Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN HASIL OBSERVASI LAPANGAN

“GAP REALITAS DALAM FENOMENA CARING PADA SATPAM DI


LINGKUNGAN UNIVERSITAS PADJADJARAN”
Dosen pengampu : Dyah Setyorini,S.Kp,.ETN.,M.H

Kelompok Tutorial 1
Farras Gapa Fauziyyah Naela Nur Aprilida
220110190001 220110190010
Syipa Izzati Hermawan Indrianti Alvini Rizki
220110190002 220110190011
Revita Nur Istiqomah Muslim Nabilah Al Adawiyah
220110190003 220110190012
Intan Lutfi Meilani Anisa Indah Tetania
220110190004 220110190013
Zahra Siti Hanifah Neneng Rivalda
220110190005 220110190014
Naifa Zahra Mahdhiya Faiz Zahran Alfairuz
220110190006 220110190015
Dhiya Ulhaq Iriana Laras Amelia Ramadhani
220110190007 220110190016
Fitriya Sri Rahmawati Shafa Salsabila
220110190008 220110190017
Grisela Parisa Rahim Vemero Renes Waromi
220110190009 220110197002

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Bandung-Sumedang
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita
curahkan kepada baginda Habiballah Muhammad Saw. yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurnya dengan bahasa
yang sangat indah.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan yang berjudul “ Gap Realitas dalam
Fenomena Caring Pada Satpam di Lingkungan Universitas Padjadjaran”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah mendatang. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat
dan memenuhi harapan berbagai pihak.

Sumedang, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 1
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3
2.1 Gap Realitas .................................................................................... 3
2.2 Satpam............................................................................................. 3
2.3 Caring .............................................................................................. 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 14
3.1 Metode penelitian .............................................................................. 14
3.2 Lokasi penelitian ............................................................................... 14
3.3 Waktu pengamatan ............................................................................ 15
3.4 Subjek penelitian ............................................................................... 15
3.5 Sumber Data ..................................................................................... 16
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 16
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 17
4.1 Deskripsi Data................................................................................... 17
4.2 Analisis Data ..................................................................................... 18
Pembahsan Hasil Penelitian ....................................................................... 23
BAB V PENUTUP .................................................................................... 24
Kesimpulan................................................................................................ 24
Saran ......................................................................................................... 24
Daftar Pustaka ........................................................................................... iii
Lampiran ................................................................................................... iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Caring merupakan sesuatu yang universal yang memengaruhi cara seseorang
berpikir, merasakan, dan bertindak. Caring dalam keperawatan merupakan esensi
keperawatan (“the heart of nursing”) ideal moral dari keperawatan (Watson,
2008), membedakan perawat dengan profesi kesehatan lainnya (Azizi-Finiet al.,
2012). Caring juga merupakan sentral bagi profesi yang melayani, membantu
orang lain dan membimbing orang lain menemukan makna hidup. Perilaku caring
dapat menumbuhkan rasa saling percaya, merasa aman dan merasa dihargai.
Fenomena caring saat ini jarang diterapkan oleh profesi yang memang perlu
menerapkan sikap caring, caring tidak hanya dilakukan oleh seorang perawat
melainkan oleh semua orang khususnya bagi profesi yang melayani.
Perilaku caring ini perlu ditinjau dan diteliti, terutama di lingkungan seperti
sekolah, kampus dan tempat kerja. Universitas padjadjaran merupakan salah satu
PTN yang cocok untuk diteliti dan ditinjau dalam fenomena caring karena
didalamnya banyak interaksi antara mahasiswa, tenaga pendidik, dosen, TU,
satpam dan lain-lain. Selain dosen yang banyak berinteraksi dengan mahasiswa,
satpam juga memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan di kampus.
Satpam memilki tanggung jawab dalam segi keamanan di kampus. Mahasiswa
dan satpam seringkali berinteraksi dan tidak sedikit satpam yang kurang
memerhatikan sikap caring dan bersikap acuh kepada orang lain. Padahal, satpam
merupakan salah satu profesi yang melayani dan sudah seharusnya menerapkan
sikap caring. Maka dari itu, kami menggunakan satpam sebagai sampel untuk
penelitian gap reality di kampus Universitas Padjadjaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang di maksud dengan caring ?
2. Bagaimana aplikasi caring satpam kampus terhadap sekitarnya?
3. Bagaimana penerapan aplikasi caring satpam terhadap sekitarnya?
4. Prosedur apa yang digunakan dalam melakukan penelitian ?
5. Indicator apa saja yang digunakan dalam melakukan pengamatan ?

1
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan caring
2. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi caring satpam kampus terhadap
sekitarnya
3. Untuk mengetahui mengapa aspek caring perlu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
4. Untuk mengetahui prosedur apa yang digunakan dalam melakukan
penelitian
5. Untuk mengetahui indicator apa saja yang digunakan dalam penelitian

1.4 Manfaat penelitian


A. Bagi peneliti
1. Menambah wawasan dan mengasah kemampuan berpikir mengenai
penerapan teori Caring yang telah didapat.
2. Mengetahui aplikasi teori Caring dalam perilaku Satpam di sekitar
wilayah kampus
3. Mengetahui manfaat caring yang diterapkan pada kehidupan sehari-
hari
B. Mahasiswa
1. Mengasah kemampuan untuk berpikir kritis mengenai aspek-aspek
caring
2. Mahasiswa dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai gambaran
penerapan caring
3. Mahasiswa dapat berperilaku lebih baik lagi dengan meningkatkan
caring dan manfaatnya jika diterapkan pada kehidupan.
C. Umum
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan
kinerja seorang profesi, khususnya satpam
2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai gambaran realita penerapan
caring dalam kehidupan sehari-hari.
3. Penelitian dapat dapat menjadi bahan evaluasi agar penelitian dapat
lebih baik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gap Realitas
Gap Realitas atau Realitas kesenjangan merupakan sesuatu yang
menjadi pekerjaan bagi semua manusia yang butuh perhatian karena realitas
kesenjangan adalah suatu ketidak seimbangan realitas keadaan yang
seharusnya ada di masyarakat sehingga menjadikan suatu perbedaan yang
sangat mencolok. Dalam hal sosial, budaya, pendidikan, politik dan, ekonomi.
Indonesia terkenal dengan kesenjangan yang sangat tinggi antara perbuatan
individu yang seharusnya dan perbuatan dimasyarakat yang seharusnya. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa realitas kesenjangan adalah “jarak”
yang terjadi ditengah-tengan masyarakat yang disebabkan oleh perbedaan
persepsi pandangan yang ada di tengah-tengah masyarakat.

