Anda di halaman 1dari 17

CONTROL PROSES

Sensor Temperatur

Disusun Oleh:

(Kelompok 1)

Anggota : David Satriau Pakpahan (15 01 011 )

Dalila Sitorus (15 01 009 )

Desi Ismira (15 01 012 )

Catherina Jocelin (15 01 008 )

Dara Puspita Siregar (15 01 010 )

Ayu Kartika Siahaan (15 01 0

Annisa Aprilia (15 01 0

Andre Anggara (15 01 001)

Kementrian Perindustrian Republik Indonesia

Politeknik Teknologi Kimia Industri

MEDAN

2016

Page | 1
Daftar Isi:

Hal

1.Pengertian Sensor Temperatur------------------------------------------------------------------------3

2.Pembagian Sensor Temperatur

2.1 Contact temperature sensor -------------------------------------------------------------------------3

2.2 Non-contact temperature sensor--------------------------------------------------------------------3

3.Jenis-jenis Sensor Temperatur

3.1 Thermostat---------------------------------------------------------------------------------------------3

3.2 Thermistor---------------------------------------------------------------------------------------------3

3.3 Resistive Temperature Detector (RTD) -----------------------------------------------------------4

3.4 Thermocouple (Termokopel)---4

3.5 Sensor suhu IC (IC temperature sensor)-----------------------------------------------------------4

3.6 Sensor Bimetal----------------------------------------------------------------------------------------4

4.Aplikasi Sensor Temperatur di Dunia Industri

4.1 Thermocouple--------------------------------------------------------------------------------------5-6

4.2 Sensor RTD (Resistance Temperature Detector )--------------------------------------------7-10

4.3 Sensor Termistor (Thermistor)----------------------------------------------------------------10-12

4.4 Sensor infrared pyrometer ---------------------------------------------------------------------12-13

4.5 Sensor suhu IC (IC temperature sensor)-----------------------------------------------------14-15

4.6 Sensor Bimetal ----------------------------------------------------------------------------------15-16

Daftar Pustaka--------------------------------------------------------------------------------------------17

Page | 2
1.Pengertian Sensor Temperatur

Sensor Suhu atau Temperature Sensors adalah suatu komponen yang dapat mengubah


besaran panas menjadi besaran listrik sehingga dapat mendeteksi gejala perubahan suhu pada
obyek tertentu. Sensor suhu melakukan pengukuran terhadap jumlah energi panas/dingin
yang dihasilkan oleh suatu obyek sehingga memungkinkan kita untuk mengetahui atau
mendeteksi gejala perubahan-perubahan suhu tersebut dalam bentuk output Analog maupun
Digital.

2.Pembagian Sensor Temperatur

a.Contact temperature sensor


Sensor Suhu jenis contact adalah Sensor suhu yang memerlukan kontak (hubungan)
Fisik dengan objek yang akan dirasakan perubahan suhunya. Sensor suhu jenis ini dapat
digunakan untuk memantau suhu benda padat, cair maupun gas.
Contoh contact temperature sensor yaitu: Sensor infrared pyrometer

b.Non-contact temperature sensor

Sensor Suhu jenis Non-Contact adalah Sensor suhu yang dapat mendeteksi perubahan
suhu dengan menggunakan konveksi dan radiasi sehingga tidak memerlukan kontak fisik
langsung dengan obyek yang akan diukur atau dideteksi suhunya
Contoh non-contact temperature sensor yaitu: termokopel, RTD,thermistor.

3.Jenis-jenis sensor temperatur

a. Thermostat

Thermostat adalah jenis Sensor suhu Kontak (Contact Temperature Sensor) yang
menggunakan prinsip Electro-Mechanical

b.Thermistor

Thermistor adalah komponen elektronika yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh Suhu

Page | 3
c. Resistive Temperature Detector (RTD)

Resistive Temperature Detector atau disingkat dengan RTD memiliki fungsi yang
sama dengan Thermistor jenis PTC yaitu dapat mengubah energi listrik menjadi hambatan
listrik yang sebanding dengan perubahan suhu. Namun Resistive Temperature Detector
(RTD) lebih presisi dan memiliki keakurasian yang lebih tinggi jika dibanding dengan
Thermistor PTC.

d. Thermocouple (Termokopel)

