Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara


umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan,
pembuktian dan pengembangan. Melalui penelitian manusia dapat
menggunakan hasilnya. Secara umum data yang telah diperoleh dari
penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah.

Ada empat dimensi penelitian yang dapat dibedakan berdasarkan


tujuan penelitian, manfaat penelitian, waktu penelitian, dan teknik
pengumpulan data. Dimensi penelitian itu sendiri berdasarkan teknik
pengumpulan data, jenis penelitian dibedakan menjadi: penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Metode kuantitatif adalah penerapan
metode-metode ilmiah terhadap masalah-masalah rumit yang muncul
dalam pengarahan dan pengelolaan.

Dalam penelitian kuantitatif yang perlu dilakukan yaitu, mencari


tahu tantang populasi, sampel, dan rancangan penelitian yang seperti apa
yang cocok untuk subuah penelitian yang akan diteliti. Dengan demikian,
pada makalah ini dijelaskan mengenai populasi, sampel dan rancangan
penelitian terutama pada penelitian dengan metode kuantitatif.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa itu populasi, sampel dan rancangan penelitian ?


2. Bagaimana teknik dalam pengambilan sampel ?
3. Bagaimana kriteria rancangan penelitian serta apa saja jenis-jenis
rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui definisi populasi, sampel dan rancangan penelitian.
2. Mengetahui teknik dalam pengambilan sampel.
3. Mengetahui kriteria serta jenis-jenis rancangan penelitian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. POPULASI
1. Pengertian Populasi

Populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang berarti jumlah
penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi amat populer dipakai untuk
menyebutkan serumpun atau sekelompok objek penelitian yang menjadi
sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,
gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya. Sehingga objek-objek ini
dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin dalam Siregar ,2013:30).

2. Pembagian Populasi

Menurut Arikunto (2010:173) dilihat dari jumlahnya, maka populasi


dibedakan menjadi 2 bagian:

a. Jumlah terhingga (terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu).


b. Jumlah tak hingga (terdiri dari elemen yang sukar sekali dicari
batasannya).

Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-


liku yang ada di dalam populasi. Oleh karena itu subjeknya meliputi semua
yang terdapat di dalam populasi, maka juga disebut sensus.

Berlaku untuk populasi Disimpulkan

Populasi

Dianalisis
Data

3
Objek pada populasi diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan
kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi. Penelitian populasi hanya
dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya tidak terlalu banyak.

Menurut Muri (2007:182) secara umum dapat dikatakan beberapa


karakteristik populasi adalah:

a.Merupakan keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi yang


akan diinginkan.

b.Dapat berupa manusia/individu, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda


atau objek maupun kejadian-kejadian yang terdapat dalam suatu area/
daerah tertentu yang telah ditetapkan.

c. Merupakan batas-batas (boundary) yang mempunyai sifa-sifat tertentu


yang memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari keadaan itu.

d. Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu dapat
digeneralisasikan.

3. Jenis-Jenis Populasi
Menurut Muri (2007:183) Populasi digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Populasi terbatas (definite) yaitu objek penelitiannya dapat dihitung,
seperti luas sawah, jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah
mahasiswa.

b.Populasi tak terbatas (infinite) yaitu objek penelitian yang mempunyai


jumlah yang tak terbatas, atau sulit dihitung jumlahnya; seperti pasir di
pantai.

Disamping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus


dibedakan ke dalam sifat berikut ini:

a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya


memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya
secara kuantitatif. Misalnya seorang dokter yang akan melihat

4
golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah
saja.

b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi uang unsur-unsurnya


memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan
batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

B. SAMPEL
1. Pengertian Sampel

Sampel dalam bahasa sehari-hari berarti benda contoh yang diambil dari
sejumlah benda atau objek yang diwakili. Dalam istilah sederhana, sampel
adalah sekelompok objek, orang, peristiwa, dan sebaginya yang merupakan
representasi dari keseluruhan.

Ary, Jacobs, & Sorensen (2010) mendefinisikan sampel sebagai berikut,


“A sample in a research study is the group on which information is obtained.”
Hal senada juga dikemukakan oleh Cohen, dkk. (2007) yang menyatakan,”...
asmaller group or subset of the total population in such a way that the
khowledge gained is representative of the total population (however defined)
under study. This smaller group or subset is the sample. Artinya, sampel
adalah suatu kelompok yang lebih kecil atau bagian dari populasi secara
keseluruhan.

Populasi
Sampel

2.

Gambar 1.1
Populasi dan Sampel
Jika kita hanya ingin meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian
tersebut disebut penelitian sampel. Menurut Arikunto (2110: 174) sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Siregar (1013:30)
menyatakan bahwa sampel adalah suatu prosedur pengambilan data di mana

5
hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk penentuan
sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.

2. Karakteristik sampel yang Baik


Ada beberapa kriteria yang dapat diperhatikan untuk mengetahui
bagaimana kualitas sampel yang digunakan dalam proses penelitian.
Berikut ini adalah karakteristik utama dari sampel yang baik :
1. Sebuah sampel yang baik adalah sampel mewakili populasi yang
sesuai dengan sifat-sifatnya.
2. Sampel yang baik adalah sampel bebas dari bias, sampel tidak
memunculkan prasangka imajinasi dari peneliti untuk memengaruhi
pilihan.
3. Sampel yang baik adalah sampel yang objektif, hal ini meliputi
objektivitas dalam memilih prosedur atau tidak adanya unsure-unsur
subjektif dari situasi.
4. Sampel yang baik menjaga akurasi. Sampel sebaiknya menghasilkan
perkiraan yang akurat secara statistikdan tidak menimbulkan kesalahan
dalam pengambilan kesimpulan.
5. Sampel yang baik bersifat komprehensif. Karakter ini berhubungan
erat dengan keterwakilan yang benar. Kelengkapan merupakan
kualitas sampel yang ditentukan oleh tujuan khusus penelitian. Suatu
sampel dapat komprehensif dalam sifat, tetapi mungkin tidak mewakili
populasi yang baik.
6. Sampel yang baik lebih ekonomis dari tenaga, waktu dan biaya.
7. Subjek yang menjadi sampel yang baik mudah didekati. Instrument
penelitian dapat diberikan pada sampel sehingga data dapat
dikumpulkan dengan mudah.
8. Ukutran sampel yang baik adalah sedemikian rupa sehingga
menghasilkan hasil yang akurat sehingga peluang terjadinya kesalahan
dapat diperkirakan.
9. Sampel yang baik membuat penelitian menjadi lebih layak.
10. Sampel yang baik memiliki kepraktisan untuk situasi penelitian
(Singh, 2006).

6
3. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh


sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat
menggambarkan keadaan populasi sebenarnya. Dengan istilah lain sampel
harus representatif. Menurut Siregar (2013:30) dalam pengambilan sampel dari
suatu populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori teknik pengambilan
sampel, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.

1. Probability Sampling

Merupakan metode sampling yang setiap anggota populasi memilki


peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel.

a. Sampel Random Sederhana (Simple Random Sampling)

Merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan


yang sama kepada setiap anggota yang ada dalam satu populasi untuk
dijadikan sampel. Karena hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas
dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk
dijadikan sampel.

Di dalam pengambilan sampel, biasanya peneliti sudah menentukan


terlebih dahulu besarnya jumlah sampel yang paling banyak. Untuk
menentukan besarnya sampel, peneliti harus melakukannya dengan
berbagai pertimbangan, antara lain keberagaman karakteristik, misalnya
jenis kelamin, tingkat pendidikan, asal daerah, suku, agama atau
kepercayaan, usia, dan lain-lain yang sekiranya terkait dengan variabel
yang diteliti.

Untuk menentukan besarnya sampel, peneliti perlu


mempertimbangkan hal-hal berikut:

1) Kemampuan peneliti dari waktu, tenaga, dan dana.


2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek.
3) Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti.

7
Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel,
atau semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan
semakin baik. Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu demikian. Hal ini
tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung oleh subjek
penelitian dalam populasi. Selanjutnya sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut
bertalian erat dengan homogenitas subjek dalam populasi.

Syarat untuk dapat dilakukan teknik simple random sampling adalah :

1) Anggota populasi tidak memiliki strata sehingga relatif homogen.


2) Adanya kerangka sampel yaitu merupakan daftar elemen-elemen
populasi yang dijadikan dasar untuk pengambilan sampel.

Tahapan yang dilakukan dalam menarik sampel teknik random


sederhana adalah:

1) Membentuk kerangka sampel dan kemudian memberi nomor urut


seluruh unsur yang ada dalam kerangka sampel
2) Memelih unsur yang akan dijadikan sampel dengan cara undian atau
menggunakan tabel angka acak.

b. Strata Sampel (Stratified Sampling)

Stratified sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan


populasi yang memiliki strata atau tingkatan dan setiap tingkatan memilki
karakteristik sendiri. Karena jumlah populasi pada setiap strata tidak sama,
maka dalam pelaksanaannya dibagi dua jenis, yaitu:

1) Proporsional Sampel

Teknik pengambilan sampel proporsi dilakukan untuk


menyempurnakan teknik sampel berstrata. Adakalanya banyaknya
subjek terdapat pada setiap strata tidak sama. Oleh karena itu, untuk
memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari
setiap strata ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya
subjek dalam masing-masing strata.

8
Contoh:

Kita akan menarik sampel sebanyak 50 orang dari suatu populasi


penduduk dengan karakteristik: lulusn SD 20 orang, lulusan SMP 40
orang, lulusan SMA 55 orang dan lulusan PT 15 orang.

Populasi seluruhnya = 130 orang


20
Sampel lulusan SD ¿ ×50=7,69 ≈ 8
130
40
Sampel lulusan SMP¿ ×50=15,38 ≈15
130
55
Sampel lulusan SMA ¿ ×50=21,15 ≈ 21
130
15
Sampel lulusan PT¿ ×50=5,77 ≈ 6
130
Pembulatan dilakukan mengingat jumlah orang memiliki variabel
diskret.

Tahapan:

1) Tentukan karakteristik/lapisan/kelompok populasi


2) Tentukan sampel dari setiap lapisan kelompok
3) Pilihlah anggota sampel dari setiap lapisan/kelompok dengan
bantuan teknik penarikan sampel acak sederhana atau sistematis

2) Disporoposional Sampel

Jumlah sampel yang diambil dari setiap strata jumlahnya sama,


tidak sebanding jumlah populasi dengan proporsi sampel di setiap
strata.

Contoh :

Kita akan menarik sampel sebanyak 15 orang dari suatu populasi


penduduk dengan karakteristik: lulusan SD 20 orang, lulusan SMP 60
orang, lulusan SMA 66 orang, dan lulusan PT 4 orang.

9
Jika kita menggunakan cara proporsional, maka akan diperoleh
sebagai berikut

Populasi seluruhnya = 150 orang

20
Sampel lulusan SD ¿ ×15=2≈ 2
150
60
Sampel lulusan SMP¿ ×15=6 ≈ 6
150
66
Sampel lulusan SMA ¿ ×15=6,60 ≈ 7
150
4
Sampel lulusan PT¿ ×15=0,40 ≈ 0
150

Dengan cara proporsional, kita tidak akan memperoleh sampel lulusan


PT sehingga kita dapat menggunakan cara nonproposional agar semua
lapisan dapat terwakili, dengan cara sebagai berikut.

Sampel lulusan SD = 2

Sampel lulusan SMP = 5

Sampel lulusan SMA = 7

Sampel lulusan PT =1

Setelah ditentukan jumlah sampel dari setiap lapisan, tentukan


anggota sampel berdasarkan acak sederhana atau sistematis.

c. Cluster Sampling

Teknik penarikan sampel dengan metode ini adalah populasi dibagi


dulu atas kelompok berdasarkan area atau cluster, lalu kemudian beberapa
cluster dipilih sebagai sampel, dari cluster tersebut bisa diambil seluruhnya
atau sebagian saja untuk dijadikan sampel, anggota populasi di setiap
cluster tidak perlu homogen. Sampel ditarik dengan teknik kombinasi
antara stratified sampling dan cluster sampling.

10
d. Sampel Ganda (Double Sampel)

Sampel ganda adalah dua buah sampel yang sekaligus diambil oleh
peneliti dengan tujuan untuk melengkapi jumlah apabila ada data yang
tidak masuk dari sampel pertama, atau untuk mengadakan pengecekan
terhadap kebenaran data dari sampel pertama. Biasanya sampel pertama
jumlahnya sangat besar sedangkan sampel kedua yang untuk mengecek,
jumlahnya tidak begitu besar.

2. Non probability sampling


Non probability sampling, setiap unsur yang terdapat dlam populasi
tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai
sampel, bahkan probabilitas anggota tertentu untuk terpilih tidak diketahui.
Pemilihan unit sampling didasarkan pada pertimbangan atau penilaian subjektif
dan tidak pada penggunaan teori probabilitas.

a. Convenience sampling

Merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja,


anggota populasi ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden untuk
dijadikan sampel atau peneliti memilih orang-orang yang terdekat saja.
Misalnya jika kita ingin meneliti tentang pendapat siswa SMA tentang
materi trigonometri. Kita tidak boleh memiliki asumsi semua siswa SMA
sudah belajar trigonometri. Akan tetapi, yang dapat memberikan pendapat
adalah mereka yang telah mempelajari trigonometri tersebut, sehingga cara
yang paling mudah adalah menemui siswa SMA yang baru saja
mempelajari trigonometri.

b. Purposive sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek


didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan

11
karena beberapa pertimbangan misalnya alasan keterbatasan waktu,
tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan
jauh.

c. Quota sampling

Teknik sampling ini dilakukan berdasarkan pada jumlah yang sudah


ditentukan terlebih dahulu pada masing-masing kelompok, sebelum quota
masing-masing kelompok terpenuhi maka penelitian belum dianggap
selesai.

d. Snowball sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel yang pada mulanya jumlahnya


kecil tetapi makin lama makin banyak, berhenti sampai informasi yang
didapatkan dinilai telah cukup. Teknik ini baik untuk diterapkan jika calon
responden sulit untuk diidentifikasi.

e. Sampling sistematis
Merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan urutan anggota
populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang
terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu
nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
misalnya kelipatan dari bilangan lima.

f. Sampling jenuh
Merupakan teknik penetuan sampel bila semua anggota populasi
dipilih sebagai sampel. Teknik ini disebut juga sensus, dimana sumua
anggota populasi dijadikan sampel.
3. Keuntungan penelitian sampel

Arikunto (2010:176) menjelaskan beberapa keuntungan penelitian


sampel, yaitu:

12
a. Karena subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi,
maka kerepotannya tentu berkurang.
b. Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.
c. Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti uang,
waktu, dan tenaga)
d. Ada kalanya dengan penelitian populasi berarti (merusak).
e. Ada bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data pada penelitian
populasi.
f. Ada kalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi.

4. Besar Sampel

Menurut Prasetyo (2008:137) ada beberapa hal yang mempengaruhi


berapa besar sampel yang harus diambil, sebagai berikut:

a. Heterogenitas dari populasi

Semakin heterogen sebuah populasi, jumlah sampel yang diambilpun


harus semakin besar sehingga seluruh karakteristik populasi dapat
terwakili.

b. Jumlah variabel yang digunakan

Semakin banyak variabel yang digunakan, jumlah sampel yang


diambilpun harus semakin besar.

c. Teknik penarikan sampel

Jika kita menggunakan teknik penarikan sampel random sederhana,


otomatis jumlah sampel tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan
penggunan teknik penarikan sampel strata. Semakin banyak strata
membutuhkan sampel yang lebih besar pula.

C. RANCANGAN PENELITIAN
1. Pengertian Rancangan Penelitian

13
Rancangan atau desain penelitian adalah rencana atau struktur penelitian
yang disusun sedemikian rupa, sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas
permasalahan-permasalah penelitian. Rencana itu merupakan suatu bagan atau
skematis secara menyeluruh yang mencakup program penelitian yang ingin
kita kerjakan.

Rancangan penelitian kadaang kala dipresentasikan melalui suatu bagan


konseptual atau kerangka pikir konseptual berdasarkan kajian pustaka.
Kerangka konseptual ini menggambarkan hubungan antara variabel-variabel
penelitian. Sebagai contoh, Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan hubungan
konseptual antara variabel-variavel penelitian.

Strategi pembelajaran
konsep melalui contoh dan
noncontohGambar 1.2

Hubungan Konseptual Variabel-variabel Penelitian


Strategi pembelajaran Prestasi
2. Kegunaan Rancangan Penelitian
konsep melalui contoh Belajar Siswa

Rancangan penelitian dibuat untuk menjadikan peneliti mampu menjawab


pertranyaan (masalah)
Strategipenelitian dengan valid, objektif, tepat, efisien. Desain
pembelajaran
konsep
penelitian disusun melalui
dan buku teks
dilakukan dengan penuh perhitungan agar dapat
menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan masalah
penelitian yang ada.