2.2 Satpam (Satuan Pengamanan)


2.2.1 Pengertian Satpam
Satuan pengamanan yang sering disingkat dengan Satpam
adalah suatu kelompok petugas yang dibentuk oleh
instansi/proyek/badan usaha untuk melakukan keamanan fisik
(physical security) dalam rangka penyelenggaraan keamanan
swakarsa di lingkugan kerja. Kepolisian Negara Republik
Indonesia menyadari bahwa polisi tidak mungkin bekerja sendiri
dalam mengembang fungsi kepolisian. Oleh karena itu, lambaga
satuan pengamanan secara resmi dibentuk pada desember 1980
melalui surat keputusan kepala Kepolisian Negara. Keperuntukan
keamanan pada umumnya adalah untuk mengamankan aset,
kawasan wilayah, suatu instansi atau perusahaan serta dapat
memberikan rasa nyaman bagi instansi tersebut, dalam beraktifitas
dan menjalankan kegiatan sesuai fungsinya.

2.2.2 Tugas Pokok, Fungsi, Peranan, dan Kegiatan Satpam


Diatur dalam Bab III Satpam bagian Kesatu Peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

3
2007 tentang Sistem Manjemen Pengamanan Organisasi,
Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintahan Pasal 6
dijelaskan bahwa :
1) Tugas pokok Satpam adalah menyelenggarakan keamanan dan
ketertiban di lingkungan/tempat kerjanya yang meliputi aspek
pengamanan fisik, personel, informasi dan pengamanan teknis
lainya.
2) Fungsi Satpam adalah melindungi dan mengayomi
lingkungan/temapat kerjanya dari setiap gangguan keamanan,
serta menegakan peraturan dan tata tertip yang berlaku di
lingkungan kerjanya.
3) Peranan Satpam adalah:
Unsur pembantu pimpinan organisasi, perusahaan, dan/atau
instansi/lembaga pemerintahan, pengguna Satpam dibidang
pembinaan keamanan dan ketertiban linglingkungan/ tempat
kerjanya;
Unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan peraturan perundang-
undangan serta menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan
keamanan (security mindedness dam security awareness)
dilingkungan/tempat kerjanya.
4) Kegiatan Satpam disesuaikan dengan keadaan dan lingkungan
serta kebutuhan masing-masing instansi/proyek/badan usaha
yang bersangkutan sebagai penjabaran dari fungsi satpam,
maka dalam melaksanakan tugasnya, satpam melakukan
kegiatan-kegiatan pada pokoknya sebagai berikut:
1. Mengadakan pengaturan dengan maksud pembinaan tata
tertib yang berlaku di lingkungan kerjanya. Khususnya
yang menyangkut keamanan dan ketertiban atau tugas-
tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
instansi/proyek/badan usaha yang bersangkutan seperti:
a. Pengaturan tanda pengenal pegawai/karyawan;
b. Pengaturan penerima tamu;

4
c. Pengaturan parkir kendaraan dan sebagainya.
2. Melaksanakan penjagaan dengan maksud mengawasi
masuk/keluarnya orang atau barang dan mengawasi
keadaan-keadaan atau hal-hal yang mencurigakan di sekitar
tempat kerjanya.
3. Melakukan patroli sekitar kawasan kerjanya menurut rute
dan waktu tertentu dengan maksud mengadakan penelitian
dan pemeriksaan terhadap segala sesuatu yang tidak pada
tempatnya yang diperkirakan dapat menimbulkan ancaman
dan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban di
lingkungan kerja.
4. Mengadakan pengawalan orang/barang-barang yang
berharga bila diperlukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
instansi/proyek/badan usaha yang bersangkutan.
5. Mengambil langkah-langkah dan tindakan sementara bila
terjadi suatu tindakan pidana, antara lain seperti:
a. Mengamankan tempat kejadian perkara;
b. Menangkap dan mengamankan pelaku serta
mengamankan barang bukti (hanya dalam hal
tertangkap tangan);
c. Menolong korban; dan
d. Melaporkan/meminta bantuan kepada polisi dan
sebagainya. Selanjutnya memberikan bantuan serta
menyerahkan penyelesaiannya kepada pihak yang
berwajib.
6. Memberikan tanda-tanda bahaya atau keadaan darurat,
melalui alarm dan kode-kode/isyarat-isyarat tertentu bila
terjadi kebakaran, bencana alam atau kejadian-kejadian lain
yang membahayakan jiwa dan harta benda di sekitar
kawasan kerjanya serta memberikan pertolongan pertama
terhadap korban.

5
2.2.3 Perilaku Satpam
Berikut ini adalah beberapa sikap dan perilaku yang harus di
perhatikan untuk seorang satpam:
a. Memelihara kebersihan badan.
b. Ulet, sabar, tabah dan percaya diri dalam menjalankan tugas.
c. Menaati peraturan dan menghormati norma-norma yang
berlaku didalam lingkungan/area kerja.
d. Bisa menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya dan tidak
menyebarkan berita yang salah atau belum pasti kebenarannya.
e. Bertindak tegas, jujur, berani, adil dan bijaksana dalam
mengambil keputusan.
f. Cepat tanggap (Responsif) dalam memberikan
perlindungan/pengamanan pada lingkungan tempat kerjanya
dan berani mengambil keputusan yang terbaik namun sesuai
dengan aturan yang berlaku.
g. Mampu bersosialisasi terhadap lingkungan baik di dalam atau
pun diluar area tugas dan sekitarnya.
h. Melindungi aset dan orang yang ada di lingkungan kerja.
i. Menghormati dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
j. Tidak menonjolkan kepentingan pribadi dan mencampuri
urusan/bidang lain yang tidak ada sangkut-pautnya dengan
tugas.
k. Memiliki rasa kebanggaan dan semangat serta senantiasa
menjaga nama baik perusahaan dilingkungan kerja.
l. Pelayanan dengan konsep 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan
dan Santun).
m. Mengikuti aturan perusahaan dengan baik dan benar,
berkomunikasi serta menjalin hubungan yang baik dengan
siapa saja yang ada di area kerja.
n. Memiliki bahasa tubuh yang positif, dengan memberikan
contoh sikap yang sesuai dengan aturan perusahaan. Secara
otomatis lingkungan juga akan menjadi positif dan berpengaruh
kepada jalannya perusahaan.