Thermocouple adalah salah satu jenis sensor suhu yang paling sering digunakan, hal
ini dikarenakan rentang suhu operasional Thermocouple yang luas yaitu berkisar -200°C
hingga lebih dari 2000°C dengan harga yang relatif rendah.

e. Sensor suhu IC (IC temperature sensor)

Sensor suhu IC merupakan sensor temperature yang prinsip kerjanya didasarkan pada
sifat atau perilaku PN junction silikon terhadap suhu/ temperature

f. Sensor Bimetal

  Bimetal adalah sensor suhu yang terbuat dari dua buah lempengan logam yang
berbeda koefisien muainya (α) yang  direkatkan menjadi satu. karena perbedaan reaksi muai
tersebut maka bimetal akan melengkung kearah logam yang muainya lebih rendah

Page | 4
4 Aplikasi Sensor Temperatur di Dunia Industri

A.Thermocouple

Termokopel / thermocouple merupakan sensor suhu yang paling sering  atau


kebanyakan digunakan pada boiler, mesin press, oven, dan lain sebagainya. Termokopel
dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup luas dengan batas kesalahan
pengukuran kurang dari 1⁰ C.
Termokopel  terdiri dari 2 jenis kawat logam konduktor yang digabung pada ujungnya
sebagai ujung pengukuran. Konduktor ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu dan dari
perbedaan suhu antara ujung termokopel/ujung pengukuran dengan ujung kedua kawat logam
konduktor  yang terpisah akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek
termo elektrik. Perbedaan ini umumnya berkisar antara  1 hingga 70 microvolt setiap
perbedaan satu derajat celcius untuk kisaran yang dihasilkan dari kombinasi logam modern.
Jadi sangat penting untuk di ingat bahwa termokopel hanya mengukur  perbedaan
temperatur diantara 2 titik, bukan temperatur absolut.
Jadi temokopel tidak bisa digunakan untuk mengukur suhu ruangan karena tidak ada
perbedaan antara ujung pengukuran dengan ujung referensi / ujung pada kedua kawat logam.
Tersedia beberapa jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya:
1.   Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu −200 °C
hingga +1200 °C.
2.   Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))
Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada
temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
3.   Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer dibanding
tipe K,tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C

Page | 5
4.   Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk
pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 °C.
Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan
perbaikan tipe K
Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi karena
sensitifitasnya rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk mengukur
temperatur tinggi (>300 °C).
5.   Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama pada suhu
0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50 °C.
6.   Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya
tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
7.   Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya
tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena stabilitasnya yang
tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).
8   Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat dari
tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur
alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C

Termokopel hanya sebuah sensor suhu jadi dalam berbagai aplikasi seperti pada
pengaturan suhu boiler, penggunaan termokopel biasanya digabung atau dihubungkan dengan
temperatur controller sebagai pembaca dan pengatur temperatur boiler tersebut. Termokopel
paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang luas, hingga 2300°C.
Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan suhu yang kecil harus diukur
dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya rentang suhu 0--100 °C dengan keakuratan 0.1 °C.
Untuk aplikasi ini, Termistor dan RTD lebih cocok

Page | 6
B. Sensor RTD (Resistance Temperature Detector )

Pada tipe elemen wire-wound atau tipe standar, RTD terbuat dari kawat yang tahan
korosi, yang dililitkan pada bahan keramik atau kaca, yang kemudian ditutup dengan
selubung probe sebagai pelindung. Selubung probe ini biasanya terbuat dari logam inconel
(logam dari paduan besi, chrom, dan nikel). Inconel dipilih sebagai selubung dari RTD
karena tahan korosi dan Ketika ditempatkan dalam medium cair atau gas, selubung
inconel cepat dalam mencapai suhu medium tersebut. Antara kawat RTD dan selubung juga
terdapat keramik (porselen isolator) sebagai pencegah hubung pendek antara kawat platina
dan selubung pelindung
Sedangkan jenis logam untuk kawat dari RTD umumnya adalah platina. Kawat RTD
biasanya juga terbuat dari tembaga dan nikel. Namun platina adalah bahan yang paling umum
digunakan, karena memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dan rentang suhu yang lebih luas.
Prinsip kerja dari RTD yaitu Ketika suhu elemen RTD meningkat, maka resistansi
elemen tersebut juga akan meningkat. Dengan kata lain, kenaikan suhu logam yang menjadi
elemen resistor RTD berbanding lurus dengan resistansinya. elemen RTD biasanya
ditentukan sesuai dengan resistansi mereka dalam ohm pada nol derajat celcius (0⁰ C).
Spesifikasi RTD yang paling umum adalah 100 Ω (RTD PT100), yang berarti bahwa pada
suhu 0⁰ C, elemen RTD harus menunjukkan nilai resistansi 100 Ω.

