Anda di halaman 1dari 23

DOSEN PENGAMPU :

HILDAWATI, S,Sos. M,Si

T
E
N
T
A
N
G
SDN 8 MESIM
AIDIL FEBRIYANTO
PERTUMBUHAN DARMAWAN
HARRY ANGGARA PUTRA
EKONOMI KARNILIS RIYENI
MUHAMMAD HAFIZ
ROSMAYANI PUTRI
KATA PENGANTAR
       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Pertumbuhan Ekonomi. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Hildawati,
S.Si, M.Si selaku Dosen mata kuliah Sistem Ekonomi yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pertumbuhan Ekonomi. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Dumai, April 2015

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi 3
B. Teori pertumbuhan Ekonomi 3
C. Indicator Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 15
D. Ciri-ciri Negara yang melakukan pertumbuhan ekonomi 16
E. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi 16

BAB III PENUTUP 18


A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Pada akhir abad 20 , masyarakat perekonomian dunia tertuju kepada
tata cara meningkatkan penghasilan atau pendapatan nasional. Pemerintah di
setiap Negara pada saat akhir tahun selalu mengumpulkan data-data
statitistiknya yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP Relataifnya.
Dengan harapan munculnya angka-angka pertumbuhan, setiap Negara
sekarang ini sekarang ini banyak berorientasi terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi memiliki definisi
yang berbeda, pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan per-kapiat
dalam waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi termasuk salah satu
indicator yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi.
Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya
makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indicator
yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi
ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah
kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,
penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan,
penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen

II. Rumusan Masalah


A. Apa itu pertumbuhan Ekonomi ?
B. Bagaimana teori Pertumbuhan Ekonomi ?
C. Sebutkan indicator tingkat Pertumbuhan Ekonomi ?
D. Factor apa saja yang mempengaruhi Pertumbuhan ekonomi ?

III. Tujuan
A. Mengetahui pertumbuhan ekonomi
B. Mengetahui indicator yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
C. Mengetahui Teori dari Pertumbuhan Ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Alam S dalam bukunya “EKONOMI” (2007 : 25) Pertumbuhan
ekonomi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan produk domestic bruto dari
suatu negara atau daerah. Pertumbuhan ekonomi di kastakan meningkat apabila
kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada suatu periode lebih besar dari pada
Periode sebelumnya. Kenaikan PDB tersebut tidak disertai perhitungan
persentasenya dengan pertumbuhan penduduk. Jadi pertumbuhan ekonomi adalah
suatu keadaan dimana terjadi kenaikan PDB suatu Negara tanpa memandang
apakahkenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk.
Menurut Wikipedia Pertumbuhan Ekonomi adalah proses perubahan
kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan
yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga
sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pendapat mengenai definisi pertumbuhan ekonomi menurut para ahli adalah
sebagai berikut :

a. Menurut pandangan para ekonom klasik yaitu Adam Smith, David Ricardo,


Thomas Robert Malthus dan John Stuart Mill, maupun para ekonom neoklasik
yaitu Robert Sollow dan Trevor Swan, pada dasarnya ada empat faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu 
a. Jumlah penduduk, 
b. Jumlah stok barang modal, 
c. Luas tanah dan kekayaan alam, dan 
d. Tingkat teknologi yang digunakan. 
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang
apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai
pada masa sebelumnya. (Mudrajad Kuncoro, “ Otonomi dan Pembangunan
Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang “, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2004.)
b. Prof. Simon Kuznet dalam buku “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”,
edsisi 3, Rajawali Press, Jakarta mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologinya
dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan.

c. M. P. Todaro dalam bukunya “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga”, 


edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta mendefinisikan pertumbuhan
ekonomi sebagai suatu proses yang mantap dimana kapasitas produksi dari
suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat
pendapatan nasional yang semakin besar.
d. Menurut Budiono (1994), “Pertumbuhan Ekonomi” adalah suatu proses
pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada
kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses
intern perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu
sendiri), bukan berasal dari luar dan bersifat sementara. Atau dengan kata
lain bersifat self generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu
sendiri menghasilkan suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan
pertumbuhan tersebut dalam periode-periode selanjutnya.

e. Sadono Sukirno berpendapat dalam bukunya Ekonomi Pembangunan, 


Penerbit FEUI, 1985 bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan
tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Sehingga untuk
mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan naional dari tahun
ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi.

B. Teori pertumbuhan ekonomi


a. Mazhab Historismus
1. Frederich List (1789-1846)
Menurut Eeng Ahman dan Epi Indriani dalam bukunya
“Membina Kompetensi Ekonomi (2007 :22) Frederich List, ekonom
berkebangsaan jerman, membagi tahap-tahap pertumbuhan ekonomi
yang dialami suatu Negara berdasarkanteknik produksi dan cara-cara
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tahap-tahap
pertumbuhan ekonomimenurut Frederich List digambarkan bertingkat-
tingkat seperti tangga sehingga teori ini terkenal dengan sebutan Stuffen
Theorien (Teori Tangga).
Pertumbuhan ekonomi di bagi menjadi empat tahap, yaitu
sebagai berikut.

