27 54 1 SM
27 54 1 SM
Yusnita*, Nurmaria**
health promotion officer for melakuakn Cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah
video media health promotion of
salah satu tindakan sanitasi dengan
handwashing with soap.
Keywords: health education, health membersihkan tangan dan jari-jari
promotion Media.
menggunakan air dan sabun untuk menjadi
Pendahuluan bersih. Mencuci tangan dengan sabun
Anak pada hakikatnya merupakan aset merupakan salah satu upaya pencegahan
terpenting dalam tercapainya keberhasilan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan
satu negara, karena merupakan generasi seringkali menjadi agen yang membawa
penerus bangsa selanjutnya. Derajat kuman dan menyebabkan patogen berpindah
kesehatan anak pada saat ini belum bisa dari satu orang ke orang lain, baik dengan
dikatakan baik karena masih banyak kontak langsung ataupun kontak tidak
terdapat masalah kesehatan khususnya pada langsung (menggunakan permukaan-
anak sekolah. Anak usia sekolah merupakan permukaan lain seperti handuk, gelas).
kelompok usia yang kritis karena pada usia Tangan yang bersentuhan langsung dengan
tersebut rentan terhadap masalah kesehatan. kotoran manusia dan binatang, ataupun
Anak usia sekolah selain rentan terhadap cairan tubuh lain, tidak dicuci dengan sabun
masalah kesehatan juga peka terhadap dapat memindahkan bakteri, virus dan
perubahan. Perubahan yang terjadi pada parasit pada orang lain (Depkes RI, 2015).
anak dapat terjadi akibat kurang Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (
diperhatikan oleh orang tua dirumah, guru PBB) menetapkan tanggal 15 Oktober tahun
disekolah atau para klinisi serta profesional 2008 sebagai tahun sanitasi internasional dan
kesehatan. Peran orang tua, guru dan praktisi sebagai hari cuci tangan pakai sabun sedunia,
kesehatan akan mempengaruhi kualitas dengan tema “Tangan bersih
hidup anak di kemudian hari. Kualitas hidup selamatkan kehidupan“. Semakin luas
anak akan baik bila selalu diberikan edukasi budaya mencuci tangan dengan sabun di
dan pemahaman tentang berbagai masalah harapkan bisa mengurangi tingkat kematian
yang mungkin timbul. Salah satu edukasi atau kesakitan pada anak pada tahun 2015
yang diberikan adalah cara mencuci tangan hingga 70%. Indonesia merupakan salah
(Antaranews, 2015). satu dari 70 negara di dunia yang
mempunyai komitmen untuk berperan serta
melakukan cuci tangan pakai sabun secara dari segi materi pembelajaran yang di
serentak dari berbagai penelitian yang di ajarkan . Adapun kriteria media
lakukan para ahli tentang mencuci tangan pembelajaran di SD adalah menggunakan
(Depkes RI, 2015 ). media Audio, Visual dan audio Visual ,
Pendidikan kesehatan adalah proses pembelajaran merupakan hal yang
perubahan perilaku dalam diri manusia yang membutuhkan ketelatenan yang luar biasa
diperoleh dari berbagai pengalaman belajar dari seorang guru, termasuk dalam memilih
yang mendorong dan memungkinkan media pembelajaran. Kesesuaian pemilihan
seseorang (Notoatmodjo,2010). Perilaku madia akan berdampak positif bagi
Hidup Bersih dan Sehat merupakan pembelajaran . Untuk belajar pemahaman
perwujudan riil paradigma sehat dalam dalam PHBS yang dalam hal ini peneliti
budaya hidup perorangan. Hal ini sejalan ingin melihat keefektifan media
dengan hasil penelitian Basona Werena pembelajaran yang di berikan. media yang
(2009) hasilnya menunjukkan bahwa 52% akan di teliti dalam hal ini adalah Slide,
Siswa yang mempunyai pengetahuan video dan modul. Pendidikan kesehatan
tentang kebersihan perorangan dengan baik dengan media sound slide, video dan modul
dan hanya 48% Siswa SD Di Bagota yang , praktik di dukung dengan media poster
melakukan cuci tangan. Karena memiliki yang di letakkan di atas tempat cuci tangan
pengetahuan yang baik (Lopez-Quintero dapat meningkatkan pengetahuan , sikap,
dkk, 2009). Keberhasilan penyuluhan dan kebiasaan Cuci Tangan Pakai sabun
kesehatan pada anak usia sekolah tergantung (CTPS) Anak sekolah dasar di North
kepada komponen pembelajaran. Media Zealand, Denmark (Nandrup B. 2009).
penyuluhan kesehatan merupakan salah satu Potensi anak sekolah yang besar, baik
komponen dari proses pembelajaran yang sebagai generasi bangsa, sebagai agen
akan mendukung komponen-komponen perubahan, serta jumlah anak sekolah yang
yang lain. (Notoatmodjo, 2010). besar dan tersebar di berbagai daerah
Proses pembelajaran yang di lakukan di menjadi promosi kesehatan pada anak
SD merupakan pemelihan media yang sekolah merupakan langkah strategi dalam
memerlukan pertimbangan dan kesesuaian . tujuan untuk meningkatkan prilaku hidup
kesesuaian penggunaan media dapat di lihat bersih dan sehat pada masyarakat luas.
Peningkatan kesadaran anak sekolah dalam total penduduk Indonesia atau sekitar 73 juta
cuci tangan menggunakan sabun, sehingga orang . Dengan jumlah ini, maka anak usia
membudayakan, perlu di lakukan dengan sekolah merupakan aset atau modal utama
cara demonstrasi dan redemonstrasi secara pembangunan di masa depan yang perlu di
teratur dan terus menerus sehingga jaga di tingkatkan dan di lindungi
pemahaman sejalan dengan praktik. Lau kesehatannya.
dkk, (2012) menyarankan penyampaian Berdasarkan laporan (PHBS) yang di
pesan setiap 2 bulan sekali walaupun lakukan di 951.447 di seluruh kabupaten
singkat, akan menjadikan suatu kebiasaan /kota tahun 2014/2015 di dapatkan Perilaku
(Depkes RI, 2015) Cuci tangan pakai sabun 63,91%, jumlah ini
Menghadapi peningkatan penderita masih di bawah target yaitu 70% Sehingga
beberapa penyakit infeksi, Dinas kesehatan kampanye CPTS penting di galakkan agar
Bandar lampung melakukan beberapa upaya terus menurunkan prevalensi penyakit
penanggulangan diantaranya upaya di penyakit tersebut. (Rilis Humas dinas
empat. Berdasarkan studi pendahuluan yang Tehnik pengumpulan data adalah interview
peneliti lakukan pada tanggal 5 Juli 2015 di (wawancara), observasi dan kuesioner
SDIT Insan Taqwa Lampung didapatkan terstruktur. Pada siswa SD Muhammadiyah
data tidak semua kelas menyediakan sabun dengan melihat pengaruh pendidikan
di kamar mandi atau tempat cuci tangan. kesehatan menggunakan media poster,video
Berdasarkan hasil wawancara dengan 8 dan leaflet . Data hasil penyuluhan di
siswa, 2 orang siswa mengatakan mereka lakukan uji T . Selanjutnya di lakukan uji
tidak mencuci tangan sebelum makan karena anova (Nilai t 0,005) Untuk mengetahui
sudah lapar. saat akan makan siang. 3 orang pengaruh media untuk meningkatkan
siswa mengatakan mencuci tangan bila pengetahuan. Analisis menggunakan
tangannya terlihat kotor, terkadang setelah Univariat terhadapkarakteristik siswa
buang air kecilpun tidak mencuci tangan. 3 Siswa pada seluruh subjek penelitian dan
siswa lainnya mengatakan selalu mencuci bivariat uji T berpasangan untukn
tangan sebelun makan. Studi pendahuluan mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
lebih lanjut peneliti mendapatkan data antara kelompok 1,2,3 dengan media
bahwa sebagaian besar dari mereka telah poster,video dan leaflet.
melakukan aktivitas cuci tangan dalam
keadaan kritis akan tetapi hampir 40% Hasil
belum menggunakan sabun. Hasil rata-rata pre test media poster
Penelitian ini bertujuan untuk adalah 9,88 dengan standar deviasi.2,048.
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan Nilai rata-rata post media poster 17,32
dengan menggunakan media visual dan dengan standar deviasi 1,865 Terlihat selisih
audiovisual terhadap cuci tangan pakai rata-rata pre test dan post test pada media
sabun di SD IT Insan Taqwa Lampung. poster adalah 7,440 dan selisih standar
deviasinya 0,037. Hasil uji statistik
Metode
didapatkan nilai p = 0,000 terdapat
Penelitian ini merupakan penelitian
perbedaan yang signifikan pada hasil
eksperimen. Subyek Penelitian semua siswa
tersebut (Tabel 1).
kelas 4 SDIT Insan Taqwa sebesar 75 orang
Nilai rata-rata pre test media video
. menggunakan tehnik total sampling,
adalah 30,60 dengan standar deviasi.9,823.
sehingga sampel berjumlah 75 orang.
