ASUHAN KEPERAWATAN
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh:
Kelompok 2
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah “Keperawatan
Dasar II”
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penulisan dan penyusunan maupun dari segi yang lain, untuk itu kami mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat membangun untuk tugas makalah ini.
Akhirnya kami hanya bisa berharap bahwa, dibalik ketidaksempurnaan kami dalam
penulisan dan penyusunan serta segi yang lainnya dari makalah ini adalah bisa bermanfaat bagi
pembaca dan penulis.
Penulis,
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
2.6.3. Langkah-langkah Intervensi ................................................................................22
2.6.4. Faktor-faktor Intervensi ......................................................................................23
2.6.5. Hal-hal yang Diperhatikan ..................................................................................24
2.7.Implementasi Keperawatan ........................................................................................... 24
2.7.1. Tahap Implementasi Keperawatan ......................................................................25
2.7.2. Proses Implementasi ........................................................................................... 25
2.7.3. Kategori dalam Implementasi Keperawatan .......................................................25
2.7.4. Metode Implementasi .......................................................................................... 26
2.7.5. Tahap-tahap Tindakan Keperawatan ..................................................................27
2.8.Evaluasi ......................................................................................................................... 27
2.8.1. Fungsi Evaluasi ...................................................................................................28
2.8.2. Kriteria Evaluasi .................................................................................................28
2.9.Dokumentasi ..................................................................................................................29
3.1.Simpulan .......................................................................................................................30
3.2.Saran .............................................................................................................................. 30
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 32
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,dan berdasarkan
pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang
ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan
data,analisis data,dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian
tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi kebutuhan
klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis
meliputi oksigen,cairan,nutrisi, kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa cinta
dan saling memiliki,kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
1.2.Rumusan masalah
1. Apa definisi dari asuhan keperawatan?
2. Apa tujuan dari asuhan keperawatan?
3. Apa manfaat dari asuhan keperawatan?
4. Apa pengkajian dari asuhan keperawatan?
5. Apa diagnosa dari asuhan keperawatan?
5
6. Apa intervensi dari asuhan keperawatan?
7. Apa implementasi dari asuhan keperawatan?
8. Apa evaluasi dari asuhan keperawatan?
9. Apa dokumentasi dari asuhan keperawatan?
1.3.Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dari asuhan keperawatan
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mampu mendeskripsikan definisi dari asuhan keperawatan
2. Dapat memahami tujuan dari asuhan keperawatan
3. Dapat memahami manfaat dari asuhan keperawatan
4. Dapat memahami pengkajian dari asuhan keperawatan
5. Dapat memahami diagnosa dari asuhan keperawatan
6. Dapat memahami intervensi dari asuhan keperawatan
7. Dapat memahami implementasi dari asuhan keperawatan
8. Dapat memahami evaluasi dari asuhan keperawatan
9. Dapat memahami dokumentasi dari asuhan keperawatan
1.4.Manfaat Penulisan
1.4.1. Manfaat untuk Mahasiswa
1. Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang dimiliki khususnya mengenai konsep asuhan keperawatan
2. Makalah ini dapat dijadikan referensi materi pembelajaran mengenai proses asuhan
keperawatan
1.4.2. Manfaat untuk Masyarakat (Pembaca)
1. Makalah ini dapat dijadikan pedoman untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
baik bagi masyarakat.
2. Makalah ini dapat memberi informasi bagi masyarakat mengenai asuhan keperawatan
1.4.3. Manfaat untuk FKIK UNJA
1. Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,dan berdasarkan
pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang
ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan
data,analisis data,dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian
tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi kebutuhan
klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis
meliputi oksigen,cairan,nutrisi, kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa cinta
dan saling memiliki,kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
7
d. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses mendapatkan informasi tentang status
kesehatan klien. Bersifat signifikan, sistematis, dan merefleksikan perubahan status
kesehatan klien.
1) Tipe Data
Tipe pada saat pengumpulan data berupa Data Subjektif (data yang
didapatkan dari pasien berupa keluhan yang dinyatakan dari pasien pada saat
itu), dan Data Objektif (data yang didapatkan oleh perawat secara langsung dan
bisa diukur / dilihat).
2) Karakteristik Data
Data yang dikumpulkan untuk menunjang diagnosis keperawatan harus
mempunyai karakteristik yang lengkap, akurat, nyata dan relevan.
