Dibuat oleh:
Ardiyanti
NIM: 24020119120032
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ACARA II
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu memamahami perbedaan sifat morfologi dari masing-
masing tumbuhan lumut, paku-pakuan, tumbuhan berbiji tebuka dan tubuhan
dikotil serta monokotil
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Bryophyta
Bryophyta merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah.
Bentuk tubuh merupakan bentuk peralihan dari thalus kebentuk kormus.
Pada umumnya berukuran kecil serta belum mempunyai akar, batang dan
daun sejati atau dengan kata lain belum sempurna. Tumbuhan ini tidak
dapat menghasilkan buah atau biji. Selain itu, belum memiliki struktur
jaringan pengangkut xylem dan floem atau merupakan jaringan yang
tidak berpembuluh. Bryophyta ‘hanya” memiliki struktur yang mirip
dengan akar untuk menopang seluruh hidupnya yang disebut Rizoid.
Bagian gametofit merupakan bagian yang paling dominan dalam siklus
hidupnya, sedangan sporofit hanya sementara. Bryophyta memiliki
keistimewaan untuk menyeimbangkan
kandungan nutrisi dalam tanah melalui
mekanisme mineralisasi bebatuan,
penguraian, serta fiksasi karbon
( Lukitasari, 2018). Contoh tumbuhan
Bryophyta : Bryum sp
2. Adiantum 1. Tangkai
sp 2. Sorus
3. Bulu akar
4. Daun muda
menggulung
3. Pinus a. Strobilus
merkusii betina
b. Strobilus
jantan
1. Makrosporofil
2. Mikrosporofil
4. Hibiscus 1. Putik
rosa- 2. Stamen
sinensis 3. Stilus
4. Stigma
5. Anter
6. Filamen
7. Petal
8. Sepal
5. Musa 1. Ovary
paradisiac 2. Stigma
a 3. Style
4. Stamen
5. 5 segment
perianth
6. 1 segment
priant
V. PEMBAHASAN
Praktikum ke II Biologi dasar dua yang berjudul “Keanekaragaman
Tumbuhan” bertujuan supaya mahasiswa mampu membedakan sifat
morfologi dari tumbuhan lumut, paku-pakuan, tumbuhan berbiji terbuka,
tumbuhan berbiji tertutup yaitu dikotil dan monokotil. Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Senin, 23 Maret 2020dan dilaksanakan secara online
atau di lab Ekologi lantai 3, gedung Biologi, Fakultas Sains dan Matematika,
Universitas Diponegoro. Praktikum ini dimulai pukul 13.00 sampai dengan
pukul 15.40. alat yang digunakan berupa pinset, silet, jarum, kamera, alat
tulis, dan mikroskop stereo, sedangkan bahan berupa tumbuhan Bryum sp,
tumbuhan Adiantum sp, strobilus Pinus merkusi, bunga Hibiscus rosa-
sinensis, dan bunga Musa paradisiaca. Adapun cara kerja yang dilakukan
dalam praktikum kali ini yaitu, bahan/ preparat diamati dengan mikroskop
lalu hasil difoto dan ditulis pada lapsem.
V.1Bryophyta
V.1.1 Bryum sp
Bryum sp. merupakan tumbuhan yang termasuk tumbuhan lumut
atau Bryophyta, karena belum memiliki daun, batang, dan akar
sejati. Ciri-ciri umum tumbuhan ini adalah memiliki rizoid yang
sebagai akar, fase gametofit lebih dominan dibanding fase sporofit,
sporofitnya cenderung kecil. Ciri khusus dari Bryum sp. adalah
memilik kapsul yang bentuknya layaknya kapsul. Bagian-bagian
dari tubuh tumbuhan Bryum sp. meliputi rizoid, fase gametofit, fase
sporofit, sporangium, dan seta (sporangiofor). Fungsi rizoid adalah
untuk melekat pada substrat serta menyerap air dan garam mineral.
Hal ini sesuai dengan Lukitasari (2018:40) yang menyatakan
bahwa rizoid berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat
tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral
(makanan). Fase gametofit berfungsi melakukan reproduksi seksual
atau generatif pada organisme yang mengalami pergiliran
keturunan, sedangkan fase sporofit berfungsi melakukan proses
untuk menghasilkan spora. Sporangium berfungsi sebagai tempat
pembentukan spora. Fungsi seta (sporangiofor) adalah menopang
sporangium.
Siklus hidup tumbuhan ini memiliki generasi gametofit (n)
yang lebih dominan dibandingkan dengan generasi sporofit (2n),
daur hidupnya diawali dengan berkecambahnya spora yang jatuh
pada daerah yang cocok dan tepat (lembap, terdapat nutrisi, dan
mendapat sinar matahari), kemudian tumbuh menjadi protonema
yang selanjutnya tumbuh menjadi lumut dewasa (gametofit). Hal
ini sesuai dengan Putri dkk (2019) yang menyatakan bahwa spora
yang jatuh di tempat yang cocok akan tumbuh menjadi lumut
gametofit baru. Gametofit jantan (anteridium) menghasilkan
spermatozoid dan gametofit betina (arkegonium) menghasilkan
ovum, terjadinya peleburan spermatozoid dan ovum akan
membentuk zigot (2n) yang kemudian berkembang membentuk
sporogonium (penghasil spora). Ketika spora sudah matang,
sporangium itu akan pecah dan spora-spora tadi terhamburkan ke
lingkungan. Jika jatuhnya di tempat yang lembap, ada nutrisi, dan
terkena sinar matahari maka akan tumbuh menjadi protonema,
kemudian tumbuh berkembang menjadi lumut dewasa siap
bereproduksi dan mengikuti alur hidup begitu seterusnya
Habitat Bryum sp. tidak berbeda dengan jenis lumut lainnya
yaitu di tempat lembap, seringnya ditemukan pada tembok atau
batuan lembap. Hal ini sesuai dengan Lukitasari (2018:97) yang
menyatakan bahwa habitat lumut sangatlah beragam, namun yang
terpenting adalah bahwa syarat utama tumbuhan ini bisa hidup
adalah kelembapan yang cukup dan cenderung tinggi, kecuali di
laut. Tumbuhan ini memiliki fungsi yang sama dengan lumut
lainnya, yaitu sebagai penyedia oksigen, menyerap air, menjaga
kelembapan, mendukung tempat hidup organisme. Hal ini
didukung oleh Mulyani dkk (2015) yang menyatakan bahwa Lumut
merupakan komponen dari hutan tropis dan berperan penting dalam
menjaga keseimbangan air, siklus hara, serta sebagai tempat hidup
bagi organisme.
V.2Pteridophyta
V.2.1 Adiantum sp
Adiantum sp. atau paku suplir termasuk ke dalam tumbuhan paku
atau Pterodophyta karena merupakan tumbuhan berpembuluh yang
menghasilkan spora. Ciri umum tumbuhan ini adalah sudah
memiliki akar, batang, daun sejati, tidak menghasilkan biji
melainkan menghasilkan spora, daun muda menggulung, tidak
berbunga, dan hidup di tempat lembap. Ciri khas paku suplir yang
membedakan dengan tumbuhan paku lainnya adalah daunnya tidak
berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat, spora
terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium,
tangkai entalnya khas karena berwarna hitam dan mengkilap,
kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Hasil diatas sesuai
dengan Ariani dan Kinho (2012) bahwa pada umumnya tumbuhan
paku telah memiliki akar, batang, daun sejati. Namun, pada
beberapa jenis paku-pakuan terdapat beberapa ciri saling
membedakan dengan tumbuhan paku lain, misalnya pada Adiantum
sp yakni, mempunyai daun yang berbentuk gak bulat seperti kipas,
tpis dan batang coklat.
Bagian-bagian dari tumbuhan Adiantum sp. meliputi akar,
batang, daun, fiddlehead, indisium, dan sorus. Akar berfungsi
untuk menyerap dan mengangkut air serta garam. Batang bertugas
sebagai organ transportasi air dan garam mineral, hal ini sesuai
dengan Waemayi (2018) yang menyatakan bahwa batang ini
sebagai sistem transportasi mineral dan zat hara ke daun. Daun
berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis, sama halnya
dengan fungsi fiddlehead karena fiddlehead merupakan daun muda
yang menggulung. Indisium berfungsi. Indusium berfungsi
melindungi sorus, hal ini didukung oleh Tim Penulis Penebar
Swadaya (2013:201) yang menyatakan bahwa indusium merupakan
kantong penutup berbentuk ginjal yang melindungi sorus. Sorus
berfungsi sebgai tempat berkumpulnya sporangium.
Pada daur hidupnya, fase sporofit lebih dominan daripada fase
gametofit. Siklus hidup tanaman suplir dimulai dari tanaman yang
sudah dewasa yaitu ditandai dengan jatuhnya spora yang telah
matang. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang cocok, maka
spora itu akan tumbuh menjadi prothallium (prothallus). Paada
prothallus ini akan terbentuk gametangium yaitu berupa anteridium
ynag menghasilkan spermatozoid dan arkegonium yang
menghasilkan ovum. Adanya media air di sekitar prothallus akan
membantu pergerakan spermatozoid menuju ovum yang kemudian
menghasilkan zigot. Zigot ini terus berkembang dan kemudian
membentuk sporofit muda yang akan tumbuh terus menjadi
tumbuhan paku, selanjutnya tumbuhan paku tersebut akan
menghasilkan spora dan begitu mengikuti siklus seterusnya. Hal ini
sesuai dengan Ariani dan Kinho (2012) bahwa dalam daur
hidupnya tumbuhan paku memiliki fase sporofit yang lebih
dominan dari fase gametofit. Fase sporofit dimulai setelah
terbentuknya zygot yang berkembang menjadi tumbuhan paku
dewasa yang mampu menghasilkan sporangium seperti yang sering
kita lihat saat ini, Sedangkang fase gametpfit ditandai dengan
terbentuknya protallium dan terjadinya pertemuan antara
anteredium dan arkegonium.
Habitat paku suplir sama dengan tumbuhan paku umumnya,
yaitu di tempat lembap dan basah (terdapat air) kecuali bersalju,
kebanyakan hidup di tempat terlindung. Hal ini didukung oleh Al-
mira (2016) yang menyatakan bahwa tumbuhan paku biasanya
dapat hidup di tempat yang lembab, air, dan kadang-kadang dapat
tumbuh ditempat kering. Adiantum sp. umumnya dimafaatkan
sebagai tanaman hias dan kerajinan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kurniawan (2009) yang menyatakan bahwa tumbuhan paku suplir
mempunyai manfaat nilai ekonomis untuk masyarakat di antaranya
sebagai kerajinan tangan, bahan bangunan, tanaman hias dan
banyak manfaat lainnya.
V.3Gymnospermae
V.3.1 Pinus merkusi
Pinus merkusi merupakan kelompok tumbuhan
gymnospermae karena mempunyai biji yang tidak tertutup oleh
daging buah atau disebut juga tumbuhan berbiji tebuka. Ciri umum
dari tumbuhan ini yaitu, termasuk tumbuhan pohon, dengan daun
seperti jarum, Tumbuhan ini juga memiliki ciri khusus yaitu
memiliki alat kelamin jantan dan betina yang disebut strobilus yang
brukuran besar strobilus jantan (makrosporofil) dan strobilus betina
(mikrosporofil). Alat kelamin jantan dan betina berada pada satu
tempat sehingga disebut tumbuhan berumah satu. Ciri khusus yang
lain yaitu tumbuhan ini selalu hijau sepanjang tahun. Hal ini sesuai
dengan Abdurahman (2008) yang menyatakan bahwa pinus
merkusi pada daunnya memiliki bentuk khas seperti jarum,
mengahsilkan strobilus (cone), dan memiliki ciri khas yaitu selalu
hijau sepanjang tahun atau disebut tumbuhan evergreen.
Bagian tubuh dan fungsinya, terdapat dua macam strobilus,
yakni, mikrosporofil yang betuknya memanjang terdapat
benangsari sebagai alat perkembangbiakan jantan dan megasporofil
berbentuk agak membulat berwarna coklat berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan betina yang didalamnya terdapat biji. Hal ini
sesuai dengan (Sunarti dan Rugayah, 2013) bahwa pada
Gymnospermae, biji terekspos langsung atau terletak di antara
daun-daun penyusun strobilus atau runjung dan berfungsi sebagai
alat perkembangbiakan. contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah
Pinus merkusii.