6
o. Memberikan kesan yang membantu kenyamanan dan
keamanan. Jika ada konsumen atau karyawan perusahaan yang
membutuhkan bantuan, satpam dengan senang hati melayani
tanpa kehilangan identitas sebagai penjaga keamanan dan
ketertiban di lingkungan kerja.
p. Memiliki kemampuan atau keterampilan dalam menggunakan
peralatan yang berhubungan dengan bidang pekerjaan.
q. Mampu bekerja dalam tim, selalu berkoordinasi dengan baik.
r. Cepat tanggap terhadap setiap kejadian juga permasalahan yang
timbul dilingkungan kerja.

2.2.4 Etika Profesi


Kode etik satpam:
a. Kesetiaan (Loyalty), terhadap perusahaan, pekerjaan, atasan
dan pegawai seorang satpam harus memiliki kesetiaan yang
tinggi. Oleh karen aitu satpam harus memberikan perhatian
yang penuh kepada setiap orang tanpa terkecuali.
b. Memberikan teladan yang baik (Exemplary Conduct), dalam
melaksanakan tugasnya akan menerapkan peraturan terhadap
apa yang dilindungi, oleh karena itu satpam harus menjadi
orang yang pertama kali memberikan contoh dan teladan dalam
melaksanakan peraturan yang diterapkan sehingga orang akan
turut mematuhi peraturan yang diterapkan tersebut.
c. Keselamatan dan Keamanan (Safety and Security), perasaan
aman harus mampu satpam berikan kepada perusahaan dan
orang-orang di dalamnya. Oleh karena itu seorang satpam harus
mampu meyakinkan bahwa Satpam akan mampu
mengamankan segala asset, orang dan kegiatan sehingga
keselamatan dan keamanan terjamin.
d. Kejujuran (Honesty), hal ini merupakan sifat dasar yang harus
dimiliki satpam yaitu kejujuran. Dengan memiliki sifat
kejujuran maka seorang satpam akan dipercaya oleh

7
perusahaan tanpa ada perasaan khawatir dari atasan serta
orang-orang di dalamnya.
e. Disiplin (Self Discipline), kedisiplinan merupakan hal yang
wajib dimiliki saat bertugas sebagai seorang satpam. Dengan
disiplin satpam akan bisa menjalankan tugas dengan baik dan
meminimalisir kesalahan yang akan terjadi saat menjalankan
tugas.
f. Keadilan Tanpa Prasangka (Prejudice), dalam bertugas seorang
satpam memang harus tetap waspada, akan tetapi perlakuan
kewaspadaan harus diterapkan kepada setiap orang tanpa
memandang strata dan status dari orang tersebut. Hal ini akan
membuat orang merasa tidak diperlakukan adil.

2.3 Caring
2.3.1 Pengertian Caring
Secara bahasa istilah caring diartikan sebagai tindakan
kepedulian Caring merupakan suatu perilaku atau tindakan yang
dilakukan untuk memberikan rasa aman secara fisik dan emosi
dengan orang lain secara tulus. Caring secara umum dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang
lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati
pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Terdapat
beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :
a. Florence Nightingale (1860) : Caring adalah tindakan yang
menunjukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu
penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi yang
baik dan tenang kepada pasien.
b. Delores gaut (1984) : Caring tidak mempunyai pengertian
yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak dapat
dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.
c. Crips dan Taylor (2001) : Caring merupakan fenomena
universal yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir,

8
merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain.
d. Rubenfild (1999) : Caring yaitu memberikan asuhan, dukungan
emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal
maupun nonverbal.
e. Jean Watson (1985) : Caring merupakan komitmen moral
untuk melindungi, mempertahankan, dan
f. meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya
secara verbal maupun nonverbal.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat
bahwa pengertian caring secara umum adalah suatu tindakan moral
atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian,
perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan
dengan cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut.
Caring merupakan inti dari keperawatan.

2.3.2 Dimensi Caring


Menurut Swanson ada lima dimensi yang mendasari konsep
caring, yaitu :
a. Maintainining Belief
Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam
melalui setiap insiden hidup dan masa-masa transisi dalam
hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh
keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan
sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil
pesan yang tersirat dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk
orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya yakni untuk
memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas
kehidupannya sehingga bisa menemukan makna dan
mempertahankan sikap yang penuh harapan, memelihara dan
mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang yakni dasar
dari caring dalam praktek keperawatan. Sub dimensi :

9
 Believing in, Perawat menanggapi apa yang klien rasakan
dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi
dan masuk akal terjadi pada siapapun yang sedang dalam
masa transisi.
 Offering a hope-filled attitude, Menunjukkan sikap bahwa
perawat sepenuhnya peduli/care terhadap duduk perkara
yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi
bicara perawat.
 Maintaining realistic optimisme, Menjaga dan
mengambarkan optimisme perawat dan impian terhadap
apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha
menghipnotis biar klien mempunyai optimisme dan impian
yang sama.
 Helping to find meaning, Membantu klien menemukan
makna akan duduk perkara yang terjadi sehingga klien
perlahan - lahan mendapatkan bahwa setiap orang sanggup
mengalami apa yang dialami klien.
 Going the distance (menjaga jarak), Semakin jauh
menjalin/menyelami kekerabatan dengan tetap menjaga
kekerabatan sebagai perawat-klien yang tujuan selesai
dalam tahap ini yakni keyakinan klien sepenuhnya terhadap
perawat dan responsibility serta caring secara total oleh
perawat kepada klien.
b. Knowing
Knowing yakni berjuang untuk memahami insiden yang
mempunyai makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan
keyakinan yakni dasar dari caring keperawatan, knowing yakni
memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan
perkiraan perawat mengetahui kebutuhan klien,
menggali/menyelami gosip klien secara detail, sensitif terhadap
petunjuk mulut dan non verbal, fokus kepada satu tujuan
keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan

10
orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara
perawat dan klien. Knowing yakni penghubung dari keyakinan
keperawatan terhadap realita kehidupan. Sub dimensi :
 Avoiding assumptions, menghindari asumsi-asumsi
 Assessing thoroughly, melakukan pengkajian menyeluruh
mencakup bio psiko sosial spitual dan kultural.
 Seeking clues, perawat menggali gosip-gosip secara
mendalam.
 Centering on the one cared for, perawat berfokus pada
klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
 Engaging the self of both, melibatkan diri sebagai perawat
secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang efektif.
c. Being With
Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik,
tetapi juga komunikasi, menyebarkan perasaan tanpa beban dan
secara emosional bersama-sama klien dengan maksud
memperlihatkan kepada klien dukungan, kenyamanan,
pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak
diinginkan. Sub dimensi :
 Non-burdening, Perawat berhubungan dengan klien tanpa
memaksa kehendak kepada klien dalam melaksanakan
tindakan keperawatan
 Convering availability, Menunjukan kesediaan perawat
dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk
mencapai tahap kesejahteraan / well being.
 Enduring with, Bersama-sama berkomitmen dengan klien
berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien.
 Sharing feelings, Berbagi pengalaman bersama klien yang
berkaitan dengan perjuangan peningkatan kesehatan klien.
Dengan “Being with” perawat sanggup memperlihatkan
dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara,

11
mendengarkan serta mempunyai sikap faktual dan bersemangat
yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana
keterbukaan dan saling mengerti.D
d. Doing for
Doing for berarti bersama-sama melaksanakan sesuatu tindakan
yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang
diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.
Sub dimensi :
 Comforting (mengatakan kenyamanan), dalam
melaksanakan tindakan keperawatan dilakukan dengan
mengatakan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi
klien.
 Performing competently (memperlihatkan keterampilan),
tidak hanya berkomunikasi dan mengatakan kenyaman
dalam tindakannya, perawat juga memperlihatkan
kompetensi atau skill sebagai perawat professional.
 Preserving dignity (menjaga martabat klien), menjaga
martabat klien sebagai individu atau memanusiakan
manusia.
 Anticipating (mengatisipasi), perawat dalam melaksanakan
tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga.
 Protecting (melindungi), melindungi hak-hak pasien dalam
mengatakan asuhan keperawatan dan tindakan medis.
e. Enabling
Enabling yakni memampukan atau memberdayakan klien,
memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam
hidupnya dan melewati setiap insiden dalam hidupnya yang
belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan,
mendukung dengan focus duduk perkara yang relevan, berfikir
melalui duduk perkara dan menghasilkan alternative
pemecahan duduk perkara sehingga meningkatkan
penyembuhan klien atau klien bisa melaksanakan tindakan

12
yang tidak biasa ia lakukan dengan cara mengatakan dukungan,
memvalidasi perasaan dan mengatakan umpan balik/feedback.
Sub dimensi :
 Validating (memvalidasi), memvalidasi semua tindakan
yang telah dilakukan.
 Informing (mengatakan informasi), memberikan informasi
yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam
rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.
 Supporting (mendukung), memberikan proteksi kepada
klien dalam mencapai kesejahteraan/well being sesuai
kapasitas sebagai perawat.
 Feedback (memberikan umpan balik), memberikan umpan
balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam
usahanya mencapai kesembuhan/well being.
 Helping patients to focus generate alternatives (membantu
pasien untuk fokus dan menciptakan alternatif).

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Caring


Gibson, James & John (2000) mengemukakan tiga faktor yang
dapat mempengaruhi perilaku caring sebagai berikut :
a) Faktor Individu
Faktor individu yang dapat mempengaruhi perilaku caring
yaitu, kemampuan diantaranya kemampuan kecerdasan
emosional, latar belakang, keterampilan, dan karakteristik
demografis diantaranya umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku caring
yaitu, sikap, kepribadian dan motivasi, faktor ini dipengaruhi
oleh keluarga, tingkat sosial, dan karakteristik demografis.
c) Faktor Organisasi

13
Faktor organisasi yang dapat mempengaruhi perilaku caring
yaitu, sumber daya manusia, kepemimpinan, imbalan, struktur
dan pekerjaan.

2.3.4 Faktor Pembentuk Perilaku Caring


Menurut Watson (2005) faktor pembentuk perilaku caring yaitu:
1) Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik.
2) Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope).
3) Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
4) Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-
trust).
5) Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan
negatif.
6) Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif.
7) Meningkatkan belajar mengajar transpersonal.
8) Memfasilitasi lingkungan yang suportif, protektif, atau
memperbaiki mental, fisik, sosiokultural, dan spiritual.
9) Membantu memuaskan kebutuhan manusia.

2.3.5 Nilai-nilai yang Mendasari Konsep Caring


Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson
meliputi:
1) Konsep tentang manusia. Manusia merupakan suatu fungsi
yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat, dihormati,
mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu). Manusia pada
dasarnya mempunyai rasa ingin dimiliki oleh lingkungan
sekitar dan menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan
rasa dicintai dan rasa mencintai.
2) Konsep tentang kesehatan. Kesehatan merupakan kuutuhan dan
keharmonisan pikiran fungsi fisik dan sosial. Menekankan
fungsi pemeliharaan serta adaptasi untuk meningkatkan fungsi
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan
merupakan suatu keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan

14
Jean Watson menekankan pada usahausaha yang dilakukan
untuk mencapai hal tersebut.
3) Konsep tentang lingkungan. Berdasarkan teori Jean Watson,
caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap keadaan
di masyarakat. Perilaku caring diwariskan berdasarkan
pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme
koping terhadap lingkungan tertentu bukan karena diwariskan
oleh generasi sebelumnya.
4) Konsep tentang keperawatan. Keperawatan berfokus pada
promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring ditujukan
untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor bahwa metode kualitatif merupakan
salah satu cara penelitian yang menghasilkan gambaran atau data deskriptif;
baik dalam bentuk tulisan, ucapan ataupun perilaku yang dapat diobsevasi dari
subjek itu sendiri. Pendekatan ini menunjukan background keadaan individu-
individu secara keseluruhan; subjek penelitian baik organisasi maupun
individu harus dipandang secara keseluruhan tidak diperkecil menjadi
variabel yang terpisah (Ahmadi, 2014). Data didapatkan dari observasi
kemudian diolah, dianalisa dan diproses lebih lanjut berdasarkan dasar-dasar
teori yang berhubungan dengan caring untuk menarik kesimpulan, kemudian
disajikan dalam bentuk deskripsi kata-kata yang mudah dimengerti.
Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau
natural setting, sehingga penelitian ini sering disebut penelitian naturalistic.
Obyek yang alami adalah objek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh
peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek, setelah berada di
objek dan keluar dari objek relatif tidak berubah. Dalam penelitian kualitatif
peneliti menjadi instrumen. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif
instrumennya adalah orang atau human instrument. Untuk menjadi instrumen
peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu
bertanya, menganalisis, memotret dan mengkontruksi objek yang diteliti
menjadi jelas dan bermakana. Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah
data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi
sebagaimana 15 rang adanya.