IV. Masa
Kerajinan,
II.Masa III.Masa Bertani Industri, Dan
I.Masa berburu Beternak Dan Dan Kerajinan Berdagang
dan Bertani
Menggembara
Keterangan :
Tahap I: Masa Berburu dan Mengembara
Pada awal, manusia memenuhi kebutuhannya sangat bergantung pada
pemberian alam dan hanya bertujuan untuk memnuhi kebutuhannya
sendiri . tugas berburu dilakukan oleh laki-laki sedangkan wanita mencari
buah-buahan dan umbi-umbian di sekitarnya. Jika makanan dan binatang
di sekitarnya habis, mereka akan pindah ke tempat baru. Pada masa ini
belum mengenal system pertukaran.
Tahap II: Masa Beternak dan Bertani
Pada masa ini, masyarakat sudah berpikir untuk menetap, jika mereka
mendapat binatang buruan yang masih hidup dan kebutuhan daging
masih mencukupi, mereka akan memeliharanya. Jika mereka
mendapatkan atau buah-buahan yang enak rasanya di tempat lain, timbul
keinginan untuk menanamnya sehingga mulailah di kenal system bertani.
Tahap III: Masa Bertani dan Kerajinan
Pada masa ini, mereka lebih senang hidup menetap sambil memelihara
tanaman. Sambil bertani mereka membuat kerajinan-kerajinan yang ada
hubungannya dengan pertanian, seperti pandai besi dan kerajianan
tangan lain yang dapat mereka kerjakan sambil memanfaatkan waktu
senggang setelah bertani.
Tahap IV: Masa Kerajinan, Bertani dan Industry
Pada masa ini, masyarakat memandang kerajinan bukan lagi sebagai
sampingan untuk memanfaatkan waktu senggang, melainkan merupakan
kebutuhan untuk dijual ke pasar sehingga industry berkembang dari
industry kerajinan tangan (Home Industry) menjadi industry besar (pabrik-
pabrik) . Pada masa ini lah muncul-muncul kota-kota sebagai pusat
industry. Hasil industry terus bertambah sehingga hasil industry tersebut
bukan saja untuk di jual dalam negeri, melainkan ke luar negeri (ekspor).
Dengan demikian, muncullah Perdagangan Internasional.
2. Bruno Hilder Brand (1812-1878)
Bruno Hildebrand Membagi pertumbuhan ekonomi atas 3
tahap berdasarkan alat tukar yang digunakan dalam perdagangan.
1. Masa Pertukaran Barter
Pertukaran masih bersifat kekeluargaan dengan ruang lingkup
sempit. Belum ada alat tukar, yang dilakukan adalah barter,
menukar barang dengan barang.
2. Masa Pertukaran (dengan uang)
Ada alat tukar berupa uang yang juga dapat digunakan sebagai
tabungan dan investasi.
3. Masa Pertukaran dengan cara Kredit
Cara kredit merupakan kemudahan yang diberikan dalam
perdagangan. Seseorang dapat memiliki barang yang
diinginkannya walaupun belum memiliki uang. Dengan kredit maka
dapat mempercepat peningkatan penjualan dan kenaikan investasi.
3. Karl Bucher
Menurut Eeng Ahman dan Epi Indriani dalam bukunya
“Membina Kompetensi Ekonomi (2007 :23) Karl Bucher membagi tahap-
tahap pertumbuhan ekonomi berdasarkan hubungan antara produsen dan
konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tahap pertumbuhan
ekonomi menurut Karl Bucher di bagi sebgai berikut:
a) Rumah Tangga Tertutup
Kehidupan masyarakat pada mas ini sangat sederhana
dan tertutup. Mereka memnuhi kebutuhan hidup dari hasil buatan
kelompoknya sendiri dan pertukaran antarkelompok belum terjadi.
Mereka memproduksi hanya untuk kebutuhannya sendiri, atau tidak
untuk di jual. Dengan kata lain, mereka adalah produsenuntuk
dirinya sendiri.
b) Rumah Tangga Kota
Bertambahnya jumlah penduduk akan meningkatkan
kebutuhan masyarakat secara terus menerus kebutuhan hidup
suatu kelompok masyarakat tidak dapat di penuhi sendiri. Oleh
karena itu, mereka di tuntut berhgubunagn dengan masyarakat lain
dalam satu kota. Pada rumah tangga ini, masyarakat mulai
mengenal pertukaran. Kegiatan sehari-hari mereka tidak hanya
bertani, tetapi sudah berdagang. Mereka menyepakati suatu
tempat pertemuan untuk pertukaran kebutuhan yang tidak dapat
mereka penuhi sendiri. Tempat pertemuan itu di sebut Pasar.
c) Rumah Tangga Bangsa
Rumah tangga kota berkembang terus menerus sehingga
pertukaran yang terjadi antarpenduduk antar kota tidak dapat saling
memenuhi . hal ini menuntut pertukaran antar kota dalam suatu
Negara. Pertukaran tersebut menyebabkan ruang lingkup
pertukaran mencakup pasar nasional. Tingakat perekonomian ini di
sebut Rumah Tangga Bangsa.
d) Rumah Tangga Dunia
Rumah tangga bangsa berkembang pesat, para pedagang
semakin menjadi pentiong dalam geliat ekonomi, Dalam Rumah
Tangga Dunia ini kegiatan ekonomi sudah semakin lancar seperti
ekspor dan impor.
4. Karl Heinrich Marx (1818-1883)

Menurut Marx sejarah ilmu ekonomi adalah penekanan


pentingnya perjuangan kelas dalam masyarakat. Marx menyusun sebuah
teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan
sistem politik Pengikut teori ini disebut sebagai Marxisme dalam
penyusunannya mark di bantu oleh Friedrich Engels dari pertengahan
abad ke-19. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme
historis serta penerapannya pada kehidupan sosial, tori marxisme bisa di
depinisikan perjuangan kelas buruh untuk menumbangkan kapitalisme
dan menumbuhkan paham sosialisme (tanpa kelas).

Penerapan teori klasik pada tahap-tahap awal pertumbuhannya


di Eropa Barat, terutama di Inggris ternyata telah menimbulkan
kesenjangan ekonomi yang semakin hari semakin melebar, khususnya
diantara kaum kapitalis yang semakin kaya dan kaum buruh yang semakin
miskin.Teori klasik yang menekankan peranan kapital beserta
akumulasinya dalam pertumbuhan ekonomi mendorong para pemilik
modal (kapitalis) memaksimumkan penggunaan modal melalui operasi
perusahaan.

Teori alternatifpun harus di terapkan oleh marx, yang pokok


isinya adalah membela kepentingan para pekerja dan meramalkan
runtuhnya sistem kapitalis.Teori ini sering disebut teori sosialis dan dalam
perkembangannya melahirkan sistem ekonomi komunis yang banyak
dipraktekkan di negara-negara Eropa Timur, Uni Sovyet, RRC dan di
beberapa NT dan NSB lainnya.

Menurut Marx pertumbuhan ekonomi melalui lima tahapan


berikut :

1. Sosialis (komunal primitif)

2. Perbudakan

3. Feodal

4. Kapitalis

5. Sosialis (komunal modern)

Dari kelima tahapan tersebut Marx melihat adanya siklus dalam


perkembangan masyarakat yaitu mulai dari masyarakat komunal (primitif)
pada tahap pertama dan berakhir kembali pada masyarakat komunal
(modern) pada tahap kelima.Dalam pada itu pada tahap kedua, ketiga dan
keempat ditandai oleh adanya konflik dan perjuangan kelas diantara
kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan yang bertentangan
dalam masyarakat yang bersangkutan.

1. Sosialis (Komunal Primitive)

Sebagai suatu tatanan masyarakat yang menekankan


kepada pentingnya kebersamaan.Jadi berbeda dengan tatanan
masyarakat kapitalis primitif yang lebih menonjolkan
kepentingan individu.Perekonomian primitif ditandai oleh
teknologi atau peralatan kerja yang sifatnya masih sangat
sederhana seperti alat-alat yang berasal dari batu dan
sebagainya.

2. Perbudakan

Terbelahnya produsen ke dalam dua kelompok yang satu


sama lain disamping saling membutuhkan, tetapi dalam
prakteknya juga sering mempunyai kepentingan yang saling
bertentangan.

3. Masyarakat Feodal ( Tuan Tanah )

Kaum bangsawan menguasai alat – alat produksi utama


pada waktu itu yaitu tanah,sehingga sebagian besar petani
tidak memilki tanah, atau hanya memilki tanah yang luasnya
terbatas sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri,oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhannya para
petani bekerja di tanah yang di miliki oleh tuan tanah, baik itu
bekerja sebagai buruh tani atau pun penyewa.

4. Masyarakat Kapitalis

Masyarakat kapitalis diilhami oleh gagasan Adam Smith


yang menggarisbawahi pentingnya peranan kapital dan
akumulasi kapital dalam pertumbuhan ekonomi lewat
peningkatan produktivitas per pekerja. Peningkatan
produktivitas per pekerja terjadi karena tambahan kapital
membuka peluang untuk mempertajam tingkat spesialisasi dan
pembagian kerja (specialization division of labor). Disamping itu
faktor lain yang ikut menunjang proses pertumbuhan ekonomi
menurut Adam Smith adalah: 

a) Pasar yang semakin luas, dan

b) Laba usaha.

Syarat utama yang harus dipenuhi untuk


memaksimumkan luas pasar menurut Adam Smith adalah
memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada anggota
masyarakat dalam mengelola kegiatan ekonominya. Dampak
dari perkembangan yang semacam itu adalah bahwa
masyarakat kembali terbagi dua tetapi dengan corak yang
berbeda dari periode sebelumnya. Kedua kelompok itu adalah:

a) Kelas Kapitalis, dan

b) Kelas Buruh.

Dalam hubungan ini para kapitalis mempekerjakan kaum


buruh, yang dalam hal ini mempunyai posisi yang relatif lemah
terutama karena tidak memiliki alat produksi.Pertentangan
kepentingan ini makin lama makin besar dan akhirnya timbul
pertarungan diantara keduanya yang oleh Marx disebut
perjuangan kelas.

5. Masyarakat Komunal Modern

Dalam masyarakat komunal modern faktor-faktor


produksi adalah milik bersama (social ownership). Namun
berbeda dengan masyarakat komunal primitif, dalam
masyarakat komunal modern alat-alat produksi atau teklogi
sudah jauh lebih maju. Dalam sistem ini semua manusia
mempunyai peluang yang sama untuk maju pada semua
bidang kehidupan dan terutama dalam bidang ekonomi.