Kegunaan rancangan penelitian bagi peneliti bahwa rancangan dimaksud


utnuk memenuhi dua hal mendasar, yaitu:

14
a. Memberikan jawaban terhadap suatu atau beberapa rancangan pertanyaan-
pertanyaan penelitian.
b. Mengontrol atau mengendalikan varian.

Pertama, memberikan jawab terhadap suatu pertanyaan penelitian


berkenaan dengan hal-hal yang ingin ditemukan atau dicari pemecahannya.
Jawaban atas pertanyaan tersebut diungkapkan melalui prosedur-prosedur kerja
dan pembuktian atas hal-hal yang ingin dicari.

Kedua, mengendalikan variabel berkaitan dengan variabel berkaitan


dengan variabel mana yang diobservasikan pengaruhnya terhadap variabel lain,
sebagai hasil atau dampak adanya variabel lain. Atau, variabel mana yang
utama kita perhatikan sehingga hasil penelitian kita akan tetap berpedoman
pada arahan atau tujuan penelitian semula.

3. Kriteria Rancangan Penelitian

Menyusun rancangan penelitian bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan


oleh peneliti, terutama peneliti mula. Kesulutan menentukan sumber acuan atau
kerangkan pengkajian variabel ini akan menimbulkan penelitian yang
dilakukan menjadi bias (subjuctive).

Ada beberapa kriteria yang dapat kita pakai atau jadikan sebagai kriteria
untuk menilai desain penelitian. Kriteria ini mencakup:

a. Menjawab pertanyaan penelitian

Kelemahan mendasar yang dibuat oleh para peneliti mula pada


umumnya bahwa desain itu tidak menjawab pertanyaan penelitian. Kadang
kala peneliti secara ceroboh menggunakan suatu rancangan penelitian
eksperimen tanpa menpertimbangkan segi-segi yang mempersyaratkannya.
Peneliti langsung memilih rancangan eksperimen dan menetapkan kedua
subjek sebagai ‘kelompok eksperimen’ dan ‘kelompok
kontrol’.Seyogianya peneliti menentukan terlebih dahulu kerangkan, acuan
untuk menjawab pertanyaan dalam penelitiannya.

15
b. Kontrol atau kendali terhadap variabel bebas ekstra

Kontrol atau kendali terhadap variabel bebas ekstra. Variabel bebas


ekstra adalah variabel bebas yang mungkin mempengaruhi variabel bebas,
tetapi bukan merupakan bagian dari kajian yang dilakukan oleh peneliti.
Untuk mengontrol variabel bebas secara memadai hal yang paling penting
dilakukan oleh penelitian adalah melakukan randomisasi setiap kali ada
kemungkinan; masukkan subjek ke dalam kelompok secara acak; berikan
perlakuan kepada kelompok itu secara acak.

c. Validitas internal

Validitas internal ini mengajukan pertanyaan,’ Apakah X, yaitu


manipulasi eksperimen, sunggu-sungguh menghasilkan perbedaan yang
signifikan? Segala sesuatu yang mempengaruhi kontrol atau kendali desain
ini menjadi persoalan validasi internal. Apabila suatu desain atau
rancangan itu sedemikian rupa keadannya sehingga peneliti meragukan
atau sama sekali yakni akan relasi (akan adanya signifikan perbedaan
dalam kelompok eksperimen), maka ini merupakan masalah validitas
internal.

d. Validitas eksternal

Validitas eksternal (external validity), yaitu validitas yang


berhubungan dengan keterwakilan atau representasi atau kemungkinan
generalisasi. Apabila suatu eksperimen telah dikerjakan dan relasi
(hubungan antar variabel) sudah ditemukan, untuk populasi apa sajakah
relasi (hubungan) itu dapat dirapatkan atau digeneralisasikan? Apakah
generalisasi itu berlaku bagi seluruh populasi atau hanya terbatas pada
sampel yang menjadi objek penelitian? Hal penting dipahami oleh peneliti
karena tidak semua hasil eksperimenn itu berlaku bagi populasi yang lebih
luas.

Perlu diingat bahwa disamping mempertimbangkan kriteria, secarateknis


pemilihan terhadap suatu rancangan atau pendekatan dalam penelitian jenis dan

16
banyaknya variabel yang dilibatkan dalam penelitian itu. Faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih desain:

1) Tujuan penelitian;
2) Tersediannya subjek penelitian;
3) Waktu dan dana yang tersedia;
4) Minat peneliti sendiri.

4. Tahapan penyusunan rancangan penelitian


a. Menentukan topik penelitian
Topik Penelitian adalah suatu pokok permasalahan yang akan
dibahas dan ditelaah dalam penelitian. Penetapan topik berhubungan
dengan inti permasalahan, batasan masalah dan mengarahkan
penentuan judul.
Dalam penyusunan topik perlu memperhatikan :
1) urgensi masalah yang diajukan
2) alasan-alasan, manfaat dan keuntungan
3) fakta dan data yang tersedia dan mendukung
4) Terjangkau oleh peneliti
5) menghindari duplikasi
b. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan mengumpulkan informasi
dan data dengan melakukan pendekatan terhadap 3 (tiga) hal :
1) Paper, dengan cara mengumpulkan informasi awal dari beragam
media massa dan cetak, literature, internet.
2) Person, dengan cara mengkonsultasikan kepada para ahli dan
akademisi
3) Place, dengan cara mengadakan peninjauan lokasi langsung ke
lokasi penelitian
Manfaat pelaksanaan studi pendahuluan :
1) Memperjelas masalah yang sedang diteliti
2) Sebagai pertimbangan melakukan penelitian pada tahap berikutnya

17
3) Mengetahui penelitian yang serupa dan sudah pernah dilakukan
maupun bagian mana yang belum     terpecahkan.
c. Merumuskan masalah penelitian
Rumusan masalah harus bersifat spesifik dan operasional (dapat
dilakukan) daripada judul penelitian. Hal ini bertujuan agar lebih
terarah dalam menyusun instrumen pengumpulan data.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan rumusan masalah
penelitian :
1) Masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
2) Susunan kalimat sederhana dan menghindari istilah yang belum
baku
3) Singkat, jelas, padat dan tidak menimbulkan kerancuan
4) Harus menggambarkan keinginan kuat dan tujuan yang akan
dicapai
5) tidak kesulitan dalam mengumpulkan data di lapangan
6) Harus dapat direfleksikan dalam judul penelitian
d. Menentukan objek penelitian (populasi, sampel, variabel penelitian)
e. Menentukan sumber data (primer dan sekunder)
f. Menentukan pendekatan penelitian (kuantitatif /kualitatif)

5. Jenis-jenis Rancangan Penelitian

Ada beberapa macam rancangan penelitian atau desain penelitian.


Pemilihan rancangan atau desain penelitian sangat ditentukan oleh jenis
masalah yang diteliti dan tujuan penelitian. Penelitian yang menggunakan
pendekatan atau desain (rancangan) eksperimen ini menurut sempurna tidanya
dapat dikategorikan menjadi penelitian pra-eksperimen dan penelitian
eksperimen sebenarnya. Uraian kedua kategorisasi penelitian sebagai berikut:

1. Rancangan Pra-eksperimen (Non-desain)

Rancangan ini berkaitan dengan rancangan penelitian yang tidak


memerlukan persyaratan tertentu yang harus diikuti oleh peneliti.
Persyaratan tertentu yang dimaksud misalnya prosedur penentuan subjek

18
atau partisipasi penelitian, penetapan homogenitas varian, dan persyartan
lain.

Ada dua alasan, menurut Vockell & Asher (1995) mengapa kita
menggunakan rancangan non-desain.

 Pertama, walaupun rancangan ini memiliki berbagai kelemahan,


rancangan ini bukan berarti memiliki kebaikan. Hal yang
mungkin(tetapi sulit diwujudkan), yaitu memberikan gambaran
kesimpulan yang valid dari beberapa penelitian dengan non-desain ini.
 Kedua, rancangan ini memberikan suatu landasan yang baik bagi
alasan penggunaan pendekatan rancangan kuasi-eksperimen. Dengan
mengetahui banyak segi kelemahannya, maka kita tidak ingin
membuat keputusan dan kesimpulan yang keliru dalam penelitian
yang kita lakukan.

Ada beberapa rancangan yang dapat dimasukkan ke dalam jenis ini.


Truckman (1988) memilih rancangan pra-eksperimen atau non-desain ini
menjadi tiga jenis, yaitu:

a. One-shot case study atau one-group posttest-only design;


b. One group pretes-posttest design;
c. Intact group comparison atau static group comparison.

a. Rancangan hanya satu kali pascates terhadap satu kelompok


(one-shot case study)

Rancangan one-shot case study disebut juga sebagai rancangan


one-group posttest-only design (Asher & Vockell, 1995). Dalam
rancangan ini, perlakuan atau treament (X) hanya diberikan kepada satu
kelompok subjek. Pengamatan atau observasi (O) dilakukan terhadap
anggotan kelompo untuk menentukan atau menilai efek atau pengaruh
perlakuan. Contoh, kita ingin meneliti tentang pengaruh pembelajaran
pemecahan masalah terhadap kemampuan berfikir kritis siswa. Kita

19
memberikan perlakuan tentang pembelajaran pemecahan masalah (X),
dalam kerun waktu tertentu kemudian kia adakan tes atau observasi (O).
Rancangan penelitian semacam ini dapat digambarkan seperti berikut.

X O (hanya satu kelompok)

Kelebihan one shot case study:

 Sifatnya yang “cepat dan mudah” menyebabkan rancangan ini sering


digunakan untuk meneliti sesuatu pendekatan yang inovatif, misalnya
dalam bidang pendidikan, yang sebenarnya menyesatkan
kesimpulannya.
 Tidak ada dasar untuk melakukan komparasi, kecuali secara implisit,
intuitif, dan impresionistik.
 Cara pendekatan ini biasanya mengandung “error of misplaced
prcision”, penghati-hati dan kecermatan dilakukan sebaik-baiknya
untuk mengumpulkan data yang kesimpulannya Cuma impresionistik
dan tidak cermat.

 Usaha untuk menggunakan test-test terbaku sebagai ganti kelompok


kontrol tak banyak menolong, karena variabel-variabel lain yang juga
menjadi sumber perbedaan yang timbul cukup banyak.

Kelebihan one shot case study:

Metode ini mungkin berguna untuk menjajagi masalah-masalah yang


dapat diteliti, atau untuk mengembangkan gagasan-gagasan atau alat-alat
tertentu. Misalnya dalam action research. Rancangan ini tidak menghantar
kita untuk sampai kepada kesimpulan yang dapat dipertahankan dalam
penelitian.Bahaya yang mungkin timbul adalah bahwa orang akan
membuat justifikasi mengenai apa yang dilakukan semata-mata atas dasar
bukti-bukti impresionistik semata-mata.

b. Rancangan satu kelompok dengan prates-pascates (one group


pretest-posttest design)

20
Rancangan penelitian ini yang hanya melibatkan satu kelompok
adalah one-group pretest-posttest design. Rancangan penelitian ini
semacam ini dapat digambarkan seperti berikut ini.

O1 X O2

Rancangan penelitian one-group pretest-posttest ini menurut Gall,


Gall & Borg (2003) meliputi tiga langkah, yaitu

1) Pelaksanaan prates untuk mengukur variabel terikat.


2) Pelaksanaan perlakuan atau eksperimen
3) Pelaksanaan pascates untuk mengukur hasil atau dampak terhadap
variabel terikat.

Dengan demikian, dampak perlakuan ditentukan dengan cara


membandingkan skor hasil prates dan pascates.

Kelemahan one group pretest-posttest design:

 Tidak ada jaminan bahwa X adalah satu-satunya faktor atau bahkan


faktor utama yang menimbulkan perbedaan antara O1 dan O2.
 Ada beberapa hipotesis tandingan yang mungkin diajukan (atau yang
merupakan “probable error”):
1. History, misalnya selama mendapat perlakuan sebagian subjek
pindah ke rumah yang lebih baik atau orang tua mereka lebih
menaruh perhatian terhadap kegiatan belajar.
2. Maturation, kenyataan bahwa mereka menjadi lebih dewasa, atau
lebih, atau menjadi kurang menaruh perhatian, atau menjadi lebih
antusias.
3. Testing effect, pengalaman dengan O1 itu sendiri mungkin telah
meningkatkan motivasi belajar, atau mengubah sikap, atau
merangsang persaingan terhadap diri sendiri.
4. Changing effect of instrumentation, setiap perubahan pada test, cara
skoringnya, teknik observasi atau wawancara, menyebabkan bahwa
O1 adalah berbeda dari O2.

21
5. Statistical regression, suatu hal yang itdak dapat dihindarkan
apabila kelompok-kelompok ekstrim yang dibandingkan dalam
pretest dan posttest.
6. Selection biases and martality, apabila subjek yang sama tidak
mengambil kedua test itu, yaitu O1 dan O2, perbedaan yang ada
mungkin disebabkan oleh sifat-sifat yang tak terkontrol yang
berkaitan dengan perbedaan itu.

Kelebihan one group pretest-posttest design:

Pretest itu memberi landasan untuk membuat komparasi prestasi


subjek yang sama sebelum dan sesudah dikenal X (experimental
treament). Rancangan ini jiga memungkinkan untuk mengontrol selection
variable dan mortality variable, jika subjek yang sama mengambil O1 dan
O2 kedua-duannya.

c. Intact group comparison atau static group comparison

Dalam rancangan ini sekelompok subjek yang diambil dari populasi


tertentu dikelompokkan secara rambang menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen
dikenai varibel perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua
kelompok itu dikenai pengukuran yang sama. Perbedaan yang timbul
dianggap bersumber pada variabel perlakuan.

Secara bagan, rancangan itu dapat dilukiskan sebagai berikut :


Pretest Treatment Postest
Exper group (R)
X O1
Control group (R)
O2

Design validity

22
Dengan menempatkan masing-masing subjek secara rambang ke
dalam salah satu dari kedua kelompok itu, peneliti dapat menyatakan
bahwa kedua kelompok itu pada awal penelitian adalah sama (setara).

Dengan cara yang demikian itu beberapa faktor pengganggu dapat di


kontrol- walaupun tidak dapat diperhitungkan efeknya, yaitu :

a. History,
b. Maturation,
c. Testing, dan
d. Instrumentation.

Rancangan ini terutama berguna apabila pretest tak dapat dilakukan,


misalnya terlalu mahal; juga akan sangat berguna kalau anonymity perlu
dipertahankan, atau kalau pretest berinteraksi dengan treatment variabel
X.

2. Rancangan Eksperimen Kuasi ( Quasi-Experimental Design)

Dalam kaitannya dengan pemilihan subjek penelitian, peneliti tidak


selalu dapat melakukan pemilihan sebjuk secara random (individual
randaom). Dalam penetapan random (random ssignment), peneliti tidak
memungkinkan memilih dan memilih subjek sesuai dengan rancangannya.
Akan tetapi, peneliti terpaksa harus menerima kelas atau kelompok subjek
yang telah ditentukan oleh sekolah, sesuai dengan kebijakan sekolah. Oleh
karena itu, penelitian yang dilakukan menurut stanley dan Campbell
(Vockell & Asher, 1995) disebut penelitian eksperimen kuasi.

a. Rancangan Serial Waktu (Time Series)

Rancangan penelitian ini juga melibatkan satu kelompok yang


dilibatkan dalam penelitian diukur secara periodik danlam interval waktu
tertentu, dalam perlakuan eksperimen yang dilaksanakan diantar dua
inetrval waktu.

Ada dua macam rancangan time series (Vockell & Asher, 1995) yaitu:

23
1) Rancangan Perlakuan Berulang

Rancangan ini merupakan cara lain yang hanya melibatkan satu


kelompok kecil sebagai kelompok perlakuan. Rancangan ini juga
sering dipakai dalam penelitian pendidikan, dimana peneliti ingin
mengetahui perubahan perilaku peserta didik. Rancanga ini
digambarkan sebagai berikut.

O1 X O2 X0 O3 X O4

Pelaksanaan rancanagan ini diawali dengan,

 Pertama (O1), kita melakukan eksperimen (X1) dan setelah selesai


perlakuan itu kita melaksanakan pengukuran untuk kerja O2.
 Kedua, menyela dengan perlakuan atau tindakan (X0)
 Ketiga, melakukan tindakan atau perlakuan yang sama dengan
yang pertama atau mengulangan kembali perlakuan pertama
 Keempat, penelitian melakukan kembali pengukuran yang keempat
O4.