3) Sumber Data
8
Sumber data dapat berupa primer atau sekunder. Data primer berasal dari
klien sendiri, sedangkan data sekunder bapat didapatkan dari orang terdekat
klien, catatan klien, riwayat penyakit, konsultasi, hasil pemeriksaan diagnostic,
catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya, dari perawat lain dan dari
kepustakaan.
4) Metode Pengumpulan Data
Data dapat dikumpulkan dengan mewawancarai klien, dengan observasi atau
melakukan pemeriksaan fisik.
Disamping itu, masalah-masalah yang mungkin terjadi pada saat mengumpulkan data
yang juga harus dihindari perawat yaitu :
a. Ketidakmampuan perawat dalam mengorganisasi data.
b. Kehilangan data yang telah diperoleh.
c. Data yang diperoleh tidak relevan.
d. Adanya duplikasi data.
e. Salah mempersepsikan data.
f. Data yang tidak lengkap.
g. Adanya interpretasi data dalam mengobservasi perilaku.
h. Kegagalan dalam mengambil data dasar terbaru.
b. Validasi Data
Validasi data adalah upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang telah
dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subyek dan data obyek yang
didapat dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal.
Data yang perlu di validasi adalah data yang abnormal / di ragukan keabsahannya.
c. Organisasi Data
Organisasi data yaitu mengelompokkan data berdasarkan kerangka kerja yang
dapat membantu mengidentifikasi masalah.
9
Cara mengelompokkan data :
a. Berdasarkan sistem tubuh.
b. Berdasarkan kebutuhan dasar (Maslow)
c. Berdasarkan teori keperawatan.
d. Berdasarkan pola kesehatan fungsional.
10
d. Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2.5.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan
dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
status kesehatan klien (Herdman, 2012).
Diagnosa keperawatan merupakan suatu bagian integral dari suatu proses keperawatan.
Hal ini merupakan komponen dari langkah - langkah analisa, dimana perawat melakukan
identifikasi terhadap respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual
dan potensial. Dibeberapa negara diagnosa diidentifikasikan dalam tindakan praktik
keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari perawat yang professional. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti di mana
perawat yang bertanggung jawab di dalamnya (Kim, 1984).
11
2.5.1. Pengkajian Diagnosa
Menurut (Nurjannah, 2012) dalam menentukan diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien, untuk itu maka diperlukan pengkajian keperawatan
untuk mempermudah perawat dalam menentukan diagnosa yang di alami oleh
pasien,maka dari itu perlu dilakukan langkah-langkah pengkajian berikut dalam
menentukan diagnosa :
a. Pengkajian tanda vital
b. Pengkajian untuk keamanan
c. Pengkajian untuk situasi khusus Pengkajian untuk klien hamil
d. Pengkajian untuk sistem gastrointestinal
e. Pengkajian untuk sisstem perkemihan
f. Pengkajian aktifitas, istirahat dan mobilitas/Pergerakan
g. Pengkajian kenyamanan, kulit, dan integritas jaringan
h. Pengkajian untuk nutrisi
i. Pengkajian kondisi psikologi
j. Pengkajian untuk kognitif dan persepsi
k. Pengkajian untuk spiritual, values, dan religious
l. Pengkajian untuk tingkah laku
m. Pengkajian untuk seksualitas dan aspek sosial
n. Pengkajian bayi/anak
o. Pengkajian Caregiver
p. Pengkajian Komunitas
q. Pengkajian Keluarga
r. Pengkajian lingkungan
s. Pengkajian terkait karakteristik
12
bisa berfungsi sebagai label diagnosa itu sendiri (Herdman, 2012). Diagnosa
keperawatan menurut Carpenito (2001) dapat di bedakan menjadi diagnosa keperawatan
syndrome dan kolaborasi, Sedangkan menurut Herdman (2012) diagnosa keperawatan
dapat dibedakan menjadi diagnosa keperawatan aktual, resiko, kemungkinan, dan
kesejahteraan.
13
c) Semua perawat dapat bekerjasama dalam menguji dan mendefenisikan
kategori diagnosa dalam mengidentifikasi kriteria pengkajian dan intervensi
keperawatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan.
2) Etiologi (Penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah faktor faktor klinik dan personal yang dapat
merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi
mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual serta faktor-
faktor lingkungan yang di percaya berhubungan dengan masalah baik sebagai
penyebab maupun faktor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi faktor yang
mendukung terhadap faktor masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai
pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi
kesalahan dalam menentukan penyebab maka tindakan keperawatan menjadi
tidak efektif dan efesien.
b. Resiko
Diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis dimana individu
maupun kelompok lebih rentan mengalami masalah yang sama di bandingkan orang
lain di dalam situasi yang sama atau serupa. Syarat untuk menegakkan diagnosa
resiko ada unsur PE (Problem and Etiologi ) dan untuk penggunaan batasan
karakteristik yaitu “resiko dan resiko tinggi “ tergantung dari tingkat
kerentanan/keparahan suatu masalah. Dan faktor yang terkait untuk diagnosa
keperawatan resiko merupakan faktor yang sama dengan keperawatan aktual seperti
yang sudah dibahas sebelumnya di diagnosa keperawatan aktual.
14
c. Kemungkinan
Diagnosa kemungkinan adalah diagnosa keperawatan yang memerlukan data
tambahan, hal tersebut bertujuan untuk mencegah timbulnya suatu diagnosa yang
bersifat sementara, dan dalam menentukan suatu diagnosa keperawatan yang
bersifat sementara bukanlah menunjukan suatu kelemahan atau keraguan dalam
menentukan suatu diagnosa, akan tetapi merupakan suatu proses penting dalam
keperawatan.
d. Kesejahteraan
Diagnosa keperawatan kesejahteraan merupakan penilaian klinis tentang keadaan
individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu
menjadi tingakat sejahtera yang lebih tinggi (Herdman, 2007).
e. Syndrome
Diagnosa syndrome merupakan kumpulan gejala diagnosa keperawatan, karena
terdiri dari diagnosa keperawatan aktual dan resiko yang di perkirakan ada karena
situasi atau peristiwa tertentu. Dan didalam diagnosa syndrome terdapat etiologi dan
faktor pendukung lainnya yang bertujuan untuk mempermudah dalam menegakkan
suatu diagnosa. (Carpenito, 2001).
Referensi yang ada biasanya juga memisahkan dua hal ini, contohnya Carpenito
(2006 Carpenito , 2008) adalah referensi yang membedakan diagnosa keperawatan dan
diagnosa kolaborasi dalam dua topik yang berbeda. Kenyataan pembagian data tersebut
15
sangat penting sekali diketahui perawat. Salah satu contoh kegunaan pengetahuan ini
adalah apabila perawat tahu data mana saja yang hanya akan memunculkan diagnosa
potensial komplikasi, maka perawat perlu menyampaikan data ini pada dokter sebagai
petugas kesehatan professional yang ikut berkepentingan terhadap data ini. Hal ini
dikarenakan diagnosa potensial komplikasi merupakan‟ grey area „ dimana perawat
bersentuhan dengan medis. Tim medis akan melihat seorang perawat cakap apabila
perawat mampu dalam hal diagnosa potensial komplikasi. Tentunya ini berbeda dengan
diagnosa keperawatan yang betul-betul milik perawat dan intervensinya pun mandiri
oleh perawat. Diagnosa kolaborasi dapat berlangsung secara optimal, jika semua
anggota profesi mempunyai keinginan untuk bekerjasama. Perawat dan dokter saling
bekerja sama dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain, di mana perawat
dan dokter berkontribusi dalam perawatan individu, keluarga dan masyarakat. Perawat
sendiri merupakan sebagai anggota yang membawa perspektif dalam tim inter disiplin.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain. Inti dari suatu hubungan kolaborasi yaitu adanya
perasaan saling ketergantungan (interdefensasi) untuk kerjasama dan bekerjasama.
Bekerjasama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik. Kerjasama
mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan atau target yang telah di
tentukan dapat tercapai (Carpenito, 2006).
16
sehingga pentingnya bagi perawat untuk mengakses informasi yang diperlukan tersebut.
Kemampuan untuk menemukan informasi yang relevan ini menjadi suatu hal yang
penting karena akan mendukung kemampuan dalam menentukan diagnosa (harjai dan
Tiwari, 2009). ISDA ( Intans’s Screening Diagnoses Assessment) dapat
dipertimbangkan sebagai sarana untuk mengakses informasi tersebut dan memberikan
petunjuk kemungkinan diagnosa keperawatan atau diagnosa potensial yang mungkin
terdapat pada klien. ISDA juga lebih komprehensif karena tidak hanya menskrining
diagnosa keperawatan tetapi juga menskreening diagnosa potensial komplikasi (
Nurjannah, 2010).
17
2.6.Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam
beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994). Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan
atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai oleh perawat, dokter, atau
intervensi kolaboratif (McCloskey & Bulechek, 1994).
Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan sebab
perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai,
hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan
tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk
klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal.
Tahap perencanaan ini memiliki beberapa tujuan penting, diantaranya sebagai alat
komunikasi antara sesama perawat dan tim kesehatan lainnya; meningkatkan kesinambungan
asuhan keperawatan bagi klien; serta mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan
keperawatan yang ingin dicapai.
Unsur terpenting pada tahap perencanaan ini adalah membuat prioritas urutan diagnosis
keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan.
18
2.6.1. Tipe Intervensi
Terdapat tiga kategori intervensi keperawatan yaitu intervensi yang diprakarsai
oleh perawat, dokter dan intervensi kolaboratif. Kategori pemilihan didasarkan pada
kebutuhan klien. Satu klien mungkin membutuhkan semua dari ketiga kategori,
sementara klien lainnya mungkin hanya membutuhkan intervensi yang diprakarsai oleh
perawat dan dokter.
a. Intervensi Perawat
Intervensi perawat adalah respon perawat terhadap kebutuhan perawatan
kesehatan dan diagnnosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah “Suatu
tindakan autonomi berdasarkan rasional ilmiah yang dilakukan untuk kepentingan
klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan
tujuan klien” (Bulechek & McCloskey, 1994).
Intervensi ini tidak membutuhkan supervisi atau arahan dari orang lain. Sebagai
contoh, intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang
adekuat atau aktivitas kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan higiene
adalah tindakan keperawatan mandiri.
b. Intervensi Dokter
Intervensi dokter didasarkan pada respon dokter terhadap dioagnosa medis, dan
perawat menyelesaikan instruksi tertulis dokter (Bulechek & McCloskey, 1994).
Memberikan medikasi, mengimplementasikan suatu prosedur invasif, mengganti
19
balutan dan menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik adalah contoh – contoh
dari intervensi tersebut.
Intervensi ini tidak selalu berada dalam praktik legal keperawatan bagi perawat
untuk meresepkan atau menginstruksikan tindakan ini, tetapi intervensi tersebut
berada dalam praktik keperawatan bagi perawat untuk menyelesaikan instruksi
tersebut dan untuk mengkhususkan pendekatan tindakan.
Sebagai contoh, dokter menginstruksikan untuk mengganti balutan 2x sehari,
medikasi intravena setiap 6 jam, dan pemindaian tulang untuk Tn. D. Perawat
memadukan setiap instruksi ini kedalam rencana perawatan Tn. D sehingga instruksi
ini diselesiakan secara aman dan efisien.
c. Intervensi Kolaboratif
Intervensi kolaboratif adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian dari berbagai profesional perawatan kesehatan.
Sebagai contoh, Tn. J adalah pria yang berusia 78 tahun yang mengalami
hemiplegia akibat stroke dan juga mempunyai riwayat demensia lama. Fungsi
kognitifnya terbatas, ia beresiko mengalami masalah yang berhubungan dengan
kerusakan sensasi dan mobilitas, dan tidak mampu secara mandiri menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari – hari. Dengan tujuan agar Tn. J mempertahankan tingkat
kesehatannya saat ini, ia membutuhkan intervensi keperawatan spesifik untuk
mencegah luka dekubitus; intervensi terapi fisik untuk mencegah perubahan
muskuloskeletal akibat imobilitas; dan intervensi terapi okupasi untuk makan dan
20
kebutuhan higiene. Perawatan klien ini membutuhkan koordinasi intervensi
kolaboratif dari berbagai profesional perawatan kesehatan yang semuanya diarahkan
pada tujuan jangka panjang untuk mempertahankan tingkat kesehatan Tn. J saat ini.
Menurut Carpenito dan Moyet (2007), ada dua tipe intervensi keperaawatan :
a. Intervensi perawat, yaitu intervensi yang dibuat oleh perawat dan akan dilaksanakan
oleh tim perawat lain.
b. Intervensi medis / intervensi delegasi, yaitu intervensi yang dibuat oleh medis /
perawat senior dan akan dilaksanakan oleh tim perawat lain. Intruksi dokter bukan
merupakan intruksi untuk perawat, melainkan untuk klien yang akan dibantu oleh
perawat jika ada indikasi.
Kedua intervensi tersebut merupakan pengambilan keputusan independen perawat
secara legal. Sebenarnya kalau kita bicara profesi, ini disebutkan sebagai masalah
bersama sehingga bukan disebut instruksi.
Menurut Potter dan Perry (1997) ada tiga tipe intervensi keperawatan :
21
2.6.2. Syarat Intervensi
Berikut merupakan syarat dalam pembuatan intervensi :
a. Aman dan sesuai usia, kesehatan, dan kondisi individu.
b. Dapat dicapai dengan sumber yang tersedia.
c. Sesuai dengan nilai, kepercayaan, dan budaya klien.
d. Sesuai dengan terapi lain.
e. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperawatan atau pengetahuan dari ilmu
pengetahuan yang relevan.
f. Memenuhi standar asuhan baku yang ditentukan oleh hukum negara bagian,
asosiasi profesional (American Nurses Association), dan kebijakan institusi.
22
Misalnya “Lihat buku prosedur unit untuk perawatan trakeostomi”.
f. Sesuaikan rencana dengan karakteristik unit pasien dengan memastikan bahwa
pilihan pasien, seperti pilihan tentang waktu perawatan dan metode yang digunakan,
dicantumkan.
g. Pastikan bahwa rencana keperawatan menggabungkan aspek pencegahan dan
pemeliharaan kesehatan serta aspek pemulihan.
h. Pastikan bahwa rencana berisi intervensi untuk pengkajian pasien yang
bersinambungan (Misal, inspeksi insisi q8h).
i. Sertakan aktivitas kolaboratif dan kordinasi dalam rencana.
Misalnya, perawat dapat menulis program untuk menanyakan ahli gizi atau ahli
terapi fisik tentang aspek khusus perawatan pasien.
j. Sertakan rencana pemulangan pasien dan kebutuhan perawatan di rumah.
Perawat perlu melakukan konsultasi dan membuat pengaturan bersama perawatan
komunitas, petugas dinas sosial, dan lembaga khusus yang menyediakan informasi
dan peralatan yang diperlukan pasien.
a. Kalimat yang ditulis harus berupa kalimat instruksi, berfungsi untuk menjelaskan
tindakan yang akan dilakukan. Instruksi dibuat secara ringkas, tegas, tepat dan
kalimat mudah dimengerti.
b. Dapat dijadikan alat komunikasi antar anggota keperawatan/ tim kesehatan lain
untuk kesinambungan asuhan keperawatan yang akdiberikan kepada klien.
c. Memuat informasi yang selalu baru.
d. Didokumentasikan pada tempat / kolom yang ditentukan sebagai pertanggung-
jawaban dan pertanggunggugatan perawat terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien.
23
2.6.5. Hal – hal yang harus Diperhatikan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan rencana intervensi
keperawatan adalah:
a. Mengidentifikasi alternatif tindakan.
b. Menetapkan dan menguasai teknik serta prosedur keperawatan yang akan dilakukan.
c. Melibatkan klien dan keluarganya.
d. Melibatkan anggota tim kesehatan lainnya.
e. Mengetahui latar belakang budaya dan agama klien.
f. Mempertimbangkan lingkungan, sumber, dan fasilitas yang tersedia.
g. Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku. Harus dapat menjamin
rasa aman klien.
h. Mengarah pada tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai.
i. Bersifat realistik dan rasional.
j. Rencana tindakan disusun secara berurutan sesuai prioritas.
2.7.Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan intervensi keperawatan.
(Kozier, 2011).
24
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter
& Perry, 2011).
25
c. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,
melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien,
mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan
mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain. (bulechek, 2013)
b. Konseling
Konseling adalah metode implementasi yang mebantu klien menggunakan proses
pemecahan masalah untuk mengenali dan menangani stres dan yang memudahkan
hubungan interpersonal antara klien, keluarganya, dan tim perawatan kesehatan. Ini
berjtujuan untuk membantu klien menerima perubahan yang akaan terjadi yang
diakibatkan stres berupa dukungan emosional, intelektual, spiritual, dan psikologis.
c. Penyuluhan
Penyuluhan adalah metode implementasi yang digunakan untuk menyajiakn
prinnsip , prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatn kesehatan untuk klien
dan untuk menginformasikan klien tentang status kesehatannya.
f. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien untuk prosedur.
26
h. Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota staf lain
b. Tahap 2: intervensi
Tahap ini focus pada tahap pelaksanaan yaitu kegiatan tindakan dari perencanaan
untuk memenuhi fisuk dan emosional
c. Tahap 3: dokumentasi
Yaitu pelaksanaan tindakan harus ddikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhdap kejadian dalam proses keperawatan
2.8.Evaluasi
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses yang
disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai atau kelayakan dari
sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau standar sebelumnya.
