Jenis ular yang menggigit akan berpengaruh dengan jenis komplikasi yang akan terjadi.
Ular jenis viper akan lebih menyebabkan koagulopati dibandingkan dengan ular jenis elapids
yang lebih menyebabkan komplikasi pada syaraf.
Komplikasi yang paling sering terjadi karena gigitan ular adalah masalah hematologi,
spesifiknya koagulopati. Adapun tipe koagulopati karena gigitan ular disebut juga Venom-
induced consumption coagulopathy (VICC). VICC adalah kondisi koagulopati yang disebabkan
oleh terlalu banyaknya faktor pembekuan darah yang tersirkulasi di suatu tempat disebabkan
karena racun prokoagulan yang terdapat pada bisa ular. Kondisi tersebut menyebabkan di sisi
lainnya, faktor koagulan tidak tersirkulasi dengan baik dan menyebabkan adanya perdarahan.
Pasien yang tergigit ular rentan mengalami perdarahan khususnya pada pasien yang juga
mengalami trauma, atau pasien yang memiliki riwayat hipertensi. Adapun kondisi yang paling
membahayakan jiwa adalah perdarahan intracranial.
Durasi dari VICC tergantung dengan tipe dari bisa ular dan pemberian antibisa.
Umumnya, gejala VICC akan membaik 24-48 jam setelah pemberian antidotum. Diagnosis dari
VICC dapat ditegakkan dengan beberapa bukti seperti riwayat tergigit ular dan adanya
koagulopati. Koagulopati dapat dikonfirmasi dengan melihat INR, PTT dan APTT, peningkatan
D-dimer.
Gejala perdarahan yang mungkin muncul (Berling & Isbister, 2015)
Beberapa jam setelah gigitan ular, umumnya otot wajah, vocal cords dan otot leher akan
ikut melemah. Otot selanjutnya yang akan terpengaruh adalah otot ekstrimitas dengan
terjadinya flaccid quadriparesis atau quadriplegia. (Del Brutto, 2013)
Penanganan gigitan ular disesuaikan dengan masalah yang dialami. Adapun rinciannya meliputi: