1.500
A1 1.500
P2
d c
BP.13 BP.14 BP.15
34 + 350
BP.7 BP.8 BP.9
25.200
21.000
BP.6 BP.5 BP.4
a b
3.000
10.000
P1
STA. 34+347.337
148
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
sudah ada bagian K3 yang selalu memperingatkan, namun para pekerja tetap
susah untuk memakai perlengkapan pelindung setiap waktu.
149
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
150
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
perkuatan berupa sirtu. Prosesnya berupa pengelupasan tanah lapisan atas dengan
dozer, kemudian sirtu dituang dengan excavator, dan dipadatkan dengan roller.
7.3.3 Material
1. Karena proyek tidak mendapat prioritas dari batching plan (PT. Varia Usaha
Beton) maka sebagai langkah awal, proyek tidak mengadakan hubungan
kontrak dengan batching plan, jika batching plan tersebut tidak mampu
memenuhi kebutuhan proyek, proyek akan mendatangkan beton dari batching
plan lain. Namun mendatangkan beton dari batching plan lain juga tidak
mudah, akibatnya pekerjaan pengecoran sering tertunda. Dan pekerjaan
pengecoran dialihkan untuk pengeboran tiang bored pile lagi. Setelah proyek-
proyek lain yang berada di satu daerah selesai (pekerjaan strukturnya) maka
kontraktor pelaksana baru membuat kerjasama kontrak dengan batching plant
(PT. VUB), sehingga untuk pekerjaan footing dan seterusnya tidak ada
kendala pengecoran.
Gambar 7.8 Penyediaan beton ready mix dari batching plan lain
151
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
152
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
Solusi untuk menambah daya dukung bored pile di P1 adalah dengan cara
menambah jumlah tiang bored pile sebanyak 2 buah. Jumlah penambahan tiang
bored pile dapat dihitung dari hasil daya dukung bored pile terpasang pada PDA
test. Kemudian kekurangan daya dukungnya dibagi dengan daya dukung satu
tiang.
Untuk penempatan kedua tiang bored pile tambahan ini dibuat masih
didalam area footing, hal ini supaya tidak mempengaruhi bentuk footing nantinya.
Namun harus diperhatikan pula jarak antar bored pile, yaitu minimal 2D.
Sehingga penempatan kedua bored pile tambahan ini diatur supaya memenuhi
syarat jarak minimum.
Setelah diberi penanganan, kemudian dilakukanpengujian kembali pada
boredpile dimana dulu dilakukan uji SPT, untuk membuktikan apakah asumsi
benar atau salah. Dan ternyata hasil PDA test pada BP.15 aman.
Atas usulan dari konsultan pengawas, pada lokasi P1 perlu dilakukan
loading test. Pemilihan metode loading test ini dikarenakan loading test
merupakan pengujian pada sekelompok tiang, sehingga dapat diketahui
karakteristik beberapa tiang serta kecenderungan suatu tiang untuk miring ke arah
mana ketika menerima beban. Setelah diuji loading test, ternyata kapasitas daya
dukung rencana telah terpenuhi. Dibuktikan dengan kecilnya penurunan yang
terjadi pada tiang bored pile, dan besarnya kemiringan yang tidak begitu berarti.
Untuk masalah tanah timbunan yang longsor akibat PDA test, maka dibuat
perkuatan tebing pula pada P1. Perkuatan tebing berupa DPT (Dinding Penahan
Tanah) dari pasangan batu kali, dengan jarak antar pori 1 m.
153
Laela Fitriyantina | 21010112130213
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Jembatan Kali BAB VIIPERMASALAN
DAN SOLUSI
Sanjoyo pada Tol Semarang – Solo (Sta. 34+100 – Sta.
34+900)
Solusi dari masalah disposal area ini adalah dengan terus mencari disposal area
lain yang dapat mencukupi kebutuhan proyek, kemudian setelah didapat disposal
area, pekerjaan galian dikonsentrasikan untuk pembuangan tanah dahulu karena
pekerjaan galian tidak termasuk pekerjaan pada lintasan kritis.
155
Laela Fitriyantina | 21010112130213