Anda di halaman 1dari 3

Komplikasi snake bite

Jenis ular yang menggigit akan berpengaruh dengan jenis komplikasi yang akan terjadi.
Ular jenis viper akan lebih menyebabkan koagulopati dibandingkan dengan ular jenis elapids
yang lebih menyebabkan komplikasi pada syaraf.

1. Komplikasi hematologi (Berling & Isbister, 2015)

Komplikasi yang paling sering terjadi karena gigitan ular adalah masalah hematologi,
spesifiknya koagulopati. Adapun tipe koagulopati karena gigitan ular disebut juga Venom-
induced consumption coagulopathy (VICC). VICC adalah kondisi koagulopati yang disebabkan
oleh terlalu banyaknya faktor pembekuan darah yang tersirkulasi di suatu tempat disebabkan
karena racun prokoagulan yang terdapat pada bisa ular. Kondisi tersebut menyebabkan di sisi
lainnya, faktor koagulan tidak tersirkulasi dengan baik dan menyebabkan adanya perdarahan.

Pasien yang tergigit ular rentan mengalami perdarahan khususnya pada pasien yang juga
mengalami trauma, atau pasien yang memiliki riwayat hipertensi. Adapun kondisi yang paling
membahayakan jiwa adalah perdarahan intracranial.

Durasi dari VICC tergantung dengan tipe dari bisa ular dan pemberian antibisa.
Umumnya, gejala VICC akan membaik 24-48 jam setelah pemberian antidotum. Diagnosis dari
VICC dapat ditegakkan dengan beberapa bukti seperti riwayat tergigit ular dan adanya
koagulopati. Koagulopati dapat dikonfirmasi dengan melihat INR, PTT dan APTT, peningkatan
D-dimer.
Gejala perdarahan yang mungkin muncul (Berling & Isbister, 2015)

2. Komplikasi neurologis (Del Brutto, 2013)


Efek racun dari bisa ular dapat menyebabkan neurotoksisitas. Salah satu komplikasi dari
gigitan ular adalah stroke. Umumnya kasus stroke karena gigitan ular ditemukan di area
pedesaan. Stroke tersebut terjadi karena masalah koagulasi darah yang disebabkan oleh bisa
ular. Insidensi stroke yang disebabkan karena infark hampir sama besarnya dengan stroke
yang disebabkan karena pendarahan (Del Brutto, 2013).
Selain sistem saraf pusat, komplikasi neurologis juga dapat terjadi pada sistem saraf
perifer. Efek alpha dan beta neurotoxin mulai muncul sejak beberapa menit atau jam dari
masuknya bisa. Kondisi tersebut menyebabkan kelemahan otot dikarenakan blockade pada
transmisi sinaps, baik pada level presinaps maupun post-sinaps. Paling sering, tanda pertama
dari paralisis adalah palpebralprosis dan ophthalmoplegia eksternal karena otot okuler
merupakan otot yang rentan untuk mengalami blockade transmisi tersebut.

Beberapa jam setelah gigitan ular, umumnya otot wajah, vocal cords dan otot leher akan
ikut melemah. Otot selanjutnya yang akan terpengaruh adalah otot ekstrimitas dengan
terjadinya flaccid quadriparesis atau quadriplegia. (Del Brutto, 2013)

Penanganan snake bite

Penyebaran bisa ular utamanya berada di saluran limfatik.

Penanganan gigitan ular disesuaikan dengan masalah yang dialami. Adapun rinciannya meliputi:

1. VICC (Berling & Isbister, 2015)


Tujuan utama dari penanganan VICC adalah pencegahan perdarahan dan komplikasinya.
Hal ini dapat dilakukan dengan menetralkan racun yang sifatnya prekoagulan dan
memperbaiki faktor pembekuan agar terjadinya trauma minor tidak mengakibatkan
perdarahan. Pada pasien dengan perdarahan aktif, penggantian faktor pembekuan dapat
membantu mempercepat pemulihan.
a. Antibisa / antidotum
Antibisa telah terbukti dapat mengikat racun dan menetralkan efek toxic. Namun,
pengikatan dan penetralan racun hanya dapat mencegah VICC sebelum berkembang
semakin parah sehingga harus diberikan segera. Pemberian antibisa dapat membantu
pada komplikasi yang berhubungan dengan sistem syaraf, namun tidak terlalu
memiliki efek yang baik pada VICC.
b. Pemberian Fresh Frozen Plasma
Pemberian antibisa dan FFP telah terbukti dapat memperbaiki nilai PT dan INR,
sehingga dapat mengontrol perdarahan. Pemberian FFP dan menjaga pasien agar
tidak mengalami trauma merupakan cara yang paling tepat untuk mencegah
pendarahan.

Anda mungkin juga menyukai