Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II


“KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN”

Dibuat oleh:
Ardiyanti
NIM: 24020119120032

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ACARA II
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu memamahami perbedaan sifat morfologi dari masing-
masing tumbuhan lumut, paku-pakuan, tumbuhan berbiji tebuka dan tubuhan
dikotil serta monokotil
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Bryophyta
Bryophyta merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah.
Bentuk tubuh merupakan bentuk peralihan dari thalus kebentuk kormus.
Pada umumnya berukuran kecil serta belum mempunyai akar, batang dan
daun sejati atau dengan kata lain belum sempurna. Tumbuhan ini tidak
dapat menghasilkan buah atau biji. Selain itu, belum memiliki struktur
jaringan pengangkut xylem dan floem atau merupakan jaringan yang
tidak berpembuluh. Bryophyta ‘hanya” memiliki struktur yang mirip
dengan akar untuk menopang seluruh hidupnya yang disebut Rizoid.
Bagian gametofit merupakan bagian yang paling dominan dalam siklus
hidupnya, sedangan sporofit hanya sementara. Bryophyta memiliki
keistimewaan untuk menyeimbangkan
kandungan nutrisi dalam tanah melalui
mekanisme mineralisasi bebatuan,
penguraian, serta fiksasi karbon
( Lukitasari, 2018). Contoh tumbuhan
Bryophyta : Bryum sp

Gambar. 2.1 Bryum sp ( lumut daun) (Zahara, 2019)


II.2 Pteridophyta
Pteridophyta merupakan berpembuluh, yang telah memiliki
jaringan akut xylem dan folem. Tumbuhan ini sudah dapat dibedakan
antara akar, batang, dan daunnya. Tumbuhan ini dibedakan menjadi 2
bagia utama, yaitu bagian gametofit dan sporofit. Bagian sporofit
(vegetatif) merupakan bagian yang paling dominan terdiri dari akar,
batang, rimpang, dan daun. Bagian gametofit bersifat seentara, terletak
pada spora yang terdiri dari spora, sporangium, anteredium dan
arkegonium. Sporangium terletak dibagian bawah daun membentuk
gugusan berwarna hitam atau coklat.
Gugusan tersebut dikenal sebagai
sorus. Daun steril disebut tropofil
sedangkan daun fertil disebut sporofil
(Arini dan Kinho, 2012). Contoh,
Adiantum sp (paku suplir)

Gambar. 2.2 Paku Suplir (Adiantum sp) (Sugiarti, 2017)


II.3 Gymnospermae
Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata
gymnos yang artinya telanjang dan sperma yang berarti biji, sehingga
Gymnospermae dapat diartikan sebagai tumbuhan berbiji telanjang atau
terbuka. Disebut sebagai tumbuhan berbiji terbuka karena kelompok
tumbuhan ini memiliki biji yang tidak diselubungi oleh jaringan buah.
Pada umumnya tumbuhan Gymnospermae memiliki perawakan pohon,
hanya sebagian berupa perdu dan liana berkayu, tetapi semuanya
mengalami pertumbuhan sekunder. Pada Gymnospermae, biji terekspos
langsung atau terletak di antara daun-daun penyusun strobilus atau
runjung, contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah Pinus merkusii.
Gymnospermae mewadahi kelompok Conifers (600-630 jenis), Cycads
(130 jenis), Ginkgo (1jenis) dan Gnetales (75-80 jenis) (Sunarti dan
Rugayah, 2013:83).

Gambar 2.3 Pinus merkusii (Hayah, 2016)


II.4 Angiospermae
Angiospermae merupakan tumbuhan yang memiliki biji tertutup,
yaitu bakal biji berada dalam bakal buah. Tumbuhan berbiji tertutup
terdiri dari tumbuhan berkayu atau batang basah. Angiospermae
memiliki organ bunga yang sesunguhnya, sehingga dikenal juga sebagai
tumbuhan berbunga, contoh tumbuhan ini adalah mangga (Mangifera
inidica). Tumbuhan ini mengalami pembuahan ganda untuk membentuk
embrio dan cadangan makanan (endosperma). Angiospermae memiliki
dua subdivisio yaitu dicotyledoneae dan monocotyledoneae, mencakup
sekitar 300 familia atau lebih dari 250.000 spesies (Taib dan Dewi,
2013:19).

Gambar 2.4 Mangga


(Mangifera indica) (Purnomo, 2013)
II.4.1 Dicotyledonae
Tumbuhan dikotil atau Dicotyledonae merupakan
tumbuhan berbiji yang memiliki dua kotiledon (daun
lembaga). Hal tersebut yang membuat tumbuhan dikotil juga
disebut sebagai tumbuhan berbiji
belah atau tumbuhan berkeping
biji dua. Ciri-ciri tumbuhan dikotil
adalah memilikki sepasang daun
lembaga, berakar tunggang,
pertulangan daun seperti jala, bagian
bunga berjumlah 2, 4 dan 5 atau
kelipatannya, serbuk sari dengan 3
pori-pori, jaringan pembuluh primer dalam suatu lingkaran,
dan biasanya mengalami pertumbuhan sekunder. Contoh
tumbuhan berkeping biji dua atau dikotil adalah tanaman
kentang, kembang sepatu, dan nangka (Safitri dkk, 2018:33).
Gambar 2.4.1 Tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
(Silalahi, 2019)
II.4.2 Monocotyledonae
Tumbuhan
monokotil atau Monocotyledonae
merupakan tumbuhan yang
memiliki biji tunggal tidak
terbelah atau memiliki satu
daun lembaga, contohnya adalah
tanaman pisang (Musa
paradisiaca). Pada umumnya
tumbuhan monokotil
memiliki bunga dengan bagian bunga berjumlah tiga atau
kelipatannya. Pada monokotil, akar lembaga mati kemudian
pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki
ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut.
Serbuk sarinya memiliki satu pori-pori, tipe pertulangan
daunnya sejajar, dan memiliki susunan pembuluh primer yang
kompleks. Pada batang monokotil, tidak terjadi pertumbuhan
sekunder dan berkas pengangkutannya mempunyai selubung
sklerenkim (Mulyani, 2006:236).

Gambar 2.4.2 Tanaman pisang (Musa paradisiaca)


(Cahyono, 2009)
III. METODE PENELITIAN
Alat
1. Silet
2. Jarum
3. Mikroskop
4. Alat tulis
5. Kamera
Bahan
1. Lumut daun (Bryum sp)
2. Paku suplir (Adiantum sp)
3. Strobilus jantan dan betina (Pinus merkusii)
4. Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
5. Bunga pisang (Musa paradisiaca)
Cara kerja
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Setiap bahan / spesimen diamati bagian-bagiannya dan ciri spesifiknya
yang membedakan antara tanaman satu dengan tanaman yang lainnya.
3. Hasil pengamatan difoto dan ditulis dalam laporan praktikum sementara.
IV. HASIL PRAKTIKUM

No Nama Gambar Gambar Keterangan


spesies pribadi foto
1. Bryum sp 1. Capsule
2. Seta
3. Gametofit
4. Sporofit
5. Daun semu
6. Rhizoid

2. Adiantum 1. Tangkai
sp 2. Sorus
3. Bulu akar
4. Daun muda
menggulung
3. Pinus a. Strobilus
merkusii betina
b. Strobilus
jantan
1. Makrosporofil
2. Mikrosporofil

4. Hibiscus 1. Putik
rosa- 2. Stamen
sinensis 3. Stilus
4. Stigma
5. Anter
6. Filamen
7. Petal
8. Sepal
5. Musa 1. Ovary
paradisiac 2. Stigma
a 3. Style
4. Stamen
5. 5 segment
perianth
6. 1 segment
priant

V. PEMBAHASAN
Praktikum ke II Biologi dasar dua yang berjudul “Keanekaragaman
Tumbuhan” bertujuan supaya mahasiswa mampu membedakan sifat
morfologi dari tumbuhan lumut, paku-pakuan, tumbuhan berbiji terbuka,
tumbuhan berbiji tertutup yaitu dikotil dan monokotil. Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Senin, 23 Maret 2020dan dilaksanakan secara online
atau di lab Ekologi lantai 3, gedung Biologi, Fakultas Sains dan Matematika,
Universitas Diponegoro. Praktikum ini dimulai pukul 13.00 sampai dengan
pukul 15.40. alat yang digunakan berupa pinset, silet, jarum, kamera, alat
tulis, dan mikroskop stereo, sedangkan bahan berupa tumbuhan Bryum sp,
tumbuhan Adiantum sp, strobilus Pinus merkusi, bunga Hibiscus rosa-
sinensis, dan bunga Musa paradisiaca. Adapun cara kerja yang dilakukan
dalam praktikum kali ini yaitu, bahan/ preparat diamati dengan mikroskop
lalu hasil difoto dan ditulis pada lapsem.
V.1Bryophyta
V.1.1 Bryum sp
Bryum sp. merupakan tumbuhan yang termasuk tumbuhan lumut
atau Bryophyta, karena belum memiliki daun, batang, dan akar
sejati. Ciri-ciri umum tumbuhan ini adalah memiliki rizoid yang
sebagai akar, fase gametofit lebih dominan dibanding fase sporofit,
sporofitnya cenderung kecil. Ciri khusus dari Bryum sp. adalah
memilik kapsul yang bentuknya layaknya kapsul. Bagian-bagian
dari tubuh tumbuhan Bryum sp. meliputi rizoid, fase gametofit, fase
sporofit, sporangium, dan seta (sporangiofor). Fungsi rizoid adalah
untuk melekat pada substrat serta menyerap air dan garam mineral.
Hal ini sesuai dengan Lukitasari (2018:40) yang menyatakan
bahwa rizoid berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat
tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral
(makanan). Fase gametofit berfungsi melakukan reproduksi seksual
atau generatif pada organisme yang mengalami pergiliran
keturunan, sedangkan fase sporofit berfungsi melakukan proses
untuk menghasilkan spora. Sporangium berfungsi sebagai tempat
pembentukan spora. Fungsi seta (sporangiofor) adalah menopang
sporangium.
Siklus hidup tumbuhan ini memiliki generasi gametofit (n)
yang lebih dominan dibandingkan dengan generasi sporofit (2n),
daur hidupnya diawali dengan berkecambahnya spora yang jatuh
pada daerah yang cocok dan tepat (lembap, terdapat nutrisi, dan
mendapat sinar matahari), kemudian tumbuh menjadi protonema
yang selanjutnya tumbuh menjadi lumut dewasa (gametofit). Hal
ini sesuai dengan Putri dkk (2019) yang menyatakan bahwa spora
yang jatuh di tempat yang cocok akan tumbuh menjadi lumut
gametofit baru. Gametofit jantan (anteridium) menghasilkan
spermatozoid dan gametofit betina (arkegonium) menghasilkan
ovum, terjadinya peleburan spermatozoid dan ovum akan
membentuk zigot (2n) yang kemudian berkembang membentuk
sporogonium (penghasil spora). Ketika spora sudah matang,
sporangium itu akan pecah dan spora-spora tadi terhamburkan ke
lingkungan. Jika jatuhnya di tempat yang lembap, ada nutrisi, dan
terkena sinar matahari maka akan tumbuh menjadi protonema,
kemudian tumbuh berkembang menjadi lumut dewasa siap
bereproduksi dan mengikuti alur hidup begitu seterusnya
Habitat Bryum sp. tidak berbeda dengan jenis lumut lainnya
yaitu di tempat lembap, seringnya ditemukan pada tembok atau
batuan lembap. Hal ini sesuai dengan Lukitasari (2018:97) yang
menyatakan bahwa habitat lumut sangatlah beragam, namun yang
terpenting adalah bahwa syarat utama tumbuhan ini bisa hidup
adalah kelembapan yang cukup dan cenderung tinggi, kecuali di
laut. Tumbuhan ini memiliki fungsi yang sama dengan lumut
lainnya, yaitu sebagai penyedia oksigen, menyerap air, menjaga
kelembapan, mendukung tempat hidup organisme. Hal ini
didukung oleh Mulyani dkk (2015) yang menyatakan bahwa Lumut
merupakan komponen dari hutan tropis dan berperan penting dalam
menjaga keseimbangan air, siklus hara, serta sebagai tempat hidup
bagi organisme.
V.2Pteridophyta
V.2.1 Adiantum sp
Adiantum sp. atau paku suplir termasuk ke dalam tumbuhan paku
atau Pterodophyta karena merupakan tumbuhan berpembuluh yang
menghasilkan spora. Ciri umum tumbuhan ini adalah sudah
memiliki akar, batang, daun sejati, tidak menghasilkan biji
melainkan menghasilkan spora, daun muda menggulung, tidak
berbunga, dan hidup di tempat lembap. Ciri khas paku suplir yang
membedakan dengan tumbuhan paku lainnya adalah daunnya tidak
berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat, spora
terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium,
tangkai entalnya khas karena berwarna hitam dan mengkilap,
kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Hasil diatas sesuai
dengan Ariani dan Kinho (2012) bahwa pada umumnya tumbuhan
paku telah memiliki akar, batang, daun sejati. Namun, pada
beberapa jenis paku-pakuan terdapat beberapa ciri saling
membedakan dengan tumbuhan paku lain, misalnya pada Adiantum
sp yakni, mempunyai daun yang berbentuk gak bulat seperti kipas,
tpis dan batang coklat.
Bagian-bagian dari tumbuhan Adiantum sp. meliputi akar,
batang, daun, fiddlehead, indisium, dan sorus. Akar berfungsi
untuk menyerap dan mengangkut air serta garam. Batang bertugas
sebagai organ transportasi air dan garam mineral, hal ini sesuai
dengan Waemayi (2018) yang menyatakan bahwa batang ini
sebagai sistem transportasi mineral dan zat hara ke daun. Daun
berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis, sama halnya
dengan fungsi fiddlehead karena fiddlehead merupakan daun muda
yang menggulung. Indisium berfungsi. Indusium berfungsi
melindungi sorus, hal ini didukung oleh Tim Penulis Penebar
Swadaya (2013:201) yang menyatakan bahwa indusium merupakan
kantong penutup berbentuk ginjal yang melindungi sorus. Sorus
berfungsi sebgai tempat berkumpulnya sporangium.
Pada daur hidupnya, fase sporofit lebih dominan daripada fase
gametofit. Siklus hidup tanaman suplir dimulai dari tanaman yang
sudah dewasa yaitu ditandai dengan jatuhnya spora yang telah
matang. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang cocok, maka
spora itu akan tumbuh menjadi prothallium (prothallus). Paada
prothallus ini akan terbentuk gametangium yaitu berupa anteridium
ynag menghasilkan spermatozoid dan arkegonium yang
menghasilkan ovum. Adanya media air di sekitar prothallus akan
membantu pergerakan spermatozoid menuju ovum yang kemudian
menghasilkan zigot. Zigot ini terus berkembang dan kemudian
membentuk sporofit muda yang akan tumbuh terus menjadi
tumbuhan paku, selanjutnya tumbuhan paku tersebut akan
menghasilkan spora dan begitu mengikuti siklus seterusnya. Hal ini
sesuai dengan Ariani dan Kinho (2012) bahwa dalam daur
hidupnya tumbuhan paku memiliki fase sporofit yang lebih
dominan dari fase gametofit. Fase sporofit dimulai setelah
terbentuknya zygot yang berkembang menjadi tumbuhan paku
dewasa yang mampu menghasilkan sporangium seperti yang sering
kita lihat saat ini, Sedangkang fase gametpfit ditandai dengan
terbentuknya protallium dan terjadinya pertemuan antara
anteredium dan arkegonium.
Habitat paku suplir sama dengan tumbuhan paku umumnya,
yaitu di tempat lembap dan basah (terdapat air) kecuali bersalju,
kebanyakan hidup di tempat terlindung. Hal ini didukung oleh Al-
mira (2016) yang menyatakan bahwa tumbuhan paku biasanya
dapat hidup di tempat yang lembab, air, dan kadang-kadang dapat
tumbuh ditempat kering. Adiantum sp. umumnya dimafaatkan
sebagai tanaman hias dan kerajinan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kurniawan (2009) yang menyatakan bahwa tumbuhan paku suplir
mempunyai manfaat nilai ekonomis untuk masyarakat di antaranya
sebagai kerajinan tangan, bahan bangunan, tanaman hias dan
banyak manfaat lainnya.

V.3Gymnospermae
V.3.1 Pinus merkusi
Pinus merkusi merupakan kelompok tumbuhan
gymnospermae karena mempunyai biji yang tidak tertutup oleh
daging buah atau disebut juga tumbuhan berbiji tebuka. Ciri umum
dari tumbuhan ini yaitu, termasuk tumbuhan pohon, dengan daun
seperti jarum, Tumbuhan ini juga memiliki ciri khusus yaitu
memiliki alat kelamin jantan dan betina yang disebut strobilus yang
brukuran besar strobilus jantan (makrosporofil) dan strobilus betina
(mikrosporofil). Alat kelamin jantan dan betina berada pada satu
tempat sehingga disebut tumbuhan berumah satu. Ciri khusus yang
lain yaitu tumbuhan ini selalu hijau sepanjang tahun. Hal ini sesuai
dengan Abdurahman (2008) yang menyatakan bahwa pinus
merkusi pada daunnya memiliki bentuk khas seperti jarum,
mengahsilkan strobilus (cone), dan memiliki ciri khas yaitu selalu
hijau sepanjang tahun atau disebut tumbuhan evergreen.
Bagian tubuh dan fungsinya, terdapat dua macam strobilus,
yakni, mikrosporofil yang betuknya memanjang terdapat
benangsari sebagai alat perkembangbiakan jantan dan megasporofil
berbentuk agak membulat berwarna coklat berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan betina yang didalamnya terdapat biji. Hal ini
sesuai dengan (Sunarti dan Rugayah, 2013) bahwa pada
Gymnospermae, biji terekspos langsung atau terletak di antara
daun-daun penyusun strobilus atau runjung dan berfungsi sebagai
alat perkembangbiakan. contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah
Pinus merkusii.
Daur hidup, daur hidup pinus merkusi yakni dimulai saat
terjadinya pembelahan secara miosis pada masing-masing strobilus,
serbuk sari menemel pada strobilus betina, berkecambah, serbuk
sari membentuk buluh serbuk sari yang didalamnya terdapat
sperma, terbentuk zigot, berkembang menjadi embrio, embrio
berkembang menjadi biji disertai terbentuknya sayap tipis, satu
tahun kemudian kerucut betina melepaskan bijinya. Biji yang
bersayap jatuh atau terbawa angin, berada pada lingkungan yang
sesuai dan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Hal ini sesuai dengan
(Sunarti dan Rugayah, 2013) bahwa bahwa pada Gymnospermae,
biji terekspos langsung atau terletak di antara daun-daun penyusun
strobilus atau runjung dan berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan. Biji tersebut dapat terbawa oleh angin dan
apabila jatuh pada lingkungan yang sesuai maka biji akan tumbuh
menjadi generasi vegetatif. Generasi vegetatif muncul ketika terjadi
fertilisasi antara strobilus jantan dan betina. contoh tumbuhan dari
kelompok ini adalah Pinus merkusii.
Habitat, pinus merkusi ini dapat tumbuh subur pada habitat
yang terjal seperti gunung, jurang, dan area dataran tinggi dan
lembab dengan curah hujan tinggi. Hal ini sesuai dengan Kalensun,
dkk (2012), bahwa tanaman inus adalah tanaman yang tumbuh
subur diberbagai kondisi dan dapat menutupi kondisi-kondisi yang
terjal, jurang, ataupun gunung-gunung yang tinggi. Menurut
Ningsing (2013) juga menyatakan bahwa pinus merkusi umumnya
tumbuh di Sumut hingga ketinggian 2000 m diatas permukaan laut.
Manfaat tanaman pinus merkusi ini memiliki beberapa manfaat
diantaranya, strobilus yang digunakan sebagai hiasan dan
mengurangi senyawa organik yang tidak baik. Hal ini sesuai
dengan Kalensun, dkk (2012), bahwa strobilus selain digunakan
sebagai hiasan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam
penelitian untuk mengurangi senyawa organik volatil dari dalam
lingkungan ruangan tertutup.
5.4 Angiospermae
5.4.1 Dicotyledoneae
1. Hibiscus rosa-sinensis
Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) merupakan kelompok
tumbuhan angiospermae yaitu tumbuhan berbiji tertutup karena
bakal biji di lapisi oleh bakal daging buah. Tumbuhan ini juga
termasuk tumbuhan dikotil karena memiliki bunga dengan
kelipatan 4, 5 dan sistem perakaran tunggang serta memiliki
bunga yang lengkap. Bunga ini memiliki ciri umum yaitu
termasuk tumbuhan dikotil, perdu, berkayu, dengan tinggi
umumnya 2 samapai 5 meter, tanaman bersifat steril dan tidak
menghasilkan buah, berkembang biak dengan cara stek,
pencakokan, dan penempelan. Ciri khusus bunga tunggal
berwarna merah dengan kelipatan 4 atau 5 yang dilindungi oleh
epicalyx, berbentuk seperti terompet diameter sekitar 5-20 cm,
putik (pistillum) keluar menjulur dari dasar bunga, memiliki
benang sari yang seluruh filamen bersatu dalam satu berkas
sehingga membentuk tabung yang membungkus putik, daun bulat
telur ujunngnya meruncing. Hasil diatas sesuai dengan Silalahi
(2019) bahwa, pada umumnya Hibiscus rosa-sinensis termasuk
tumbuhan dikotil denga bunga kelipatan 4,5 dan seterusnya.
Tumbuhan ini juga memilki ciri khusus yakni, ciri khas
yakni, bunga berwarna merah dengan, brbentuk seperti terompet
yang terbalik serta terdapat ptuk yng keluar dari dasar bunga.

Bagian tubuh dan fungsinya yakni, terdapat alat


perkbangbiakan jantan (benang sari/stamen) dan betina (putik),
stilus (tangkai putik) didalamnya terdapa tabung yang
meghubungkan putik dengan ovary, anter (kepala sari) yang
didalamnya terdapat serbuk sari untuk melakukan penyerbukan
terhadap putik. Petal dan sepal sebagai alat perhiasan bunga. Hal
ini sesuai dengan (Mulyani, 2006) bahwa fungsi dari bagian-
bagian bunga pisang seperti pada umumnya yakni, benang sari
(jantan), putik (betina), stilus (tangkai putik) berfungsi
menghubungkan putik dengan ovary.
Daur hidup ditandai dengan adanya pembelahan secara
meiosis pada ovul (megaspora) dan polen (mikrospora). Lalu fase
mitosis terjadi pembuahan (fertilisasi) dan terbentuk biji. Biji
jatuh pada lingkungan yang sesuai dan tumbuh berkecmbah
menjadi tanaman baru. Hal ini sesuai dengan Kadaryanto (2007)
bahwa setelah terjadi penyerbukan pada tumbuhan berbiji
(spermatophyta) kemudian diikuti dengan pembuahan, dan bakal
buah tumbuh menjadi buah sedangkan bakal biji didalamnya
tumbuh menjadi biji. Pada lingkungan yang sesuai biji akan
berkecambah menjadi individu baru.
Habitat bunga sepatu yaitu tumbuh pada dataran rendah,
tanah liat berpasir, subur, gembut, tumbuh di daerah tropis dan
subtropis hal ini sesuai dengan Dalimartha (2008) bahwa
tanaman bunga sepatu hidup di daerah tropis dan subtropis,
dataran rendah hingga tinggi 1.300 mdpl. Manfaat: Bunga, daun,
dan akar berkhasiat sebagai obat penurun demam, batuk, dan
sariawan. Bunga sepatu dikeringkan sebagai teh. Hal ini sesuai
dengan Dalimartha (2008) bahwa daun, bunga, dan akar hibiscus
rosa-sinensis mengandung flavonoida. Daun mengandung
saponin dan polifenol, bunga mengandung tanin, saponin,
skapoletin, cleomiscosin A cleomiscosin C. Berfungsi sebagai
obat demam, batuk, TBC, stomakikun, borok, bisul, sariawan,
kencing nanah, dan bronchitis.
5.4.2 Monocotyledoneae
1. Musa paradisiaca
Musa paradisiaca merupakan kelompok tumbuhan
angiospermae karena biji tertutup oleh daging buah dan biji
termasuk dalam kelompok monokotil yaitu berkeping satu
karena bentuk daunnya menyirip dan tidak memilki perakan
tunggang. Ciri khusus dari bunga musa paradisiaca yakni
memiliki labelum pada bagian bunganya. Ciri umum yaitu,
menurut Sariamanah (2016) tanaman pisang pada umumnya
berakar rimpang dan tidak memilki akar tunggang, ciri khusus
yaitu, terdapat labelum pada bagian bunganya yang merupakan
bentuk lain dari daun mahkota yang menyerupai bibir.
Bagian tumbuhan dan fungsinya, stigma tempat
melekatnya putik, style berfungsi menghubungkan stigma
dengan ovary, stamen tempat melekatnya serbuk sari yang
kemudian akan membuahi putik, ovary tempat berkebangnya
biji. Hal ini sesuai dengn Mulyani, 2006) bahwa didalam bunga
terdapat stigma yang berfungsi sebagai tempat terdapatnya putik
sebagai alat kelamin betina dan stamen yang terdapat serbuk sari
sebagai alt kelamin jantan.
Daur hidup dari tanaman pisang yakni, fase generatif
dimulai saat terjadinya fertilisasi antara sel jantan dan betina,
lalu terbetuk buah dan biji. Fase vegetatif dimulai saat
pertumbuhan tunas baru. Hal ini sesuai dengan Gardjito (2018)
bahwa daur hidp pohon pisang terdapat 2 fase yakni, fase
generatif dengan adanya fertilisasi dan terbetuknya biji serta
buah. Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan tunas ketian
pada buku batang dibagian bawah.
Habitat, tumbuhan pisang hidup di area yang lembab
dengan curah hujan yang cukup. Menurut Sariamanah (2016)
tanaman pisang tumbuh subur didaerah tropik dataran rendah
dengan curah hujan lebih dari 1250 mm tiap tahun dan rata-rata
suhu minimum di atas 15ºC Manfaat, menurut Sariamanah
(2016) tanaman pisang memilki banyak manfaat yaitu, buahnya
yang dapat dikonsumsi serta kulit dan bonggolnya dapat
dijadikan kripik, daun digunakan sebagai bungkus makanan. Hal
ini sesuia dengan Gardjito (2018) bahwa, tanaman pisang
memilki banyak manfaat dari bunga sebagai bahan makanan,
daun, hingga bonggolnya sebagai keripik atau bisa ditanam
kembali.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan
ciri morfologi tumbuhan lumut termasuk tumbuhan bryophyta karena belum
memilki akar, batang daun sejati. Lumut termasuk traceophyta karena sudah
memiliki akar, batang, daun dan berkas pembuluh. Tanaman Pinus merkusii
termasuk kelomok tumbuhan berbiji terbuka (Gymospermae) karena biji
tidak tertutup oleh daging buah. Tumbuhan Hibiscus rosa-sinensis termasuk
tumbuhan berbiji tertutup kelompok dikotil karena bunga kelipatan 4,5,
berakar tunggang serta berkayu. Musa paradisiaca termasuk tumbuhan
berbiji tertutup kelompok monokotil karena biji di selimuti oleh daging
buah, pertulangan daun menyirip, dan pohon tidak berkayu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, deden. 2008. Biologi kelompok pertanian dan kesehatan. Jakarta:
Grafindo Media Pratama.
Al-Mira, Y. 2016. Inventarisasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Goa Margo
Tresno Ngluyu Kabupaten Nganjuk. Skripsi. Kediri : Universitas PGRI Kediri.
Arini, D. I. D dan Kinho, J. 2012. “Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di
Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara”. Jurnal Kehutanan. Volume 2
(1): 1-24
Cahyono, B. 2009. Pisang : Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
Dalimarta, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 3. Jakarta: Puspa
Swara.
Gradjito, dkk. 2018. Pangan Nusantara. Jakarta: Kencana
Hayah, N. 2016. Inventarisasi Jenis Tumbuhan Spermatophyta pada Tempat Penjualan
Tanaman Hias di Kota Banda Aceh sebagai Referensi Mata Kuliah Botani
Tumbuhan Tinggi. Skripsi. Banda Aceh : UIN Ar-Raniry Darussalam.
Kadaryanto, dkk. 2007. Biologi 2. Jakarta: Yudhistira
Kalensun G. Andre, Audy D. Wuntu dan Vanda S. Kamu. 2012. “Isoterm Adsorpsi
Toluena pada Arang Aktif Strobilus Pinus (Pinus merkusii)”. Jurnal Ilmiah
Sains. Volume 12, No. 2: 101-104.
Kurniawan, A. 2009. Tumbuhan Paku.Yogyakarta : Pustaka Insani Madani.
Lukitasari, Marheny. 2018. Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta): Deskripsi,
Klasifikasi, Potensi dan cara Mempelajarinya. Magetan : CV AE Media Grafika
Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Mulyani, E., E.K. Pertiwi, dan Murningsih. Lumut Daun Epifit Di Zona Tropik
Kawasan Gunung Ungaran, Jawa Tengah. BIOMA. Vol. 16, No. 2:76 – 82.
Ningsih, Haryati, D. 2013. Klasifikasi dan Deskripsi Pinus Merkusii Jungh. et de Vries.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Purnomo. 2013. Tanaman Kultural dalam Perspektif Adat Jawa: Kajian Aspek Filosofi,
Konservasi, dan Pemanfaatan Tanaman dalam Kultur dan Adat Jawa. Malang :
UB Press.
Putri, S.E, H. Prayoga, dan R.S. Wulandari. 2019. Inventarisasi Jenis-Jenis Lumut di
Kawasan Hutan Adat Bukit Benuah Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan
Lestari. Vol.7, No.3: 1035-1047.
Safitri, J., P. Meilina, dan S.N., Ambo. 2018. Implementasi Augmented Reality sebagai
Pembelajaran Pertumbuhan Tanaman Dikotil dan Monokotil untuk Sekolah
Dasar. Jurnal Sistem Informasi, Teknologi Informatika dan Komputer. Vol. 9,
No. 1:32-38.
Sariamanah, Asmawati Munir, dan Ahdiat A. 2016. “Karakter Morfologi Tanaman
Pisang (Musa Paradisica L.) di Kelurahan Tobimeita Kecamatan Abeli Kota
Kendari”. Jurnal AMPIBI. Volume 1 (3), halaman: 32-41.
Silalahi, M. 2019. Hibiscus rosa-sinensis L. dan Bioaktivitasnya. Jurnal
EduMatSains. Vol. 3, No. 2:133-146.
Sunarti, S. dan Rugayah. 2013. Keanekaragaman Jenis Gymnospermae di Pulau
Wawoni, Sulawesi Tenggara. Jurnal Biologi Indonesia. Vol. 9, No. 1:83-92.
Sugiarti, Asih. 2017. Identifikasi Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta) di Kawasan Cagar
Alam Pagerwunung Darupono Kabupaten Kendal Sebagai Media Pembelajaran
Sistematika Tumbuhan Berupa Herbarium. Skripsi. Semarang: Universitas Islam
Negeri Walisongo.
Taib, E.N. dan C.R. Dewi. 2013. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Angiospermae di
Kebun Biologi Desa Seungko Mulat. Bioma. Vol. 2, No. 1:18-30.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 2013. Kamus Pertanian Umum. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Waemayi, A. 2018. Inventarisasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Air
Terjun Sai Khao Provinsi Pattani Thailand Selatan dan Pemanfaatannya sebagai
Poster. Skripsi. Jember : Universitas Jember.
Zahara, Mutia. 2019. Jenis-jenis Tumbuhan Lumut ( Bryophyta) di Stasiun Penelitian
Soaraya Kawasan Ekosistem Leuser Sebagai Referensi Mata Kuliah Botani
Tumbuhan Rendah. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 25 Maret 2020
Asisten praktikan

Alfy Ardiyanti
NIM:24020117130072 24020119120032

Anda mungkin juga menyukai