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus
menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan
professional lainnya menentukan Wilkinson (2007):
a. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
b. Keefektifan dari rencana asuhan keperawatan
Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama setiap kontak perawat
dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari frekuensi kontak yang ditentukan oleh
status klien atau kondisi yang dievaluasi. Contohnya adalah pada saat pasien baru datang dari
27
ruang bedah maka perawat akan mengevaluasi setiap 15 menit. Hari berikutnya mungkin
evaluasi akan dilakukan setiap 4 jam dan seterusnya.
Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada langkah yang
sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi tumpang tindih dengan kegiatan pengkajian.
Tindakan untuk mengumpulkan data adalah sama tetapi yang membedakan adalah kapan
dikumpulkan dan bagaimana dilakukan. Pada tahap pengkajian, perawat menggunakan data
untuk membuat diagnosa keperawatan sedangkan pada tahap evaluasi, data digunakan untuk
mengkaji efek dari asuhan keperawatan terhadap diagnosa keperawatan.
Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, evaluasi bukan berarti
akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai siklus yang baru. Setelah
mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat membandingkan respon pasien terhadap
outcome yang telah direncanakan dan menggunakan informasi ini untuk me-review asuhan
keperawatan
28
2.9.Dokumentasi
a. Tujuan dari pengkajian adalah mengumpulkan, mengorganisasi, dan mendokumentasikan
data yang menjelaskan respon klien yang mempengaruhi pola kesehatannya.
b. Tujuan dari diagnosis keperawatan adalah menginterprestasikan dan memberikan nama
pola – pola respon klien terhadap masalah kesehatan.
c. Tujuan dari rencana asuhan keperawatan adalah memberikan intervensi keperawatan
berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatannya.
Tahap – tahap proses keperawatan ini memerlukan dokumentasi dari awal sampai
seterusnya. Suatu pengkajian yang komprehensif atau menyeluruh, sistematis, dan logis akan
mengarah dan mendukung identifikasi masalah kesehatan klien. Masalah – masalah ini
menggunakan data pengkajian sebagai dasar formulasi untuk menegakkan diagnosis
keperawatan. Rencana asuhan keperawatan mencantumkan diagnosis keperawatan,
mengomunikasikan pernyataan kriteria hasil yang diharapkan dan dapat diukur, dan
intervensi keperawatan yang disusun untuk klien. Pengkajian, formulasi, diagnosis, dan
rencana asuhan keperawatan yang tertulis memberikan perawatan yang berorientasi pada
tujuan dan perawatan yang konsisten. Perana dokumentasi membutuhkan perawat untuk
menyiapkan catatan klinis yang merefleksikan pengkajian yang akurat, diagnosis
keperawatan yang spesifik, dan rencana asuhan keperawatan individual.
29
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan. Tujuan dari askep adalah membantu individu untuk mandiri berpartisipasi
dalam bidang kesehatan, dan memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Manfaat dari asuhan keperawatan adalah memberikan pedoman dan bimbingan yang
sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui
asuhan keperawatan.
Pengkajian adalah peranan dokumentasi proses pengumpulan data yang sistematis.
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien
dalam beralih dari tingkat kesehatan. Implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplimentasikan intervensi keperawatan. Evaluasi diartikan penilaian dibuat mengenai
kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang
diidentifikasi atau standar sebelumnya. Dokumentasi merupakan catatan klinis yang
merefleksikan pengkajian yang akurat, diagnosis keperawatan yang spesifik, dan rencana
asuhan keperawatan individual.
3.2.Saran
Bagi penulis:
Sebaiknya seorang mahasiswa keperawatan harus mampu memahami dan memberikan
tindakan perawatan kepada pasien dengan konsep asuhan keperawatan
Bagi pembaca:
Sebaiknya lebih memahami dan menerapkan konsep dari asuhan keperawatan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat meminimalisir terjadinya peristiwa yang tidak di
inginkan.
Bagi FKIK UNJA
Sebaiknya makalah ini dapat di jadikan arsip untuk dikemudian hari dapat di gunakan
menjadi referensi pembuatan makalah dengan materi konsep asuhan keperawatan
30
DAFTAR PUSTAKA
Anas. (2010, July 20). Standar Asuhan Keperawatan. Retrieved from Berbagi Pengetahuan
dan Informasi
Antika, R. (2015, September 26). Proses Keperawatan.
Arikunto,Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Rineka cipta:Jakarta
Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta.EGC
Carpeniti,L,j.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC:Jakarta
Doengoes, M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53570/4/Chapter%20II.pdf
https://www.academia.edu/9682589/DOKUMENTASI_PENGKAJIAN_KEPERAWATAN
31
LAMPIRAN
Seorang laki-laki berusia 56 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit dengan kondisi pucat
diaphoresis, nafas melalui bibir, terlihat kesulitan bernafas. Hasil pemeriksaana vital sign : TD
(158/112), frekuensi nadi (118), frekuensi nafas 26x/menit, dan suhu 36,2 C
Pasien terlihat memegang dadanya, perawat menanyakan alasan pasien memegang dada
lalu pasien terlihat meringis kesakitan dan mengatakan nyeri dadanya serasa angina pectoris
STEP 1
1. Diaporesis
- Keringat dingin
- Keadaan tubuh yang mengeluarkan keringat yang berlebihan
- Keringat yang muncul bukan karena olahraga
- Tujuannya untuk mendinginkan badan
Keringat dingin atau diaporesis adalah keringat yang muncul bukan disebabkan oleh
olahraga atau cuaca panas. Kondisi ini tidak berhubungan dengan cuaca sedang dingin
atau panas. Keringat dingin dapat muncul di bagian tubuh manapun, namun umumnya
muncul di telapak tangan, telapak kaki, dan ketiak. ( Alodokter)
2. Pucat
- Kondisi tubuh yang terlihat tidak sehat, lesu dan tampak kekurangan/ tidak merona
sama sekali
- Wajah yang sangat lesu berwarna putih pudar
3. Angina Pectoris
- Rasa nyeri pada dada
- Tekanan lokal didada yang kurang pasokan darah pada otot jantung
32
- Rasa nyeri pada dada yang terjadi saat aliran darah dan oksigen tersendat dan
terganggu
Angina pectoris adalah nyeri, "ketidaknyamanan", atau tekanan lokal di dada yang
disebabkan oleh kekurangan pasokan darah (iskemia) pada otot jantung. Hal ini juga
kadang-kadang ditandai oleh perasaan tersedak, sesak napas dan terasa berat. Kondisi
ini juga disebut Angina Pectoris (Indonesia : angina pektoris). Masyarakat awam
biasanya menyebutnya Angin duduk, Masuk Angin Duduk. ( honestdoc.id)
STEP 2
1. Apa hal yang biasanya menjadi penyebab seseorang terkena diaphoresis dan apa gejala
yang akan dirasakan klien?
2. Apa diagnosis keperawatan pada kasus tersebut?
3. Apa tindakan perawat agar nyeri dada pasien berkurang?
4. Jelaskan kaitan angina pectoris dengan TTV?
5. Mengapa pasien bernafas melalui mulut, apa ada gangguan pada sistem pernapasannya?
6. usia berapa biasanya seseorang mengalami angina pectoris,apakah anak-anak bisa
mengalaminya?
7. pengkajian fisik seperti apa yang harus dilakukan perawat pada kasus?
8. berapa TTV normal pada orang dewasa?
9. apakah vital sign pada kasus sudah termasuk hipertensi atau belum,alasannya?
10. bagaimana kita mengetahui seseorang terkena angina pectoris?
11. didalam kasus mana DO dan DS?
12. apakah angina pectoris bisa disebabkan faktor keturunan atau lingkungan?
STEP 3
1. Penyebab
Syok Hipertiroidisme
Hipoksia Infeksi
Hipoglikemia Serangan Jantung
33
Vertigo Td Rendah
Demam Stress
Gula Darah Rendah Cemas
Gejala
Migraine Sesak Nafas
Mual Nyeri Dada
Muntah Mual
Pingsan Pusing
Stress
Syok yang merupakan keadaan berlangsungnya aliran darah ke otak dan organ
vital, syok disebabkan oleh pendarahan hebat,reaksi alergi atau anafilaktik,infeksi
berat,penyakit jantung,dan nyeri hebat.
Luka berat yang mengakibatkan nyeri herbat dan pendarahan.
Serangan jantung ditandai dengan nyeri tertekan pada dada sebelah kiri, jantung
berdebar-debar, dan sesak napas
stroke ditandai dengan berbicara menjadi pelo, lumpuh sebelah anggota gerak, dan
dapat juga terjadi penurunan kesadaran
Gangguan pernapasan seperti tercekik,serangan asma,dan infeksi paru berat.
hipoglikemia akibat insulin atau obat yang menstimulasi insulin,tumor
pancreas,dan gangguan makan.
penyakit kejiwaan seperti gangguan cemas, gangguan panic, dan fobia.
Raphael.2017
3. Obat
Aspirin
Glisoliserin
Pengencer Darah
Penekan Kadar Asam
Anti Depresan
34
Tindakan operasi
Pemasangan balon
Inflasi paru
Operasi baypase
Perbaikan diseksi aorta
Menanyakan kepada pasien dengan menunjukkan skala nyeri
Mengatur posisi pasien
Mengatur pernapasan pasien dengan mengajarkan teknik pernapasan
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Laboratorium
Foto dada
Pemeriksaan jantung non invasif
o EKG latihan tersendiri
o Uji latihan jasmani kombinasi pencitraan
o Ekokardiografi istirahat
o Monitor eka ambulatory
o Teknik non invasive pemantauan klasifikasi coroner dan anatomi coroner
Pemeriksaan invasive menentukan anatomi coroner
o Arteriografi coroner
o Ultrasound intra vaskuler
Agen anestesi local
Oproid
Obat obat anti inflamasi nonsteroid(NSAID)
Eilin,2014
35
Pembuluh darah.hipertensi menimbulkan suatu proses skerosis pada dinding arteri.
proses ini akan mempermudah pembentukan pembentukan bekuan darah dan
melemahkan pembuluh darah penderita, sehingga mudah pecah dan terbentuk
thrombus. efek terjadi pada pembuluh darah jantung secara terus menerus
menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri sehingga mengalami suatu
proses pengerasan pembuluh darah
Budiman,2015
5. Disebabkan karena aliran darah dan oksigen ke jantung dan otak terhambat akibatnya
sel saraf pada epiglotis melambat mengakibatkan tubuh merespon bernapas melalui mulut
Cara sederhana, pertolongan pertama untuk mengendalikan sesak dada karena jantung
memiliki kesulitan dalam memompa darah untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh
tubuh, ini juga membantu dengan cepat memperlambat laju pernapasan,yang
membuat setiap napas lebih dalam dan lebih efektif cara ini membantu melepaskan
udara yang terperangkap di paru-paru
doktersehat.com
6. Usia yang biasanya terkena pada usia 45-65 tahun tetapi jika seorang memiliki pola yang
tidak sehat maka dibawah umur tersebut bisa terkena angina pectoris
Angina umumnya terjadi pada wanita usia diatas 55 tahun dan pria diatas usia 45
tahun berisiko lebih besar ketimbang usia muda. wanita yang sudah mengalami
menopause pun memiliki risiko yang sama
Karinta,2019
7.
Inspeksi : menggunakan indra penglihatan
Palpasi : menggunakan indra peraba
Perkusi : dengan mendengarkan bunyi untuk menentukan lokasi
36
Auskultasi : mendengarkan detak jantung dan bunyi nafas
EKG : elektrokardiografi
EKG latihan atau treadmill
Dokterpost
8.
Nadi : 60-70x/menit
TD dewasa tua :130-150
suhu: 36,5-37,5℃
RR : 14-16x/menit
Nadi : 60-110x/menit
TD : 130-150/80-90 mmhg (dewasa tua),110-125/60-70mmhg(dewasa muda)
Suhu: 36,6-37,2℃
RR : 16-20x/menit(dewasa),14-16x/menit(lansia)
Yongks
37
Muncul saat jantung sedang bekerja lebih keras,seperti sedang berolahraga atau
menaiki tangga
Biasanya bisa diprediksi dan rasa sakitnya mirip dengan nyeri dada biasa
Waktu berlangsung singkat
Bisa segera hilang jika beristirahat
Kannta,2019
11. DO
Pucat
Diaphoresis
Meringis
Nafas melalui bibir
Kesulitan bernafas
TTV
Memegang dada
DS
56 tahun
Nyeri dadanya serasa nyeri angina pectoris
12. Bisa terjadi karena keturunan dan kelainan jantung atau kondisi medis lain seperti
hiperstensi, kolesterol tinggi diabetes
38
STEP 4
Laki-laki ( 56 tahun )
1. Pucat
2. Diaporesis 1. 56 Tahun
3. Meringis 2. Nyeri
4. Memegang dada dadanya serasa
5. Nfas melalui bibir angina pectoris
6. Sulit Bernafas
7. TTV
39