Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KELOMPOK

SISTEM INSTRUMENTASI INDUSTRI

SENSOR SUHU DAN SENSOR TEKANAN

Disusun Oleh :
Wildan Faizul Haq (5210711028)
Aditiya Akhmad Fakhurozi (5210711031)
Putu Bram Adi Sanjaya (5210711033)
Sandy Ikhwanul Attar (5210711040)
Rifqi Ahmad Affandi (5210711058)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2024
SENSOR SUHU

1. PENGERTIAN SENSOR SUHU


Secara esensial, sensor suhu bekerja dengan mendeteksi variasi suhu dan
mengonversinya menjadi sinyal listrik. Sinyal ini, selanjutnya, dapat dimanfaatkan
untuk berbagai tujuan, seperti menampilkan pembacaan suhu yang akurat,
mengendalikan sistem pemanas atau pendingin untuk menjaga suhu optimal, atau
bahkan memicu alarm ketika suhu melewati batas tertentu yang telah ditentukan.
Satuan yang umum digunakan untuk mengukur suhu adalah derajat Celsius (°C)
dan Fahrenheit (°F). Beberapa sensor suhu juga dapat mengukur suhu dalam satuan
Kelvin (K).
Sensor suhu memiliki peran sentral dalam berbagai sektor industri, mulai
dari manufaktur hingga perawatan kesehatan dan otomotif. Fungsinya yang esensial
adalah mendeteksi dan mengukur perubahan suhu dengan akurat dan andal. Dengan
kemajuan teknologi, sensor suhu telah mengalami perkembangan yang signifikan,
mengadopsi fitur-fitur canggih dan serbaguna yang menjadikannya komponen
integral dalam berbagai sistem dan perangkat.
Dengan demikian, sensor suhu bukan hanya alat pengukur sederhana, tetapi
juga komponen kritis dalam memastikan keberlanjutan dan keandalan berbagai
proses dan sistem di berbagai industri. Keberadaannya telah membuka pintu untuk
inovasi dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengelolaan suhu, memberikan
dampak positif dalam meningkatkan kualitas, keamanan, dan efisiensi dalam
berbagai bidang.
2. JENIS- JENIS SENSOR SUHU
A. RTD (Resistance Temperature Detector)

Gambar 2.1. Sensor RTD


RTD adalah sensor suhu yang beroperasi berdasarkan perubahan
resistansi bahan pengukuran (biasanya platinum) seiring dengan perubahan
suhu.

Cara kerja: RTD bekerja dengan memanfaatkan perubahan resistansi


listrik pada material konduktif, seperti platinum, seiring perubahan suhu.
Ketika suhu naik, getaran atom dalam material meningkat, meningkatkan
resistansi. Untuk mengukur suhu, resistansi RTD diukur dengan
mengalirkan arus listrik dan mengukur tegangan yang dihasilkan.
Integrasinya dalam jembatan Wheatstone meningkatkan akurasi
pengukuran. Nilai resistansi diubah menjadi suhu menggunakan persamaan
kalibrasi.

Spesifikasi:
1. Jenis Material: Platinum (PT100) atau material lain seperti nikel (NTC)
atau tembaga (CTC).
2. Rentang Suhu: Biasanya -200°C hingga 800°C, tergantung pada
material.
3. Ketelitian: Toleransi resistansi kelas A: ±0,15°C pada 0°C, kelas B:
±0,3°C pada 0°C.
4. Sensitivitas: Koefisien suhu (α) dalam Ω/°C atau persen/°C.
5. Resolusi: Tergantung pada sistem pembacaan, bisa memberikan resolusi
yang tinggi.
6. Waktu Respons: Biasanya cepat, tetapi tergantung pada faktor-faktor
seperti massa termal sensor.
7. Stabilitas: Platinum RTDs dikenal karena stabilitas yang tinggi.
8. Ukuran dan Bentuk: Berbagai ukuran dan bentuk, dari elemen tipis
hingga probe yang lebih besar.
9. Konektivitas: Terhubung ke sistem pembacaan suhu melalui kabel
dengan konektor yang sesuai.
10. Lingkungan Operasional: Bisa digunakan dalam lingkungan yang
keras seperti suhu ekstrem atau tekanan tinggi.

Contoh penggunaan dibidang industri

Industri Farmasi: Memantau suhu dalam proses produksi obat untuk memastikan
konsistensi dan keamanan produk.

Industri Makanan dan Minuman: Mengontrol suhu selama fermentasi, pasteurisasi,


dan pendinginan untuk menjaga kualitas dan keamanan makanan.

Industri Kimia: Memantau suhu dalam reaktor dan kolom distilasi untuk
mengontrol reaksi kimia dengan tepat.

Industri Otomotif: Memantau suhu dalam proses pengecoran logam dan perakitan
mesin untuk memastikan kualitas komponen otomotif.

Industri Petrokimia: Mengawasi suhu dalam proses pemurnian minyak dan gas
untuk menjaga efisiensi dan keselamatan operasi.

B. Termistor
Gambar 2.2. Temistror
Termistor adalah sensor suhu yang mengandalkan perubahan
resistansi terhadap suhu.

Cara Kerja: Cara kerja termistor, baik jenis NTC (Negative Temperature
Coefficient) maupun PTC (Positive Temperature Coefficient), didasarkan
pada perubahan resistansi yang terjadi seiring dengan perubahan suhu.
NTC memiliki karakteristik resistansi yang cenderung menurun seiring
peningkatan suhu, sementara PTC menunjukkan kecenderungan resistansi
yang meningkat seiring dengan kenaikan suhu. Kedua jenis termistor ini
memanfaatkan perubahan resistansi untuk mengukur suhu dalam suatu
sistem. Perbedaan mendasar antara NTC dan PTC menciptakan
keunggulan dan aplikasi yang berbeda. NTC seringkali digunakan di situasi
di mana perubahan suhu yang lebih rendah memerlukan respons yang
cepat, sedangkan PTC dapat memberikan stabilitas yang lebih baik pada
suhu tinggi. Keduanya memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap
perubahan suhu, menjadikannya solusi ideal untuk pengukuran suhu yang
presisi.

Spesifikasi:
1. Tipe: NTC (Negative Temperature Coefficient) atau PTC (Positive
Temperature Coefficient).
2. Rentang Suhu: Biasanya -50°C hingga 150°C untuk NTC, tergantung
pada model dan aplikasi.
3. Ketelitian: Tergantung pada model dan kelas, tetapi umumnya
memiliki toleransi yang lebih rendah daripada RTD.
4. Sensitivitas: Koefisien suhu negatif untuk NTC, positif untuk PTC,
dinyatakan dalam persen per derajat Celsius (%/°C).
5. Resolusi: Bergantung pada sistem pembacaan dan sensitivitas
termistor.
6. Waktu Respons: Biasanya cepat, tetapi bisa bervariasi tergantung pada
ukuran dan jenis termistor.
7. Stabilitas: Tergantung pada material dan desain termistor, biasanya
kurang stabil daripada RTD, terutama pada suhu ekstrem.
8. Ukuran dan Bentuk: Beragam ukuran dan bentuk, mulai dari elemen
tipis hingga yang lebih besar.
9. Konektivitas: Terhubung ke sistem pembacaan suhu melalui kabel
dengan konektor yang sesuai.
10. Lingkungan Operasional: Tergantung pada material termistor, bisa
digunakan dalam lingkungan yang keras seperti suhu ekstrem atau
kelembaban tinggi.

Contoh penggunaan dibidang industri

Elektronik: Penggunaan dalam perangkat elektronik untuk memantau suhu dalam


komponen semikonduktor seperti transistor dan IC untuk mencegah overheating.

Kendaraan: Digunakan dalam kendaraan untuk memantau suhu mesin, transmisi,


dan sistem pendinginan untuk mencegah overheat dan memastikan kinerja optimal.

Peralatan Rumah Tangga: Dalam peralatan rumah tangga seperti oven, kulkas, dan
AC, termistor digunakan untuk mengatur suhu secara otomatis.

Industri Pemanasan dan Pendinginan: Dalam sistem pemanas dan pendingin


industri, termistor digunakan untuk mengontrol suhu dengan akurat.

Peralatan Medis: Digunakan dalam peralatan medis seperti termometer digital dan
alat medis lainnya untuk mengukur suhu tubuh pasien dengan cepat dan akurat.
C. Termokopel (TC)

Gambar 2.3 Termokopel (TC)


Termokopel adalah sensor suhu yang menghasilkan sinyal
berdasarkan efek termoelektrik di persimpangan dua kawat berbeda.

Cara kerja: Persimpangan termokopel terjadi saat dua logam berbeda


bersentuhan. Ketika persimpangan ini terpapar pada suhu yang berbeda,
terjadi perbedaan potensial listrik yang menciptakan sinyal milivolt. Sinyal
ini mencerminkan perubahan suhu di persimpangan termokopel dan dapat
diukur untuk menentukan suhu. Setiap jenis termokopel memiliki
karakteristik unik, dan sinyal milivolt dapat dihubungkan ke perangkat
pengukur suhu untuk konversi menjadi nilai suhu yang dapat dibaca.
Persimpangan termokopel memiliki peran penting dalam aplikasi
pengukuran suhu karena kepekaannya terhadap perubahan suhu dan
kemampuannya menyediakan sinyal listrik yang dapat diandalkan.

Spesifikasi:
1. Material: Biasanya terbuat dari dua logam yang berbeda seperti tipe K
(nikel-kromel) atau tipe J (besi-konstantan).
2. Rentang Suhu: Tergantung pada jenis termokopel, tetapi biasanya
mencakup rentang suhu yang luas, dari -200°C hingga lebih dari
2000°C.
3. Ketelitian: Tergantung pada kelas termokopel, dengan toleransi yang
lebih rendah untuk kelas yang lebih tinggi.
4. Sensitivitas: Koefisien suhu yang tinggi, dinyatakan dalam mikrovolts
per derajat Celsius (µV/°C).
5. Resolusi: Bergantung pada sistem pembacaan, tetapi bisa memberikan
resolusi yang tinggi.
6. Waktu Respons: Biasanya cepat, tetapi dapat bervariasi tergantung
pada desain termokopel dan ukurannya.
7. Stabilitas: Stabil dalam jangka waktu yang lama, tetapi dapat
mengalami degradasi seiring waktu terutama pada suhu ekstrem.
8. Ukuran dan Bentuk: Beragam ukuran dan bentuk, bisa berupa probe
panjang atau elemen tipis.
9. Konektivitas: Terhubung ke sistem pembacaan suhu melalui kabel
dengan konektor yang sesuai.
10. Lingkungan Operasional: Tergantung pada jenis material termokopel,
bisa digunakan dalam lingkungan yang keras seperti suhu ekstrem atau
tekanan tinggi.

Contoh penggunaan dibidang industri

Industri Logam: Dalam proses peleburan logam dan pemrosesan termal,


termokopel digunakan untuk mengukur suhu dalam tungku peleburan, penuangan
logam, dan proses pemanasan yang tinggi.

