Anda di halaman 1dari 3

Kedwibahasaan

A. Pendapat Para Ahli

Berikut ini pendapat-pendapat tentang pengertian kedwibahasaan oleh para pakar


ahlinya. Menurut para pakar kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut (Chaer dan
Agustina, 2004:165—168).

1. Robert Lado

Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau


hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa,
bagaimana tingkatnya oleh seseorang.

2. Francis William Mackey

Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan


kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the
alternative use of two or more languages by the same individual). Perluasan pendapat ini
dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur
gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan
berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

3. Hartman dan Stork

Kedwibahasaan adalah pemakain dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat
ujaran.

4. Leonard Bloomfield

Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama


baiknya oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasaan sebagai penguasaan yang sama
baiknya atas dua bahasa atau native like control of two languages. Penguasaan dua bahasa
dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.

5. Haugen
Kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa. Jika diuraikan secara umum maka pengertian
kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun
reseptif oleh seorang individu atau masyarakat. Mengemukakan kedwibahasaan dengan tahu
dua bahasa (knowledge of two languages), cukup mengetahui dua bahasa secara pasif atau
understanding without speaking.

6. Oksaar

Berpendapat bahwa kedwibahasaan bukan hanya milik individu, namun harus


diperlakukan sebagai milik kelompok, sehingga memungkinkan adanya masyarakat
dwibahasawan. Hal ini terlihat di Belgia menetapkan bahasa Belanda dan Perancis sebagai
bahasa negara, Finlandia dengan bahasa Find dan bahasa Swedia. Di Montreal Kanada,
bahasa Inggris dan Perancis dipakai secara bergantian oleh warganya, sehingga warga
Montreal dianggap sebagai masyarakat dwibahasawan murni.

7. Henry Guntur Tarigan

Pengertian kedwibahasaan bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak, hitam atau putih,
tetapi bersifat “kira-kira” atau “kurang lebih”. Pengertian kedwibahasaan merentang dari
ujung yang paling sempurna atau ideal, turun secara berjenjang sampai ke ujung yang paling
rendah atau minimal. Pendek kata, pengertian kedwibahasaan berkembang dan berubah
mengikuti tuntutan situasi dan kondisi (Tarigan, 1990:7).

Kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh
seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian. Pengertian
kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun
reseptif oleh seorang individu atau oleh masyarakat. Kedwibahasaan dapat diklasifikasikan
dengan berbagai cara berdasarkan beberapa sudut pandang, beberapa di antaranya adalah (a)
berdasarkan hipotesis ambang yang tterbagi atas (1) kedwibahasaan subtraktif (subtractive
bilingualism), (2) Kedwibahasaan aditif (additive bilingualism). Sedangkan (b) berdasarkan
tahap usia seseorang memperoleh bahasa kedua (B2) yang membuatnya menjadi seorang
dwibahasawan, maka dapat dibedakan empat jenis kedwibahasaan, yaitu: (1) kedwibahasaan
masa kecil (infant bilingualism), (2) kedwibahasaan masa kanak-kanak (child bilingualism),
(3) kedwibahasaan masa remaja (adolesence bilungalism), (4) Kedwibahasaan masa dewasa
(adult bilingualism).
Proses pemerolehan kedwibahasaan terbagi atas dua proses di antaranya pemerolehan
kedwibahasaan simultan, yaitu pemerolehan dua bahasa secara simultan tidaklah berbeda
secara signifikan dengan pemerolehan satu bahasa, selagi bahwa di dalam kedua peristiwa itu
anak tersebut mulai dengan seperangkat kaidah tunggal di dalam memberikan respon
terhadap lingkungan bahasanya. Sedangkan proses yang kedua disebut dengan pemerolehan
kedwibahasaan sekuel/kedwibahasaan berurutan, yaitu kedwibahasaan berurutan jelas terlihat
jarak antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Seorang pemeroleh
atau seorang dwibahasawan mula-mula belajar atau memperoleh bahasa pertama (B1), baru
kemudian disusul dengan bahasa kedua (B2).

Dengan memperhatikan berbagai hasil penelitian yang ada, kedwibahasaan dapat


berpengaruh terhadap individu. Pengaruhnya mencakup bidang kognitif, penampilan kognitif
dan penampilan akademik. Adanya kedwibahasaan dalam masyarakat berpengaruh pada
model pengajaran yang diberikan, bergantung dari politik dan kebijakan bahasa yang ingin
diterapkan suatu Negara. Adapun berbagai model pengajaran/pendidikan yang timbul akibat
adanya pengaruh kedwibahasaan antara lain (1) model pendidikan yang mengarah pada
asimilasi bahasa dan budaya yang terbagi atas (a) pendekatan submersion dan (b) program
dwibahasa transisional. (2) model pendidikan yang mengarah pada diversifikasi budaya, yang
terbagi atas (a) program maintenance dan (b) program Immersion.

Arerariena,”Kedwibahasaan” Kedwibahasaan 02 Februari 2011,


https://arerariena.wordpress.com/2011/02/02/kedwibahasaan/ [Diakses 03 April 2020]

Anda mungkin juga menyukai