NIM : P07124218004 Prodi/Semester : Sarjana Terapan/IV Mata Kuliah : Sistem Informasi Kesehatan
1. Syarat Indikator Kesehatan
Syarat utama yang harus dipenuhi sebuah indikator adalah ketetapannya dalam mewakili informasinya. Untuk menetapkan indikator, syarat yang harus diperhatikan ialah dikenal dengan istilah SMART, yaitu: a. S artinya simple/sederhana, baik dalam pengumpulan data maupun dalam rumus perhitungan untuk mendapatkannya. b. M artinya measure/dapat diukur sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan antara satu dengan yang lainnya. c. A artinya attributable/bermanfaat dalam pengambilan keputusan d. R artinya reliable/dapat dipercaya e. T artinya timely/tepat waktu ketika dibutuhkan
2. Strategi Sistem Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
Strategi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional adal lima, yaitu: a. Integrasi SIK yang ada. Dalam hal ini sistem informasi yang ada disatukan/digabung dengan pengintegrasian lebih berupa pengembangan seperti pembagian tugas, tanggung jawab dan otoritas-otoritas, dan mekanisme saling hubung dengan harapan semua sistem informasi bekerja secara terpadu. b. Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama data dan informasi terintegrasi. Adanya pertimbangan dalam mengkoordinasikan jenis data yang masing-masing memiliki kekhasan dan kepentingannya sendiri. c. Fasilitas pengembanga SIK daerah. Sistem informasi kesehatan yang dikembangkan di unit pelayanan kesehatan khususnya puskesmas dan rumah sakit. Mengidentifikasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menyajikan data dan informasi kesehatan. d. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat. Strategi SIK ini diatur pada keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511 tahun 2002 tentng kebijakan dan strategi pengembangan SIKNAS dan Nomor 932 tahun 2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem informasi kesehatan daerah di kabupten/kota. e. Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi. Strategi ini disusun oleh Depkes dalam Rencana Induk Penataan Kerangka Teknologi Informasi (Information Technology Framework Rearrangement Master Plan) dan Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Manusia Informasi (Information Human Resource Development Master Plan).
3. Contoh Integrasi Model Sistem Informasi Kesehatan
Model integrasi SIK a. Bridging System – jangka pendek (2014-016), masing-masing sistem informasi berdiri sendiri, kemudian dibuatkan mekanisme sharing data/output (service bus/service app). b. Modular System – jangka panjang (2014-2019), mengintegrasikan masing- masing sistem informasi program kedalam SIKDA generic
4. Komponen dan Standar Sistem Informasi Kesehatan
Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “Building Block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah: a. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan) b. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan) c. Health worksforce (tenaga medis) d. Health system financing (sistem pembiayaan kesehatan) e. Health information system (sistem informasi kesehatan) f. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
5. Proses dan Alur Sistem Informasi Puskesmas
Sistem Informasi Puskesmas diatur dalam PMK 31 tahun 2019. Proses yang terjadi dalam melaksanakan manajemen Puskesmas untuk mencapai sasaran kegiatannya ialah pencatatan dan pelaporan. Pencacatan dalam hal ini ialah mendokumentasikan hasil pengamatan, pengukuran, dan perhitungan pada setiap langkap upaya kesehatan yang dilaksanakan Puskesmas, sedangkan pelaporannya ialah penyampaian data terpilah dari hasil pencatatan kepada pihak terkait sesuai dengan tujuan dan kebutuhan yang telah ditentukan. Adapaun lingkup pelaporan dalam SIP yaitu kegiatan puskesmas dan jaringannya, keuangan puskesmas dan jaringannya, survei lapangan, laporan lintas sektor terkait, dan laporan jejaring puskesmas di wilayah kerjanya. a. Alur Pelaporan dalam Sistem Informasi Puskesmas Alur pelaporan dalam SIP ialah laporan puskesmas dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya masing-masing, kemudian setelah di evaluasi oleh Dinas Kesehatan maka Dinas Kesehatan melakukan umpan balik laporan setiap tanggal 20 guna untuk perbaikan laporan yang akan dilaporkan kembali pada tanggal 5 pada bulan berikutnya. Laporan mingguan paling lambat dilaporkan setiap hari selasa pada minggu berikutnya. Laporan bulanan paling lambat setiap tanggal 5 pada bulan berikutnya. Sedangakan laporan tahunan paling lambat setiap tanggal 5 pada bulan Januari di tahun berikutnya. b. Alur Sistem Informasi Puskesmas
Sumber gambar : https://idtesis.com/
Dari gambar diatas dapat kita simpulkan bahwa bidan, sanitatrian, petugas gizi dan petugas puskesmas lainnya sebagai pengelola program melakukan pelaporan kepada pengelola SIP Puskesmas. Selanjutnya pengelola SIP puskesmas melaporkan ke pengelola SIP Dinkes Kab/Kota. Disini, antara pengelola SIP Dinkes Kab/Kota dengan pengelola program Dinkes Kab/Kota melakukan koordinasi dan verifikasi seperti umpan balik. Kemudian, pengelola SIP Dinkes Provinsi melakukan pelaporan ke Pusat Data dan Informasi. Disini juga terjadi koordinasi dan verifikasi antara pengelola SIP Provinsi dengan pengelola program Dinkes Provinsi. Pengelola program Dinkes Provinsi juga melakukan verifikasi dan koordinasi ke pengelola program Dinkes Kab/Kota begitu juga dengan pengelola program Dinkes Kab/Kota melakukan verifikasi dan koordinasi ke pengelola program Puskesmas. c. Alur SIKDA Generik di Puskesmas Dalam melakukan pelayanan di Puskesmas juga berkaitan dengan Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas, contohnya SIKDA Generik. Alurnya dimulai dari loket pendaftaran. Pada proses registrasi ini, pasien yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan masuk ke loket pendaftaran dengan menunjukkan kartu berobat, kartu identitas diri dan kartu jaminan kesehatan jika ia memilikinya, kemudian petugas di bagian loket pendaftaran ini akan meng-input data pasien ke dalam Sistem Informasi sesuai dengan jenis kepesertaan. Setelah petugas pada loket pendaftaran memproses data pasien, maka secara otomatis data pasien akan terkirim dan diterima oleh operator pada poli pelayanan. Pada poli pelayanan, tenaga kesehatan akan memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan keluhan pasien. Selanjutnya operator akan meng-inputkan hasil pemeriksaan seperti anamnesa dan diagnosa serta daftar obat yang akan diberikan kepada pasien, kemudian operator pada poli pelayanan memproses data dan akan terkirim ke apotek. Kemudian petugas apotek akan memberikan obat sesuai dengan resepnya. Setelah selesai menerima obat, pasien akan diarahkan ke kasir untuk menyelesaikan proses administrasi. Setelah selesai melakukan administrasi, alur pelayanan sudah selesai dan pasien sudah bisa pulang,