Anda di halaman 1dari 17

MEKANISME PENYEBARAN PENYAKIT MELALUI LITOSFER DAN

GEOGRAFI (IKLIM DAN ATTITUDE)

DOSEN PEMBIMBING:
ZULI RODHIYAH, S.Si., M.T

Disusun Oleh :
Nama NIM
Romi Afrizal M1D118002
Seputra Efraim Sipayung M1D118007
Trendi Rizki Finanda M1D118016
Shafira Andriani M1D118027
Nurul Amalia M1D118028

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidaya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kitra curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat
manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Lingkungan dan
juga untuk khalayak sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik,saran serta pesan dari semua pembaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah
Epidemiologi Lingkungan yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jambi, 1 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................….i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 LatarBelakang.....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................3

1.3 Tujuan..................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4

2.1 Pengertian Atmosfer.............................................................................................................4

2.2 Komposisi Atmosfer............................................................................................................4

2.3 Struktur dan Lapisan Atmosfer............................................................................................5

2.4 Fungsi/Manfaat Amosfer Di Bumi......................................................................................7

2.5 Hungungan Atmosfer Dengan Kesehatan Lingkungan........................................................8

2.6 Cara Menanggulangi/Mengatasi Permasalahan Atmosfer.................................................11

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................24

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Litosfer adalah lapisan yang ada pada kulit bumi yang berada paling atas pada
permukaan bumi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu Epidemiologi?
b. Apa itu litosfer?
c. Bagaimana litosfer dalam penyebaran penyakit?
d. Penyakit apa saja yang timbul?
e. Bagaimana cara mengatasi masalah-masalah tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui definisi Epidemiologi Lingkungan
b. Mengetahui apa itu litosfer, Geografi (iklim dan attitude)
c. Mengetahui mekanisme penyebaran penyakit dari litosfer, iklim dan attitude.
d. Mengetahui penyakit-penyakit yang timbul dari penyebaran penyakit melalui litosfer,
iklim dan attitude.
e. Mengetahui cara pencegahan atau mengatasi permasalahan timbul.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Litosfer

Litosfer adalah lapisan yang ada pada kulit bumi yang berada paling atas pada
permukaan bumi. Lapisan litosfer ini mempunyai ketebalan mencapai 1200 km. Lapisan
litosfer pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan SiO2 (lapisan silikat) dan
memiliki ketebalan 30 km yang terdiri atas 2 bagian, yaitu again atas yang merupakan
daratan yang kira-kira 35% dan litosfer bawah yang kira-kira mencapai 65%.

Lapisan litosfer mempunyai kedalaman 50-200 km , tebalnya 1200 km, massa jeni
rata-rata 2,9 gram/cc. lapisan ini merupakan lapisan batuan mengapung diatas astenosfer.
Lapisan litosfer ini terbentuk dari bebrapa material. Material pembentuk litosfer yaitu :

a. Batuan Igneus atau batuan beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma pijar yang membeku menjadi
padat, yang sekitar 80% material batuan yang menyusun batuan kerak bumi. Batuan beku
terbagi jadi 3macam yaitu batuan beku dalam (Plutonik/Abisik), batuan beku Gang/Korok,
dan batuan beku luar.

b. Batuan Endapan atau Batuan Sedimen

Batuan sedimen merupakan batuan mineral yang terbentuk di permukaan bumi yang
kemudian mengalami pelapukan. Batuan sedimen dibagi jadi beberapa jenis.

1. Berdasarkan tenaga yag mengendapkan batuan sedimen terbagi menjadi 3 macam:


-Batuan sedimen akuatis
-Batuan sedimen aeolis
-Batuan sedimen glasial
2. Berdasarkan tempat pengendapan ;
-Batuan sedimen teristris
-Batuan sedimen marine
-Batuan sedimen limnis
-Batuan sedimen fluvial
-Batuan sedimen glasial
3. Berdasarkan cara cara pengendapan ;
-Batuan sedimen mekanis
-Batuan sedimen kimiawi
-Batuan sedimen organis

c. Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang sebelumnya telah mengalami perubahanbaik


perubahan secara fidik atau pun perubahan secara kimiawi yang membuatnya berbeda dari
batuan induknya. Batuan metamorf dibagi jadi 3 macam yaitu metamorf kontak, metamorf
dynamo, dan metamorf pneumatolitis.

1.2 Polusi Tanah

Polusi tanah adalah keadaan dimana masuknya atau dimasukan nya bsuatu bahan
kimia yang dibuat oleh manusia itu sendiri sehingga dapat merubah struktur lingkungan.
Polusi tanah akan terus terjadi jika zat-zat beracun selalu menumpuk. Polusi tanah terjadi
karena aktivitas dari manusia, seperti penggunaan pestisida secara terus-menerus, contohnya
atrazin. Atrizin merupakan obat yang digunakan untuk mematikan rumput-rumputan. Selain
itu bahan-bahan kimia lainnya bisa berasal dari dari kegiatan di pabrik sehingga
menghasilkan berbagai limbah yang menyebabkan polusi tanah seperti arsenic, merkuri dan
kadmium. Polusi tanah akan menyebabkan adanya perubahan komposisi tanah dan akan
menciptakan lingkungan yang berpatogen sehingga juga akan berdampak pada kesehatan
manusia seperti gangguan kesehatan yaitu kanker.

Zat-zat yang masuk ke tanah seperti pestisida, benzena, kromium, merkuri dan
pembunuh gulma mempunyai sifat karsinogen yang dapat menyebabkan semua jenis kanker.
Paparan jangka panjang benzene akan menyebabkan siklus haid yan tidak teratur, leukemia,
dan anemia. Jika dalam tingkat tinggi paparan terhadap benzena akan menyebabkan resiko
yang fatal yaitu menyebabkan kematian. Benzene juga dapat mengganggu system imunitas
tubuh karena bemzena yang ditemukan dalam minyak mentah, asap rokok dan bensin dapat
mengurangi produksi sel darah merah, sel darah putih dan antibodi.

Timbal (Pb) dan merkuri (Hg) yang masuk ketanha juga akan sangat berbahay untuk
tubuh manusia. Tanah yang terkontaminasi dengan timbal dan merkuri dapat menyebabkan
kerusakan ginjal dan penyakit hati. Kondisi ini akan sangat berdampak buruk lagi pada
masyarakat yang tidak mampu atau miskin. Hal ini dikarenakan masyarakat yang miskin
yang tinggal di sekitar lokasi pembuangan limbah, pabrik-pabrik indstri dan pembuangan
sampah akan sangat mudah terpapar dengan polusi tanah itu sendiri karena tiap harinya
aktivitas mereka akan selalu dekat dengan tanah yang terkontaminasi tersebut. Apalagi untuk
anak-anak yang tinggal di daerah tersebut akan sangat mudah terkontaminasi dengan yang
sudah tercemar sehingga akan berdampak pada perkembangan anak-anak tesebut.

Tanah yang telah terkontaminasi juga dapat menyebabkan kolera dan disentri karena
polusi tanah jugan akan menyebabkan polusi pada air. Ketika tanah terkontaminasi,
kemudian larut pada permukaan dan selanjutnya meresap dan masuk ke air tanah, yang
menyebabkan kontaminasi pada air. Bisa saja air yang terkontaminasi tersebut digunakan
oleh masyarakat untuk minum sehingga berdampak pada kesehatan masyrakat seperti disentri
dan kolera.

1.4 Transmisi Penyakit Melalui Litosfer (Tanah)

Agen infeksi yang terdapat dalam tanah sangat banyak dan juga dapat berkembang
dengan baik di dalam tanah. Agen tersebut dapat berkembang baik di dalam tanh dikarenakan
ditanah terkandung unsur hara yang dibutuhkan oleh agen infeksi. Salah contoh dari agen
biologis adalah cacing yang terdapat pada tanah. Penyakit infeksi cacing usus yang ditularkan
melalui tanah (soil transmitted helminth) adalah infeksi umum yang termasuk dalam kelas
nematode dan melibatkan banyak penduduk yang ada di dunia. Penyakit kecacingan tersebut
juga terjadi di Indonesia dengan jumlah yang cukup besar terutama untuk anal-anak. 60-90%
anak-anak usia sekolah dasar terkena penyakit kecacingan.