3.2 Lokasi Penelitian


Pengamatan ini dilakukan di lingkungan Universitas Padjadjaran,
Sumedang, Jawa barat.

16
3.3 Waktu Penelitian
Pengamatan ini dilaksanakan terhitung dari perrencanaan pengamatan,
pelaksanaan pengamatan, sampai pembuat laporan pengamatan. Pengamatan
dilaksanakn di awal bulan Maret 2020 sampai dengan akhir bulan Maret 2020.

3.4 Subjek penelitian


Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 15 satpam yang tersebar di
Universitas Padjadjaran. Subjek penelitian berasal dari :
NO Tempat Penelitian Banyaknya Sampel
1 Kandaga 1
2 Asrama padjadjaran 2 1
3 Fakultas Farmasi 1
4 Fakultas Ekonomi dan Bisnis 1
5 Fakultas Ilmu dan Budaya 1
6 Gerlam 1
7 Fakultas Teknologi Industri Pangan 1
8 Fakultas Kedokteran 1
9 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1
10 Fakultas Kedokteran Gigi 1
11 Fakultas Teknik Geologi 1
12 Fakultas Keperawatan 1
13 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 1
14 Fakultas Pertanian 1
15 Fakultas Psikologi 1

Sebagai subjek pengamatan yang diambil merupakan pihak yang


terlibat dalam penilaian Gap realitas dalam fenomena caring dengan tujuan
agar subjek dapat memberikan data secara tepat terkait fenomena caring di
lingkungan Universitas Padjadjaran.

17
3.5 Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari sumber data
primer. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
langsung dari lapangan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu tektnik atau cara
mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung pada suatu
kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Dari
pengamatan, akan mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga
diperoleh pamahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap
informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya. (Nana Syaodih, 2013: 220)
Observasi ini dilakukan oleh pengamat selama penelitian untuk
mengoptimalkan data mengenai penilaian Gap realitas dalam fenomena
caring, yang berada di lingkungan Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa
Barat.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data


Penelitian tentang “Gap Realitas dalam Fenomena Caring pada
Satpam di Lingkungan Universitas Padjadjaran” menggunakan sepuluh
indikator dalam menentukan perilaku caring pada satpam di lingkungan
Universitas Padjadjaran. Pengambilan data dilakukan dengan metode
pengamatan secara langsung terhadap sampel dengan memperhatikan 10
indikator caritas processes.
4.1.1 Indikator Caring No. 1 : Praktik mengasihi (compassion) & berdamai
dengan diri sendiri/orang lain
4.1.2 Indikator Caring No. 2: Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan
kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan pribadi/orang lain
untuk diakui
4.1.3 Indikator Caring No. 3 : Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak
berpusat pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada kehadiran
transpersonal secara tulus
4.1.4 Indikator Caring No. 4 : Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang,
kepercayaan, dan caring
4.1.5 Indikator Caring No. 5 : Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan
semua perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi tempat curahan
hati yang dapat dipercaya
4.1.6 Indikator Caring No. 6 : Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses
caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh; melalui proses
mengetahui/melakukan/menjadi (knowing/doing/being)
4.1.7 Indikator Caring No. 7 : Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam
konteks caring relationship
4.1.8 Indikator Caring No. 8 : Membangun lingkungan bagi kesembuhan/
pemulihan pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).
4.1.9 Indikator Caring No. 9 : Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar dengan penuh sikap menghormati dan menghargai, memiliki niat

19
yang tulus, dan kesadaran caring (Caring Consciousness) untuh
menyentuh jiwa sesama, menerima bahwa misteri kehidupan itu ada
4.1.10 Indikator Caring No. 10 : Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang
bersifat spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial (tekait dengan
keberadaan diri dan kehidupan di alam semesta) dari hidup, mati,
penderitaan, kesedihan, kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses kesembuhan.
Adapun data hasil pengamatan perilaku caring pada setiap indikator,
disajikan dalam diagram berikut.

4.2 Analisis Data


Berikut ini hasil analisis data per-indikator berdasarkan pada 10 Caritas
processes :

4.2.1 Indikator Caring No. 1 : Praktik mengasihi (compassion) &


berdamai dengan diri sendiri/orang lain
Setelah melakukan observasi perilaku caring pada 15 orang satpam
di lingkungan Universitas Padjadjaran, kami memperoleh data yang
menunjukkan terdapat 15 dari 15 orang satpam yang kami observasi
melakukan indikator caring nomor 1 yaitu : Praktik mengasihi
(compassion) & berdamai dengan diri sendiri/orang lain. Artinya 100%

20
dari populasi yang kami amati positif melakukan indikator caring
nomor 1.
Hal ini bisa terlihat dari bagaimana cara satpam melayani
mahasiswa yang membutuhkan bantuannya. Semua satpam yang kami
observasi sudah melakukan perannya dengan baik. Sebagai contoh:
ketika kami menanyakan kepada mereka tempat-tempat tertentu yang
ada di setiap fakultas, mereka menjawab pertanyaan kami dengan baik
dan bersedia membantu kami dengan menunjukkan lokasi tepatnya di
mana. Contoh lainnya yaitu ketika kami berada di persimpangan jalan
untuk menyebrang, mereka begitu inisiatif membantu kami
menyebrang.

4.2.2 Indikator Caring No. 2: Secara tulus ‘ada’ untuk sesama;


memberikan kesempatan pada sistem keyakinan dan
dunia/kehidupan pribadi/orang lain untuk diakui
Setelah melakukan observasi perilaku caring pada 15 orang
satpam di lingkungan Universitas Padjadjaran, kami memperoleh data
yang menunjukkan terdapat 14 dari 15 orang satpam yang kami
observasi melakukan indikator caring no.2 yaitu : Secara tulus ‘ada’
untuk sesama; memberikan kesempatan pada sistem keyakinan dan
dunia/kehidupan pribadi/orang lain untuk diakui. Namun terdapat satu
orang satpam yang tidak melakukan indikator caring nomor 2 ini.
Artinya 93,3% dari populasi yang kami amati positif melakukan
indikator caring nomor 2, dan 6,7% dari populasi yang kami amati
negatif melakukan indikator caring nomor 2.
Satpam yang positif melakukan indikator caring nomor 2 bisa
terlihat ketika mereka menghampiri kami yang terlihat sedang
kebingungan di dekatnya. Mereka mulai menawari bantuan kepada
kami. Selain itu, kami dapat melihat dari kontak mata dan sikap
tubuhnya ketika berbicara kepada kami. Ketika kami meminta bantuan
kepadanya, mereka memperhatikan kami dan mendengarkan pertanyaan
kami dengan seksama. Kemudian mereka menjawab pertanyaan kami

21
dengan sepenuh hati. Perhatian mereka betul-betul hadir sepenuhnya
kepada kami yang sedang membutuhkan bantuannya.
Satpam yang negatif melakukan indikator caring nomor 2 bisa
terlihat ketika kami mengajak berbicara kepadanya namun tidak ada
kontak mata darinya, mereka tetap sibuk dengan pekerjaannya namun
tetap menjawab pertanyaan kami dengan setengah hati dan seadanya,
seolah kami dianggap tidak ada.

4.2.3 Indikator Caring No. 3 : Mengembangkan praktik spiritual pribadi;


tidak berpusat pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat
pada kehadiran transpersonal secara tulus
Hasil yang kami peroleh dari pengamatan yang dilakukan kepada
satpam se-UNPAD adalah 13 dari 15 satpam melakukan indikator yang
ke 3 ini. Artinya 86,67% dari populasi yang kami amati positif
melakukan indikator caring nomor 3, dan 13,33% dari populasi negatif
melakukan indikator caring nomor 3 ini. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa kebanyakan satpam telah melakukan perilaku caring.
Dalam indikator pengamatan ini sebagaian besar terlihat satpam
sudah mengesampingkan ego pribadi, dan telah mengembangkan praktik
spiritual pada diri masing-masing. Contohnya yaitu ketika waktu sholat
tiba, satpam bergantian untuk giliran sholat. Ini menunjukkan bahwa
selain mengembangkan praktik spiritual sendiri, tetapi juga menghargai
spiritual orang lain. Oleh karena itu dapat disimpulkan dalam hal ini,
satpam dapat dikatakan caring terhadap indikator no.3 ini.

4.2.4 Indikator Caring No. 4 : Mengembangkan hubungan penuh kasih


sayang, kepercayaan, dan caring
Hasil yang kami peroleh dari pengamatan yang dilakukan kepada
satpam se-UNPAD adalah 8 dari 15 satpam melakukan indikator yang
ke 4 ini. Artinya 53,33% dari populasi yang kami amati positif
melakukan indikator caring nomor 4, dan 46,67% dari populasi yang
kami amati negatif melakukan indikator caring nomor 4 ini. Oleh karena

22
itu dapat dikatakan bahwa kebanyakan satpam telah melakukan perilaku
caring.
Sebagian satpam yang kami amati menerapkan perilaku yang penuh
kasih sayang dan kebaikan dan ketenangan dalam konteks kesadaran.
Selain itu juga membantu dengan perasaan yang tulus dan penuh
keramahan. Contohnya dengan melakukan tugas dan kewajibannya
penuh dengan tanggung jawab, hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan
antara satpam dengan civitas akademik maupun non-akademik. Karena
satpam bisa menjaga keamanan fakultas dengan baik. Dengan perilaku
ini satpam telah bisa dikatakan caring pada indikator no.4 ini.

4.2.5 Indikator Caring No. 5 : Memberikan kesempatan untuk


mengekspresikan semua perasaan, mendengarkan dengan tulus dan
menjadi tempat curahan hati yang dapat dipercaya
Hasil yang kami peroleh dari pengamatan yang dilakukan kepada
satpam se-UNPAD adalah 10 dari 15 satpam melakukan indikator yang
ke 5 ini. Artinya 66,67% dari populasi yang kami amati positif
melakukan indikator caring nomor 5, dan 33,33% dari populasi yang
kami amati negatif melakukan indikator caring nomor 5 ini. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa kebanyakan satpam telah melakulan perilaku
caring. Terlihat ketika ada seseorang bertanya kepada satpam, satpam
tersebut menyimak dan mendengarkan pertanyaan dengan tulus dan
langsung memberi jawaban dengan baik.

4.2.6 Indikator Caring No. 6 : Mencari/menemukan solusi kreatif melalui


proses caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being)
Hasil yang kami peroleh dari pengamatan yang dilakukan kepada
satpam se-UNPAD adalah 7 dari 15 satpam melakukan indikator yang
ke 6 ini. Artinya 46,67% dari populasi yang kami amati positif
melakukan indikator caring nomor 6, dan 53,33% dari populasi yang
kami amati negatif melakukan indikator caring nomor 6 ini. Oleh karena

23
itu dapat dikatakan bahwa kebanyakan satpam kurang melakulan
perilaku caring atau bisa disebut dengan perilaku uncaring.
Terlihat ketika ada seseorang yang bertanya kepada satpam, satpam
itu tidak menggunakan dirinya secara utuh atau bisa dikatan menolong
dengan setengah hati. Oleh karena itu perilaku yang nampak pun adalah
perilaku uncaring.

4.2.7 Indikator Caring No. 7 : Proses pembelajaran yang tulus dan nyata
dalam konteks caring relationship
Setelah melakukan pengamatan, 8 dari 15 orang yang kami amati
melakukan indikator no.7 ini. Artinya 53,33% dari populasi yang kami
amati positif melakukan indikator caring nomor 7, dan 46,67% dari
populasi yang kami amati negatif melakukan indikator caring nomor 7
ini. Dapat dikatakan bahwa kebanyakan satpam telah melakukan caring.
Dapat dilihat ketika satpam se-UNPAD terlibat dalam pengalaman
belajar mengajar yang mengakui keutuhan diri orang lain dan berusaha
untuk memahami sudut pandang orang lain. Ada beberapa dari satpam
ini menceritakan pengalaman hidupnya baik kepada sesama satpam
maupun kepada mahasiswa yang ada di fakultas tersebut. Lalu beberapa
dari mereka juga menjadi tempat bercerita bagi mahasiswa yang
menceritakan keluh kesahnya, satpam tersebut mendengarkannya dengan
seksama dan memberi perhatian penuh kepada orang yang menjadi
lawan bicaranya pada saat itu. Karena hal inilah, sebagian besar satpam
di UNPAD telah melakukan indikator caring no.7 ini.