Dalam berbagai kondisi, penelitian ini dilakukan dengan berbagai


cara:

 Penelitian melakukan observasi dan merekam hasilnya dalam


waktu tertentu.
 Memberikan perlakuan
 Melakukan observasi dan merekam hasil, dan seterusnya.

2) Rancangan Serial Waktu Jeda

Rancangan penelitian ini memerlukan beberapa kali pengukuran


yang sama pada kelompok subjek perlakuan, baik sebelum maupun
setelah pelaksanaan perlakuan. Rancangan penelitian digambarkan
sebagai berikut.

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

24
Ada dua rancangan penelitian terkian dengan eksperimen kuasi ini,
yaitu:
 Kelompok berhubungan (intact group camparison)
 Rancangan kelompok yang tak sama (nonequivalent control group
design)
b. Rancangan Perbandingan Kelompok Berhubungan (Intact Group
Camparison)

Rancangan penelitian intact group comparison atau disebut juga


rancanagan static group camparison. Rancangan penelitian intact group
design ini sebenarnya berasal dari kelompok subjek yang sama,
berhubungan. Dari kelompok subjek itu, oleh peneliti dipilih menjadi dua.
Dalam rancangan ini sekelompok subjek yang diambil dari populasi
tertentu dikelompokkan secara rambang menjadi dua, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok subjek itukemudian
dikenakan pengukuran atau observasi (tes) yang sama. Rancangan
penelitian digambarkan seperti berikutini.

Tanda garis putus-putus menandakan bahwa kedua kelompok itu


adalah kelompok intact.

X O1

O2

c. Rancangan Kelompok Non-Ekuivalen

Dalam rancangan ini, subjek penelitian atau partisipasi penelitian


tidak dipilih secara acak untuk dilibatkan dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek satu
mendapat perlakuan dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol.
Keduanya memperoleh prates dan pascates. Perbedaan dengan kelompok
nonekuivalen bahwa kelompok tidak dipilih secara acak atau random.
Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

O X O

O
25 O
Rancangan kelompok non-ekuivalen ini disebut juga sebagai
untreated control group design with pretest-and posttest. Rancangan
penelitian ini dikategorikan sebagai rancangan eksperimen kuasi (quasi-
experimental design). Rancangan ini sangat sering dipakai dalam
penelitian. Rancangan ini juga digambarkan sebgai berikut.

O1 X O2 (eksperimen)

O3 O4 (kontrol)

Rancangan ini memberikan landasan yang kuat dalam memberikan


alasan untuk mengendalikan ancaman yang berkaitan dengan validitas
internal.

3. Rancangan Eksperimen (True Experimental Design)

Ada beberapa rancangan eksperimen yang dapat dikategorikan ke


dalam penelitian jenis ini. Rancangan penelitian ini meliputi:

a. posttest-only control group design


b. Pretest-posttest control group design
c. Randomzied solomon four group design

Uraian masing-masing rancangan dikemukan sebagai berikut.

a. Rancangan kelompok kontrol dengan pascates (posstest-only


control group design)

Rancangan posttest-only control group design ini cukup ideal bahwa


rancangan ini juga mengontrol semua ancaman terhadap validitas dan
semua sumber bias. Rancanagan ini menggunakan dua kelompok subjek,

26
R X O1

R O2
salah satunya diberikan perlakuan sedangkan kelompok lain tidak
diberikan perlakuan, dengan demikian dapat mengendalikan sejarah dan
maturasi. Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Kedua kelompok subjek penelitian dipilih secara random (tanda R).


Untuk melakukan analisis data yang diambil dari rancangan posttest-only
control group dilakukan perbandingan antara skor rata-rata antara O 1 dan
O2. Skor rata-rata hasil observasi dua kelompok tersebut selanjutnya
dipakai untuk menentukan efektivitas perlakuan.

b. Rancangan kelompok kontrol ptates-pascates (pretest-posttets


control group design)

Rancangan penelitian pretest-posttest control group design adalah


suatu rancangan eksperimen (true experimental design) karenan kedua
kelompok dipilih sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan penelitian.
Rancangan penelitian jinis ini digambarkan sebagai berikut.

R O1 X O2 (kelompok eksperimen)

R O3 O4 (kelompok kontrol)

Dengan menggunakan kelompok kontrol, kedua kelompok sama-


sama memiliki atau mengalami hal yang sama kecuali perlakuan. Dengan
demikian, kedua kelompok ini dapat mengendalikan adanya faktor-faktor:
sejarah, maturasi dan regresi, mortalitas, seleksi, testing, instrumentasi dan
interaksi antar faktor.

c. Rancangan empat kelompok random (randomized Solomon four


group design)

Rancangan ini mempersyaratkan bahwa subjek ditempatkan secara


rambang menjadi empat kelompok. penempatan kelompok-kelompok
secara rambang tersebut memungkinkan untuk membuat asumsi, bahwa

27
skor prates untuk kelompok 3 dan 4 (jika kelompok itu mengambil prates)
akan sama hasilnya dengan kelompok 1dan 2.

Hanya saja kelompok 3 dan 4 tidak mengambilnya sehingga tidak ada


alasan untuk merelfeksikan skor prates, dengan perlakauan penelitian
digambarkan sebagai berikut.

R O1 X O2

R O2 O2

R - X O2

R - O2

4. Rancangan Faktorial (Factorial Design)

Rancangan-rancangan di atas biasanya dilakukan oleh peneliti, ketike


peneliti hanya memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Rancangan faktorial ini yang paling sederhana menggunakan dua faktor dan
masing-masing faktor menggunakan dua kategori. Rancangan faktorial
(factorial design) ini digunakan apabila peneliti mempertimbangkan variabel
bebas lain (biasanya variabel moderator) dalam penelitiannya.

a. Faktorial 2 x 2

Rancangan faktorial 2 x 2 adalah rancangan faktorial yang paling


sederhana. Rancangan yang lebih kompleks, yang merupakan perluasan model
yang telah dibicarakan itu sering pula digunakan. Nomenklatur rancangan
faktorial 2 x 2, yang dapat digambarkan sebagai berikut.

R O1 X Y1 O2

R O3 - Y1 O4

R O5 X Y2 O6

R O7 - Y2 O8

28
Dalam contoh di atas, dua kelompok mendapat perlakuan dan dua
kelompok lainnya tidak. Misalnya, seorang peneliti ingn meneliti pengaruh
sajian kuliah dengan menggunakan buku teks (X 0) dan yang satu menggunakan
rancangan pengajaran teori elaborasi (X1). Di samping itu, peneliti juga ingin
melihat pengaruh tujuan pengajaran, kelompok yang satu diberi tahu tujuan
pengajarannya (Y1) dan yang lain tidak (Y2).

b. Faktorial 2 x 3

Rancangan faktorial 2 x 3. Dua variabel bebas, satu terdiri atas dua


kategori, yang satunya lagi terdiri atas tiga kategori. Rancangan faktorial 2 x 3
itu menggambarkan bahwa peneliti meneliti variabel bebas I yang
dimanipulasi, dipilih menjadi 2 dan variabel bebas 2 yang dikategorikan
menjadi 3.

Misalnya ;

Variabel pertam: permainan selama istirahat (yang banyak menggunakan

tenaga jasmani dan yang tidak).

Variabel kedua : jenis musik sewaktu bekerja (klasik, populer, dan panas).

c. Faktorial 3 x 3

Rancangan faktorial 3 x 3. Dua variabel, masing-masing terdiri atas tiga


kategori. Misalnya:

Variabel pertama : ukuran huruf (8 point, 10 point, dan 12 point).

Variabel kedua : jenis (gaya) huruf (Jerman, latin, dan roman/cetak).

d. Faktorial 2 x 2 x 2

Rancangan faktorial 2 x 2 x 2. Tiga variabel, masing-masing terdiri atas


dua kategori. Misalnya:

Variabel pertama : frekuensi penyajian(satu kali dan dua kali).

29
Variabel kedua : cara penyajian (dibacakan/auditory, dan dibaca sendiri oleh
subjek/visual).

Variabel ketiga : cara testing (segera dan ditangguhkan).

e. Faktorial 3 x 3 x 3

Rancangan faktorial 3 x 3 x 3. Tiga variabel, masing-masing terdiri dari


tiga kategori. Misalnya:

Variabel pertama : taraf IQ (diatas 110, antara 90 dan 110, dan di bawah 90).

Variabel kedua : cara pemecahan problema (individual, kelompok kecil, dan


kelompok besar).

Variabel ketiga : waktu yang disediakan (dua jam tanpa interaksi/ istirahat,
dua jam dengan istirahat di tengah selama satu jam, dua jam
dengan istirahat di tengah selama 24 jam).

Variasi Rancangan Faktorial

Rancangan faktorial adalah model yang paling luas variasinya. Berbagai


rancangan dapat digolongkan ke dalam model ini, seperti :

a. Rancangan faktorial dengan randomized group design, baik yang


menggunakan fixed effect model maupun yang menggunakan random
model.
b. Rancangan faktorial dengan randomized block design.
c. Rancangan faktorial dengan randomized block design yang mengguankan
repeated measures.
Kedalam kelompok rancangan faktorial ini bahkan dapat pula dimasukkan
dua model yang lain, yaitu:
d. Latin square design, dan
e. Graeco-latin square design.

5. Rancangan- Rancangan Eksperimental Semu

30
Banyak rancangan yang disusun menurut model rancangan eksperimental
oleh banyak orang dianggap belum dapat dikatakan memiliki ciri-ciri
rancangan eksperimen yang sebenarnya, karena variabel-variabel yang
seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tak dapat dikontrol atau tak dapat
dimanipulasi, sehingga validitas penelitian menjadi tidak cukup memadai
untuk disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya.

Rancangan-rancangan yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah:

1. The time series experiment.


2. The equivalent time samples design.
3. The equivalent materials design.
4. The non-equivalent control group design.
5. Counterbalanced design.
6. The separate sample pretest posttest design.
7. The separate sample pretest posttest control group design.
8. The multiple time series design.
9. The recurrent institutional cycle design : A “patchup” design.
10. Regression discontinuity analysis.
11. Correlational and ex post facto designs.

31
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat


berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap
hidup dan sebagainya

Sampel adalah sekelompok objek, orang, peristiwa, dan sebaginya yang


merupakan representasi dari keseluruhan.

Rancangan atau desain penelitian adalah rencana atau struktur penelitian yang
disusun sedemikian rupa, sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas
permasalahan-permasalah penelitian.

Jenis-jenis rancanagan penelitian

1. Rancangan Pra-Eksperimen (Non-Design)


2. Rancangan Eksperimen Kuasi
3. Rancangan Eksperimen ( True Eksperimental Design)
4. Rancangan Faktorial
5. Rancangan-rancangan Eksperimental Semu

32
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktik, Jakarta


: PT. RINEKA CIPTA.

Creswell,Jhon W. 2010. Research design, pendekatan kualitatif, kuantitatif dan


mixed, Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.


Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Suryabrataa, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada

33

Anda mungkin juga menyukai