5. WW. Rostow
Alam syah Dalam Bukunya “Ekonomi’ (2007:28) Menyebutkan
menurut Rostow pertumbuhan ekonomi terdiri dari beberapa tahap
berikut.

1) Perekonomian Tradisional (The Traditional Society)

Ciri-ciri suatu perekonomian pada tahap ini adalah


sebagai berikut :

a) Teknologi yang di gunakan dalam kegiatan


produksi masih sederhana

b) Produksi yang di hasilkan rendah sehingga hanya


cukup utnuk memenuhi kebutuhan sendiri

c) Kegiatan produksi dilakukan secara tradisional

2) Perekonomian Transisi ( The Precondition For Take Off)

Ciri-ciri suatu perekonomian telah mencapai tahap ini


adalah sebagai berikut :

a) Timbulnya pemikiran mengenai pembnagunan


ekonomi untuk meningkat kesejahteraan

b) Terjadinya perubahan dan nilai-nilai dan struktur


kelembagaan yang berlaku di dalam masyarakat

c) Perekonomian mulai menciptakan kerangka


ekonomi yang kokoh untuk mencapai tingkat
perekonomian yang lebih tinggi

3) Perekonomian Lepas Landas (The Take Off)

Ciri-ciri suatu perekonomian telah mencapai tahap ini


adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan ekonomi berlangsung secara terus


menerus dengan hasil yang memuaskan

b) Nilai investasi yang bersifat produktif meningkat


sebesar sepuluh persendari nilai produk nasional
neto.

c) Terciptanya kondisi yang dapat membuat semua


lembaga dapat berfungsi sesuai dengan harapn
masyarakat

d) Terciptanya kestabilan di bidang politik dan sosial


4) Perekonomian Menuju Kedewasaan ((the Drive to Maturity)

Ciri-ciri suatu perekonomian telah mencapai tahap ini


adalah sebagai berikut :

a) Tenaga kerja yang terlibat pada proses produksi


bersifat professional

b) Berkurangnya peranan dari sector pertanian

c) Kebutuhan masyarakat sudah banyak terpenuhi

5) Perekonomian Dengan Tingkat Konsumsi Yang Tinggi (The AgeOf


High Mass)

Ciri-ciri suatu perekonomian telah mencapai tahap ini


adalah sebagai berikut:

a) Masyarakat berkembang secara mandiri

b) Keadaan teknologi dalam masyarakat


berkonsumsi tinggi sudah di katakana matang

c) Tingkat kesejahteraan masyarkat tinggi

b. Mazhab Analitis

1. Teori Klasik
a. Pandangan Adam Smith 
Sadono Sukirno, dalam bukunya “Ekonomi
Makro” (2010) Adam Smith merupakan ahli
ekonomi yang pertama kali mengemukakan
kebijksanaan laissez-faire, dan merupakan ahli
ekonomi yang banyak berfokus pada
permasalahan pembangunan. Inti dari proses
pertumbuhan ekonomi menurut Smith dibagi
menjadi dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan
pertumbuhan penduduk.
Mengenai peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi, Smith
berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong
pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas
pasar, maka akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian
tersebut. Perkembangan spesialisasi dan pembagian kerja akan
mempercepat proses pembangunan ekonomi karena adanya spesialisasi
akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong
perkembangan teknologi.

Pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya


pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka
akan terdapat pertembahan output atau hasil. Dengan demikian,
pertumbuhan penduduk dapat dilihat dengan adanya pertambahan hasil.
Kaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertambahan hasil dilihat
dari tiga faktor, yaitu:
1. Adanya persediaan sumber daya alam
2. Adanya jumlah penduduk
3. Persediaan barang modal

b. Pandangan David Ricardo 


Pandangan Ricardo mengenai proses
pertumbuhan ekonomi tidak jauh berbeda
dengan pendapat Adam Smith yang berfokus
pada laju pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga
mengungkapkan adanya keterbatasan faktor
produksi tanah yang bersifat tetap sehingga
akan menghambat proses pertumbuhan
ekonomi.

Proses pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo dalam buku Sadono


Sukirno (2010)yaitu:
4. Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan
alam masih melimpah sehingga para pengusaha memperoleh
keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal
tergantung pada keuntungan, maka laba yang tinggi tersebut
akan diikuti dengan pembentukan modal yang tinggi pula. Pada
tahap ini maka akan terjadi kenaikan produksi dan peningkatan
permintaan tenaga kerja.
5. Pada tahapan kedua, karena jumlah tenaga kerja diperkerjakan
bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah tersebut
akan mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah
tetap, maka makin lama tanah yang digunakan mutunya akan
semakin rendah. Akibatnya, setiap tambahan hasil yang
diciptakan oleh masingmasing pekerja akan semakin
berkurang. Dengan semakin terbatasnya jumlah tanah yang
dibutuhkan, maka harga sewa lahan akan semakin tinggi. Hal
ini akan mengurangi keuntungan pengusaha yang
menyebabkan pengusaha tersebut mengurangi pembentukan
modal dan menurunkan permintaan tenaga kerja yang
berakibat pada turunnya tingkat upah.
6. Tahap ketiga ditandai dengan menurunnya tingkat upah dan
pada akhirnya akan berada pada tingkat minimal. Pada tingkat
ini, perekonomian akan mencapai stationary state.
Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa
tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak
memperoleh keuntungan.
Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan
ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sadono Sukirno, 2010).
Persamaannya adalah :

Y = f(K, L, R, T)
Y = tingkat pertumbuhan ekonomi
K = jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan
L = jumlah dan kualitas tenaga kerja yang digunakan
R = jumlah dan jenis kekayaan yang digunakan
T = tingkat teknologi yang digunakan

Pandangan Robert Malthus 

Dalam teorinya, Malthus mengemukakan penduduk akan mempengaruhi


tingkat pertumbuhan ekonomi dimana pertambahan penduduk meningkat
secara deret ukur sedangkan pertambahan bahan makanan meningkat
secara deret hitung. Seperti halnya David Ricardo, Malthus berbeda
pendapat dengan Smith yang belum menyadari hukum hasil yang semakin
berkurang, perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan
ekonomi karena dapat memperluas pasar.

Sedangkan Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang berjalan


dengan cepat akan memperbesar jumlah hingga menjadi dua kali lipat
dalam satu generasi sehingga dapat menurunkan kembali tingkat
pembangunan ekonomi ke taraf yang lebih rendah. Pada tingkat ini,
pekerja akan menerima upah yang sangat minim atau upah subsisten
(Sadono Sukirno, 2010).
2. Teori Neo Klasik
Menurut Imamul Arifin Dan Gina Hadi W Dalam bukunya “Membuka
Cakrawala Ekonomi” (2009:15) Tokoh yang terkenal dari Mazhab ini adalah
Robert M. Solow (1970), seorang peraih hadiah Nobel ekonomi dari
Amerika Sarikat dan rekannya, Trevor W.Swan (1956) dari Australia. Model
Solow & Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi
modal kemajuan teknologi dan besar output yang saling berinteraksi.
Pertumbuhan ekonomi menurut mereka adalah suatu proses yang
berlangsung dengan perimbangan di antara factor-factor produksi. Dalam
model pertumbuhan ekonominya, Solow-Swan berasumsi :
1) Tingkat teknologi di anggap konstan
2) Tidak ada perdagangan luar negeri atau arus modal masuk keluar
Negara
3) Tidak ada intervensi pemerintah
4) Tingkat pertambahan penduduk atau tenaga kerja dianggap konstan
5) Keadaan full employment tercapai dalam arti seluruh penduduk
bekerja dan factor produksi lainnya di pergunakan secara penuh.
Teori Solow & Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme
pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu
terlalu banyak mencampuri atau memengaruhi pasar. Hal ini membuat teori
mereka dan pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan pemikiran
mereka dinama kan teori Neoklasik.Jadi proses pertumbuhan Solow&Swan
ini bertentangan dengan Teori Harrod & Domar yang menyatakan bahwa
didalam proses pertumbuhan terkandung unsur ketidakstabilan sehingga
memerlukan campur tangan pemerintah
3. Teori Keynesian
1. Harod-Domar
Bambang, Haristanti Dan Heraeni dalam bukunya “Mengasah
Kemampuan Ekonomi’ menyebutkan dalam bukunya bahwa teori ini di
kembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh E.S
Domar dan R.F Harrod. Keduanya melihat pentingnya investasi Terhadap
pertumbuhan Ekonomi , sebab pentingnya investasi dalam pertumbuhan
ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang
memungkinkan peningkatan output. Sumber dana domestic untuk
keperluan investasi berasal dari bagian produksi (pendapatan nasional)
yang di tabung. Asumsi yang ditanamkan dalam teori ini antara lain :
1. Semua barang modal yang terdapat dalam perekonomian
sudah sepenuhnya digunakan;
2. Perekonomian hanya terdiri atas dua sector yaitu sector rumah
tangga dan sector perusahaan;
3. tabungan rumah tangga sebanding dengan pendapata rumah
tangga. Artinya fungsi tabungan dinulai dari titik nol;
4. Rasio modal produksi (Capital Output Rasio = COR) , yaitu
perbandingan antarapertambahan modal dan pertambahan
produksi adalah tetap;
4. Teori Schumpeter

Menurut Alam s di dalam bukunya yang “EKONOMI”


(2007:26) Peranan pengusaha dan wirausahawan
banyak penting dalam memengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Itulah salah satu hal yang di tekan oleh
Schumpeter dalam teorinya. Pengusaha akan terus-
menerus melakukan inovasi untuk mendapatkan hal-
hal baru yang berguna bagi usahanya dan dapat
meningkatkan keuntungan yang di peroleh.
Adapun bentuk inovasi-inovasi yang dilakukan oleh pengusaha antara lain
mencari lokasi, pasar yang baru, meningkatkan efektivitas dan efesiensi
proses produksi, mencari suber bahan mentah. Untuk menjalankan inovasi
yang telah di temukan tentu membutuhkan modal. Pengusaha akan
meminjam modal tersebut untuk keperluan investasi usahanya.akibat dari
investasi tersebut adalah kenaikan pendapatan nasional yang ikut meningkat
yang mendorong peningkatankonsumsi masyarakat. Karena konsumsi
meningkat berartikapasitas produksi pengusaha pun ikut meningkat dan
menimbulkan investasi baru oleh pengusaha.
Ada dua jenis investasi yang timbul, yaitu :
1. Investasi Otonom adalah investasi yang timbul akibat adanya
kebutuhan modal untuk keperluan inovasi.
2. Investasi terpengaruh adalah investasi yang timbul akibat kenaikan
pendapatan nasional yang mendorongterviptanya investasi baru.

Menurut Schumpeter ketika tingkat kemajuan ekonmi semakin tinggi


maka kemungkinan untuk melakukan inovasi semakin terbatas. Sulitnya
melakukan inovasi membuat pertumbuhan ekonomi berjalan lambat hingga
akhirnya berhenti pada titik tertentu. Keadaan ini di sebut stationary state.
Berbeda dengan aliran klasik yangberpendapat bahwa keadaan stationary
state terjadi pada saat pertumbuhan ekonomi semakin tinggi .
5. Teori Ketergantungan (Defendency)
Menurut Theotonio Dos Santos, Dependensi (ketergantungan) adalah
keadaan dimana kehidupan ekonomi negara – negara tertentu dipengaruhi
oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara – negara
lain, di mana negara – negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima
akibat saja. Negara – negara pinggiran yang pra-kapitalis merupakan Negara
– negara yang tidak dinamis, yang memakai cara produksi Asia yang
berlainan dengan cara produksi feodal Eropa yang menghasilkan kapitalisme.
Negara – negara pinggiran ini, setelah disentuh oleh kapitalis maju, akan
bangun dan berkembang mengikuti jejak Negara – negara kapitalis maju.
Namun terdapat kritikan mengenai teori tersebut, bahwa negara-negara
pinggiran yang pra-kapitalis mempunyai dinamika sendiri yang bila disentuh
oleh Negara – negara kapitalis maju, akan berkembang secara mandiri.
Justru karena Negara – negara kapitalis maju ini perkembangan Negara –
negara pinggiran menjadi terhambat.
Dos Santos menguraikan 3 bentuk ketergantungan:.
1. Ketergantungan Kolonial
Terjadi penjajahan dari negara pusat ke negara
pinggiran. Kegiatan ekonominya adalah ekspor barang-barang
yang dibutuhkan negara pusat. Hubungan penjajah – penduduk
sekitar bersifat eksploitatif.
2. Ketergantungan Finansial-Industrial:
Negara pinggiran merdeka tetapi kekuatan finansialnya
masih dikuasai oleh negara-negara pusat. Ekspor masih berupa
barang – barang yang dibutuhkan negara pusat. Negara pusat
menanamkan modalnya baik langsung maupun melalui
kerjasama dengan pengusaha lokal..
3. Ketergantungan Teknologis-Industrial:
Bentuk ketergantungan baru. Kegiatan ekonomi di
negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk
negara pusat. Perusahaan multinasional mulai menanamkan
modalnya di negara pinggiran dengan tujuan untuk kepentingan
negara pinggiran.
Meskipun demikian teknologi dan patennya masih
dikuasai oleh negara pusat. Dos Santos membahas juga
struktur produksi dari sebuah proses industrialis, bahwa:
 Upah yang dibayarkan kepada buruh rendah sehingga
daya beli buruh rendah.
 Teknologi padat modal memunculkan industri modern,
sehingga: Menghilangkan lapangan kerja yang sudah
ada. Menciptakan lapangan kerja baru yang jumlahnya
lebih sedikit. Larinya keuntungan ke luar negeri
membuat ketiadaan modal untuk membentuk industri
nasional sendiri. Oleh sebab itu, kapitalisme bukan
kunci pemecahan masalah melainkan penyebab
munculnya masalah ini.
Henrique Cardoso dengan gagasannya “Associated-Dependent
Development” menyatakan bahwa produksi dapat dilakukan di Negara –
negara pinggiran karena adanya perlindungan sistem paten. Selain itu
kebijakan proteksi dan bea masuk mendorong perusahaan multinasional
untuk membangun perusahaan di negara pinggiran. Meskipun demikian,
industrialisasi di negara pusat dan pinggiran tetap berbeda. Sifat – sifat
industrialisasi di negara pinggiran adalah sebagai berikut:
·         Ketimpangan pendapatan yang makin besar.
·         Menekankan pada produksi barang – barang konsumsi mewah
dan bukan barang – barang yang dibutuhkan rakyat.
·         Mengakibatkan utang yang semakin tinggi jumlahnya dan
menghasilkan kemiskinan.
·         Kurang terserapnya tenaga kerja.
Peter Evans dengan gagasannya “Dependent Development”
menyatakan bahwa produksi sudah diserahkan ke negara pinggiran karena
adanya kemajuan teknologi dan menguatnya rasa nasionalisme negara
pinggiran.
Dalam dependent development terjadi pembangunan industrialisasi di
negara pinggiran dengan kerjasama borjuis lokal, muncul perusahaan
multinasional raksasa, otak perusahaan tersebut berada di negara pusat dan
cabang – cabang yg ada di negara pinggiran hanya boleh mengambil
keputusan operasional di cabang tersebut.
Kerjasama antara pemerintah lokal dan modal asing bersifat kerjasama
ekonomi sehingga mendorong terjadinya proses industrialisasi. Sedangkan
kerjasama antara pemerintah dengan borjuis local bersifat politis untuk
mendapatkan legitimasi politik, kaitannya dengan nasionalisme negara
tersebut. Nasionalisme yg ada di negara pinggiran tidak dimaksudkan untuk
membuat negara tersebut menjadi mandiri tetapi sebagai alat untuk memeras
perusahaan multinasional tersebut.
Robert A. Packenham (1974), mengajukan kritik atas teori
ketergantungan dengan menyebutkan kekuatan teori ketergantungan dan
kelemahan teori ketergantungan.
 Menurut Packenham,Ø kekuatan teori ketergantungan antara lain:
·         Menekankan pada aspek internasional.
·         Mempersoalkan akibat dari politik luar negeri (industri terhadap
pinggiran).
·         Mengkaitkan perubahan internal negara pinggiran dengan politik
luar negeri negara maju.
·         Mengaitkan antara analisis ekonomi dengan analisis politik.
·         Membahas antarkelas dalam negeri dan hubungan kelas
antarnegara dalam konteks internasional.
·         Memberikan definisi yang berbeda tentang pembangunan ekonomi
(tentang kelas – kelas sosial, antardaerah dan antarnegara).
Sedangkan kelemahan teori dependensi antara lain:Ø
·         Hanya menyalahkan kapitalisme.
·         Konsep kunci yang kurang jelas termasuk istilah “ketergantungan”.
·         Ketergantungan dianggap sebagai konsep yang dikotomis.
·         Tidak ada kemungkinan lepas dari ketergantungan.
·         Ketergantungan dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
·         Ketergantungan tidak melihat aspek psikologis.
·         Ketergantungan menyepelekan konsep nasionalisme.
·         Teori Ketergantungan sangat normatif dan subyektif.
·         Hubungan antarnegara dalam teori ketergantungan bersifat zero-
sum game (kalau yang satu untung, yang lain rugi), padahal kenyataannya
tidak ada hubungan yang bersifat seperti itu.
·         Karena konsepnya tidak jelas maka tidak dapat diuji
kebenarannya, sehingga teori ini menjadi tautologies (selalu benar).
·         Menganggap aktor politik sebagai boneka dari kepentingan modal
asing.
·         Kajian yang kurang rinci dan tajam akibatnya teori ini kurang dapat
dipergunakan untuk menganalisis dengan tajam.
Teori ketergantungan dari John A Hobson. menjelaskan imperialisme
dan kolonialisme melalui motivasi keuntungan ekonomi. Teori ini merupakan
kelompok teori Gold, yang menjelaskan, bahwa terjadinya imperialisme
karena adanya dorongan untuk mencari pasar dan investasi yang lebih
menguntungkan. Ketika pasar dalam negeri telah jenuh atau pasar dalam
negeri terbatas, maka mereka mencari pasar baru di Negara – negara lain.
Menurut Vladimir Ilich Lenin, imperialisme merupakan puncak kapitalisme.
Kapitalisme yang semula berkembang dari kompetisi pasar bebas,
mematikan perusahaan – perusahaan lain dan memunculkan kapitalisme
yang menguasai pasar. Walaupun bentuknya pada jaman sekarang ini tidak
menggunakan armada militer, namun dampaknya tetap saja merugikan
negara yang menjadi objek penanaman investasi mereka.
Teori ketergantungan pada dasarnya menyetujui, bahwa yang menjadi
penyebab ketergantungan adalah kekurangan modal dan kurangnya tenaga
ahli. Tetapi faktor penyebabnya adalah proses imperialisme dan neo
imperialisme yang menyedot surplus modal yang terjadi di negara pinggiran
ke negara pusat. Akibat pengalihan surplus ini, negara pinggiran kehilangan
surplus utama yang dibutuhkan untuk membangun negerinya. Maka,
pembangunan dan keterbelakangan merupakan dua aspek dari sebuah
proses global yang sama. Proses global ini merupakan proses kapitalisme
dunia. Di kawasan yang satu, proses itu melahirkan pembangunan, di
kawasan yang lain, menyebabkan lahirnya keterbelakangan.
Keterbelakangan yang dialami oleh negara-negara berkembang yang
telah secara intensif mendapat bantuan dari negara-negara maju
menyebabkan ketidakpuasan terhadap asumsi – asumsi yang dikemukakan
oleh teori modernisasi. Keadaan ini menimbulkan reaksi keras dari para
pemerhati masalah – masalah sosial yang kemudian mendorong timbulnya
teori dependensi. Teori ini menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi
itulah Negara – negara dunia ke-tiga kemudian mengalami kemunduran
(keterbelakangan), secara ekstrim dikatakan bahwa kemajuan atau
kemakmuran dari negara-negara maju pada kenyataannya menyebabkan
keterbelakangan dari Negara – negara lainnya (the development of
underdevelopment); siapa sebenarnya yang menolong dan siapa yang
ditolong ?.

C. Indicator Tingkat Pertumbuhan Ekonomi


Menurut Eeng Ahman dan Epi Indriani dalam bukunya “Membina Kompetensi
Ekonomi (2007 :17-19)Kemajuan suatu Negara dapat diukur dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang di capai oleh suatu Negara dalam satu tahun. Oleh
karena itu harus di ketahui factor-faktor yang dijadikan sebagai indicator
pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Indicator pertumbuhan ekonomi tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Produk Nasional Bruto
Produk Nasional Bruto atau lebih di kenal Gross National
Product (GNP) adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh suatu perekonomian dalam suatu tahun dan dinyatakan dalam
harga pasar. Ukuran dalam bentuk GNP ini bersifat global. Para ahli
ekonomi di dunia sepakat bahwa secara umum untuk mengetahui
tingkat pertumbuhan ekonomi yang di capai oleh suatu Negara dapat
dilihat melalui peningkatan GNP Negara tersebut.
Rumus untuk menghitung Pertumbuhan ekonomi yang dicapai
oleh suatu Negara adalah sebagai berikut

ΔGNP
Pertumbuhan Ekonomi Tahun Tertentu = x 100%
GNPto

Keterangan:
ΔGNP : Perubahan GNP (GNP tahun tertentu-GNP tahun
sebelumnya)
GNPto : Gnp Tahun Sebelumnya

b. Pendapatan Perkapita
Ukuran pertumbuhan lain yang Lebih mendekati kenyataan ,
uyaitu penggunaan konsep pendapatan perkapita. Pendapatan
perkapita di artikan pendapatan rata-rata seorang penduduk suatu
Negara dalam satu tahun. Pendapatn perkapita juga sering di kenal
dengan istilah Income Per Capit (IPC).
IPC : JUMLAH GNP :Jumlah Penduduk

Mengukur pertumbuhan pendduk menggunakan konsep


pendapatan perkapita dianggap lebih baik karena sudah menghitung
jumlah penduduk. Meskipun cara ini di anggap baik tapi belum
mencerminkan tingkat kesejahteraan yang tepat. Hal ini di di
sebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat harus benar-benar di
rasakan oleh seluruh masyarakat secara merata dan kuantitatif.
D. Ciri-ciri Negara Yang melakukan Pertumbuhan Ekonomi
Eeng dan Epi Mengatakan dalam Bukunya “Membina Kompetensi Ekonomi”
(2007:21) Ciri-Ciri Negara yang Mengalami Pertumbuhan Ekonomi Menurut
Economic Commission For Asia and Far East (ECAFE)
Ciri-ciri negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi menurut ECAFE, yaitu
sebagai berikut:

1. Negara tersebut mengalami peningkatan GNP dan pendapatan per kapita


dari tahun ke tahun (Flow of Output Approach).
2. Negara tersebut mengalami peningkatan investasi potensial (Level of Living
Approach).
3. Di negara tersebut ditemukan sumber-sumber produktif dan dapat
didayagunakan dengan lebih baik (Stock of Resources or Productive Asset
Approach).

E. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi


Menurut Wikipedia Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
adalah:

 Faktor Sumber Daya Manusia

Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan


ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat
lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana
sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan
dengan membangun infrastruktur di daerah-daerah.

 Faktor Sumber Daya Alam

Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber


daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun,
sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses
pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang
tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan
tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan
kekayaan laut.

 Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin


pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan,
pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia
digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek
efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan
ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan
laju pertumbuhan perekonomian.

 Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap


pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi
sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi
dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat
mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja
cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat
menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois,
boros, KKN, dan sebagainya.

 Sumber Daya Modal

Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan


meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-
barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran
pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat
meningkatkan produktivitas

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi adalah proses Peningkatan Pendapatan (Pnb)
pada suatu Daerah tanpa mengaitkan dengan tingkat pertumbuhan
penduduk. Jika pada suatu Negara pendapatan Negara pada tahun ini
mengalami kenaikan di banding tahun sebelumnya maka terjadilah
Pertumbuhan Ekonomi, pertumbuhan ekonomi ini melihat pada kuantitatif,
pendapatan dan produksi.
Pertumbuhan ekonomi di bagi dua mazhab yaitu mazhab historismus,
yaitu para ahli dari mazhab ini yaitu Friedrich List, Bruno Hilder Brand, Karl
Bucher, Karl Max, WW.Rostow, dan mazhab analitis yitu terbagi atas 5 teori
yaitu teori klasik yang di pelopori oleh Adam Smith dan David Ricardo, teori
neo klasik di pelopori oleh Solow & Swan, teori Keynesian di pelopori oleh
Keynes dan Harrod Domar, teori Schumpeter, Teori Ketergantungan di
pelopori oleh Theotonio Dos Santos.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari Produk Nasional Bruto atau
pnb Dan Pendapatn perkapita dari suatu Negara.

B. Saran
Penerapan atas teori dari materi diatas baiknya memperhatikan
terlebih kondisi kondisi perekonomian di Negara sedang berkembang yang
akan menerapkan teori, sebelum memilih penerapan yang mana yang sesuai
karena setiap teori di atas hadir bedasarkan kondisi yang berbeda – beda
dengan paradigma pembangunan yang berbeda pula. Jadi Negara jangan
sembarang dalam menerapkan Teori diatas.

DAFTAR PUSTAKA

S, Alam. 2007. Ekonomi. Jakarta : Esis


https://www.wikipedia.org/
Kuznet , Simon. 2006. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Jakarta :
Rajawali Press
Todaro, M, P..2003.“Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga”. Jakarta : Erlangga
Sukirno ,Sadono. 1985. “Ekonomi Pembangunan”. Jakarta : FEUI
Ahman, Eeng Epi Indriani .2007. “Membina Kompetensi Ekonomi”. Bandung :
Grafindo Media Pratama
Sukirno , Sadono. “Ekonomi Makro”.2010 : Raja Grafindo Persada
Arifin , Imamul, & Hadi W, Gina. “Membuka Cakrawala Ekonomi”. 2009 : Setia Purna

Anda mungkin juga menyukai