Dalam prakteknya, arus listrik akan mengalir melalui elemen RTD (elemen resistor)
yang terletak pada tempat atau daerah yang mana suhunya akan diukur. Nilai resistansi dari
RTD kemudian akan diukur oleh instrumen alat ukur, yang kemudian memberikan hasil
bacaan dalam suhu yang tepat, pembacaan suhu ini didasarkan pada karakteristik resistansi
yang diketahui dari RTD.
Elemen sensor RTD mempunyai dua tipe konfigurasi yang paling umum, yaitu

Page | 7
1. Wire-wound
Seperti yang dijelaskan pada sebelumnya, wire-wound merupakan tipe elemen yang
terdiri dari kumparan kawat logam (platina) yang melilit keramik atau kaca, yang
ditempatkan atau ditutup dengan selubung probe sebagai pelindung.

2. Thin-film
Thin-film merupakan tipe elemen RTD yang terdiri dari lapisan bahan resistif yang
sangat tipis (umumnya platina), yang diletakkan pada substrat keramik yang kemudian
dilapisi dengan epoxy atau kaca sebagai segel atau pelindungnya.

RTD memiliki 3 macam konfigurasi koneksi kabel yaitu: 2 wire, 3 wire, dan 4 wire RTD.
Sama halnya seperti platina, Tembaga (kabel) juga memiliki nilai resistansi.
Resistansi sepanjang kabel tembaga ini dapat berdampak pada pengukuran resistansi yang
dilakukan oleh instrumen alat ukur. RTD 2 kabel (2 wire) praktis tidak memiliki perhitungan
resistansi yang terkait dengan kabel tembaga, sehingga mengurangi keakuratan pengukuran
elemen sensor suhu RTD. Akibatnya RTD 2 wire umumnya hanya digunakan untuk
kebutuhan pengukuran suhu perkiraan saja.
RTD 3 kabel (3 wire) adalah spesifikasi yang paling umum yang biasa digunakan
pada aplikasi-aplikasi di industri. RTD 3 wire menggunakan rangkaian pengukuran jembatan
wheatstone untuk mengkompensasi nilai resistansi kabel.

Page | 8
Perhatikan gambar di bawah ini.

Dalam konfigurasi RTD 3 wire ini, kabel “A” dan “B” harus memiliki kedekatan atau
panjang yang sama. Panjang kabel ini sangat berarti karena tujuan dari jembatan wheatstone
adalah untuk membuat impedansi dari kabel A dan B. Dan kabel C berfungsi sebagai
pembawa arus yang sangat kecil.

RTD 4 kabel (4 wire) adalah konfigurasi yang paling akurat dari yang lainnya. Karena
dalam RTD 4 kabel ini dapat sepenuhnya mengkompensasi resistansi dari kabel, tanpa perlu
memberikan perhatian khusus pada panjang masing – masing kabel.
Kelebihan dan kekurangan RTD bila dibandingkan dengan Thermocouple:
1. Rentang pengukuran: RTD dapat mengukur suhu hingga 1000⁰ C, akan tetapi sulit
mendapatkan pengukuran yang akurat dari RTD dengan suhu diatas 400⁰ C. Termokopel
dapat mengukur suhu sampai 1700⁰ C. Umumnya RTD digunakan pada suhu dibawah 850⁰
C, dan bila suhu diatas 850⁰ C biasanya menggunakan termokopel. Pengukuran suhu di
industri biasanya 200⁰ C sampai 400⁰ C, sehingga RTD mungkin menjadi pilihan terbaik
dalam kisaran suhu tersebut.
2.Waktu respon (response time): RTD mempunyai respon yang cepat terhadap perubahan
suhu akan tetapi kemampuan termokopel dalam  merespon suhu jauh lebih cepat.
3Getaran (vibration): termokopel tidak terpengaruh terhadap getaran, sedangkan RTD
terpengaruh bila ada getaran atau goncangan, sehingga bila RTD diperlukan maka RTD thin-
film biasa digunakan karena RTD thin-film lebih tahan terhadap getaran bila dibandingkan
dengan RTD standar.
3.Pemanasan sendiri (self-heating): sebuah RTD terdiri dari kawat atau pelapis yang sangat
halus dan membutuhkan tegangan dari power supply, sedangkan termokopel tidak

Page | 9
memerlukan. Meskipun arus yang diperlukan hanya sekitar 1 mA sampai 10 mA, hal ini
dapat menyebabkan elemen platina RTD “memanas”. Sehingga mempengaruhi tingkat
akurasi pengukuran. Hal ini mungkin terjadi bila kabel ekstensi panjang digunakan, sehingga
daya yang lebih besar mungkin diperlukan untuk mengatasi hambatan atau resistansi kabel,
dan hal ini mengakibatkan masalah pemanasan sendiri (self-heating) meningkat.
4. Akurasi pengukuran: secara umum RTD lebih akurat daripada termokopel. RTD
menghasilkan akurasi hingga 0,1⁰ C sedangkan termokopel hanya 1⁰ C.
5. Stabilitas: stabilitas jangka panjang dari RTD sangat baik, yang berarti pembacaan yang
akan berulang dan stabil dalam waktu yang lama. Sedangkan termokopel cenderung tidak
stabil karena EMF yang dihasilkan oleh termokopel dapat berubah dari waktu ke waktu
karena oksidasi, korosi, dan perubahan lain dalam sifat metalurgi dari elemen sensor atau
penginderaan.
6.Harga: meskipun ini bukan masalah teknis tapi mungkin ini penting, termokopel memiliki
harga yang jauh lebih murah daripada RTD.

C. Sensor Termistor (Thermistor)

  Thermistor merupakan singkatan dari thermally sensitive resistor, yang berarti resistor
yang peka atau sensitif terhadap suhu. Ada dua jenis termistor, yaitu: PTC (Positive
Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficient ). Termistor PTC
adalah jenis termistor yang nilai resistansinya meningkat dengan meningkatnya suhu.
Sedangkan, termistor NTC adalah jenis termistor yang tahanannya atau resistansinya
menurun ketika suhu meningkat. berikut ini gambar simbol termistor.

Page | 10
Termistor NTC adalah termistor yang pertama kali ada dan di temukan pada tahun
1833 oleh Michael Faraday. Faraday melaporkan perilaku dari semikonduktor sulfida perak,
ia melihat resistansi dari sulfida perak yang menurun drastis karena suhu meningkat. Namun,
karena sulitnya pembuatan termistor tersebut serta aplikasi-aplikasinya untuk teknologi
terbatas, pembuatan termistor secara komersil tidak pernah di mulai sampai tahun 1930.
Pembuatan termistor komersil baru di buat oleh Samuel Ruben pada tahun 1930.
Termistor merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling akurat dalam
pengukurannya, selain itu termistor memiliki stabilitas jangka panjang yang sangat baik
(tidak terpengaruh oleh penuaan), mungkin inilah salah satu alasan yang menjadikan
termistor begitu di terima menjadi sensor yang paling menguntungkan untuk banyak aplikasi,
termasuk pengukuran suhu dan kontrol. Termistor berbeda dengan RTD (Resistor
Temperature Detector), bahan-bahan termistor umumnya merupakan keramik atau polimer,
sementara RTD menggunakan logam murni. Termistor juga memiliki waktu respon yang
lebih cepat dari pada RTD. Selain itu RTD juga digunakan dalam rentang suhu yang lebih
besar, sementara termistor hanya dalam rentang suhu yang terbatas sekitar - 90⁰ C sampai
130⁰ C, namun termistor mungkin memiliki ke akuratan pengukuran yang lebih baik
dibanding RTD,sensor jenis ini dapat digunakan pada:
Aplikasi Thermistor
1. Pendeteksi dan pengontrol temperatur. Termistor-termistor disediakan sangat murah dan
dapat diandalkan sebagai sensor temperatur yang memiliki rentang yang lebar. Contoh-
contoh sederhana jarak dari alarm-alarm api pada pendeteksi tumor. Kadang-kadang
termistor merupakan bagian dari osilator dan frekuensi keluarannya menjadi fungsi
temperatur.
2. Compensasi. Sebagian besar resistor dan penghubung pada PTC. Termistor dihubungkan
pararel dengan NTC yang komponen-komponennya bisa di nonaktifkan dengan bantuan
temperatur.
3. Seperti pada relay temperatur dan saklar. Kegunaan pada efek-efek terhadap pemanasan .
Sebagai contoh, pengkarakteristikan dengan NTC bisa digunakan untuk mengatur tegangan
dan pada penundaan dan waktu sirkuit. Pengkarakterisasian dengan PTC digunakan untuk
memproteksi gelombang.

Page | 11
4. Pengukuran yang tidak langsung pada parameter-parameter lain. Ketika termistor
mengalami pemanasan atau ketika termistor berada dekat dengan sumber kalor, termistor
akan menilai perubahan yang bergantung pada temperatur yang dilingkupinya. Disini bisa
dipakai untuk mengatur tingkat pencairan, aliran gas, tingkat pemvakuman dan lain
sebagainya.

D. Sensor infrared pyrometer

Sensor ini menggunakan cahaya inframerah untuk mengukur atau mendeteksi radiasi
panas (thermal) benda. jadi bisa dikatakan, infrared pyrometer adalah sensor yang digunakan
untuk mengukur suhu tanpa kontak ketika sensor tipe probe atau sensor dengan kontak
langsung, seperti termokopel, RTD, dan lain sebagainya, tidak bisa digunakan atau tidak bisa
menghasilkan data yang akurat karena berbagai alasan. 

Infrared pyrometer biasa digunakan dalam keadaan yang khas, seperti dalam kasus yang
berhubungan dengan objek bergerak atau berputar (misalnya: roller, belt conveyor, atau
mesin-mesin yang bergerak ), atau dimana pengukuran non-kontak diperlukan karena
kontaminasi atau alasan berbahaya (seperti tegangan tinggi), jarak objek yang di ukur terlalu
jauh, atau juga dimana suhu yang akan diukur terlalu tinggi untuk sensor yang
pengukurannya berkontak langsung dengan objek.

Page | 12
Prinsip kerja dari sensor infrared pyrometer adalah Pirometer inframerah/ infrared
pyrometer menentukan suhu objek dengan cara mengetahui radiasi termal (terkadang disebut
radiasi hitam) yang dipancarkan oleh objek tersebut. Benda atau material apapun yang
memiliki suhu mutlak diatas nol, akan memiliki molekul yang selalu aktif bergerak. Semakin
tinggi suhu maka pergerakan molekul akan semakin cepat. Ketika bergerak, molekul akan
memancarkan radiasi inframerah, yang merupakan jenis radiasi elektromagnetik di bawah
spektrum cahaya.  Saat suhu objek meningkat atau menjadi lebih panas, maka radiasi
inframerah yang dipancarkannya pun akan meningkat, bahkan inframerah yang dipancarkan
juga akan bisa menampakkan cahaya jika suhu benda tersebut sangat tinggi. Oleh sebab itu
jika ada sebuah logam yang dipanaskan akan nampak memerah atau bahkan memutih.
Pirometer akan mengukur besar radiasi inframerah yang dipancarkan oleh benda tersebut.
Pirometer akan mengetahui berapa suhu objek tersebut dengan cara memanfaatkan
perubahan panas yang dipancarkan dan yang diterima oleh pirometer. cahaya infrared dapat
difokuskan, dipantulkan atau diserap. Pirometer infrared biasanya menggunakan lensa untuk
memfokuskan cahaya inframerah yang dari suatu objek ke detektor atau yang biasa disebut
thermopile. Thermopile akan menyerap radiasi inframerah dan mengubahnya menjadi energi
panas. Semakin banyak energi infrared maka semakin banyak energi panas yang didapat
thermopile. Energi panas ini akan diubah menjadi listrik, yang kemudian dikirim ke detektor,
yang kemudian akan diubah menjadi besaran suhu dan ditunjukkan atau ditampilkan oleh
display infrared pyrometer

Page | 13
E. Sensor suhu IC (IC temperature sensor)

Sensor suhu IC (IC temperature sensor) adalah sensor suhu yang prinsip kerjanya
didasarkan pada sifat atau perilaku semikonduktor PN junction silikon yang sangat sensitif
terhadap suhu/ temperature. Kesensitifan PN junction ini mungkin menjadi kerugian dalam
banyak aplikasi, akan tetapi perilaku ini akan sangat menguntungkan bila digunakan dalam
perangkat sensor suhu. 
Sensor suhu IC akan menghasilkan sinyal output (tegangan, arus) yang berbanding
lurus atau linier dengan temperatur. Sensor suhu IC biasa digunakan dalam suhu kisaran –
50⁰ C sampai 150⁰ C. Sensor suhu IC dibedakan menjadi 4 tipe dasar:

1. Sensor IC AD590/592, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal arus keluaran
yang linier 1µA/⁰K
2.Sensor IC LM335, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal output tegangan yang
linier 10mV/⁰K
3.Sensor IC LM34, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal output tegangan yang
linier 10mV/⁰F
4.Sensor IC LM35, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal output tegangan yang
linier 10mV/⁰C

Kelebihan sensor suhu IC:


1.Menghasilkan sinyal output (tegangan atau arus) yang sangat linier dengan perubahan
suhu
2.Sinyal output tegangan/arus tinggi sehingga tidak membutuhkan sirkuit tambahan
3.Harganya yang murah
4.Dapat membaca temperatur secara langsung (1000mV = 100⁰C dan 298µA = 298⁰K
atau 25⁰C) pada beberapa perangkat analog

Page | 14
Kekurangan sensor suhu IC:
1.Rentang suhu yang sempit, yaitu kisaran -50⁰C sampai 150⁰C
2.Memerlukan suplai daya
3.Respon lambat
4.Pemanasan sendiri
5.Konfigurasi terbatas

F. Sensor Bimetal

Bimetal adalah jenis sensor suhu atau saklar (switch) elektro mekanis yang terbuat
dari dua buah lempengan logam yang berbeda koefisien muainya (α) yang direkatkan
menjadi satu. Tingkat pemuaian yang berbeda dari dua logam tersebut akan menghasilkan
gerakan mekanis melengkung ketika strip atau lempengan bimetal tersebut terkena panas.

Bimetal biasanya digunakan pada saklar listrik thermostat, yang biasa diaplikasikan
untuk mengontrol elemen pemanas, seperti pada setrika, pemanas air, oven, tungku
pembakaran, penanak nasi dan lain sebagainya.

Selain digunakan pada saklar termostat, bimetal biasanya juga digunakan pada
perangkat pelindung atau protektor seperti MCB (Miniature Circuit Breaker) dan Overload
relay yang berfungsi untuk melindungi rangkaian dari arus lebih (over current). Dimana
biasanya terdapat kumparan kawat yang digunakan untuk memanaskan lempengan/ strip
bimetal, sehingga MCB atau Overload relay akan trip bila terjadi over current.

Page | 15
Prinsip kerja bimetal
Ketika bimetal dipanaskan, maka logam yang memiliki koefisien muai lebih tinggi
akan memuai lebih panjang, sedangkan yang memiliki koefisien muai lebih rendah akan
memuai lebih pendek, Oleh karena perbedaan reaksi muai tersebut maka bimetal akan
melengkung kearah logam yang muainya lebih rendah. Pada gambar diatas, bimetal memuai
keatas ketika dipanaskan, sehingga kontak saklar membuka dan memutus aliran arus. Dan
ketika dingin, kontak saklar akan menutup kembali dan memungkinkan arus listik mengalir
melaluinya. Dalam aplikasinya bimetal dapat dibentuk menjadi saklar Normally Closed (NC)
atau Normally Open  (NO).

Kelebihan dan kelemahan bimetal


Salah satu kelebihan dari sensor bimetal adalah portabilitasnya dan tanpa perlu
menggunakan power supply. Namun bimetal biasanya tidak cukup akurat bila dibandingkan
dengan perangkat sensor suhu yang lain, selain itu penggunaan sensor bimetal juga tidak
mudah untuk menampilkan atau merekam nilai suhu, seperti yang biasa dilakukan oleh
sensor termokopel, RTD, dan jenis sensor suhu lainnya. Akan tetapi penggunaan bimetal
akan memberikan keuntungan yang pasti bila digunakan dalam aplikasi yang tepat.

Page | 16
DAFTAR PUSTAKA

http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/04/sensor-temperature-
bimetal.html
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/04/Sensor-Suhu-IC.html
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/03/Pengertian-Infrared-
Pyrometer.html
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/03/Pengertian-
Termistor.html
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/03/Pengertian-Resistance-
Temperature-Detector.html
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2013/09/Prinsip-Dasar-
Termokopel.html
http://teknikelektronika.com/pengertian-sensor-suhu-jenis-jenis-sensor-
suhu

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai