Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH RANGE OF MOTION AKTIF (CYLINDRICAL GRIP) TERHADAP

KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS PADA PASIEN


STROKE NON HEMORAGIK

Isti Wahyuningsih *)
Ismonah **), Hendrajaya ***)

*) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,


**) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
***) Dosen Program Studi S1 Manajemen STIEPARI Semarang

ABSTRAK
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak lokal atau global
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Angka kejadian stroke di dunia diperkirakan
mencapai 200 per 100.000 penduduk dalam setahun di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya
terdapat 500.000 orang, dari jumlah tersebut terdapat sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan
sisanya cacat ringan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh range of motion aktif
cylindrical grip terhadap kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke non hemoragik di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah pre experimental one group pretest postest
design, dengan teknik sampling yaitu purposive sampling. Populasi dari penelitian ini sebanyak 28
orang. Pengambilan data pada penelitian ini dengan menggunakan observasi terstruktur, analisis data
dilakukan dengan analisis bivariat menggunakan uji beda paired sample t test. Didapatkan hasil
terdapat perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah diberikan intervensi ROM aktif cylindrical
grip dengan ρ value 0,001 (<0,05) dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ROM aktif
cylindrical grip efektif terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas.

Kata kunci : Stroke Non Hemoragik, ROM Aktif Cylindrical Grip, kekuatan otot esktremitas atas

ABSTRACT
Stroke is a clinical bunches growing rapidly due to local or global brain disorder with symptoms that
last for 24 hours or more and can cause death without any other obvious cause other than vascular.
The incidence of stroke in the world is estimated at 200 per 100,000 population in a year in Indonesia
is estimated there are 500,000 people each year, of which there are about 25% or 125,000 people died
and the remaining minor defects. The purpose of this research to determine the effect of range active
motion cylindrical grip for upper extremity muscle strength to non haemorrhagic stroke patients at
RSUD Ungaran District Semarang. The research was pre experimental one group pretest posttest
design, with the purposive sampling technique. There is 28 people population of this research.
Retrieval data of this research using a structured observation, data analysis performed by bivariate
analysis using different test paired sample t test with ρ value 0,001 (<0,05). From these results we can
conclude that active ROM cylindrical grip effectively to increase strength upper extremity muscles

Keywords: Non Haemorrhagic Stroke, Cylindrical Grip Active ROM, Strength upper extremity
muscles

1
PENDAHULUAN normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot. ROM aktif adalah
Stroke merupakan penyakit yang menjadi latihan gerak yang dilakukan pasien secara
penyebab kesakitan dan kematian nomor dua mandiri. Cylindrical grip merupakan bagian
di Eropa setelah penyakit jantung serta nomor dari latihan ROM. Cylindrical grip salah satu
tiga di Amerika Serikat setelah penyakit dari power grip yang menggunakan benda
jantung dan kanker (Ginsberg, 2007, hlm.89). berbentuk silindris berfungsi untuk
Angka kejadian stroke di dunia diperkirakan menggerakkan jari- jari tangan menggenggam
mencapai 200 per 100.000 penduduk dalam sempurna (Irfan, 2010, hlm, 205).
setahun (Yastroki, 2005). Prevalensi kejadian
stroke di Amerika pada tahun 2005 adalah Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
sebesar 2,6%. Prevalensi tersebut meningkat mengetahui pengaruh range of motion aktif
sesuai dengan kelompok usia yaitu 0,8% pada (cylindrical grip) terhadap kekuatan otot
kelompok usia 18 sampai 44 tahun, 2,7% pada ekstremitas atas pada pasien stroke non
kelompok usia 45 sampai 64 tahun, dan 8,1% hemoragik di RSUD Ungaran.
pada kelompok usia 65 tahun keatas.
Prevalensi pada pria mencapai 72% sedangkan Manfaat penelitian ini adalah untuk
pada wanita mencapai 2,5% (Satyanegara memberikan informasi bahwa latihan ROM
et,al., 2010, hlm.227). Angka kejadian stroke aktif (cylindrical grip) berpengaruh terhadap
di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya tingkat kekuatan otot ekstremitas atas pada
terdapat 500.000 orang, dari jumlah pasien stroke non hemoragik, yang selanjutnya
tersebut terdapat sekitar 25% atau 125.000 dapat memberikan asuhan keperawatan yang
orang meninggal dan sisanya cacat ringan. lebih komprehensi pada pasien stroke non
hemoragik.
Menurut World Health Organization (WHO,
METODE PENELITIAN
2006) stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan otak fokal
Penelitian ini termasuk dalam desain pre
atau global dengan gejala-gejala yang
experimental one group pretest postest
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan
design, yaitu rancangan ini tidak ada
dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
kelompok pembanding (kontrol), tetapi sudah
penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
dilakukan observasi pertama (pretest)
Akibat adanya gangguan pada otak salah
(Notoatmodjo, 2010, hlm. 57). Populasi
satunya menyebabkan kecacatan yaitu
penelitian ini di Rumah Sakit Umum Daerah
hemiplegia. Hemiplegi yaitu kelumpuhan atau
Ungaran pada bulan 26 Februari sampai
kelemahan otot-otot tangan, kaki, dan wajah
dengan 29 Maret 2013 sebanyak 39 pasien.
pada salah satu sisi tubuh (Sidharta, 1999,
Banyaknya sampel yang digunakan dalam
hlm.107).
penelitian ini adalah 28 orang dengan kriteria
inklusi: bersedia menjadi responden, tidak
Kelemahan atau kelumpuhan otot ekstremitas mengalami pembedahan, memiliki derajat
pada pasien stroke dapat dipulihkan dengan kekuatan otot 3, tidak mengalami tekanan
fisioterapi. Fisioterapi harus dimulai sedini darah tinggi, dan kriteria inklusi : pasien
mungkin secara cepat dan tepat, sehingga menolak menjadi responden, GCS < 15.
dapat membantu pemulihan fisik yang lebih Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap
cepat dan optimal. Serta mencegah terjadinya bedah RSUD Ungaran yaitu Dahlia, Cempaka,
kontraktur dan memberikan dukungan Mawar. Alat pengumpulan data dalam
psikologis pada pasien stroke dan keluarga penelitian ini menggunakan lembar observasi
pasien (Gofir, 2009, hlm.179). derajat kekuatan otot yaitu 3 (dapat melawan
gaya berat tetapi tidak dapat melawan tahanan
Salah satu bentuk fisioterapi untuk maksimal), 4 (Gerakan penuh yang normal
memulihkan kekuatan otot adalah range of melawan gravitasi dan melawan tahananh
motion. Range of motion (ROM) adalah minimal), 5 (Kekuatan normal, gerakan penuh
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan yang normal melawan gravitasi dan tahanan
atau memperbaiki tingkat kesempurnaan penuh), serta alat pelengkap ROM Aktif
kemampuan menggerakan persendian secara cylindrical grip yaitu tissue gulung berbentuk