Industri Pangan: Dalam industri makanan, termokopel digunakan untuk memantau


suhu dalam proses pasteurisasi, sterilisasi, dan pembekuan untuk memastikan
keamanan dan kualitas produk.
Industri Semikonduktor: Dalam produksi semikonduktor, termokopel digunakan
untuk memantau suhu dalam proses penguraian dan pengendapan untuk mencapai
kondisi yang optimal dalam pembuatan chip semikonduktor.

Industri Pemanas Industri: Dalam pemanas industri seperti pemanas induksi atau
pemanas lempengan, termokopel digunakan untuk mengontrol suhu dengan akurat
dan menghindari overheating.

Industri Kiln dan Pemanggangan: Dalam industri keramik, kaca, dan metalurgi,
termokopel digunakan dalam kiln dan pemanggangan untuk mengontrol suhu
dengan presisi tinggi selama proses pembakaran dan pembentukan.

D. Sensor Suhu Semikonduktor

Gambar 2.4. Sensor Semikonduktor


Sensor suhu semikonduktor menggunakan tegangan persimpangan
di antara semikonduktor untuk mengukur suhu.

Cara Kerja: Cara kerja sensor suhu semikonduktor melibatkan


pemanfaatan perubahan karakteristik semikonduktor untuk menghasilkan
tegangan yang sesuai dengan perubahan suhu. Sensor ini dapat berupa
transistor, diode, atau resistor semikonduktor yang responsif terhadap suhu
lingkungan. Terdapat dua jenis utama: NTC (Negative Temperature
Coefficient) yang resistansinya menurun dengan kenaikan suhu, dan PTC
(Positive Temperature Coefficient) yang resistansinya meningkat. Kedua
jenis ini menggunakan perubahan resistansi semikonduktor untuk
menghasilkan sinyal tegangan yang merefleksikan perubahan suhu,
memberikan respons yang cepat dan akurat dalam berbagai aplikasi, seperti
di industri, elektronik konsumen, dan kendaraan.

Spesifikasi:
1. Tipe Semikonduktor: Berbagai jenis semikonduktor dapat digunakan,
seperti dioda silikon atau transistor bipolar.
2. Rentang Suhu: Rentang suhu operasional bisa bervariasi tergantung
pada jenis semikonduktor yang digunakan, biasanya berkisar dari -50°C
hingga 150°C atau lebih, tergantung pada model.
3. Ketelitian: Tergantung pada desain dan kualitas sensor, dapat mencapai
toleransi yang tinggi.
4. Sensitivitas: Biasanya memiliki sensitivitas yang baik terhadap
perubahan suhu.
5. Resolusi: Bergantung pada sistem pembacaan dan sensitivitas sensor,
tetapi bisa memberikan resolusi yang baik.
6. Waktu Respons: Umumnya cepat, tetapi dapat bervariasi tergantung
pada jenis sensor dan faktor-faktor lainnya.
7. Stabilitas: Stabilitas dapat bervariasi tergantung pada kualitas sensor
dan lingkungan operasional.
8. Ukuran dan Bentuk: Beragam ukuran dan bentuk, dari yang kecil
hingga probe yang lebih besar.
9. Konektivitas: Terhubung ke sistem pembacaan suhu melalui kabel
dengan konektor yang sesuai.
10. Lingkungan Operasional: Dapat beroperasi dalam lingkungan yang
bervariasi, tergantung pada tipe semikonduktor dan konstruksi sensor.

Contoh penggunaan dibidang industri


Elektronik: Digunakan dalam perangkat elektronik untuk memantau suhu pada
chip, transistor, dan IC untuk mencegah overheating dan memastikan kinerja
optimal perangkat.

Industri Otomotif: Dalam kendaraan, sensor suhu semikonduktor digunakan untuk


memantau suhu mesin, oli, dan transmisi guna mencegah overheat dan menjaga
kinerja mesin.

Peralatan Rumah Tangga: Dalam peralatan rumah tangga seperti oven, kulkas, AC,
dan boiler, sensor suhu semikonduktor digunakan untuk mengatur suhu dengan
akurat.

Industri Pangan: Dalam industri makanan, sensor suhu semikonduktor digunakan


dalam proses pasteurisasi, sterilisasi, dan pembekuan untuk memastikan keamanan
dan kualitas produk.

Industri Pemanas dan Pendinginan: Dalam sistem pemanas dan pendingin industri,
sensor suhu semikonduktor digunakan untuk mengontrol suhu dalam oven, penukar
panas, dan sistem pendingin.

3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MASING MASING JENIS


SENSOR
Jenis sensor kekurangan kelebihan
RTD (Resistance  Hanya cocok untuk  Akurasi yang
Temperature Detector) rentang suhu Tinggi
tertentu  Tahan lama
 Dapat menciptakan  Tidak perlu kabel
tegangan jika panjang
terdapat perbedaan
suhu
Termistor  Kurang sensitive  Ukurannya kecil
 Memerlukan suhu  Merespon
referensi perubahan suhu
 Kurva responnya dengan cepat
tidak linear  Harga Terjangkau

Termokopel  Tidak Stabil  Cocok untuk


 Rentan terhadap rentang sushu yang
gangguan luas
elektromagnetik  Harganya
terjangkau
 Merespon
perubahan suhu
dengan cepat

SemiKonduktor  Kurang akurat dan  Ukurannya kecil


stabil  Merespon
 Umurnya tidak perubahan suhu
terlalu lama dengan cepat
 harganya terjangkau
SENSOR TEKANAN

1. PENGERTIAN SENSOR TEKANAN


Sensor tekanan adalah suatu instrumen yang terdiri dari elemen sensitif
tekanan untuk menentukan tekanan aktual yang diterapkan pada sensor. Prinsip
dasar kerja sensor tekanan berbeda-beda tergantung pada jenisnya, tetapi umumnya
melibatkan perubahan karakteristik fisik atau elektrik dari elemen sensor ketika
tekanan berubah dan beberapa komponen untuk mengubah informasi ini menjadi
sinyal keluaran. Satuan yang umum digunakan untuk nilai tekanan adalah Pascal
dan Bar.
Sensor tekanan memiliki aplikasi yang luas, dan penggunaannya sangat
berperan penting dalam banyak industri. Dalam industri otomotif, sensor tekanan
ban membantu mengamati dan mengontrol tekanan udara pada ban untuk
meningkatkan efisiensi bahan bakar dan keamanan. Di bidang medis, sensor
tekanan digunakan untuk mengukur tekanan darah pasien, memberikan informasi
vital untuk diagnosis dan pengelolaan kondisi kesehatan. Selain itu, dalam industri
manufaktur dan otomasi, sensor tekanan digunakan untuk memantau dan
mengendalikan tekanan dalam berbagai sistem, memastikan operasi yang efisien
dan konsisten.
Dengan kemajuan teknologi, sensor tekanan terus berkembang untuk
memberikan tingkat akurasi yang lebih tinggi, respon yang lebih cepat, dan
integrasi yang lebih baik dengan sistem elektronik. Keseluruhan, peran sensor
tekanan menjadi sangat penting dalam memfasilitasi pengukuran dan kontrol
tekanan yang kritis dalam berbagai aplikasi dan industri.

Contoh penggunaan dibidang industri

Industri Otomotif: Sensor tekanan digunakan dalam sistem kendali ban untuk
memantau tekanan udara dalam ban kendaraan, serta dalam sistem injeksi bahan
bakar untuk mengukur tekanan bahan bakar.
Industri Minyak dan Gas: Sensor tekanan digunakan dalam peralatan pengeboran
dan produksi minyak dan gas untuk memantau tekanan di dalam sumur, pipa, dan
tangki penyimpanan.

Industri Pemrosesan Makanan: Dalam industri pengemasan makanan, sensor


tekanan digunakan untuk memantau tekanan dalam mesin pengemas untuk
mengontrol kualitas dan keamanan produk.

Industri Kimia: Dalam proses produksi kimia, sensor tekanan digunakan untuk
memantau tekanan dalam reaktor kimia, tangki penyimpanan, dan pipa-pipa untuk
mengontrol proses reaksi dengan akurat.

Industri Manufaktur: Dalam proses pembentukan dan pemrosesan material, sensor


tekanan digunakan dalam mesin penggilingan, pengepresan, dan pemotongan untuk
memantau tekanan yang diterapkan selama proses.

2. JENIS- JENIS SENSOR TEKANAN


Ada tujuh sensor tekanan utama yang digunakan di industri. Jenis sensor ini
adalah:
A. Sensor Tekanan Vakum

Gambar 3.1. Sensor tekanan vacum


Sensor tekanan vakum biasanya mengacu pada sensor Pirani, yang
menghasilkan sinyal berdasarkan resistansi filamen sensor integral. Saat
tekanan sekitar dimasukkan ke filamen sensor, ia mengalami perbedaan
suhu melalui kontak dengan molekul di udara pada suhu yang lebih
rendah, lebih sedikit panas yang ditransfer dari filamen, sedangkan pada
tekanan yang lebih tinggi, lebih banyak panas yang ditransfer.
Diferensial ini menghasilkan sinyal yang diubah menjadi pengukuran
tekanan.

Cara kerja: Cara kerja sensor tekanan vakum, khususnya sensor Pirani,
melibatkan resistansi filamen sensor integral. Saat tekanan vakum
diterapkan pada filamen sensor, terjadi perubahan suhu berdasarkan
kontak dengan molekul di udara. Pada tekanan yang lebih rendah, terjadi
kurangnya transfer panas dari filamen, sedangkan pada tekanan yang
lebih tinggi, transfer panas menjadi lebih efisien. Diferensial suhu ini
menghasilkan perubahan resistansi pada filamen sensor. Melalui prinsip
perubahan resistansi ini, sensor Pirani menciptakan sinyal yang
merefleksikan perubahan suhu dan, secara tidak langsung, tekanan di
sekitar filamen. Sinyal ini kemudian diinterpretasikan dan dikonversi
menjadi nilai tekanan yang dapat dibaca.

Spesifikasi :
1. Rentang pengukuran: Biasanya mulai dari 0 hingga -1 atm (tekanan
absolut), tergantung pada model dan aplikasi.
2. Ketelitian: Biasanya dalam kisaran beberapa miliatmosfer atau
bahkan lebih rendah, tergantung pada jenis sensor dan mereknya.
3. Jenis sensor: Sensor tekanan vakum dapat menggunakan berbagai
teknologi, termasuk piezoelektrik, kapasitif, atau tekanan
diferensial.
4. Output: Biasanya dalam bentuk sinyal listrik analog (misalnya,
tegangan atau arus) atau digital (misalnya, melalui protokol
komunikasi seperti I2C atau SPI).
5. Keandalan: Sensor tekanan vakum harus tahan terhadap kondisi
lingkungan yang keras dan memiliki umur operasional yang
panjang.
6. Ukuran dan bentuk: Beragam ukuran dan bentuk, dari sensor kecil
yang terintegrasi hingga sensor yang lebih besar dan terpisah.
7. Daya: Konsumsi daya yang rendah penting untuk aplikasi di mana
efisiensi energi sangat diperlukan, seperti dalam aplikasi baterai.
8. Lingkungan operasional: Sebagian besar sensor tekanan vakum
dirancang untuk bekerja pada suhu dan kelembaban tertentu, jadi
lingkungan operasional harus diperhatikan.
9. Interface: Beberapa sensor memiliki antarmuka standar yang
memungkinkan koneksi mudah dengan sistem kontrol atau
perangkat lainnya.
10. Proteksi: Perlindungan terhadap gangguan eksternal seperti
kelembaban, debu, atau getaran sering kali diperlukan untuk
menjaga kinerja sensor.

B. Sensor Tekanan Piezoelektrik


Gambar 3.2. Sensor Tekanan Piezoelektrik
Sensor piezoelektrik beroperasi berdasarkan kekuatan muatan
listrik, yang berfluktuasi berdasarkan tekanan yang diberikan. Sensor
jenis ini menghasilkan sinyal yang berbanding lurus dengan besarnya
tekanan yang ada, artinya sensor ini memiliki waktu respons yang
hampir seketika. Keuntungan lebih lanjut dari sensor jenis ini adalah
ukurannya yang kecil.

Cara kerja: Sensor piezoelektrik beroperasi dengan mengubah energi


mekanis dari tekanan menjadi sinyal listrik melalui sifat piezoelektrik
material. Saat tekanan diterapkan, atom dalam material bergeser,
menciptakan muatan listrik yang proporsional dengan tekanan tersebut.
Sensor mengukur sinyal listrik ini sebagai nilai tekanan, dengan
keuntungan utama berupa respons cepat terhadap perubahan tekanan,
waktu respons yang hampir seketika, dan ukuran yang kecil. Hal ini
membuat sensor piezoelektrik ideal untuk aplikasi seperti pemantauan
getaran, sensor tekanan di alat kesehatan, dan deteksi kejadian seketika
di laboratorium atau ilmu material.

Spesifikasi:
1. Rentang pengukuran: Biasanya rentang tekanan yang dapat diukur
berkisar dari beberapa milibar hingga ribuan bar, tergantung pada
aplikasi dan desain sensor.
2. Ketelitian: Ketelitian sensor piezoelektrik dapat mencapai sejumlah
fraksi dari satuan tekanan yang diukur, tergantung pada desain dan
kualitas sensor.
3. Jenis sensor: Sensor tekanan piezoelektrik dapat berupa sensor
absolut, gauge, atau diferensial, tergantung pada kebutuhan aplikasi.
4. Output: Biasanya output sensor piezoelektrik berupa sinyal listrik
berupa tegangan atau muatan listrik yang dapat diperkuat atau
diubah menjadi format yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi.
5. Frekuensi respons: Sensor tekanan piezoelektrik biasanya memiliki
respons yang cepat terhadap perubahan tekanan, sehingga cocok
untuk aplikasi yang membutuhkan pengukuran dinamis.
6. Material konstruksi: Material piezoelektrik yang digunakan dalam
sensor biasanya adalah kristal seperti kuarsa atau keramik
piezoelektrik yang dipilih untuk kekuatan, ketahanan terhadap suhu,
dan sensitivitas yang tinggi.
7. Lingkungan operasional: Sensor piezoelektrik biasanya tahan
terhadap kondisi lingkungan yang keras seperti suhu ekstrem,
kelembaban, dan getaran.
8. Daya: Konsumsi daya sensor piezoelektrik dapat bervariasi
tergantung pada aplikasi dan desain, tetapi cenderung rendah karena
sifatnya yang pasif.
9. Proteksi: Sensor tekanan piezoelektrik mungkin memerlukan
perlindungan tambahan terhadap kelembaban, debu, atau kondisi
lingkungan lainnya, tergantung pada aplikasi.
10. Ukuran dan bentuk: Sensor piezoelektrik tersedia dalam berbagai
ukuran dan bentuk, mulai dari sensor kecil yang terintegrasi hingga
sensor yang lebih besar dan terpisah, tergantung pada kebutuhan
aplikasi.

C. Sensor Tekanan Barometer


Gambar 3.3. Sensor Tekanan Barometer
Sensor tekanan barometer aneroid menggunakan operasi mekanis
untuk secara langsung menghasilkan pembacaan tekanan berdasarkan
perubahan pada peralatan kapsul fleksibel. Saat kapsul mengembang
atau berkontraksi karena tekanan yang diberikan, kapsul tersebut
menghasilkan pembacaan tekanan melalui dial yang terhubung
langsung dengannya.