4.2.8 Indikator Caring No. 8 : Membangun lingkungan bagi kesembuhan/


pemulihan pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).
Setelah melakukan pengamatan, 11 dari 15 orang yang kami amati
tidak melakukan indikator no.8 ini. Artinya 26,67% dari populasi yang
kami amati positif melakukan indikator caring nomor 8, dan 73,33%
dari populasi yang kami amati negatif melakukan indikator caring

24
nomor 8 ini. Artinya masih banyak satpam yang belum menerapkan
perilaku ini, atau bisa disebut dengan perilaku uncaring.
Dalam hal ini satpam se-UNPAD belum terlibat dalam membuat
lingkungan untuk penyembuhan, contoh untuk menciptakan lingkungan
misalnya tidak merokok di lingkungan kampus, karena hal ini dapat
menyebabkan orang lain tidak nyaman serta membuat udara disekitar
menjadi teremar oleh asap rokok, yang kita ketahui asap rokok ini tidak
baik bagi kesehatan (baik perokok sendiri (perokok aktif) maupun orang
lain (perokok pasif)). Sehingga dapat dikatakan, dari perilaku ini kita
dapat menyimpulkan bahwa satpam di UNPAD masih belum peduli
(uncaring) terhadap kesehatan diri sendiri maupun orang lain.

4.2.9 Indikator Caring No. 9 : Memberikan bantuan pemenuhan


kebutuhan dasar dengan penuh sikap menghormati dan
menghargai, memiliki niat yang tulus, dan kesadaran caring (Caring
Consciousness) untuh menyentuh jiwa sesama, menerima bahwa
misteri kehidupan itu ada
Hasil yang kami peroleh dari pengamatan yang dilakukan kepada
satpam se-UNPAD adalah 9 dari 15 satpam melakukan indikator yang
ke 9 ini. Artinya 60% dari populasi yang kami amati positif melakukan
indikator caring nomor 9, dan 40% dari populasi yang kami amati
negatif melakukan indikator caring nomor 9 ini. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa kebanyakan satpam telah melakukan perilaku caring.
Terlihat ketika salah seorang satpam tersebut memberikan bantuan
dengan penuh sikap menghormati dan menghargai. Ketika ada seseorang
yang meminta bantuan untuk diantar ke sebuah tempat, beliau
menunjukan jalan sampai ketempat yang dituju tersebut dengan gestur
tubuh yang bersikap ramah dan penuh hangat menyambut kita.

25
4.2.10 Indikator Caring No. 10 : Terbuka dan melibatkan dimensi-
dimensi yang bersifat spiritual, misterius-tidak diketahui, dan
eksistensial (tekait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan, kegembiraan,
dan transisi dalam hidup, termasuk mempercayai adanya
mukjizat/keajaiban dalam proses kesembuhan.
Hasil yang kami peroleh dari dari pengamatan yang dilakukan
kepada satpam se-UNPAD adalah 9 dari 15 satpam kurang melakukan
indikator yang ke 10 ini. Artinya 40% dari populasi yang kami amati
positif melakukan indikator caring nomor 10, dan 60% dari populasi
yang kami amati negtif melakukan indikator caring nomor 10 ini. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa kebanyakan satpam kurang melakukan
perilaku caring atau bisa disebut dengan perilaku un-caring.
Indikator ke 10 ini memang lebih sensitif yaitu menyangkut hal-
hal spiritual jadi satpam befikir itu sebagai kewajiban individu dengan
Tuhan-Nya bukan sebagai kewajiban seorang satpam untuk telibat
kedalamnya. Jadi satpam kurang melibatkan hal-hal tersebut dalam
pekerjaannya seolah-olah tidak peduli dan terjadilah sikap uncaring
satpam terhadap seorang individu.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian


Diskusi ini merupakan pertemuan antara hasil analisis dengan teori
dan hasil penelitian dari penelitian sebelumnya. Peneliti juga dapat merujuk
pada tinjauan pustaka untuk membahas hasil.
Caring merupakan sikap kepedulian atau menghargai keutuhan orang
lain sebagai individu. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui perilaku
caring satpam di lingkungan UNPAD yang didasarkan pada indikator nomor 1
kami menilai perilaku caring satpam sangat baik yaitu 100%, indikator nomor
2 perilaku caring satpam sangat baik yaitu 93,33%, indikator nomor 3
perilaku caring satpam sangat baik yaitu 86,67%, indikator nomor 4 perilaku
caring satpam cukup yaitu 53,33%, indikator nomor 5 perilaku caring satpam
baik yaitu 66,67%, indikator nomor 6 perilaku caring satpam cukup yaitu
46,67%, indikator nomor 7 perilaku caring satpam cukup yaitu 53,33%,

26
indikator nomor 8 perilaku caring satpam kurang yaitu 26,67%, indikator
nomor 9 perilaku caring satpam baik yaitu 60%, dan indikator nomor 10
perilaku caring satpam cukup yaitu 40%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan sebagian besar
satpam di lingkungan UNPAD telah menunjukkan perilaku caring.

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan perilaku caring terhadap satpam di
lingkungan Universitas Padjadjaran yang menggunakan indikator “Caritas
Processes” hasilnya dari 10 indikator tersebut 7 indikator memiliki
persentase diatas 50% untuk satpam yang melakukan caring sesuai dengan
indikator, dan 3 indikator lainnya menunjukkan persentase dibawah 50%
untuk satpam yang melakukan caring sesuai dengan indikator. Dapat
disimpulkan bahwa satpam yang berada di lingkungan Universitas
Padjadjaran khususnya satpam yang bertugas di tiap fakultas sudah
menunjukkan sikap caringnya dengan baik dan sesuai dengan apa yang
seharusnya dilakukan terhadap mahasiswa, civitas akademik , dan orang
orang lain yang berada di Universitas Padjadjaran sesuai dengan indikator
yang digunakan yaitu “Caritas Processes “:
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu
perasaaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil observasi lapangan “Gap Realitas dalam Fenomena
Caring pada Satpam di Lingkungan Universitas Padjadjaran”, penyusun
memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan perilaku caring di
Universitas Padjadjaran, yaitu:
1. Tetap menjalankan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab dan
ikhlas.
2. Saling percaya dan saling menghargai satu sama lain.
3. Menciptakan lingkungan yang harmonis.
Makalah hasil observasi ini perlu disempurnakan untuk meningkatkan
objektifitas penilaian perilaku caring satpam di Universitas Padjadjaran serta
perlu adanya metode penelitian lebih lanjut akan upaya peningkatan perilaku
caring di lingkungan Universitas Padjadjaran khusunya pada satpam.