655_ Jurnal Ilmiah Kesehatan_Vol 5, No.9 Januari 2016
Yusnita, Nurmaria, Pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media
poster,video dan leaflet
Nilai rata-rata post media video 62,60 antar kelompok setelah intervensi. Untuk
dengan standar deviasi 19,046. Terlihat mendapatkan perbandingan antar kelompok
selisih rata-rata pre test dan post test pada poster, video dan leaflet yang memiliki nilai
media videoo 32 dan selisih standar signifikan yang bermakna maka analisis data
deviasinya 17,017. Hasil uji statistik di lanjutkan dengan analisis posthoc dengan
didapatkan nilai p = 0,000 dapat di menggunakan uji LSD dengan hasil rata-rata
simpulkan ada perbedaan yang signifikan pengetahuan siswa setelah intervensi pada
rata-rata nilai pre test dan post test pada media poster adalah 17,32, pada media
media video (Tabel 2). video rata-rata pengetahuan setelah
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa intervensi 62,60 dan pada media leaflet rata-
rata-rata pre test pada media leaflet meanya rata pengetahuan setelah intervensi 17,20.
6,56 standart deviasi adalah 2,043. Rata-rata Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000
nilai post test pada leaflet 11,64 dan standar berarti pada alpha 0,05 terlihat terdapat
deviasi 3,239. Selisih rata-rata pre dan post perbedaan signifikan terhadap pengetahuan
media leaflet 5,08 dan selisih standar siswa setelah dilakukan intervensi.
deviasinya 1,196. Hasil uji statistik Penelitian ini menunjukkan bahwa media
didapatkan nilai p = 0,000 maka dapat vidio merupakan media yang
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan paling efektif untuk meningkatkan
rata-rata nilai pre test dan post test pada pengetahuan siswa dalam cuci tangan
media leaflet terdapat perbedaan yang menggunakan sabun Sebesar rata-rata
signifikan (Tabel 3). sebesar 62,60 (Tabel 5).
Pada tabel 4, nilai p = 0,000 yang
berarti terdapat perbedaan yang bermakna
yang akan digunakan dalam proses yang akan diperoleh. Selain itu, umumnya
pernbelajaran di kelas, pertimbangan utama seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan
harus sesuai dengan tujuan pengajaran, balk yaitu sebanyak 50% apabila mereka
bahan pelajaran, metode mengajar, tersedia melihat dan mendengar yang dalam
alat bantu yang dibutuhkan, pribadi penelitian ini dilakukan melalui pemutaran
pengajar, minat dan kemampuan pembelajar, video tentang Cuci Tangan Pakai Sabun
situasi pengajaran yang sedang berlangsung, (audio-visual).
dengan demikian keterkaitan antara media Hasil pengamatan peneliti setelah
pengajaran dengan tujuan, materi, metode mendapat penyuluhan, pada umunmya
dan kondisi pembelajar harus menjadi responden masih membayangkan dan
perhatian dan pertimbangan pengajar untuk menerka maksud dari materi yang
memilih dan menggunakan media dalam disampaikan oleh peneliti/narasumber pada
proses pembelajaran dikelas, sehingga saat penyuluhan tentang Cuci tangan Pakai
media yang digunakan lebih efektif dan Sabun, namun pada saat pemutaran video
eflsien untuk mencapai tujuan pembelajaran, tentang Cuci tangan Pakai Sabun selama 15
sebab media pembelajaran tidak dapat menit, responden menjadi lebih paham dan
berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki lebih mudah menangkap apa yang dimaksud
hubungan timbal balik dengan empat aspek oleh peneliti/narasumber karena disertai
tersebut. Pengalaman belajar dapat melalui dcngan gambar bergerak, suara dan contoh
proses perbuatan atau mengalami sendiri apa nyata di lapangan sehingga materi yang
yang dipelajari, proses mengamati, dan diterima akan lebih lama tersimpan dalam
mendengarkan melalui media terlentu dan ingatan.
proses mendengarkan melalui bahasa. Video merupakan media yang tepat
Semakin kongkret mempelajari bahan untuk mcndorong keinginan seseorang untuk
pengajaran, contohnya melalui pengalaman mengetahui, kemudian lebih mendalami dam
langsung, maka semakin banyaklah akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih
pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya, baik. Seseorang yang melihat sesuatu yang
semakin abstrak memperoleh pengalaman, baru, tertarik dam dilihat dengan penuh
contohnya hanya mengandalkan bahasa perllatian akan mendorong seseorang tersebut
verbal, maka semakin sedikit pengalaman untuk melakukan/menerapkan