Cara kerja: Cara kerja sensor tekanan barometer aneroid melibatkan


prinsip operasi mekanis yang menggunakan peralatan kapsul fleksibel.
Sensor ini secara langsung mengukur tekanan atmosfer berdasarkan
perubahan volume kapsul tersebut. Saat tekanan atmosfer berubah,
kapsul fleksibel yang terhubung dengan dial di dalam sensor akan
mengembang atau berkontraksi. Perubahan volume ini menghasilkan
pembacaan tekanan yang direpresentasikan secara langsung pada dial
sensor. Dengan demikian, perubahan geometri kapsul fleksibel
menciptakan pembacaan tekanan yang dapat diamati dan diukur.
Keunggulan dari sensor tekanan barometer aneroid ini termasuk
ketepatan pengukuran tekanan atmosfer, serta kemampuannya untuk
memberikan pembacaan yang stabil tanpa memerlukan sumber daya
eksternal atau kalibrasi terus-menerus.
Spesifikasi:
1. Rentang pengukuran: Biasanya rentang tekanan atmosfer yang dapat
diukur, mulai dari sekitar 700 hingga 1100 milibar (atau
hektopaskal).
2. Ketelitian: Sensor barometer aneroid memiliki ketelitian yang relatif
tinggi, biasanya dalam kisaran beberapa milibar.
3. Konstruksi: Terdiri dari sebuah kotak metalis yang fleksibel dan
hampa udara yang mengalami perubahan bentuk berdasarkan
perubahan tekanan atmosfer.
4. Output: Biasanya output sensor barometer aneroid berupa perubahan
posisi jarum pada skala yang menunjukkan nilai tekanan atmosfer
dalam unit yang dipilih (misalnya, milibar atau inHg).
5. Lingkungan operasional: Sensor barometer aneroid cenderung tahan
terhadap kondisi lingkungan yang keras, termasuk suhu ekstrem dan
kelembaban.
6. Ukuran dan bentuk: Biasanya memiliki ukuran kecil dan bentuk yang
kompak, membuatnya cocok untuk penggunaan di dalam perangkat
portabel atau perangkat bertenaga baterai.
7. Tidak memerlukan daya eksternal: Sensor barometer aneroid
beroperasi secara mekanis dan tidak memerlukan daya listrik
eksternal untuk operasi normal.
8. Tahan terhadap getaran: Sebagian besar sensor barometer aneroid
dirancang untuk tahan terhadap getaran, meskipun perlu diperhatikan
bahwa getaran yang sangat kuat atau berkepanjangan dapat
memengaruhi kinerjanya.
9. Ketahanan terhadap keausan: Material konstruksi dan desain yang
kokoh biasanya membuat sensor ini tahan lama dan memiliki umur
pakai yang panjang.
10. Kalibrasi: Sensor barometer aneroid mungkin memerlukan kalibrasi
periodik untuk memastikan akurasi pengukuran tetap terjaga seiring
waktu.
D. Sensor Tekanan Manometer

Gambar 3.4. Sensor Tekanan Manometer


Jenis sensor mekanis lainnya adalah manometer, yang menggunakan
tabung berbentuk U berisi cairan yang melaluinya cairan dipindahkan
sebagai akibat dari tekanan yang diberikan. Perpindahan ini
memberikan pembacaan tekanan langsung, metode pengukuran yang
sangat akurat.

Cara kerja: Cara kerja manometer, suatu jenis sensor mekanis,


melibatkan tabung berbentuk U yang berisi cairan. Ketika tekanan
diberikan, cairan di dalam tabung akan mengalir dan bergerak ke salah
satu sisi tabung berbentuk U. Perpindahan cairan ini menciptakan
perbedaan tinggi antara dua kolom cairan di dalam tabung, yang
langsung berkorelasi dengan besarnya tekanan yang diberikan. Dengan
mengukur perbedaan tinggi kolom cairan ini, manometer memberikan
pembacaan tekanan yang akurat. Keunggulan manometer melibatkan
metode pengukuran yang langsung dan respons yang cepat terhadap
perubahan tekanan, membuatnya cocok untuk aplikasi yang
memerlukan pengukuran tekanan yang presisi, seperti dalam industri,
laboratorium, dan berbagai sistem pemantauan.

Spesifikasi:
1. Rentang pengukuran: Rentang tekanan yang dapat diukur oleh sensor
manometer bervariasi, mulai dari tekanan atmosfer hingga beberapa
ribu psi (pound per square inch), tergantung pada jenis dan model
sensor.
2. Jenis tekanan: Sensor manometer dapat mengukur tekanan absolut,
tekanan gauge (tekanan relatif terhadap tekanan atmosfer), atau
tekanan diferensial antara dua titik.
3. Ketelitian: Ketelitian sensor manometer bergantung pada desain dan
teknologi yang digunakan, dan biasanya dinyatakan sebagai
persentase dari bacaan atau sebagai nilai absolut.
4. Jenis sensor: Sensor manometer dapat menggunakan berbagai
teknologi, termasuk piezoelektrik, kapasitif, strain gauge, atau
elektronik semikonduktor.
5. Output: Output sensor manometer biasanya berupa sinyal listrik,
seperti tegangan, arus, atau frekuensi, yang sesuai dengan kebutuhan
aplikasi.
6. Lingkungan operasional: Sensor manometer harus tahan terhadap
kondisi lingkungan yang keras, seperti suhu ekstrem, kelembaban,
dan getaran.
7. Daya: Konsumsi daya sensor manometer bervariasi tergantung pada
jenis dan teknologi sensor, mulai dari yang pasif hingga yang
memerlukan daya eksternal.
8. Proteksi: Sensor manometer mungkin memerlukan proteksi
tambahan terhadap faktor lingkungan seperti kelembaban, debu, atau
bahan kimia tergantung pada aplikasi.
9. Ukuran dan bentuk: Sensor manometer tersedia dalam berbagai
ukuran dan bentuk, mulai dari sensor kecil yang terintegrasi hingga
sensor yang lebih besar dan terpisah.
10. Interface: Beberapa sensor manometer memiliki antarmuka standar
yang memungkinkan koneksi mudah dengan sistem kontrol atau
perangkat lainnya.
E. Sensor Tekanan Tabung Bourdon

Gambar 3.5. Sensor Tekanan Tabung Bourdon


Mirip dengan sensor barometer aneroid, sensor tabung Bourdon
mengukur perubahan elemen penginderaan untuk memberikan
pembacaan tekanan. Berbeda dengan peralatan kapsul tipe aneroid,
tabung bourdon menggunakan peralatan yang sama, yaitu tabung heliks
atau berbentuk C yang menjadi lurus saat diberi tekanan. Saat tabung
berubah bentuk karena tekanan yang diberikan, ia menggerakkan
tombol yang memberikan pembacaan tekanan.

Cara kerja: Cara kerja sensor tabung Bourdon mirip dengan sensor
barometer aneroid, tetapi menggunakan elemen penginderaan berupa
tabung heliks atau berbentuk C yang lurus saat diberi tekanan. Saat
tekanan diberikan, tabung Bourdon berubah bentuk, mengalami
perubahan posisi menjadi lurus atau mendatar. Perubahan bentuk ini
menggerakkan tombol di ujung tabung, yang terhubung ke mekanisme
pengukuran. Gerakan ini memberikan pembacaan tekanan yang sesuai.
Keunggulan dari sensor tabung Bourdon melibatkan respons cepat
terhadap perubahan tekanan dan kemampuannya memberikan
pembacaan yang stabil serta akurat. Sensor ini sering digunakan dalam
aplikasi industri, seperti pengukuran tekanan gas atau cair, karena dapat
memberikan pembacaan tekanan dengan ketepatan yang tinggi.

Spesifikasi:
1. Rentang pengukuran: Sensor tabung Bourdon tersedia dalam
berbagai rentang pengukuran, mulai dari tekanan rendah hingga
tekanan tinggi, tergantung pada jenis dan model sensor.
2. Jenis tekanan: Sensor tabung Bourdon dapat digunakan untuk
mengukur tekanan gauge (relatif terhadap tekanan atmosfer) atau
tekanan absolut, tergantung pada desain dan aplikasi sensor.
3. Ketelitian: Ketelitian sensor tabung Bourdon biasanya cukup baik,
tergantung pada desain dan kualitas sensor, dan sering dinyatakan
sebagai persentase dari bacaan.
4. Jenis sensor: Sensor tabung Bourdon adalah sensor mekanis yang
menggunakan prinsip deformasi elastis untuk mengukur tekanan
fluida.
5. Output: Output sensor tabung Bourdon biasanya berupa perubahan
posisi jarum pada skala yang menunjukkan nilai tekanan dalam unit
yang dipilih (misalnya, psi atau bar).
6. Lingkungan operasional: Sensor tabung Bourdon dirancang untuk
beroperasi dalam berbagai kondisi lingkungan, termasuk suhu
ekstrem, kelembaban, dan getaran.
7. Daya: Sensor tabung Bourdon adalah sensor pasif yang tidak
memerlukan daya eksternal untuk operasi normal.
8. Proteksi: Sensor tabung Bourdon mungkin memerlukan proteksi
tambahan terhadap faktor lingkungan seperti kelembaban, debu, atau
bahan kimia tergantung pada aplikasi.
9. Ukuran dan bentuk: Sensor tabung Bourdon tersedia dalam berbagai
ukuran dan bentuk, dari sensor kecil untuk aplikasi portabel hingga
sensor besar untuk aplikasi industri.
10. Interface: Sensor tabung Bourdon biasanya memiliki antarmuka
mekanis yang memungkinkan koneksi langsung dengan perangkat
pengukur atau kontrol lainnya.

F. Sensor Tekanan Tertutup

Gambar 3.6. Sensor Tekanan Tertutup


Sensor tekanan tertutup biasanya digunakan dalam situasi tekanan
atmosfer yang unik, seperti kapal selam. Jenis sensor ini berisi tekanan
atmosfer standar, yang digunakan sebagai tolok ukur untuk
membandingkan tekanan sekitar. Diferensial ini menghasilkan
pembacaan tekanan.

Cara kerja: Cara kerja sensor tekanan tertutup melibatkan penggunaan


tekanan atmosfer standar sebagai tolok ukur untuk membandingkan
tekanan sekitar. Sensor ini biasanya digunakan dalam kondisi tekanan
atmosfer yang unik, seperti pada kapal selam. Sensor ini berisi tekanan
atmosfer standar yang telah diketahui, dan perangkat tersebut
membandingkannya dengan tekanan di sekitarnya. Dengan mengukur
perbedaan antara tekanan atmosfer standar dan tekanan sekitar, sensor
menghasilkan pembacaan tekanan yang merefleksikan kondisi tekanan
aktual di lokasi tersebut. Keunggulan dari sensor tekanan tertutup
melibatkan kemampuannya untuk memberikan pembacaan tekanan
yang akurat dan dapat diandalkan, terutama di lingkungan tekanan yang
berfluktuasi seperti di dalam kapal selam.

Spesifikasi:
1. Rentang pengukuran: Rentang tekanan absolut yang dapat diukur
oleh sensor tekanan tertutup biasanya dimulai dari 0 psi (tekanan
vakum) hingga tekanan maksimum tertentu, yang mungkin mencapai
beberapa ribu psi, tergantung pada model dan aplikasi sensor.
2. Ketelitian: Ketelitian sensor tekanan tertutup bervariasi tergantung
pada model dan desain sensor, dan sering dinyatakan sebagai
persentase dari bacaan.
3. Jenis sensor: Sensor tekanan tertutup dapat menggunakan berbagai
teknologi, termasuk piezoresistive, kapasitif, piezoelektrik, atau
strain gauge.
4. Output: Output sensor tekanan tertutup biasanya berupa sinyal listrik
analog (misalnya, tegangan atau arus) atau digital (misalnya, melalui
protokol komunikasi seperti I2C atau SPI).
5. Lingkungan operasional: Sensor tekanan tertutup harus tahan
terhadap kondisi lingkungan yang keras, seperti suhu ekstrem,
kelembaban, dan getaran.
6. Daya: Konsumsi daya sensor tekanan tertutup bervariasi tergantung
pada jenis dan teknologi sensor, mulai dari yang pasif hingga yang
memerlukan daya eksternal.
7. Proteksi: Sensor tekanan tertutup mungkin memerlukan
perlindungan tambahan terhadap faktor lingkungan seperti
kelembaban, debu, atau bahan kimia, tergantung pada aplikasi.
8. Ukuran dan bentuk: Sensor tekanan tertutup tersedia dalam berbagai
ukuran dan bentuk, dari sensor kecil untuk aplikasi portabel hingga
sensor besar untuk aplikasi industri.
9. Interface: Beberapa sensor tekanan tertutup memiliki antarmuka
standar yang memungkinkan koneksi mudah dengan sistem kontrol
atau perangkat lainnya.

G. Sensor Tekanan Pengukur Regangan

Gambar 3.7. Sensor Tekanan Pengukur Regangan


Sensor jenis ini menggunakan pegas untuk bereaksi terhadap
penerapan tekanan. Perubahan bentuk pegas menghasilkan sinyal listrik
yang diubah menjadi pembacaan tekanan.

Cara kerja: Sensor tekanan pengukur regangan bekerja dengan


memanfaatkan perubahan regangan pada elemen fleksibel, seperti pegas
atau diafragma, saat tekanan diterapkan. Ketika tekanan bekerja pada
sensor, elemen fleksibel tersebut mengalami deformasi, menghasilkan
perubahan regangan yang dapat diukur. Sensor dilengkapi dengan
perangkat pengukur regangan, seperti strain gauge, yang mendeteksi
perubahan dimensi atau resistansi pada elemen fleksibel. Perubahan ini
kemudian diubah menjadi sinyal listrik, yang merefleksikan besarnya
tekanan yang diterapkan. Sinyal tersebut dapat diinterpretasikan untuk
memberikan pembacaan tekanan yang akurat. Keunggulan sensor ini
melibatkan akurasi tinggi dan respons yang cepat, menjadikannya
pilihan yang umum digunakan dalam berbagai aplikasi yang
memerlukan pengukuran tekanan yang presisi dan dapat diandalkan.
Spesifikasi:
1. Rentang pengukuran: Rentang tekanan yang dapat diukur oleh sensor
tekanan pengukur regangan bervariasi, mulai dari tekanan rendah
hingga tekanan tinggi, tergantung pada model dan aplikasi sensor.
2. Ketelitian: Ketelitian sensor tekanan pengukur regangan biasanya
sangat tinggi, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari bacaan
atau sebagai nilai absolut.
3. Jenis sensor: Sensor tekanan pengukur regangan adalah sensor
mekanis yang menggunakan prinsip deformasi elastis bahan sensor
(biasanya logam atau keramik) untuk mengukur tekanan.
4. Output: Output sensor tekanan pengukur regangan biasanya berupa
perubahan resistansi listrik pada elemen regangan, yang kemudian
dikonversi menjadi sinyal listrik analog atau digital yang sesuai
dengan kebutuhan aplikasi.
5. Lingkungan operasional: Sensor tekanan pengukur regangan
dirancang untuk beroperasi dalam berbagai kondisi lingkungan,
termasuk suhu ekstrem, kelembaban, dan getaran.
6. Daya: Sensor tekanan pengukur regangan adalah sensor pasif yang
tidak memerlukan daya eksternal untuk operasi normal.
7. Proteksi: Sensor tekanan pengukur regangan mungkin memerlukan
proteksi tambahan terhadap faktor lingkungan seperti kelembaban,
debu, atau bahan kimia, tergantung pada aplikasi.
8. Ukuran dan bentuk: Sensor tekanan pengukur regangan tersedia
dalam berbagai ukuran dan bentuk, mulai dari sensor kecil untuk
aplikasi portabel hingga sensor besar untuk aplikasi industri.
9. Interface: Sensor tekanan pengukur regangan biasanya memiliki
antarmuka elektrik standar yang memungkinkan koneksi langsung
dengan perangkat pengukur atau kontrol lainnya.
3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MASING MASING JENIS
SENSOR
Jenis sensor kekurangan kelebihan
Sensor Tekanan  Rentan terhadap  Digunakan untuk
Vakum kontaminasi udara mengukur tekanan
 Memerlukan dibawah tekanan
Perawatan khusus atmosfer
untuuk menjaga  Penting dalam
keakuratannya aplikasi seperti
system pendingin,
laboratorium, dan
industri kemasan
Sensor Tekanan  Rentan terhadap  Cocok untuk
Piezoelektrik overpressure yang aplikasi dinamis
yang dapat merusak seperti pengukuran
sensor getaran dan kejut
 Memerlukan  Merespon cepat
kalibrasi secara terhadap
berkala perubahan tekanan
Sensor Tekanan  Tidak cocok untuk  Digunakan untuk
Barometer pengukuran mengukur tekanan
tekanan yang atmosfer
presisi  Berguna untuk
 Rentan terhadap memantau
perubahan suhu perubahan cuaca
yang dapat
memengaruhi
akurasinya
Sensor Tekanan  Rentan terhadap  Akurat dan stabil
Manometer keausan dan dalam pengukuran
kerusakan mekanis tekanan
 Memerlukan  Cocok untuk
perawatan secara pengukuran tekanan
berkala tinggi

Sensor Tekanan  Memerlukan  Cocok untuk


Tertutup Instalasi yang mengukur tekanan
cermat dan presisi dalam ruang
 Rentan terhadap tertutup seperti
akumulasi material tangka dan pipa
padat yang dapat  Dapat memberikan
mengganggu informasi penting
pengukuran tentang kondisi
sistem
Sensor Pengukur  Mahal dalam  Sensor tekanan
Regangan perawatan kalibrasi yang presisi
 Rentan terhadap  Cocok untuk
kerusakan akibat aplikasi yang
overpressure memerlukan
pengukuran tekanan
yang sangat akurat

Anda mungkin juga menyukai