Prevalensi otitis media supuratif kronis (OMSK) di seluruh dunia yaitu sekitar 65-330 juta orang,
terutama di negara berkembang, dimana 39-200 juta orang (60%) menderita penurunan fungsi
pendengaran secara signifikan. Diperkirakan terdapat 31 juta kasus baru OMSK per tahun,
dengan 22,6% pada anak-anak berusia <5 tahun. Otitis Media Supuratif Kronik Penyebarannya
pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang
padat, hygiene dan nutrisi yang jelek (Yusi, 2016).
b.) Etiologi:
1. Infeksi bakteri: Kuman aerob : Streptococcus pyogenes, Streptococcus albus, Proteus
vulgaris, Pseudomonas Aeruginosa. Kuman anaerob : Bacteroides sp.
2. Faktor infeksi penyakit lain biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsillitis,
rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba
Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak
dengan cleft palatedan down syndrome.
3. Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak
4. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi
imun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated
(seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat bermanifestasi sebagai sekresi
telinga kronis (Bashiruddin, 2007).
c.) Patofisiologi
1. Mekanisme sistem imun bawaan pada tubuh inang seperti jalur Toll-like receptors (TLR)
terutama TLR4/MyD88 adalah salah satu respon imun terhadap bakteri yang muncul.
2. Pada pasien OMSK kadar mRNA dari TLR4, TLR5 dan TLR7 menurun dibanding grup
kontrol.
3. Mekanisme down-regulation TLR selama terjadinya otitis media menyebabkan
pertahanan telinga menjadi tidak efisien
4. Kemudian mengakibatkan infeksi berulang dan inflamasi yang menetap sampai akhirnya
menjadi sakit telinga tengah yang bersifat kronik.
5. Biofilm yang dihasilkan oleh bakteri akan membuat bakteri menjadi resisten terhadap
antibiotik dan senyawa antimikroba lainnya . Hal ini membuat bakteri sulit untuk
diberantas dan dapat menyebabkan infeksi berulang.
6. Sitokin juga terlibat dalam patogenesis otitis media. Kadar sitokin pro inflamasi seperti
IL-8 ditemukan pada efusi cairan pada penderita OMSK .IL-8 berperan sebagai penanda
kronisitas dari otitis media dan dihubungkan dengan pertumbuhan bakteri (Arifian,
2008).
h.) Prognosis
Secara keseluruhan, prognosis otitis media baik. Namun dokter perlu berhati-hati terhadap
kemungkinan komplikasi yang ada (Arifian, 2008).
Komplikasi Ekstrakranial:
1. Mastoiditis
2. Labirintitis
3. Paralise N VII
4. Petrositis
5. Abses subperiosteal/ abses retroaurikuler
Komplikasi Intrakranial:
1. Tromboflebitis sinus lateralis
2. Abses ekstradural
3. Abses subdural
4. Meningitis
5. Abses Otak
6. Hidrosefalus otitis
h.) Diagnosis
Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karena gejalanya tidak spesifik atau tidak
bergejala (asimptomatik). Dalam mendiagnosis diperlukan ketelitian dari pemeriksa.
Karena gejalanya yang tidak khas terutama pada anak-anak. Seringkali otitis media
efusi ditemukan secara tidak sengaja pada saat skrinning pemeriksaan telinga dan
pendengeran di sekolah-sekolah. Untuk menegakan diagnosis otitis media efusi
dilakukan dengan anamnesis yang lengkap dan teliti, pemeriksaan fisik dengan
otoskopi dan pemeriksaan penunjang dengan timpanometri, audiometri atau audiologi
(Widodo, 2008).
i.) Tatalaksana
Pengobatan pada otitis media serosa akut dapat secara medikamentosa dan
pembedahan. Pada pengobatan medikal diberikan obat vasokonstriktor lokal
diberikan melalui tetes hidung, antihistamin, serta perasat Valsava, bila tidak ada
tanda-tanda infeksi di jalan napas atas. Setelah satu atau dua minggu, bila gejala-
gejala masih menetap, dilakukan miringitomi serta pemasangan pipa veilasi
(Grommet) (Soepardi dkk, 2007). Miringtomi ialah tindakan insisi pada pars tensa
membran timpani, agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar
(Soepardi dkk, 2007). Lalu pada pengobatan pada otitis media serosa kronik
dilakukan dengan mengeluarkan sekret dengan miringitomi dan memasang pipa
ventilasi (Grommet) (Ahsani, 2006). Sebagian ahli menganjurkan pengobatan
medikamentosa selama 3 bulan, bila tidak membaik dilakukan operasi (Soepardi dkk,
2007). Dinilai dan diobati faktor-faktor penyebab seperti aleri, pembesaran adenoid
atau tonsil, infeksi hidung dan sinus (Soepardi dkk, 2007).
j.) Prognosis
Prognosis otitis media efusi (OME) tergolong baik, kebanyakan penderita otitis media
efusi dapat sembuh secara spontan. Pada otitis media efusi kronik, dapat terjadi
komplikasi yaitu otitis media akut yang meliputi gangguan neurologis seperti kejang
dan gangguan perilaku (Searight dkk, 2019).