28
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, R. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
PANJI. (2018). Satpam-Profesional-wajib-memiliki-sikap. Diakses pada tanggal
22 Maret w2020. Dari https://panjimarsssatria.co.id/satpam-profesional-
wajib-miliki-sikap-dan-perilaku-berikut/
SP SIJABAT. (2019). Penelitian Satpam. Diakses pada tanggal 22 mret 2020.
Dari http://digilib.unila.ac.id/21136/12/BAB%20II.pdf
Dr. Kusnanto, S. M. (2019). Perilaku Caring Perawat Profesional. Surabaya:
Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga (AUP).
Jaya, P. M. (2016). Buku Saku Satuan Pengamanan. Jakarta: Polda Metro Jaya.

iv
LAMPIRAN

LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING


SATPAM DI LINGKUNGAN FAKULTAS ILMU DAN BUDAYA (FIB)
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri √


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan √


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat √


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, √


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua √


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses √


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks √


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan √


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

v
9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar √
dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama,
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat √


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING


SATPAM DI LINGKUNGAN ASRAMA PADJADJARAN 2
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri √


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan √


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat √


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, √


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua √

vi
perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses √


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks √


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan √


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar √


dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama,
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat √


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

vii
LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING
SATPAM DI LINGKUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI (FKG)
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri


sendiri/orang lain. 

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan 
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus. 

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang,


kepercayaan, dan caring. 

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi
tempat curahan hati yang dapat dipercaya. 

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh; 
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks


caring relationship. 

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual). 

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar


dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,

viii
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama, 
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial 
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING


SATPAM DI LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI (FTG)
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri


sendiri/orang lain. 

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan 
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus. 

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang,


kepercayaan, dan caring. 

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi

ix
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh; 
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks


caring relationship. 

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual). 

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar


dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama, 
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial 
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

x
LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING
SATPAM DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN KANDAGA
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri √


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan √


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat √


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, √


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua √


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses √


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks √


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan √


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar √


dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,

xi
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama,
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat √


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING


SATPAM DI LINGKUNGAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri √


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan √


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat √


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, √


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua √


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi

xii
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses √


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks √


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan √


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar √


dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama,
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat √


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

xiii
LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING
SATPAM DI LINGKUNGAN FAKULTAS PERTANIAN (FAPERTA)
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri ✔


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan ✔


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat ✔


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, ✔


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua ✔


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses ✔


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks ✔


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan ✔


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar ✔


dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,

xiv
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama,
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat ✔


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING


SATPAM DI LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (FEB)
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri √


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan √


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat √


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, √


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua √


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi

xv
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses √


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks √


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan √


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar √


dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama,
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat √


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

xvi
LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING
SATPAM DI LINGKUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN (FK)
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri √


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan √


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat √


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, √


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua √


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses √


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks √


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan √


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar √


dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,

xvii
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama,
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat √


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING


SATPAM DI LINGKUNGAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri 


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan 


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat 


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, 


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua 


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi

xviii
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses 


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks 


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan 


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar 


dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama,
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat 


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

xix
LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING
SATPAM DI LINGKUNGAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN
PERIKANAN
UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri ✔


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan ✔


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat ✔


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, ✔


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua ✔


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses ✔


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks ✔


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan ✔


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar ✔

xx
dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama,
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat ✔


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING


SATPAM DI LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PERTANIAN (FTIP) UNIVERSITAS PADJADAJARAN

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri √


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan kesempatan √


pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan pribadi/orang
lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat √

pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada


kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, √


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua √

xxi
perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses caring; √


menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh; melalui
proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks √


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan √


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar √

dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,


memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama, menerima
bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat √


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial (terkait
dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam semesta)
dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan, kegembiraan,
dan transisi dalam hidup, termasuk mempercayai adanya
mukjizat/keajaiban dalam proses kesembuhan.

xxii
LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERILAKU CARING
SATPAM DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN (Satpam
Gerlam)

No. Indikator Ya Tidak

1. Praktik mengasihi (compassion) & berdamai dengan diri √


sendiri/orang lain.

2. Secara tulus ‘ada’ untuk sesama; memberikan √


kesempatan pada sistem keyakinan dan dunia/kehidupan
pribadi/orang lain untuk diakui.

3. Mengembangkan praktik spiritual pribadi; tidak berpusat √


pada diri sendiri (ego-self), tetapi lebih berpusat pada
kehadiran transpersonal secara tulus.

4. Mengembangkan hubungan penuh kasih sayang, √


kepercayaan, dan caring.

5. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semua √


perasaan, mendengarkan dengan tulus dan menjadi
tempat curahan hati yang dapat dipercaya.

6. Mencari/menemukan solusi kreatif melalui proses √


caring; menggunakan (potensi) diri secara utuh/penuh;
melalui proses mengetahui/melakukan/menjadi
(knowing/doing/being).

7. Proses pembelajaran yang tulus dan nyata dalam konteks √


caring relationship.

8. Membangun lingkungan bagi kesembuhan/pemulihan √


pada semua tingkatan (bio-psikososio-spiritual).

9. Memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar √


dengan penuh sikap menghormati dan menghargai,

xxiii
memiliki niat yang tulus dan kesadaran caring (caring
consciousness) untuk ‘menyentuh’ jiwa sesama,
menerima bahwa misteri kehidupan itu ada.

10. Terbuka dan melibatkan dimensi-dimensi yang bersifat √


spiritual, misterius-tidak diketahui, dan eksistensial
(terkait dengan keberadaan diri dan kehidupan di alam
semesta) dari hidup, mati, penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, dan transisi dalam hidup, termasuk
mempercayai adanya mukjizat/keajaiban dalam proses
kesembuhan.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai