Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUBUNGAN ILMU FIQIH DENGAN ILMU TAUHID DAN ILMU


AKHLAK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Fiqih
Dosen Pengampu: Asro’ie Thohir, M. Ag.

Disusun Oleh:
1. Agnes Tasya Mindiana (1908086071)
2. Zulfa Nurul Hidayah (1908086078)
3. Dia Atun Munawaroh (1908086079)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu fiqih merupakan ilmu yang mengatur tentang hukum dan aturan yang
berkenaan dengan hubungan masyarakat muslim dengan Allah SWT, sesama
manusia, dan alam sekitarnya. Dalam mengatur aspek kehidupan umat muslim
yang semakin hari mengalami perubahan, maka ilmu fiqih juga mengikuti
perubahannya sesuai dengan perkembangan zaman pada saat ini. Apabila kita
masih mengacu dengan fiqih klasik, maka tidak akan relevan dengan kehidupan
umat muslim saat ini. Sehingga, para ulama merumuskan adanya fiqih baru yang
lebih senyawa dan sejalan dengan dinamika masyarakat muslim kontemporer.
Karakter dari fiqih baru ini mengacu pada Al-Qur’an, sunnah, dan hikmah.
Al-Qur’an tetap digunakan sebagai pedoman utama dalam mengambil kesimpulan
hukum. Sebaagian ulama’ menggunakan Al-Quran melalui tafir-tafsirnya.
Kemudian sunnah dijadikan sebagai rujukan apabila sunnah sejalan dengan Al-
Qur’an. Setelah itu adanya hikmah. Hikmah merupakan hak pemberian Tuhan
yang tersebar untuk seluruh umat muslim tertentu dan berfungsi sebagai upaya
untuk melakukan pembaruan fiqih dan berati pula menjadikan kemaslahatan
sebagai landasan filosofis atas fiqih.
Sehingga dapat kita simpulkan, bahwa ilmu fiqih sangat berkaitan erat
dengan ilmu lain. Dengan adanya ilmu-ilmu Al-Qur’an berupa tafsir, penerapan
sunnah melalui ilmu hadits, dan adanya hikmah yang dimiliki oleh orang tertentu.

A. Tujuan
1. Apakah yang dimaksud dengan ilmu fiqih?
2. Apakah yang dimaksud dengan ilmu tauhid?
3. Apakah yang dimaksud dengan ilmu akhlak?
4. Bagaimanakah keterkaitan ilmu fiqih dengan ilmu tauhid?
5. Bagaimanakah keterkaitan ilmu fiqih dengn ilmu akhlak?

1
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ilmu fiqih
2. Untuk mengetahui definisi ilmu tauhid
3. Untuk mengetahui definisi ilmu akhlak
4. Untuk mengetahui keterkaitan ilmu fiqih dengan ilmu tauhid
5. Untuk mengetahui keterkaitan ilmu fiqih dengan ilmu akhlak

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu Fiqih
Ilmu fiqih merupakan salah satu bidang ilmu dalam syariat islam
yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai
aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun
kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan
Tuhannya. Beberapa ulama fiqih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan
fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya
sebagai hamba Allah. Fiqih membahas tentang cara beribadah, prinsip rukun
islam, dan hubungan antar manusia sesuai yang tersurat dalam Al-Qur’an,
Sunnah dalam islam.
Secara etimologi fikih berasal dari bahasa arab yang artinya
pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal. Sedangkan beberapa ulama
memberikan penguraian bahwa arti fikih secara terminologi yaitu ilmu yang
mendalami hukum hukum islam yang diperoleh melalui dalil di Al-Qur’an
danAs-sunnah. Selain itu fikih merupakan ilmu yang juga membahas hukum
syar’iyyah dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, baik itu
dalam ibadah maupun muamalah. Dalam ungkapan lain, sebagaimana
dijelaskan dalam sekian banyak literatur, bahwa fikih adalah “Al-Ilmu bil-
ahkam asy-syar’iyyah al-amaliyyah al-muktasab min adillatiha at
tafshiliyyah”, yaitu ilmu tentang hukum-hukum syari’ah praktis yang digali
dari dalil-dalilnya secara terperinci”. Terdapat sejumlah pengecualian terkait
pendefinisian ini, dari “asy-syar’iyyah” (bersifat syari’at), dikecualikan ilmu
tentang hukum-hukum selain syari’ah, seperti ilmu tentang hukum alam,
seperti gaya gravitasi bumi. Dari “Al-Amaliyyah” (bersifat praktis, dan
diamalkan), ilmu tentang hukum-hukum syariat yang bersifat keyakinan atau
akidah, ilmu ini dikenal dengan ilmu kalam atau ilmu tauhid. Dari “At-
Tafshiliyyah” (bersifat terperinci), ilmu tentang hukum-hukum syariat yang
didapat dari dalil dalil yang global, misalnya tentang bahwasanya kalimat
perintah mengandung muatan kewajiban, ilmu tentang ini dikenal dengan
ilmu ushul fiqih.

3
B. Ilmu Tauhid
Tauhid dalam bahasa artinya menjadikan sesuatu Esa. Yang
dimaksud adalah mempercayai bahwa Allah SWT itu Esa. Sedangkan
secara istilah ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-
kepercayaan yang diambil dari dalil-dalil keyakinan dan hukum-hukum di
dalam islam termasuk hukum memepercayakan Allah SWT itu Esa. Ilmu
tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang paling
penting dan paling utama.
Ilmu Tauhid sebagaimana dikemukakan Harun Nasution
mengandung arti ilmu yang membahas tentang cara-cara meng-Esakan
Tuhan, sebagai salah satu sifat terpenting di antara sifat-sifat Tuhan lainnya.
Selain itu ilmu ini juga sebagai Ilmu Ushul al-Din. Dinamakan demikian,
karena masalah tauhid termasuk masalah yang pokok dalam ajaran Islam.
Selain itu ilmu ini disebut juga ilmu aqaid credo atau keyakinan-keyakinan,
dan buku-buku yang mengupas keyakinan-keyakinan itu diberi judul Al-
Aqaid. Ilmu ini dinamai ilmu aqaid (ikatan yang kokoh), karena keyakinan
kepada Tuhan harus merupakan ikatan yang kokoh yang tidak boleh dibuka
atau dilepaskan begitu saja, karena bahayanya amat besar bagi kehidupan
manusia. Orang yang tidak memiliki ikatan yang kokoh dengan Tuhan,
menyebabkan ia dengan mudah tergoda pada ikatan-ikatan lainnya yang
membahayakan dirinya. Selanjutnya Ilmu Tauhid disebut pula Ilmu Kalam
yang secara harfiah berarti ilmu tentang kata-kata. Kalau yang dimaksud
dengan kalam adalah sabda Tuhan, maka yang dimaksud kalam Tuhan yang
ada di dalam Al-Qu’an. Termasuk pula dalam pembahasan dalam Ilmu
Tauhid ini adalah mengenai rukun iman yang enam, yaitu iman kepada
Allah, para malaikat, kitab-kitab yang diturunkanNya, para rasul, hari
kiamat, dan ketentuannya atau qada dan qadar-Nya. Selain itu dalam ilmu ini
dibahas pula tentang keimanan terhadap hal-hal yang akan terjadi di akhirat
nanti.

4
C. Ilmu Akhlak

“Ilmu Akhlak” dan akhlak itu sendiri. Ilmu Akhlak adalah ilmunya,
yang bersifat teoritis, sedangkan kalau disebut “akhlak” saja itu bersifat
praktis. Yang akan dijelaskan berikut ini adalah pengertian Ilmu Akhlak.
Dengan melihat pengertian ilmu, yaitu mengenal sesuatu sesuai dengan
esensinya, dan pengertian khulq yaitu budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Maka Ilmu Akhlak secara etimologi ialah upaya untuk
mengenal budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat seseorang sesuai
dengan esensinya. Di dalam kamus Al-Kautsar, Ilmu Akhlak diartikan
sebagai ilmu tatakrama. Jadi, Ilmu Akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk
mengenal tingkah laku manusia kemudian memberi hukum/nilai kepada
perbuatan itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan norma-norma akhlak
dan tata susila. Di dalam Al-Mu’jamul Wasith dikatakan:

‫بالحسن توصف التى باالعمال تتعلق قيمته احكام موضوعه علم االخالق علم‬

‫والقبح‬

“Ilmu akhlak ialah ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-
nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan
baik atau buruk.”

D. Keterkaitan ilmu Fiqih dan Ilmu Tauhid

Ketika islam datang, ajaran pertama yang disampaikan oleh


Rasulullah sebagai utusan-Nya adalah ajaran Tauhid yang meng-Esakan
Tuhan. Ilmu fiqih sangat erat hubungannya dengan ilmu tauhid, karena
sumber ilmu fiqih yang pokok adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mengakui
Al-Qur’an sebagai sumber hukum yang pertama dan paling utama harus
berangkat dari keimanan bahwa Al-Qur’an diturunkan Allah SWT dengan
perantara malaikat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya. Di
sini ilmu fiqih sudah memerlukan keimanan kepada Allah, keimanan kepada
malaikat, keimanan kepada kitab-kitab Allah sebagai wahyu Allah SWT,
keimanan kepada Rasul, keimanan kepada hari kiamat dan keimanan kepada
Qada dan Qadar.

5
Selanjutnya oleh karena tujuan akhir ilmu fiqih untuk mencpai keridhaan
Allah SWT di dunia maupun di akhirat, maka harus yakin pula akan adanya
hari akhir. Hari pembalasan segala amal perbuatan manusia di mana aspek
hukum dari perbuatan manusia ini menjadi objek pembahasan ilmu fikih.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan keimanan ini dibahas di dalam ilmu
tauhid. Singkatnya hubungan ilmu fikih dengan ilmu tauhid seperti
hubungan antara bangunan dan pondasinya. Ilmu tauhid merupakan pondasi
yang kokoh, sedangkan bangunan yang berdiri tegak dengan megahnya di
atas pondasi yang kokoh dan kuat itulah ilmu fikih.
E. Keterkaitan ilmu Fiqih dan ilmu Akhlak
Ilmu Fiqih tidak bisa dipisahkan dari ilmu Akhlak, meskipun
keduanya bisa dibedakan, tetapi keduanya saling terkait. Pemisahan ilmu
fiqih dari ilmu akhlak secara tajam akan mengakibatkan ilmu fiqih
kehilangan keindahannya. Ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari
tentang tingkah laku manusia sebagai gejala yang tampak meliputi
penerapannya kepada manusia dan juga ilmu pengetahuan yang memberikan
pengertian tentang baik dan buruk suatu perbuatan manusia.
Ilmu fiqih tidak bisa dipisahkan dari ilmu akhlak, meskipun keduanya
bisa dibedakan, tetapi keduanya saling terkait. Pemisahan ilmu fiqih dari
ilmu akhlak secara tajam akan mengakibatkan ilmu fiqih kehilangan
keindahannya. Tanpa ilmu akhlak, ilmu fiqih hanya merupakan bangunan
yang kosong, sunyi, dan tidak membawa ketentraman dan ketenangan hati.
Juga sebaliknya ilmu akhlak tanpa ilmu fiqih dalam artinya yang luas akan
menyimpang dari ketentuan-ketentuan syari’ah. Pada gilirannya
penyimpangan-penyimpangan ini sulit untuk bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk menggambarkan bagaimana eratnya hubungan antara ilmu fiqih
dengan ilmu akhlak bisa dijelaskan dengan contoh sebagai berikut :
Kita mendapatkan perintah dari Allah untuk melakukan shalat.
Rasulullah bersabda :

“‫سبُ بِ ِه ْال َع ْب ُد يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬


َ ‫ اِ َّن اَ َّو َل َما ي َُحا‬:ُ‫ْت َرسُوْ َل هللاِ ص يَقُوْ ل‬
ُ ‫ َس ِمع‬:‫ع َْن اَبِى ه َُري َْرةَ قَا َل‬
ِ َ‫ع اُ ْك ِمل‬
‫ت‬ ٍ ‫ هَلْ لَهُ ِم ْن تَطَ ُّو‬،‫ اُ ْنظُرُوْ ا‬.‫صالَةُ ْال َم ْكتُوْ بَةُ فَاِ ْن اَتَ َّمهَا َو اِالَقِ ْي َل‬
ٌ ‫ع؟ فَاِ ْن َكانَ لَهُ تَطَ ُّو‬ َّ ‫ال‬
ُّ‫ض ِة ِم ْثل‬
َ ْ‫ ثُ َّم يُ ْف َع ُل بِ َسائِ ِر ْاالَ ْع َمااِل ْل َم ْفرُو‬،‫ْضةُ ِم ْن تَطَ ُّو ِع ِه‬
َ ‫ْالفَ ِري‬

6
345 :1 Ž‫ فى نيل االوطار‬،‫ الخمسة‬. َ‫ذلِك‬
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya pertama-tama perbuatan manusia yang dihisab pada hari
qiyamat, adalah shalat wajib. Maka apabila ia telah menyempurnakannya
(maka selesailah persoalannya). Tetapi apabila tidak sempurna shalatnya,
dikatakan (kepada malaikat), “Lihatlah dulu, apakah ia pernah mengerjakan
shalat sunnah ! Jika ia mengerjakan shalat sunnah, maka kekurangan dalam
shalat wajib disempurnakan dengan shalat sunnahnya”. Kemudian semua
amal-amal yang wajib diperla
kukan seperti itu”. [HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 345]
Cara-cara sholat ditentukan didalam hadits, kemudian dibahas oleh
para Fuqaha tentang rukun sholat, syarat-syarat sahnya sholat, dan hukum-
hukum nya yang diambil dan dipahami dari Al-Qur’an dan hadits-hadits
yang banyak sekali tentang sholat dan yang berhubungan dengan sholat.
Disamping itu kitapun mendapat perintah untuk menerapkan akhlak terpuji
didalam ibadah yaitu :
1. khusyu dalam melakukan sholat, kekhusyuan sangat diperlukan dalam
beribadah karenya khusyu’ dalam shalat berarti seorang muslim dapat
memaksimalkan komunikasinya dengan Allah untuk mencapai ridho-Nya
sebagai wujud rasa syukur pada Allah yang telah menciptakan umat
manusia, memelihara dan memberi kesempatan untuk hidup dan
menikmati karunia-Nya.
2. Tidak riya dalam melaksanakan ibadah, riya adalah melakukan sesuatu
amal perbuatan tidak untuk mencari keridhoan Allah, akan tetapi untuk
mencari pujian atau kemasyuran di masyarakat.
3. Tidak melalaikan sholat, lalai berarti mengabaikan sholat, diantaranya
adalah wudlu yang tidak sempurna, gerakan shalat (rukuk, sujud, dan lain-
lain yang tidak sempurna), meng-akhirkan sholat (tidak meng-
awalkanya)tanpa alasan yang dapat diterima. Orang yang lalai dala
shalatnya maka ia akan celaka seperti yang dijelaskan dalam firman Allah
SWT dalam Q.S Al Ma’un: 4-6 :

7
َ‫صاَل تِ ِه ْم َساهُوْ نَ  ۙالَّ ِذ ْينَ هُ ْم ي َُرٓاءُوْ نَ   َۙويَ ْمنَعُوْ نَ ْال َما ُعوْ ن‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل لِّ ْل ُم‬
َ ‫صلِّ ْينَ  ۙالَّ ِذ ْينَ هُ ْم ع َْن‬
”Maka kecelakaanlah bagi oramg-orang yang shalat, (yaitu) orang-
orang yang lalai dari shalatnya orang-orang yang berbuat Riya”
Oleh karena itu ilmu akhlak memberi isi kpada ilmu fiqih dan sebaliknya
ilmu fiqih memberikan kerangka pengaturan lahir agar ilmu Akhlak
berjalan diatas relnya yang ditentukan.
Seorang ulama besar dalamI ilmu fiqih yang termasuk mujtahid fil
al-madzhab dan didalam ilmu tasawuf merupakan tokoh besar ialah Abu
Hamid Al-Ghazali yang lebih dikenal di Indonesia dengan nama Imam
Ghazali. Salah satu jasa besar vdari Ima Ghozali adalah usahanya dalam
mencoba mendekatkan dan mengabungkan ilmu fiqih dan ilmu tasawuf,
meskipun akhirnya tampk kecendrungan dengan ilmu tasawuf lebih besar
daripada ilmu fiqih. Inilah yang menyebabakan Al-Gh.azali tidak sapai
pada tingkat mujtahid mutlak dalam bidang ilmu fiqih.
Dibawah ini diuraikan salah satu contoh bahasan Al-Ghozali yang
menunjukan beliau tidak meninggalkan ilmu fiqih didalam tasawufnya.
“Thaharah itu ada empat tingkatanya. Tingkatan yang pertama: kebersihan
lahir dari hadits dan najis. Tingkatan kedua: kebersihan anggota badan dari
kejahatan-kejahatan dan dosa. Tingkatan yang ketiga: kebersihan hati dari
akhlak-akhlak yang tercela dan sikap-sikpa rendah yang dibenci,
Tingkatan keempat: kebersihan sir (rahasia) dari yang selain Allah SWT.
Inilah kebersihan para nabi dan shidiqin”.
Dari contoh diatas jelas bahwa tingkatan pertama dan kedua
masihh dalam ruang lingkup fiqih, tetapi tingkatan selanjutnya merupakan
bahasa ilmu tasawuf. Al-Ghazali menekankan tercapainya tingkatan
keempat, setelah memulai tingkatan pertama, kedua dan ketiga.
Di dalam fiqih gerak hati yang menjadi motivasi perbuatan
seseorang adalah penting sesuai dengan kaidah fiqih. Singkatnya
hubungan antara ilmu fiqh dengan ilmu akhlak adalah seperti bangunan
dan isi serta hiasan bangunan tersebut.Jadi, ilmu Tauhid merupakan
pondasinya yang kokoh dan kuat, ilmu fiqh merupakan bangunannya yang
megah, dan ilmu Akhlak merupakan isi dan hiasannya yang indah.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ilmu fiqih merupakan salah satu bidang ilmu dalam syariat islam yang
secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai
aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat
maupun kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia
dengan Tuhannya.
2. lmu tauhid merupakan ilmu yang membahas segala kepercayaan-
kepercayaan yang diambil dari dalil-dalil keyakinan dan hukum-hukum
di dalam islam termasuk hukum mempercayakan Allah SWT itu Esa
3. Ilmu Akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku
manusia kemudian memberi hukum/nilai kepada perbuatan itu bahwa ia
baik atau buruk sesuai dengan norma-norma akhlak dan tata susila.
4. Ilmu tauhid merupakan pondasi yang kokoh, sedangkan bangunan yang
berdiri tegak dengan megahnya di atas pondasi yang kokoh dan kuat
itulah ilmu fikih.
5. Hubungan antara ilmu fiqh dengan ilmu akhlak adalah seperti bangunan
dan isi serta hiasan bangunan tersebut.Jadi, ilmu tauhid merupakan
pondasinya yang kokoh dan kuat, ilmu fiqih merupakan bangunannya
yang megah, dan ilmu akhlak merupakan isi dan hiasannya yang indah.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan


dan kesalahan, baik dari segi penulisan, penyusunan kalimatnya, maupun
segi isi masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kepada para pembaca maklah ini agar dapat memberikan
kritikan dan masukan, serta saran yang bersifat membangun.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Banna, Jamal. 2008. Manifesto Fiqih Baru 1diterjemahkan oleh Hasibullah


Satrawi dan Zuhairi Misrawi, Jakarta: Penerbit Erlangga
Bacaanmadani, Pengertian Ilmu Hadis dan Macam-macam Ilmu Hadis,
www.bacaanmadani.com/2018/04/pengertian-ilmu-hadis-dan-macam-
macam.html?m=1, diakses tanggal 8 Maret 2020 pukul 20.30 WIB
Djazuli. 2005. Ilmu Fiqih. Jakarta: Kencana
Khaeruman, Badri. 2004. Otentitas Hadits. Bandung: PT Remajarosdakarya
Khazin, Muhyiddin. 2004. Ilmu Falak Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana
Pustaka
Sya’roni, Mukh. 2012. Metode Kontemporer Tafsir Al-Qur’an (Tinjauan
Hermeneutika Al-Qur’an Perspektif Muhammad Al-Ghazali), Semarang:
DIPA IAIN Semarang
Yasin dan Sholikul Hadi. 2008. Daros Fiqih Ibadah. Kudus: DIPA STAIN Kudus

10

Anda mungkin juga menyukai