Banyak efek yang akan muncul apabila anak-anak etrsebut terinfeksi penyakit
cacingan, seperti terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anakdan juga kecerdasan
anak. Untuk derajat sedang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang akan berakibat
pada gangguan fungsi kognitif dan gangguan gizi. Dapat dikatalkan bahwa infeksi dari
kecacingan akan sangat memngaruhi status gizi dari anak-anak. Anak-anak akan sangat
mudah terinfeksi penyakit kecacingan ini karena cacing ini sangat menyukai tempat anak
senang bermain.

Selain agen infeksi yang ada di dalam tanah seperti infeksi cacing tanah, dalam
tanah juga terdapat banyak agen infeksi lain. Contohnya zat radioaktif (radioisotop) yang
dapat disimpan permanen di dalam tanah dan bersifat sangat berbahaya karena dapat
mematikan sel tubuh. Radioaktif ini dapat menyebabkan berbagai penyakit :

a. Merusak sel-sel penting, seperti sel tulang sum-sum/penghasil sel darah merah akibat
adanya radiasi tinggi yang tidak terkendali(sinar gamma)
b. Merusak /mematikan jaringan atau sel-sel pada mahluk hidup
c. Merusak dan merubah struktur DNA mahluk hidup
d. Mengakibatkan kanker dan tumor
e. Radon yang terhirup oleh paru-paru memancarkan alpa dapat menimbulkan kerusakan
dan pertumbuhan kanker
f. Menimbulkan luka bakar (akibat radiasi dosis tinggi).
1.5 Faktor Yang Mendukung Mikroba Patogen Di Litosfer

Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya mikroba –mikroba yang ada
ditanah sehingga membuat mikroba tersebut dapat berkembang dengan baik. Berikut bebrapa
faktor yang emmbuat mikroba dapat berkembang dengan baik ditanah:

a. Kelembapan
b. Kapasitas menahan kelembapan
c. Zat organik
d. Sinar matahari
e. Temperature
f. pH
g. Suhu tanah

Selain hal-hal diatas, sampah juga menjadi faktor utama dalam perkembangan
mikroba ditanah.

1.6 Dampak Pencemaran Tanah

Dampak suatu pencemaran tanah tergantung pada tipe polutan yang masuk ke tanah.
Berikut zat-zat polutan yang masuk ke tanah dan dampak yang ditimbulkan ;

a. Timbal yang masuk ke tanah akan sangat berbahaya untuk anak-anak, karena dapat
menyebabkan kerusakan otak serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
b. Benzena yang terpapar secara terus-menerus (kronis) terhadap manusia pada
konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia.
c. Merkuri dan siklodiena yang masuk ke tanah dapat menyebabkan kerusakan ginjal
dan bahkan pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian.
d. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot.
e. Berbagai pelarut yang mengandung klorin dapat merangsang perubahan ginjal dan
hati serta dapat menurunkan sistem saraf pusat. Selain itu juga dapat menyebabkan
sakit kepala, pusing, letih dan iritasi mata bahkan ruam kulit karena paparan zat
kimia.

Selain berdampak buruk pada kesehatan manusia, pencemaran tanah juga berdampak
pada ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan dapat menyebabkan
perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkaran
tanah tersebut. Bahkan dampak yang terjadi jika terjadi pencemaran tanha adalah musnahnya
berbahgai spesies primer dari rantai makanan tersebut. Jika bahan kimia pada bentuk pada
kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida dapat menelan bahan kimia
asing yang lama-kelamaan akan terkonsetrasi pada mahluk-mahluk penghuni piramida di
atas. Efek-efek tersebut dapat terlihat pada saat konsentrasi DDT pada burung menyebabkan
rapuhnya cangkang telur burung tersebut, sehingga juga meningkatnya tingkat kematian dari
anakan burungdan kemudian hilang nya spesies dari burung tersebut.

Bahan-bahan kimia tersebut ikut serta berdampak pada dunia pertanian. Dengan
masuknya secara terus-menerus zat kimia tersebut ke dalam akan berdampak pada hasil
panen dari petani, maksudnya menurunay hasil pertanian. Selain itu penggunaan pupuk
pestisida juga membuat tanah lebih mudah mengalami erosi.

1.7 Cara Penanggulangan Polusi Tanah

Ada beberapa cara untuk menanggulangi polusi tanha, yaitu remidiasi dan
bioremediasi :

A. Remediasi

Remediasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan tanah yang
sudah tercemar. Remediasi terbagai jadi dua yaitu remediasi in situ (on site) dan ex situ (off
site). Pembersihan on site sendiri adalah pembersihan tanah yang dilakukan di lokasi secara
langsung. Pembersihan on site ini mempunyai keuntungan dengan biaya yang lebih murah
dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi) dan bioremediasi.
Sedangkan untuk cara off site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian
di bawah ke tempat yang kebih aman. Tanah tersebut di simpan si tanki/ bak atau kedap air,
kemudian dipompakan pembersih ke bak/ tanki kedap tersebut. Lalu zat pencemar di
pompakan keluar dari bak kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah.
Pembersihan off site menggunakan biaya yang mahal dan rumit.

B. Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan permukaan tanah yang tercemar dengan


menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan unruk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun (karbon dioksida dan air).

Selain itu ada juga ditemui ditemui suatu teknologi untyk menangani pencemaran
tanah yaitu fitoremediasi. Fitoremediasi adalah teknologi pembersihan, penghilangan atau
pengurangan polutan yang berbahaya seperti logam dan pestisida.

1.8 Cara Pencegahan Terjadinya Penyakit

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat
paparan dengan polusi tanah :

a. Menjaga kebersihan lingkungan


b. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan menggunakan sabun
c. Menggunakan alas kaki pada saat bermain di luar rumah
d. Mencuci tangan setelah buang air besar dan buang air kecil
e. Buang sampah pada tempatnya dan jangan biarkan menumpuk
f. Buang air deterjen bekas mencuci keselokan bukan ke tanah
1.9 Contoh-contoh Transmisi Penyakit dengan Media Litosfer
a. Diare
Diare adalah jenis penyakit yang sering terjadi dalam pencernaan manusia. Diare
disebabkan bakteri yang menginfeksi makanan atau tanah. Resiko diare dapat
dikurangi dengan cara menjaga kebersihan dan selalu mencuci tangan setelah
melakukan kegiatan yang berkontak langsung dengan tanah.
b. Tetanus
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani, yang merupakan obligat anaerob, gram positif
batang yang motil dan mudah bentuk endospore, ditandai dengan spasme ototyag
periodic dan berat. Bakteri ini dengan mudah ditemukan pada litosfer.

c. Penyakit Cacingan
Penyakit cacingan sering terkena pada anak-anak dengan gejala sakit perut, mual dan
muntah. Sedangkan infeksi pada paru dapat menyebabkan alergi, batuk, dan asma.
Cacingan banyak disebabkan karena penderita malas membiarkan diri menggunakan
alas kaki dan malas mencuci tangan .

2.1 Pengertian Iklim

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca pada suatu tempat dalam waktu yang lama.
Perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan secara nyata yang terjadi pada saat ini
mengenai pola cuaca yang dihitung berdasarkan angka statistik dalam jangka waktu tertentu
dalam kurun waktu puluhan hingga jutaan tahun. Iklim mempunyai bebrapa unsur yaitu :

a. Penyinaran matahari
b. Suhu udara
c. Kelembapan udara (humidity)
d. Awan
e. Curah hujan
f. Tekanan udara

Iklim dari suatu wilayah ditentukan lima faktor utama, yaitu garis lintang, angin
utama, massa daratan atau benua, arus samudra serta topografi.

2.2 Transmisi Penyakit Melalui Iklim

Iklim di Indonesia selalu berubah-ubah, iklim selalu berkaitan dengan cuaca, suhu dan
hal lainnya. Faktor iklim ini juga berperan penting dalam kesehatan lingkungan. Perubahan
iklim yang terjadi mampu mendatangkan berbagai jenis penyakit, apalagi dilingkungan yang
memang tidak terjaga kebersihannya. pada saat musim hujan besar sekali kemungkinan
terjadinya banjir. Banjir berdampak besar bagi masyarakat terutama permasalahan kesehatan.
Saat terjadi banjir lingkungan tempat tinggal akan terlihat kotor. Sehingga akan
mendatangkan berbagai mikroba yang ada. Beberapa variabel yang nerupakan kompenen
iklim seperti suhu, kelembapan, kemarau dan curah hujan mempengaruhi pertunbuhan dan
persebaran berbagai spesies mikroba dan parasit serta berbagai variabel kependudukan.
Penyakit yang sering muncul karena perubahan iklim (musim hujan) adalah penyakit
demam berdarah (DBD). DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
menyerang bagian utama dari sistem transportasi dalam tubuh manusia, yakni darah. Sebagai
akibat dari serangan virus ini, jumlah trombosit dalam darah mengalami penurunan, jika
tingkat serangan tinggi dan waktu penanganan lambat berakibat fatal yaitu kematian.
Penyebab DBD adalah disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti dan atau Aedes albopictus.
Gigitan kedua jenis nyamuk tersebut menyebabkan virus yang masuk ke dalam tubuh
manusia, sehingga menyebabkan manusia menderita DBD. Gejala yang dialami penderita
berupa sakit kepala, panas dan demam tinggi.
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk A. aegypti atau A. albopictus betina
yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya yang diperoleh dari penderita DBD
lain. Orang yang berisiko terkena DBD ialah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun dan
sebagian besar tinggal di lingkungan lembab serta daerah pinggiran kumuh. Penularan virus
dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus Stegomya yaitu nyamuk A.
aegypti dan A. albopictus sebagai vektor primer serta A. polynesiensis, A. scutellaris, dan A.
niveus sebagai vektor sekunder. Selain itu juga terjadi penularan transeksual dari nyamuk
jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta penularan transovarial dari induk nyamuk
ke keturunannya. Penularan penyakit Demam Bedarah (DBD) ini akan mudah berkembang
pada saat musim hujan dan lingkungan yang kotor.

2.3 Penyakit Yang Muncul Akibat Iklim


ada berbagi penyakit yang muncul akibat adanya adanya perubahan iklim, diantaranya :
a. Penyakit demam berdarah (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang menyerang bagian utama dari sistem transportasi dalam tubuh manusia, yakni
darah. Penyakit DBD sering muncul pada saat musim hujan.
b. Penyakit Diare, air yang kotor dan menggenang pada saat banjir membuat warga yang
tingga disekitar lokasi rawan terkena diare. Selain itu makanan yang terkontaminasi
bakteri, parasit and virus juga akan menyebabkan diare.
c. Ruam atau gatal-gatal pada kulit, hal ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri
dan parasite. Pada saat banjir, biasanya air bersih akan susah didapatkan sehingga
mengharuskan seseorang menggunakan air yang tidak terjamin kebersihannya.
d. Penyakit malaria, pada saat abnjir akan banyaknya sekali genangan air sehingga akan
menjadi sarang dari nyamuk yang menjadi tempat berkembang dan tumbuh naymuk.
e. Cuaca yang panas akan menyebabkan besarnya kemungkinan terjadinya kebakaran.
Secara tidak langsung, hal ini juga dapat menyebabkan penyakit. Karena pada saat
terjadi kebakaran maka akan timbul kabut asap yang mengakibatkan penyakit asma,
jantung, dan kerusakan paru-paru.
2.4 Cara Penanganan
ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit-penyakit
yang timbul akibat iklim tersebut, diantaranya :
a. Selalu menjaga kebersihan lingkungan tempat tingggal.
b. Bersihkan badan dengan sabun antiseptik
c. Cuci tangan dengan sabun antisepti sebelum dan sesudah makan.
d. Jangan biarkan sampah menumpuk
e. Bersihkan genangan air yang ada disekitar tempat tinggal.
2.5 Pengertian Attitude
Sedangkan attitude adalah sikap terhadap obyek tertentu ysng disertai dengan
kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tadi atau dengan kata lain
yang lebih singkat sikap atau attitude adalah sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal.
Menurut (Abu Ahmad, 1988 : 160) sikap adalah sebagai suatu kesadaran individu yang
menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi dalam
kegiatan-kegiatan sosial. Attitude atau sikap ini di dalamnya sedikitnya mempunyai 3
(tiga) aspek pokok, yaitu

1. Aspek Kognitif
Aspek yang berhubungan dengan gejala yang mengenai fikiran yang merupakan pengolahan,
pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang obyek atau sekelompok
obyek
2. Aspek Afektif
Aspek yang merupakan suatu proses yang menyangkutperasaan-perasaan tertentu seperti
ketakutan, kedengkian,simpati, antipasti dan sebagainya yang ditujukan pada obyek-obyek
tertentu.
3. Aspek Konatif
Suatu aspek yang berwujud suatu proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu
pada obyek.
Selain itu ada bebrapa karakteristik dari attitude diantaranya :
a. Attitude tidak dapat berdiri sendiri, namun senantiasa mengandung relasi tertentu
pada suatu objek.
b. Attitude bukan merupakan sikap yang tetap, namun dapat berubah-ubah.
c. Attitude bukan sikap yang dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk dan dipelajari
sepanjang perkembangan individu tersebut dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Attitude memiliki segi-segi motivasi dan juga segi-segi perasaan.

2.6 Hubungan Attitude (Sikap), Lingkungan dan Kesehatan Lingkungan


Masalah lingkungan hidup yang terjadi dapat dikatakan sebagai masalah moral, yang
berhubungan dengan perilaku manusia. Lingkungan hidup tidak hanya berkaitan dengan
masalah teknis saja tetapi menjadi krisis moral secara global. Pencemaran dan kerusakan
yang terjadi di hutan, laut, air, tanah, atmosfer dan berbagai macam bentuk kerusakan lainnya
diakibatkan oleh perilaku manusia yang tidak peduli dan tidak bertanggung jawab dan hanya
memikirkan kebutuhan hidupnya saja. Dapat dikatakan penyebab pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup yang utama adalah manusia.
Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang saling ketergantungan dan timbal
balik. Lingkungan bagi manusia merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
kehidupannya. interaksi antara manusia dan lingkungan yang terjadi secara terus menerus,
akan mempengaruhi perilaku manusia terhadap lingkungan. Sikap dan perilaku manusia akan
menentukan baik buruknya kondisi suatu lingkungan. Cara manusia memperlakukan
lingkungannya akan berdampak pada kualitas hidup manusia itu sendiri.
Kondisi suatu lingkungan juga bergantung pada sikap yang ada pada masyarakat
tersebut. Sikap sesorang dapat dibentuk pada saat jenjang pendidikan orang tersebut atau
bahkan juga dapat dibentuk saat orang tersebut bersosialisasi dengan orang lain. Secara tidak
disadari, sikap seseorang juga mempengaruhi baik buruknya kesehatan di lingkungan
tersebut.

Berikut adalah gambaran pentingnya kebijakan sikap seseorang dalam bertindak yang
berkaitan dengan kesehatan yang ada di lingkungan.

Penyakit malaria juga berkaitan dengan perilaku atau sikap seseorang. Ini
menggambarkan pentingnya perilaku seseorang dalam bertindak. Penyakit malaria
merupakan penyakit menular disebabkan oleh Plasmodium (Klas Sporozoa) yang menyerang
sel darah merah. Proses terjadinya penularan malaria di suatu daerah meliputi 3 (tiga) faktor
utama yaitu : (a) Adanya penderita baik dengan adanya gejala klinis ataupun tanpa gejala
klinis; (b) Adanya nyamuk atau vektor; (c) Adanya manusia yang sehat (Depkes RI, 1999a).
Siklus penularannya adalah sebagai berikut : orang yang sakit malaria digigit nyamuk
Anopheles dan parasit yang ada di dalam darah akan ikut terisap didalam tubuh nyamuk dan
akan mengalami siklus seksual (siklus sporogoni) yang menghasilkan sporozoit. Nyamuk
yang didalam kelenjar ludahnya sudah terdapat sporozoit mengigit orang yang rentan, maka
didalam darah orang tersebut akan terdapat
parasit dan berkembang didalam tubuh manusia yang dikenal dengan siklus aseksual.
Perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kejadian malaria terdiri dari empat
variabel, yaitu pengetahuan, sikap, tindakan dan penyuluhan. Sebanyak 85,6% dari responden
memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang malaria, akan tetapi pengetahuan penduduk
tentang penyakit malaria tidak berhubungan dengan kejadian. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa baik yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan rendah mempunyai
kesempatan yang sama dalam kejadian malaria. Karena jika seseorang tidak mengetahui
sesuatu hal dengan jelas maka sulit baginya untuk menentukan sikap positif dan negatif, dan
apabila seseorang telah mengetahui sesuatu hal namun tidak dibarengi dengan kesadaran
untuk berbuat maka pengetahuannya tidak akan berlangsung lama dan tidak berguna bagi
kehidupan.

2.7 Dampak Yang Timbul Akibat Kurangnya Kesadaran Masyrakat


Orang yang kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan akan
bersikap tidak peduli terhadap lingkungan disekitarnya. Contoh kebersihan dilingkungannya,
apabila banyak sampah yang terdapat di tempat tinggal dibiarkan begitu saja maka akan
berdampak buruk bagi kesehatan. Apalagi jika sampah tersebut tergenang air, maka akan
menjadi tempat nyamuk untuk berkembang biak sehingga akan menyebabkan penyakit
malaria, demam berdarah dan tifus.
Sikap seseorang yang tidak peduli dengan alam juga akan berdampak buruk bagi
masyarakat lainnya seperti pembakaran hutan. Pembakaran hutan akan menyebabkan banyak
kerugian baik pada manusia dan mahluk hidup lainnya. Pembakaran hutan akan
menyebabkan banyak dampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Penyakit yang timbul akibat
pembakaran hutan antara lain, asma, gangguan jantung, kerusakan paru-paru bahkan dapat
menyebabkan kematian.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka

Boekoesoe, Lintje. 2013. Kajian Faktor Lingkungan terhadap Kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD). Gorontalo : Universitas Gorontalo.

Friaraiyatini, dkk. 2006. Pengaruh Lingkungan dan Perilaku Masyarakat terhadap Kejadian
Malaria di Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 2, Januari 2006.

Muslimah. 2015. Dampak Pencemaran Tanah dan Langkah Pencegahan. AGRISAMUDRA,


Jurnal Penelitian Vol. 2, No. 1 Januari-Juni 2015.

Palupi, Tyas. 2017. Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Pro-Lingkungan Ditinjau dari
Perspektif Theory Of Planned Behavior. Proceeding Biology Education
Conference, Vol. 14, No. 1.

Sriwahyuni, Susy, dkk. 2014. Analisis Resiko Karakteristik, Sosial Ekonomi, Perilaku dan
Kondisi Lingkungan Rumah terhadap Kejadian Malaria. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2 , November 2014.

Sutanto, Rahman. 2001. Pesticide Contamination In Soil And Groundwater And Its Control
Methods. Jurnal Perlindungan Tanaman Indionesia. Vol. 7, No. 1, 2001.

Woewor, Ribka. 2017. Pengaruh Kesehatan Lingkungan terhadap Perubahan Demam


Epidemiologi Berdarah di Indonesia. Jurnal e-Clinic Vol. 5, No. 1 Juli-desember
2017.

Anda mungkin juga menyukai