1
silindri, dan mengobservasi buku rekam medik SD tertinggi sebesar 23 responden
untuk mengetahui identitas responden yang sebanyak 82.1%.
terdiri atas nama, jenis kelamin, umur,
diagnosa medik stroke non hemoragik. Tabel 1
Distribusi frekuensi responden
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri berdasarkan karakteristik responden
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
menjelaskan kepada calon responden dan No Usia Frek Persentase
keluarga calon responden tentang tujuan dan (N=28) (%)
manfaat penelitian. Responden yang bersedia,
diminta menandatangani lembar persetujuan, 1 45-49 1 3.6
kemudian mengukur derajat kekuatan otot 3 2 50-54 10 35.7
pada bagian ekstremitas atas respoden. 3 55-59 7 25.0
4 60-64 6 21.4
Kemudian peneliti memberikan intervensi
5 65-69 1 3.6
kepada responden dengan menggunakan benda 6 70-74 2 7.1
tissue gulung selama kurang lebih 10 menit 7 75-79 1 3.6
dengan 7 kali pengulangan gerakan, dilakukan
sehari 2 kali yaitu pagi dan sore serta Total 28 100
pengukuran kekuatan otot disetiap akhir
intervensi, peneliti kembali menggunakan
derajat kekuatan. No Jenis Kelamin Frek Persentase
(N=28)
Analisis univariat dilakukan untuk
1 Perempuan 14 50.0
menjelaskan atau mendeskripsikan
2 Laki-laki 14 50.0
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
analisis univariat tergantung jenis datanya. Total 28 100
Untuk data numerik digunakan nilai mean atau
rata-rata, median, dan standar deviasi
(Notoatmodjo, 2010,hlm. 182). Analisis No Tingkat Frek Persentase
bivariat digunakan untuk menguji perbedaan pendidikan (N=28)
sebelum dilakukan ROM aktif cylindrical grip
dengan sesudah dilakukan ROM aktif 1 Tidak sekolah 2 7.1
cylindrical grip terhadap ekstremitas atas pada 2 SD 23 82.1
3 SMP 3 10.7
pasein stroke non hemoragik. Data tersebut
4 SMA 0 0
dilakukan uji normalitas data dengan
menggunakan Shapiro-Wilk didapatkan nilai Total 28 100
probabilitas sebesar 0,059 < 0,05 maka dapat
disimpulkan data tersebut berdistribusi normal.
Setelah itu peneliti analisis dengan Karakteristik responden sebelum dan
menggunakan uji parametrik paired sampel t setelah diberikan intervensi ROM Aktif
tes. Cylindrical grip disajikan pada tabel 2.

Tabel 2
HASIL PENELITIAN Distribusi frekuensi sebelum dan sesudah
diberikan intervensi ROM Aktif
A. Analisis Univariat Cylindrical grip
Data karakteristik responden secara
keseluruhan ditunjukan pada tabel 1. Kekuatan Frek Kekuatan Frek %
Dimana hasil penelitian menunjukkan otot pre (N=28) otot post (N=28)
bahwa responden usia tertinggi antara 50- 3 28 3 1 3.6
54 tahun sebanyak 35.7%. Pada kriteria 4 10 35.7
jenis kelamin antara laki – laki dan 5 17 60.7
perempuan tidak mengalami perbedaan
Total 28 Total 28 100
yang signifikansi yaitu masing-masing
sebesar 50%, dengan tingkat pendidikan

2
salah satu faktor resiko terjadinya stroke yang
B. Analisis Bivariat tidak dapat dirubah. Pada laki-laki dan
perempuan memiliki resiko yang sama besar
Hasil uji normalitas data dengan dalam menderita stroke non hemoragik, hal ini
menggunakan uji Sharpiro-Wilk terjadi karena didukung adanya riwayat
didapatkan nilai ρ value 0,059 (ρ > 0,05) keluarga yang menderita stroke non
maka dikatakan data berdistribusi normal, hemoragik. Selain itu, stroke non hemoragik
dan dilanjutkan dengan uji paired sample juga dipengaruhi oleh faktor gaya hidup laki-
t test . Hasil uji paired sample t test laki dan perempuan yang tidak jauh beda
menunjukkan nilai ρ value 0,001 dalam hal konsumsi makanan tinggi lemak,
(ρ < 0,05), sehingga dapat disimpulkan kebiasaan merokok, aktifitas dan latihan
bahwa ada pengaruh range of motion aktif (Pinzon, et. al., 2010, hlm.5).
cylindrical grip terhadap kekuatan otot
ekstremitas atas pada pasien stroke non Konsumsi makanan yang tinggi lemak secara
hhemoragik di RSUD Ungaran. terus menerus dapat mengakibatkan
tertimbunnya lemak dalam tubuh yang
PEMBAHASAN akhirnya mengakibatkan penebalan dinding
pembuluh darah. Penebalan dinding pembuluh
Interpretasi Data dan Diskusi Hasil darah menimbulkan penyempitan atau
penyumbatan lumen sehingga suplai aliran
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden darah tidak adekuat yang beresiko terjadi
terbanyak usia 50 sampai 54 tahun yaitu stroke (Satyanegara, 2010, hlm. 227). Faktor
sebanyak 10 (35,7%). Usia diatas 50 tahun lain yang meningkatkan resiko terjadinya
rentan terjadi stroke, karena diusia ini stroke yaitu kebiasaan merokok, hal ini
pembuluh darah sudah tidak elastis lagi, dan disebabkan nikotin yang ada pada rokok dapat
terjadi penumpukan plak pada pembuluh darah merangsang pelepasan katekolamin yang
akibat pola hidup yang tidak sehat. Hal ini menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah,
mengakibatkan suplai oksigen ke otak akan sehingga beresiko terjadinya stroke (Udjianti,
terganggu sehingga dapat memicu terjadinya 2010, hlm. 114).
stroke (Kozier, 2009, hlm 43). Pendapat
tersebut diatas didukung oleh pendapat Lewis Beberapa faktor yang turut mendukung
(2007, dalam Marlina, 2011, hlm.178) yang terjadinya stroke pada perempuan adalah
menyatakan bahwa angka kejadian stroke penggunaan pil kontrasepsi dan menopause.
meningkat seiring dengan bertambahnya usia, Menopause merupakan suatu fase yang
resiko ini meningkat sejak usia 45 tahun, dialami oleh perempuan dimana terjadinya
setelah usia 50 tahun keatas setiap perubahan hormon esterogen dan progesterone
penambahan usia tiga tahun meningkatkan dalam tubuh. Penurunan hormon ini, akan
resiko sebesar 11-20%. memicu peningkatan tekanan darah, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya stroke
Hal ini sejalan dengan penelitan yang (Sutrisno, 2008, hlm.76). Penggunaan
dilakukan oleh Wildani (2009) yang berjudul kontrasepsi oral terlebih dengan kombinasi
“Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot antara esterogen dan progesteron, akan
Ektremitas Pada Penderita Stroke Non meningkatkan resiko terjadinya stroke iskemik
Hemoragik”, disimpulkan bahwa dari 31 pada perempuan. Hal ini dapat terjadi karena
responden rentang usia responden yang penggunaan kombinasi tersebut menyebabkan
menderita stroke yaitu pada rentang usia 41- darah menjadi lebih kental, sehingga dapat
60, sehingga dapat disimpulkan bahwa usia membentuk gumpalan darah pada pembuluh
berpengaruh terhadap kejadian stroke. darah yang akan menghambat suplai darah ke
otak dan akan memicu terjadinya stroke
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada iskemik (Sutrisno, 2008, hlm.76).
perbedaan signifikan antara jenis kelamin laki-
laki dan perempuan dalam hal resiko Data karakteristik pada tingkat pendidikan
menderita stroke non hemoragik sebanyak 14 menunjukan terbanyak adalah sekolah dasar
responden (50%). Jenis kelamin merupakan (SD) sebanyak 22 (82.1%). Menurut
Mardiyanto (2011, dalam Wildani, 2010,

3
hlm.194), menyatakan bahwa tingkat Setelah dilakukan intervensi, hasil penelitian
pendidikan dapat meningkatkan kualitas ini menunjukkan bahwa setelah hari ke 7
depresi dan pada tingkat pendidikan yang terdapat 17 responden dengan persentase
rendah secara signifikan terkait erat dengan (60,7%) mengalami peningkatan pada
peningkatan kejadian depresi pada pasien kekuatan otot derajat 5. Hasil penelitian ini
stroke. Jika pasien mengalami depresi maka membuktikan kebenaran teori mengenai
akan berpengaruh terhadap status kesehatan latihan ROM aktif yang mempunyai beberapa
pasien. Saat depresi maka imun akan menurun, manfaat mempertahankan atau meningkatkan
otot dan pembuluh darah akan menegang kekuatan otot dan kelenturan otot,
sehingga akan terjadi peningkatan takanan mempertahankan fungsi kardiorespirasi,
darah yang akan memicu terjadinya stroke. menjaga fleksibilitas dari masing-masing
persendian, dan mencegah kontartur, atau
Pendidikan merupakan faktor yang kekakuan pada persendian (Asmadi, 2009,
mempengaruhi status kesehatan, tingkat hlm. 131). Salah satu latihan gerak yang dapat
pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat diaplikasikan pada penderita stroke yaitu
pada seseorang. Apabila seseorang dengan ROM aktif Cylindrical Grip. Latihan ini dapat
tingkat pendidikan tinggi akan memiliki digunakan untuk melatih kekuatan otot tangan
pengetahuan dan sikap yang baik yang dapat pada individu yang mengalami kelemahan
mempengaruhi perilakunya untuk hidup diektremitas atas khususnya pada bagian
sehat (Wildani, 2010, hlm.194). Hal tangan. Latihan ini dilakukan dengan 3
tersebut sependapat dengan Notoatmodjo tahap yaitu membuka tangan, menutup
(2003) yang mengungkapkan bahwa jari-jari untuk menggenggam objek, dan
pendidikan berpengaruh pada cara berfikir, mengatur kekuatan menggenggam. (Irfan,
tindakan dan pengambilan keputusan 2010, hlm.203).
seseorang dalam melakukan suatu perbuatan.
Semakin tinggi pendidikan individu, akan
Pendapat diatas didukung oleh Sunardi (2006,
semakin baik pengetahuannya tentang
hlm.5) yang menyebutkan dengan pemberian
kesehatan. Pendidikan dapat menambah
terapi fisik seperti latihan ROM Aktif
wawasan atau pengetahuan seseorang.
Cylindrical Grip dapat membantu
mengembangkan cara untuk mengimbangi
Berdasarkan data distribusi frekuensi
paralisis melalui penggunan otot yang masih
keseluruhan kekuatan otot responden sebelum
mempunyai fungsi normal, membantu
pemberian perlakuan adalah 3 (yang dapat
mempertahankan, membentuk adanya
diartikan bahwa kekuatan otot responden
kekuatan, dan mengontrol bekas yang
hanya dapat melawan gaya berat tetapi tidak
dipengaruhinya pada otot dan membantu
dapat melawan tahanan maksimal) sebanyak
mempertahankan ROM dalam mempengaruhi
(100%) sehingga dapat disimpulkan
anggota badan dalam mencegah otot dari
keseluruhan responden mengalami kelemahan
pemendekan (kontraktur) dan terjadinya
atau hemiparesi. Hal ini terjadi dikarena
kecacatan.
Stroke iskemik (Stroke Non hemoragik)
merupakan jenis stroke yang disebabkan
Hasil uji paired sample t test nilai ρ value
adanya gangguan aliran darah yang menurun
0,001 (ρ<0,05) sehingga berdasarkan statistik
atau bahkan terhenti sama sekali pada area
nilai tersebut bermakna dan dapat disimpulkan
tertentu di otak, hal ini disebabkan adanya
bahwa ada pengaruh range of motion aktif
emboli atau trombosis pada pembuluh darah.
cylindrical grip terhadap peningkatan
(Wahjoepramono,2005, hlm.19). Pada stroke
kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien
non hemoragik akan terjadi penurunan suplai
stroke non hemoragik di RSUD Ungaran
darah yang mengakibatkan otak mengalami
Kabupaten Semarang.
iskemik, karena adanya sumbatan plak ataupun
gumpalan darah didalam otak, sehingga dapat
Pendapat diatas didukung oleh Soeparman
mengakibatkan terjadinya hemiplegia
(2004, dalam Irdawati, 2012, hlm. 130) yang
(Muttaqin, 2008, hlm.57).
menyatakan bahwa latihan pergerakan
khususnya rentang gerak bagi penderita stroke
dapat meningkatkan kemandirian pasien. Hal

4
ini dikarenakan dengan latihan gerak maka sampai 54 tahun dengan jumlah 10
otot pun akan bermobilisasi. Mobilisasi otot (35.7%). Pasien dengan jenis kelamin laki-
dapat mencegah kekakuan otot, melancarkan laki dan perempuan memiliki resiko sama
sirkulasi darah, dan meningkatkan masa otot. besar menderita stroke non hemoragik
Apabila hal ini dilakukan dengan rutin maka sebesar 50%, serta paling banyak pada
toleransi otot untuk melakukan gerakan pun tingkat pendidikan SD sebesar 23 (82.1%).
akan meningkat. 2. Kekuatan otot sebelum dilakukan intervensi
ROM Aktif Cylindrical Grip dengan
Latihan rentang gerak juga bermanfaat untuk derajat kekuatan otot 3 sebanyak 28
memperbaiki tonus otot maupun refleks (100%).
tendon yang mengalami kelemahan, hal ini 3. Setelah dilakukan intervensi selama 7 hari
dikarenakan pemberian latihan gerakan yang 2 kali perlakuan tersebut peningkatan
secara terus menerus dapat menstimulasi atau kekuatan otot sebanyak 17 (60.7%) dengan
merangsang otot-otot disekitarnya untuk derajat kekuatan otot 5 (normal, dapat
berkontraksi. Apabila stimulus gerakan ini melawan gravitasi dan tahanan maksimal).
dilakukan secara rutin maka akan terjadi 4. Uji statistik dengan paired t test diperoleh
peningkatan kekuatan otot (Irfan, 2010, hlm. ρ rata-rata 0,001 (<0,05). Maka dapat
193). disimpulkan terdapat peningkatan kekuatan
otot ekstremitas atas pada pasien stroke non
Latihan Cylindrical grip merupakan suatu hemoragik dengan perlakuan selama 7
bentuk latihan fungsional tangan dengan cara hari dengan 2 kali perlakuan ROM
menggenggam sebuah benda berbentuk Aktif Cylindrical Grip di RSUD
silindris seperti tissue gulung pada telapak Ungaran.
tangan, yang bertujuan untuk menunjang
pemulihan kemampuan gerak dan fungsi SARAN
tangan. Dengan melakukan program ini secara
program ini secara teratur akan membantu 1. Bagi RSUD Ungaran
proses perkembangan motorik tangan Latihan ROM Aktif Cylindrical Grip pada
(Irfan, 2010, hlm. 193). Hal ini dapat ekstremitas atas dapat diaplikasikan dalam
dibuktikan dengan hasil evaluasi sewaktu praktek asuhan keperawatan diruang rawat
penelitian berlangsung dengan respon inap mengingat tidak terdapat program
responden yang menyatakan tidak terjadi khusus fisioterapi untuk pasien stroke non
kekakuan pada otot setelah latihan ROM Aktif hemoragik, bila dilakukan sebanyak 2
Cylindrical grip. Pada penelitian ini dari 28
responden terdapat 1 responden yang tidak
kali sehari secara rutin dan bertahap.
mengalami peningkatan kekuatan otot Karena sangat efektif untuk rehabilitasi
dikarenakan beberapa faktor terkait dengan dini pasca serangan stroke.
berat ringannya tingkat terjadinya stroke dan 2. Bagi Institusi Pendidikan
kelainan pada otak, penentuan luas kerusakan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pada otak. dilakukan peneliti ROM Aktif
cylindrical grip dapat dijadikan materi
tambahan terkait penatalaksanaan pada
Keterbatasan penelitian, peneliti tidak pasien stroke non hemoragik yang
menggunakan kelompok kontrol dan mengalami hemiparesis pada anggota
responden pada penelitian ini masih gerak tubuh ekstremitas atas khususnya
mengkonsumsi obat sehingga peneliti ini pada bagian cengkraman.
masih terpengaruh oleh obat walaupun peneliti
3. Bagi Masyarakat
sudah mengantisipasi dengan tidak
Memberikan informasi pada masyarakat
memberikan intervensi bersamaan dengan
tentang latihan ROM aktif cylindrical grip
pemberian obat.
terhadap kekuatan otot ekstremitas atas
pasien stroke non hemoragik, sehingga bagi
KESIMPULAN
pasien stroke dapat melakukan terapi ini di
rumah, tentunya juga memerlukan
1. Sebagian besar pasien stroke non
pengawasan dari keluarga.
hemoragik terjadi pada usia 50 tahun

5
4. Bagi Peneliti lain
Dalam penelitian ini hanya menggunakan 1 Pringuna Sidharta, M.D.,PH.D. (1999). Tata
variabel saja yaitu ROM Aktif Cylindrical pemeriksaan klinis dalam
Grip yang sudah membuktikan dapat neurologi. Cetakan 4.Jakarta: Dian
meningkatkan kekuatan otot bagian Rakyat
ekstremitas atas. Penelitian selanjutnya
dapat mengaplikasikan gerakan ROM lain Pinzon, Rizaldy., Asanti., Laksmi., Sugianto &
yang lebih mempercepat memulihkan Widyo., Kriswanto. (2010). Awas
bagian yang mengalami hemiparesis. stroke! Pengertian, gejala,
Metode penelitian selanjutnya sebaiknya tindakan perawatan & pencegahan.
menggunakan true eksperimental dengan Yogyakarta: Penerbit ANDI
melibatkan kelompok kontrol dilakukan
pada rumah sakit yang memilki fasilitas Sutrisno, Alfred.(2008). Stroke you must
terutama pada bidang unit stroke know you get it!. Jakarta:
Gramedia Pusaka Utama
DAFTAR PUSTAKA
Satyanegara., et al. (2010). Ilmu bedah
Asmadi. (2009). Teknik prosedural
keperawatan dan aplikasi
saraf satyanegara. Edisi IV.
kebutuhan dasar klien. Jakarta: Jakarta: Gramedia Pustaka
Salemba medika Utama

Gofir, Abdul. (2009). Manajemen stroke. Edisi Udjianti, Wajanjuni. 2010. Keperawatan
pertama. Yogyakarta: Pustaka kardiovaskuler. Jakarta:
cendekia press Salemba Medika

Ginsberg, Lionel. (2007). Lecture notes: Widani, Muhammad Hayyi., Ika


neurologi. Alih Bahasa. Indah Rosdiyana., Ken Wirastuti.
Retno Wardani. Jakarta: Erlangga (2010). Pengaruh fisioterapi
Irfan, Muhamad. (2010). Fisioterapi bagi
terhadap kekuatan otot
insan stroke. Edisi 1.Yogyakarta: ekstremitas pada penderita
Graha Ilmu stroke non hemoragik. Vol. 2,
No. 2., Juli- Desember
Irdawati. (2012). Pengaruh latihan gerak
terhadap keseimbangan pasien Wahjoepramono, Eka. (2005). Stroke tata
stroke non hemoragik. KEMAS 7 laksana fase akut. Fakultas
(2) 129-136 Kedokteran Universitas Pelita
Harapan: RS. Siloam
Kozier, Barbara.,, et all. (2010). Fundamental Greneagles Lippo Karawaci
keperawatan konsep, proses, dan
praktik. Jakarta: EGC
. ,(2006). Tingkat terjadinya
, (2009). Fundamental stroke di Indonesia.
keperawatan konsep, proses, dan www.yastroki.or.id.
praktik. Jakarta: EGC Diperoleh tanggal 1 Juni 2013

Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan


Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba
Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi


penelitian kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

6
i

M
a
s
y
a
r
a
k
a
t
1. B
a
g
i

P
e
r
a
k

t
u
b
u
h

e
k
s
t
r
e
m
i
t
a
s

a
t
a
s

k
h
u

7
u

8
a

9
a

10
n

11
m

12
s

13
u

14
P

15

Anda mungkin juga menyukai