Daur hidup, daur hidup pinus merkusi yakni dimulai saat
terjadinya pembelahan secara miosis pada masing-masing strobilus,
serbuk sari menemel pada strobilus betina, berkecambah, serbuk
sari membentuk buluh serbuk sari yang didalamnya terdapat
sperma, terbentuk zigot, berkembang menjadi embrio, embrio
berkembang menjadi biji disertai terbentuknya sayap tipis, satu
tahun kemudian kerucut betina melepaskan bijinya. Biji yang
bersayap jatuh atau terbawa angin, berada pada lingkungan yang
sesuai dan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Hal ini sesuai dengan
(Sunarti dan Rugayah, 2013) bahwa bahwa pada Gymnospermae,
biji terekspos langsung atau terletak di antara daun-daun penyusun
strobilus atau runjung dan berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan. Biji tersebut dapat terbawa oleh angin dan
apabila jatuh pada lingkungan yang sesuai maka biji akan tumbuh
menjadi generasi vegetatif. Generasi vegetatif muncul ketika terjadi
fertilisasi antara strobilus jantan dan betina. contoh tumbuhan dari
kelompok ini adalah Pinus merkusii.
Habitat, pinus merkusi ini dapat tumbuh subur pada habitat
yang terjal seperti gunung, jurang, dan area dataran tinggi dan
lembab dengan curah hujan tinggi. Hal ini sesuai dengan Kalensun,
dkk (2012), bahwa tanaman inus adalah tanaman yang tumbuh
subur diberbagai kondisi dan dapat menutupi kondisi-kondisi yang
terjal, jurang, ataupun gunung-gunung yang tinggi. Menurut
Ningsing (2013) juga menyatakan bahwa pinus merkusi umumnya
tumbuh di Sumut hingga ketinggian 2000 m diatas permukaan laut.
Manfaat tanaman pinus merkusi ini memiliki beberapa manfaat
diantaranya, strobilus yang digunakan sebagai hiasan dan
mengurangi senyawa organik yang tidak baik. Hal ini sesuai
dengan Kalensun, dkk (2012), bahwa strobilus selain digunakan
sebagai hiasan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam
penelitian untuk mengurangi senyawa organik volatil dari dalam
lingkungan ruangan tertutup.
5.4 Angiospermae
5.4.1 Dicotyledoneae
1. Hibiscus rosa-sinensis
Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) merupakan kelompok
tumbuhan angiospermae yaitu tumbuhan berbiji tertutup karena
bakal biji di lapisi oleh bakal daging buah. Tumbuhan ini juga
termasuk tumbuhan dikotil karena memiliki bunga dengan
kelipatan 4, 5 dan sistem perakaran tunggang serta memiliki
bunga yang lengkap. Bunga ini memiliki ciri umum yaitu
termasuk tumbuhan dikotil, perdu, berkayu, dengan tinggi
umumnya 2 samapai 5 meter, tanaman bersifat steril dan tidak
menghasilkan buah, berkembang biak dengan cara stek,
pencakokan, dan penempelan. Ciri khusus bunga tunggal
berwarna merah dengan kelipatan 4 atau 5 yang dilindungi oleh
epicalyx, berbentuk seperti terompet diameter sekitar 5-20 cm,
putik (pistillum) keluar menjulur dari dasar bunga, memiliki
benang sari yang seluruh filamen bersatu dalam satu berkas
sehingga membentuk tabung yang membungkus putik, daun bulat
telur ujunngnya meruncing. Hasil diatas sesuai dengan Silalahi
(2019) bahwa, pada umumnya Hibiscus rosa-sinensis termasuk
tumbuhan dikotil denga bunga kelipatan 4,5 dan seterusnya.
Tumbuhan ini juga memilki ciri khusus yakni, ciri khas
yakni, bunga berwarna merah dengan, brbentuk seperti terompet
yang terbalik serta terdapat ptuk yng keluar dari dasar bunga.
Alfy Ardiyanti
NIM:24020117130072 24020119120032