Anda di halaman 1dari 9

METODE POOLING

Metode Pooling of interest atau metode penyatuan kepemilikan memandang peggabungan


usaha sebagai penyatuan pemilikan antara dua atau lebih perusahaan. Dalam hal ini tidak akan
timbul dasar baru mengenai pertanggungjawabannya. Dengan menggunakan metode pooling of
interest ini pemilik perusahaan yang bergabung tidak mengalami perubahan, hanya saja harta dan
hutang perusahaan yang digabung menjadi satu. Neraca gabungan dari perusahaan-perusahaan
yang bergabung disatukan dengan cara menambahkan masing-masing aktiva dan hutang serta
laba yang ditahan.

Metode yang menggunakan nilai buku dalam pengalihan aktiva dan kewajiban yang
dialihkan. Dengan kata lain aktiva dan kewajiban perusahaan yang melakukan penggabungan
usaha ditambahkan dalam perusahaan yang menjadi survival company. Oleh karena tidak ada
selisih antara nilai pengalihan dan nilai buku, maka tidak terdapat objek pajak penghasilan.

IAS No. 22 dan PSAK NO. 22 memberikan ijin atas penggunaan Pooling of Interest
Method. Sedangkan IFRS No.3 tidak lagi mengijinkan penggunaan Pooling of Interest
Method dan menyebutkan bahwa semua penggabungan usaha harus dicatat dengan
menggunakan Purchase Method. Larangan ini ditetapkan karena walaupun terdapat kriteria yang
ditetapkan oleh IAS No. 22 dalam menggunakan Pooling of Interest Method danPurchase
Method, manajemen seringkali mencari celah agar dapat menggunakan salah satu dari dua
metode pencatatan tersebut yang menguntungkan bagi mereka.

Indonesia belum mengadopsi IFRS No.3 ini sehingga dalam prakteknya di Indonesia
manajemen seringkali melakukan pemilihan metode pencatatan berdasarkan metode yang
menguntungkan bagi kepentingan dan tujuan mereka. Dalam menerapkan metode penyatuan ini,
PSAK Nomor 22, paragraf 58 menyatakan bahwa unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan
yang bergabung untuk periode terjadinya penggabungan tersebut dan untuk periode
perbandingan yang diungkapkan, harus dimasukkan dalam laporan keuangan gabungan seolah-
olah perusahaan tersebut sudah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut.
Prosedur Akuntansi Konsolidasi Dengan Metode Pooling Of Interest

Prosedur akuntansi penggabungan usaha dengan metode Pooling of interest adalah sebagai
berikut:
1.      Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada nilai buku saat
diadakan penggabungan
2.      Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung adalah sebesar jumlah modal
perusahaan yang digabung (yang dimaksud modal disini adalah modal saham yang, agio saham,
dan laba yang ditahan) atau sebesar aktiva bersih (total aktiva dikurangi total hutang) milik
perusahaan yang bergabung
3.      Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan
ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan
jumlah aktiva bersih yang diperoleh, maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal
perusahaan yang akan digabung
4.      Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik perusahaan-
perusahaan yang bergabung.

C.    Manfaat dan Kelemahan Konsolidasi

Secara umum, ada beberapa manfaat yang mungkin diperoleh oleh pihak-pihak yang melakukan
penggabungan usaha, antara lain:
1.      Mengoptimalkan sinergi,
2.      Memperluas pasar,
3.      Proteksi pasar,
4.      Akuisisi terhadap produk pesaing,
5.      Memperkuat bisnis inti,
6.      Merebut saluran distribusi,
7.      Penetrasi pasar,
8.      Meningkatkan daya saing,
9.      Melakukan efisiensi perpajakan
Secara spesifik, menurut Suta (1992:13) keunggulan dan manfaat penggabungan usaha, antara
lain:
1.      Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
2.      Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan
perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
3.      Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4.      Memperoleh pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
5.      Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan.
6.      Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru.
7.      Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.
8.      Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang cepat.

Di samping itu, Rusli (1992) mengemukakan lima alasan utama suatu perusahaan melakukan
penggabungan usaha melalui merger, yaitu:
1.      Keinginan untuk mengurangi kompetisi antar perusahaan atau ingin memonopoli salah satu
bidang usaha.
2.      Untuk memanfaatkan kekuatan pasar yang belum sepenuhnya terbentuk.
3.      Untuk mencapai skala ekonomi tertentu sehingga dapat menjadi lowest cost procedure.
4.      Untuk memperoleh sumber bahan baku yang murah (dari hulu ke hilir).
5.      Untuk mendapatkan akses pasar atau dana yang relatif murah kapasitas hutang yang semakin
besar serta kemampuan baik dalam hal teknologi maupun manajerial.

Selain manfaat penggabungan usaha yang dikemukakan sebelumnya, Payamta (1997:5) juga
menyebutkan beberapa manfaat lainnya sebagai berikut:
1.      Komplementaris
Penggabungan dua perusahaan sejenis atau lebih secara horizontal dapat menimbulkan sinergi
dalam berbagai bentuk, misalnya perluasan produk, transfer teknologi,  sumber daya manusia
yang tangguh dan sebagainya.

2.      Pooling Kekuatan
Perusahaan-perusahaan yang terlampau kecil untuk mempunyai fungsi-fungsi penting untuk
perusahaannya, misalnya fungsi research and development akan lebih efektif jika bergabung
dengan perusahaan lain yang telah memiliki fungsi tersebut.

3.      Mengurangi Persaingan


Penggabungan usaha diantara perusahaan sejenis akan mengakibatkan adanya pemusatan
pengendalian sehingga dapat mengurangi pesaing.

4.      Menyelamatkan Perusahaan dari kebangkrutan


Bagi perusahaan yang kesulitan likuiditas dan terdesak oleh kreditur, keputusan merger dan
akuisisi dengan perusahaan yang kuat akan menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.

Di samping memperoleh berbagai manfaat, Suta (1992:12) mengemukakan bahwa


penggabungan usaha juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
1.      Proses integrasi yang tidak mudah.
2.      Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
3.      Biaya konsultan yang mahal.
4.      Meningkatnya kompleksitas birokrasi.
5.      Biaya koordinasi yang mahal.
6.      Seringkali menurunkan moral organisasi.
7.      Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.
8.      Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

Contoh Soal Kasus Akuntansi Konsolidasi Dengan Metode Pooling Of Interest

PT BUNDA dan PT ANANDA adalah dua perusahaan yang akan melakukan penggabungan
usaha. Di bawah ini adalah posisi keuangan milik kedua perusahaan sesaat sebelum bergabung:

Keterangan PT BUNDA PT ANANDA


Aktiva:
Kas Rp   25.000.000,- Rp    15.000.000,-
Piutang 35.000.000,- 25.000.000,-
Persediaan 40.000.000,- 40.000.000,-
Aktiva Tetap 80.000.000,- 60.000.000,-
Aktiva Lain-lain 20.000.000,- 10.000.000,-
Total Aktiva Rp  200.000.000,- Rp  150.000.000,-
Hutang:
Hutang Dagang Rp   15.000.000,- Rp   20.000.000,-
Hutang Bank 25.000.000,-  30.000.000,-
Total Hutang Rp   40.000.000,- Rp   50.000.000,-
Modal:
Modal Saham
(Nom. Rp 10.000,-)
Rp  100.000.000,- Rp   50.000.000,-
Agio Saham
10.000.000,-  20.000.000,-
Laba Yang Ditahan
50.000.000,-  30.000.000,-
Jumlah Modal
Rp  160.000.000,- Rp 100.000.000,-
Total Hutang dan Modal Rp  200.000.000,- Rp 150.000.000,-

Kasus 1:
PT BUNDA akan mengganti aktiva bersih PT ANANDA. Untuk itu PT BUNDA mengeluarkan
5.000 lembar sahamnya untuk mengganti aktiva bersih milik PT ANANDA. Dalam kasus ini,
5.000 lembar saham PT BUNDA diserahkan kepada PT ANANDA sehingga jurnal yang harus
dibuat oleh PT BUNDA pada saat pengeluaran saham tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Investasi pada PT ANANDA             Rp 100.000.000,-
Modal Saham                                                     Rp 50.000.000,-
Agio Saham                                                       Rp 20.000.000,-
Laba yang ditahan                                             Rp 30.000.000,-

(Jurnal untuk mencatat pengeluaran 5.000 lembar saham nominal @ Rp 10.000 kepada PT
ANANDA), yang dimaksud aktiva bersih adalah Total Aktiva dikurangi total hutang.
Akibat adanya jurnal tersebut, jumlah modal PT BUNDA akan berubah menjadi sebagai berikut.
    Sebelum                           Sesudah
Penggabungan                 Penggabungan
Modal Saham (nominal 10.000)                      Rp 100.000.000,-          Rp 150.000.000,-
Agio Saham                                                     Rp   10.000.000,-          Rp   30.000.000,-
Laba yang ditahan                                           Rp   50.000.000,-          Rp   80.000.000,-
Jumlah                                                      Rp  160.000.000,-         Rp 260.000.000,-

2.      Setelah penyerahan saham kepada PT ANANDA, PT BUNDA kemudian membuat jurnal
pemindahan/penrimaan Aktiva dan Hutang dari PT ANANDA sebagai berikut.
Kas                                          Rp  15.000.000,-
Piutang                                    Rp  25.000.000,-
Persediaan                               Rp  40.000.000,-
Aktiva Tetap                           Rp  60.000.000,-
Aktiva Lain-lain                      Rp  10.000.000,-
Hutang Dagang                                     Rp   20.000.000,-
Hutang Bank                                         Rp   30.000.000,-
Investasi pada PT ANANDA               Rp 100.000.000,-

Untuk PT ANANDA akan membuat jurnal penutupan rekening pembukuannya karena aktiva,
kewajiban, dan modalnya sudah diambil alih oleh PT BUNDA dengan jurnal sebagai berikut.
Hutang Dagang                                   Rp   20.000.000,-
Hutang Bank                                       Rp   30.000.000,-
Modal Saham                                      Rp   50.000.000,-
Agio Saham                                         Rp   20.000.000,-
Laba yang ditahan                               Rp   30.000.000,-
Kas                                                                     Rp  15.000.000,-
Piutang                                                               Rp  25.000.000,-
Persediaan                                                          Rp  40.000.000,-
Aktiva Tetap                                                      Rp  60.000.000,-
Aktiva Lain-lain                                                 Rp  10.000.000,-
3.      Membuat laporan keuangan gabungan PT BUNDA dan PT ANANDA dengan cara
menjumlahkan masing-masing rekening yang ada yaitu sebagai berikut (yang membuat neraca
gabungan adalah PT BUNDA sedangkan PT ANANDA sudah tidak membuat pembukuan lagi
karena diambil alih aktiva dan kewajibannya oleh PT BUNDA):
Neraca Gabungan
Keterangan PT BUNDA PT ANANDA
(Buku PT BUNDA)
Aktiva:
Kas Rp   25.000.000,- Rp    15.000.000,- Rp   40.000.000,-
Piutang 35.000.000,- 25.000.000,- 60.000.000,-
Persediaan 40.000.000,- 40.000.000,- 80.000.000,-
Aktiva Tetap 80.000.000,- 60.000.000,-       140.000.000,-
Aktiva Lain-lain 20.000.000,- 10.000.000,- 30.000.000,-
Total Aktiva Rp  200.000.000,- Rp  150.000.000,- Rp 350.000.000,-
Hutang:
Hutang Dagang Rp   15.000.000,- Rp   20.000.000,- Rp   35.000.000,-
Hutang Bank 25.000.000,-  30.000.000,- 55.000.000,-
Total Hutang Rp   40.000.000,- Rp   50.000.000,- Rp   90.000.000,-
Modal:
Modal Saham
(Nom. Rp 10.000,-)
Rp  100.000.000,- Rp   50.000.000,- Rp 150.000.000,-
Agio Saham
10.000.000,-  20.000.000,- 30.000.000,-
Laba Yang Ditahan
50.000.000,-  30.000.000,- 80.000.000,-
Jumlah Modal
Rp  160.000.000,- Rp 100.000.000,- Rp 260.000.000,-
Total
Hutang&Modal Rp  200.000.000,- Rp 150.000.000,- Rp 350.000.000,-

Kasus 2:
Apabila PT BUNDA mengeluarkan 7.000 lembar sahamnya untuk menukar aktiva bersih milik
PT ANANDA, maka dalam kasus 2 ini, modal saham PT BUNDA akan bertambah sebesar 7.000
x Rp 10.000,- = Rp 70.000.000,-. Dengan adanya pengeluaran modal ini, jumlah modal PT
BUNDA semuanya menjadi sebesar Rp 100.000.000,- + Rp 70.000.000,- = Rp 170.000.000,- .
Adapun jurnal penggabungan yang dibuat PT BUNDA adalah sebagai berikut.
Investasi pada PT ANANDA                    Rp  100.000.000,-
Modal saham                                                                        Rp  70.000.000,-
Laba yang ditahan                                                    Rp  30.000.000,-

Berdasarkan jurnal diatas, tampak bahwa rekening agio saham tidak tampak lagi dalam jurnal
(bandingkan dengan jurnal pada kasus 1). Hal ini disebabkan karena besarnya investasi pada PT
ANANDA sejumlah Rp 100.000.000,- (sama dengan jumlah modal PT ANANDA) sudah ditukar
dengan 7.000 lembar saham PT BUNDA senilai Rp 70.000.000,-. Sesuai dengan prosedur nomor
3, selisish antara besarnya investasi dengan modal dibebankan ke dalam rekening laba yang
ditahan yaitu Rp 30.000.000,-

Setelah jurnal penggabungan diatas, langkah-langkah pencatatan berikutnya sama seperti pada
kasus 1 diatas, yaitu membuat jurnal pemilikan aktiva dan hutang dari PT ANANDA dan
membuat laporan keuangan gabungan.

Kasus 3:
Apabila PT BUNDA mengeluarkan 6.000 lembar saham guna mengganti aktiva bersih PT
ANANDA, maka jurnal penggabungan yang dibuat adalah sebagai berikut:
Investasi pada PT ANANDA                                Rp  100.000.000,-
Modal saham                                                                           Rp  60.000.000,-
Agio saham                                                                             Rp  10.000.000,-
Laba yang ditahan                                                                   Rp  30.000.000,-

Dari jurnal diatas, tampaklah bahwa yang berubah adalah rekening modal saham yaitu sebesar
6.000 x Rp 10.000,- = Rp 60.000.000,- dan rekening agio saham menjadi Rp 10.000.000,-
(bandingkan dengan jurnal dalam kasus 1 dan kasus 2 dari contoh diatas).
Agio saham sekarang menjadi Rp 10.000.000,-, karena rekening ini tergantung pada modal
saham dan laba yang ditahan. Dalam kasus 3 ini, besarnya investasi = Rp 100.000.000,-.
Besarnya modal saham yang dikeluarkan Rp 60.000.000,- dan besarnya laba yang ditahan Rp
30.000.000,-. Akibatnya besarnya agio saham adalah Rp 10.000.000,- .

Anda mungkin juga menyukai