Pertemuan 1AE0021001 PDF
Pertemuan 1AE0021001 PDF
MATAKULIAH
TEORI BILANGAN
DISUSUN OLEH :
ALIF RINGGA PERSADA, S.Si. M.Pd.
Pertemuan Ke – 2
Tujuan Pembelajaran
Materi Singkat
Mahasiswa menyusun peta konsep mengenai gambaran umum mata kuliah teori bilangan
Pertemuan Ke – 3
Tujuan Pembelajaran
Materi Singkat
Secara tradisional, teori bilangan adalah cabang dari matematika murni yang mempelajari
sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat mudah mengerti
sekalipun bukan oleh ahli matematika.
Geometri Euclid merupakan sebuah sistem matematik yang disumbangkan oleh seorang
ahli matematik Yunani bernama Euclid dari Alexandria. Teks Euclid,Elements merupakan
sebuah kajian sistematik yang terawal mengenai geometri. Ia sudah menjadi salah satu buku-
buku yang paling berpengarh di dalam sejarah, sama banyaknya dengan kaedahnya yang
mempunyai isi kandungan matematik. Kaedah cara yang mengandungi andaian satu set aksiom
secara intuitif yang sangat menarik, dan kemudiannya membuktikan banyak usul (teorem-
teorem) daripada aksiom-aksiom berkenaan. Walaupun banyak daripada keputusan-keputusan
oleh Euclid sudah dinyatakan oleh ahli-ahli matematik Yunani sebelumnya, Euclid merupakan
orang yang pertama untuk menunjukkan bagaimana usul-usul ini diletakkan secara sempurna
membentuk satu deduksi dan sistem logik yang komprehensif.
Buku Elements ini bermula dengan geometri satah, yang masih lagi diajar di sekolah
menengah sebagai satu sistem aksioman dan contoh-contoh pembuktian formal yang pertama.
Kemudiannya, Elements merangkumi geometri pepejal dalam tiga dimensi, dan seterusnya
geometri Euclid telah dipanjangkan kepada satu bilangan dimensi yang terhingga. Kebanyakan
daripada Elements menyatakan keputusan-keputusan dalam apa yang kini disebut sebagai teori
nombor, yang boleh dibuktikan menerusi kaedah geometri.
Selama dua ribu tahun, kata adjektif "Euclid" tidak diperlukan kerana pada masa itu tiada
geometri lain dapat dibayangkan. Aksiom-aksiom Euclid nampak seperti sangat jelas
sehinggakan apa-apa teorem lain yang dibuktikan daripadanya dianggap benar secara mutlak.
Hari ini, bagaimanapun, banyak geometri bukan Euclid sudah diketahui, yang pertamanya telah
dijumpai pada awal abad ke-19. Ia juga tidak boleh diambil mudah bahawa geometri Euclid
hanya menggambarkan ruang fizikal. Satu implikasi daripada teori Einstein mengenai teori
kerelatifan umum bahawa geometri Euclid merupakan satu anggaran yang baik kepada sifat-sifat
ruang fizikal hanyak sekiranya medan graviti tidak terlalu kuat.
II. MACAM –MACAM BILANGAN
BILANGAN
KOMPLEK
BILANGAN BILANGAN
REAL IMAJINER
BILANGAN
BILANGAN IRASIONAL
RASIONAL
BILANGAN PECAHAN
BULAT
BILANGAN
CACAH BILANGAN
BULAT
NEGATIF
BILANGAN ASLI
NOL
BILANGAN BILANGAN
PRIMA GENAP POSITIF
SATU ATAU
BILANGAN
KOMPOSIT BILANGAN
GANJIL POSITIF
A B n A nB ……(2.1)
Kita mempunyai definisi bilangan kardinal dalam terminology himpunan. Jika a adalah bilangan
kardinal sedemikian sehingga a = n (A). Oleh sebabitu kita akan asumsikan bahwa diberikan
bilangan kardinal a dan b, dengan a = n (A) dan b = n (B) dengan himpunan A dan B saling
lepas.
(Gambar 1)
A B AUB
Dari gambar 1 di peroleh bahwa n (A) = 3 , n (B) = 4 dan n (A U B) = 7. Kita dapat asumsikan
bahwa :
Kemudian kita andaikan bahwa a = n(A) dan b = n (B) dengan a dan b adalah bilangan kardinal,
ini berarti bahwa himpunan A dan B saling lepas. Akibat dari (2.2) didapat :
a+ b = n (AUB) ….(2.3)
1. Komutatif
a b b a, a, b bil.kardinal ….(2.5)
2. Asosiatif
3. Identitas Penjumlahan
a 0 a, a bil.kardinal …..(2.7)
Pertemuan Ke – 4
Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Ke – 5
Tujuan Pembelajaran
Materi Singkat
PENJUMLAHAN
Lawan Berulang
PENGURANGAN PERKALIAN
Lawan Berulang
PEMBAGIAN EXPONEN
Lawan Berulang
LOGARITMA POLINOM
3.1 Penjumlahan
Penjumlahan merupakan operasi biner, yaitu operasi hitung yang membutuhkan paling sedikit
a. Sifat tertutup
a, b R, maka, a b R
b. Sifat komutatif
a b b a, a, b R
c. Sifat asosiatif
a (b c) (a b) c, a, b, c R
d. Unsur identitas
a 0 a, a R
3.2 Pengurangan
Pengurangan merupakan operasi biner dan juga lawan dari operasi penumlahan.
Sifat pengurangan :
a b a (b), a, b R
3.3 Perkalian
Sifat-sifat perkalian.
a. Sifat tertutup
a, b R a * b R
b. Sifat komutatif
a * b b * a, a, b R
c. Sifat asosiatif
a * (b * c) (a * b) * c, a, b, c R
d. Unsur identitas
a * 1 a, a R
e. Sifat distributive penjumlahan dan perkalian
a (b c) ab ac, a, b, c R
a (b c) ab ac, a, b, c R
Algoritma perkalian
1. Metode Letice
Hitunglah nilai dari 12 x 24 =…….
2 4
0 0 1
2 4
4
0 0
4 8
2 2
8 8
Jadi, 12 x 24 = 288
1 92
2 184
4 368
8 739
16 1472
32 2944
Dari sebelah kiri kita ambil angka 32 + 8 +1 = 42, kemudian tambahkan bilangan sebelah
kanan yang berkorespondensi dengan bilangan yang diambil sebelah kiri, sehingga
Konsep perkalian pada bilangan kardinal didasarkan pada Cartesian product suatu
himpunan.
Definisi :
Jika a dan b adalah bilangan kardinal, maka diperoleh a = n (A) dan b = n (B),
sedemikian sehingga
Persamaan
Sifat-sifat persamaan :
a. Refleksif, a=a
1. a b a n b, n A
2. a b a n b, n A
Sifat-sifat pertidaksamaan :
1. Trikotomi
2. Jika a dan b adalah bilangan asli maka salah satu dari ketiga pernyataan berikut berlaku,
yaitu :
3. Transitif
Pertemuan Ke – 6
Tujuan Pembelajaran
Materi Singkat
Bilangan basis 2 : { 0 , 1 }
Bilangan basis 3 : { 0 , 1, 2 }
Bilangan baisis 4 : { 0 , 1, 2, 3 }
Bilangan basis 8 : { 0 , 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 }
Bilangan basis 10 : { 0 , 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
12 10 = ( 1x 101 ) + ( 2 x 100 )
= 8+0+2+0
= 1010
10 : 8 = 1 sisa 2
1 : 8 = 0 sisa 1
Jawab : 128 = ( 1 x 81 ) + ( 2 x 80 )
= 8+2
= 1010
10 : 2 = 5 sisa 0
5 : 2 = 2 sisa 1
2 : 2 = 1 sisa 0
1 : 2 = 0 sisa 1
Jadi 12 8 = 10102
Pertemuan Ke – 7
Tujuan Pembelajaran
Materi Singkat
= ( 5D + 6D ) + ( 10 + 11 )
=(5+6+1)D+9
=(DxD)+9
= D2 + 9
= ( 1 x D2 ) + ( 0 x D ) + 9
= 10912
Contoh :
37 x 67 = 67 + 67 + 67
= 67 + (17 +57 ) + ( 27 + 47 )
= (67 + 17 ) + ( 57 + 27 ) + 47
= 107 + 107 + 47
= ( 2 x 107 ) + 47
= 247
Pertemuan Ke 8 dan 9
Tujuan Pembelajaran
Resume pembelajaran
Materi Singkat
1. Mahasiswa membuat resume atau mindmap perihal materi teori bilangan yang sudah
Pertemuan Ke – 10
Pertemuan Ke – 11
Tujuan Pembelajaran
Materi Singkat
Induksi Matematika berawal pada akhir abad ke-19 yang dipelopori oleh dua orang
matematikawan yaitu R. Dedekind dan G.Peano. Dedikind mengembangkan sekumpulan
aksioma yang m enggambarkan bilangan bulat positif. Peano memperbaiki aksioma tersebut dan
memberikannya interpretasi logis. Keseluruhan aksioma tersebut dinamakan Postulat Peano.
Postulat ini ditemukan sekitar tahun 1890 sebagai rumusan formula konsep bilangan asli.
Penyelesaian:
(i) Akan dibuktikan p(n) benar untuk n = 0 (karena bilangan bulat tidak negatif terkecil)
Pn = 2n+1 – 1
P1 = 2n+1 – 1
20 = 20+1 – 1
1 =1 ……………….Terbukti benar
(ii) Asumsikan Pn benar untuk n = k
20 + 21 + 22 + … + 2n = 2n+1 – 1
20 + 21 + 22 + … + 2k = 2k+1 – 1
Penyelesaian:
i) basis induksi : p(n) = proporsisi “setap bilangan bulat yang lebih besar dari 1 dapat
dituliskan sebagai hasil kali bilangan-bilangan prima”. Dimisalkan p(2), bernilai benar,
karena 2 adalah hasil kali dari satu bilangan prima, dirinya sendiri.
ii) Langkah induksi : asumsikan p(n) benar untuk semua bilangan bulat n, 1 < n2k. Harus
ditunukkan bahwa p(k+1) juga benar. Ada 2 kasus yang mungkin:
Jika (k+1) bilangan komposit, (k+1) dapat ditulis sebagai perkalian dua buah bilangan
bulat a dan b sehingga 2 ≤ a≤ b< k+1.
Oleh hipotesa induksi, a dan b keduanya dapat dituliskan sebagai hasil kali bilangan
prima. Jadi, k+1 = a.b dapat ditulis sebagai hasil kali bilangan prima.
iii)kesimpulan : karena dari tahap pertama dan kedua telah dibuktikan maka hasilnya adalah
“setiap bilangan bulat yang lebih besar dari 1 dapat dituliskan sebagai haasil kali
bilangan-bilangan prima”.
Contoh soal :
Buktikan dengan induksi matematika bahwa semua bilangan berbentuk x = 11 ... 1n (n adalah
jumlah pengulangan angka 1, mislanya n=4 maka x= 1111) pasti kongruen dengan 0 (mod 11)
atau 1(mod 11). [misalkan 111 ≡ 1(mod11) dan 111111 ≡ 0 (mod11)].
Penyelesaian :
i) basis induksi : kita akan menggunakan prinsip induksi matematika berjeda tak-satu
sebanyak 2 kali secara teerpisah namun dengan p(n) yang sama. Nyatakan p(n) sebagai
“bilangan 11 ... 1n kongruen dengan 0(mod 11) atau 1(mod 11)”. Di sini kita akan
membuktikan dua pernyataan:
P(1) benar karean 1 ≡ 1(mod 11). Jadi kita memiliki basis untuk pernyataan i). P(2) juga
benar karena 11 ≡ 0(mod 11), jadi kita memiliki basis untuk pernyataan ii).
ii). Asumsikan bahwa untuk suatu m € N, P(a + 2(m – 1)) benar. Akan ditunjukkan bahwa
P(a+2m) juga benar. Perhatikan bahwa:
Karena 100 ≡ 1(mod 11) dan 11 ≡ 0 (mod 11). Jadi, jika 11... 1a+2(m-1) ≡0(mod11), maka 11...
1a+2(m-1) ≡0(mod11). Begitu pula jika 11 ... 1a+2(m-1) ≡1(mod11), maka 11 ... 1a+2(m-1)
≡1(mod11). Jadi terbukti jika P(a+2(m-1)) benar, maka P(a+2m) juga benar.
ii) Kesimpulan: dengan menyulihkan a=1, maka berdasarkan prinsip induksi matematika
berjeda tak-satu, pernyataan i) kita terbukti, dan dengan menyulihkan a=2, maka
berdasarkan prinsip induksi matematika berjeda tak-satu, pernyataan ii) kita terbukti.
Karena kita telah membuktikan untuk semua bilangna ganjil dan semua bilangan genap
P(n) benar, maka kita simpulkan P(n) benar untuk semua n€N.
Contoh soal :
Sebuah bilangan bulat n dikatakan baik jika kita dapat menuliskan n sebagai
a1 + a2 + ... + ak = n dimana a1 + a2 + ... + ak adalah bilangan bulat positif (tidak harus
berbeda) sehingga
Diketahui bahwa seluruh bilangan bulat dari 33 hingga 73 adalah baik, tunjukkan bahwa
setiap bilngan bulat lebih besar dari 32 adalah baik.
Penyelesaian :
i) basis induksi : sebuah bilangan bulat kita katakan buruk jika tidak baik. Apa yang ingin kita
buktikan adalah tidak ada bilangan buruk yang lebih besar dari 32. Untuk membentuk
kontradiksi, andaikan himpunan S dengan elemen bilangan-bilangan buruk lebih besar dari
32 adalah tidak kosong. Berdasarkan prinsip induksi rapi ini, himpunan ini memiliki
elemen terkecil, katakanlah m. Dengan informasi yang diberikan, kita ketahui bahwa m ≥
74.
ii) andaikan m genap. Misalkan p= . kita punya p ≥ 33, dan karena m adalh
elemen terkecil di S, dan p < m, maka p adalah bilangna baik. Jadi terdapat a1, a2, ..., ak
sehingga a1+a2+...ak = p dan
Yang berarti m adalah bilangan baik, kontradiksi dengan asumsi semula. Dengan cara
serupa, kita bisa mencapai kontradiksi yang sama jika m ganjil. Kali ini dengan mengambil
p= , menggunakan fakta bahwa serta 3 +6 +2a1+2a2+...+2ak = m.
iii) Kesimpulan : jadi kedua kasus membawa kita pada kontradiksi, sehingga kita simpulkan
S adalah himpunan kosong, yang berarti semua bilangan bulat lebih besar daripada 32
adalah baik.
6. Prinsip Induksi Matematika Bekerja Mundur
Contoh soal :
Untuk semua n € N, tunjukkan ketaksamaan berikut selalu berlaku :
Penyelesaian :
i) Basis induksi : mungkin kita akan langsung terpikirkan untuk menggunakan prinsip
induksi dasar dan menggunakan parameter induksi n dalam menyelesaikan soal ini. Tapi
kalaupun kita telah mengetahui bahwa
maka
Pertemuan Ke – 12
Tujuan Pembelajaran
Materi Singkat
Definisi: Setiap bilangan bulat bukan nol dapat membagi nol, sehingga a = b = 0 maka
setiap bilangan bulat yang merupakan faktor sekutu a dan b adalah tak hingga, tetapi jika salah
satu faktor a atau b bukan nol maka banyak faktor sekutu positivnya terhingga dan diantara
faktor-faktor sekutu itu ada faktor yang tebesar. Faktor inilah yang disebut faktor persekutuan
terbesar dari a dan b (FPB).
Definisi : pembagi positif (faktor) persekutuan dari a dan b (a,b ≠ 0) adalah bilangan –
bilangan yang habis membagi a dan b. Dinotasikan D (a,b)
Jadi, D (a,b) = D (a) ∩ D (b)
Contoh : D (6,9) = {1,2,3,6} ∩ {1,3,9} = {25} = D (3)
D (15,30) = {1,3,5,15} ∩ {1,3,5,6,10,15,30} = {94} = D{15}
D (17,27) = {1,17} ∩ {1,3,9,27} = {58} = D{1}
Ada beberapa cara atau metode untuk menentukan FPB, yaitu metode himpunan faktor
persekutuan, metode faktorisasi, dan algoritma euclide.
1. Metode Himpunan Faktor Persekutuan
Dalam metode ini langkah yang harus diperhatikan adalah:
Pertama kita cari angka yang dapat membagi angka tersebut
Kemudian cari pembagi yang sama dari bilangan tersebut
Terakhir kita cari nilainya yang paling besar.
Contoh :
Tentukan FPB dari 18 dan 12
Jawab :
F(18) = 1,2,3,6,9,18
F(12) = 1,2,3,4,,6,12
Lalu kita cari faktor yang sama yaitu 1,2,3,6
Kemudian kita cari yanng terbesar dari faktor yang sama, yaitu 6. Maka FPB dari 18 dan
12 adalah 6.
Pertemuan Ke – 13
Tujuan Pembelajaran
Materi Singkat
Suatu bilangan bulat c disebut kelipatan persekutuan dari bilangan-bilangan bulat bukan nol a
dan b jika a|b dan b|c. Hal ini berarti 0 adalah keliptan persekutuan a dan b. Perlu diingat
bahwa ab dan –ab adalah kelipatan persekutuan dari adan b, dan salahsatunya positif. Kita
menyebutnya kelipatan persekutuan terkecil dari a dan b.
Metode-metode untuk menentukan KPK
1. Metode Himpunan Faktor Persekutuan
Dalam metode ini pertama kita cari angka yang dapat membagi angka tersebut,kemudian
cari pembagi yang sama dari bilangan tersebut, terahir kita cari nilainya yang paling
kecil.
Contoh:
Tent kpk dari 40, 60 dan 80
Jawab:
K(40) = 40,80,120,160,200,240,280,320........
K(60) = 60,120,180,240,300.........
K(80) = 80,160,240,320,400......
Lalu kita cari faktor yamg sama yaitu:240
Jadi kpk dari 40.60 dan 80 adalah 240
Contoh:
Tentukan kpk dari 24 dan 32
Jawab:
Buatlah pohon faktor
Faktorisasi dari
24 =23 x 3
32 =25
Jadi kpk dari 24 dan 32 adalah 25x 3 = 96
Jawab
12 75 120
2 6 75 60
2 3 75 30
3 3 75 15
5 1 25 5
5 1 5 1
1 1 1
Dengan demikian,
KPK (12, 75, 120) = 2x2x3x5x5=23x3x52=600
Pertemuan Ke – 14
Tujuan Pembelajaran
Materi Singkat
Definisi : Suatu bilangan bulat x dikatakan habis dibagi oleh suatu bilangan bulat
y ≠ 0, jika terdapat satu bilangan bulat p sedemikian sehingga x = py. Jika hal ini dipenuhi
maka y dikatakan membagi x dan dinotasikan dengan y │ x yang dapat diartikan sebagai y
adalah faktor (pembagi) x, atau x adalah kelipatan y. Jika y tidak membagi x dinotasikan
dengan y x. Contoh :
3 │12, sebab ada bilangan bulat 4 sedemikian sehingga 12 = (4) 3
Bukti
a│b dan b│c maka menurut Definisi :
terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga c = bn = (am)n = a(mn). Jadi, c =
a(mn). Untuk suatu mn = p anggota bilangan Bulat maka c = ap Akibatnya
menurut Definisi, a│c.
Untuk lebih jelasnya, diberikan Contoh berikut.
Contoh :
Jika 2│6 dan 6│90 maka menurut Teorema 2│90 karena terdapat bilangan bulat 45
sedemikian sehingga (45)(2) = 90
Teorema 2
Jika a,b, dan c adalah bilangan bulat dengan:
c│a dan c│b maka c│(am+bm)
untuk suatu m,n anggota bilangan bulat.
Bukti
c│a dan c│b maka terdapat bilangan
bulat x dan y sedemikian sehingga a=cx dan b=cy.
Sehingga, am = c(xm) dan bn =c(yn). untuk suatu xm = p dan (yn)=q, Maka:
am + bn = c(p+q). Akibatnya,c│(am+bn).
Bukti
a. Jika a│b dan b ≠ 0 maka menurut Definisi terdapat
m ≠ 0 sedemikian sehingga b=am.
Karena b = am maka |b| = |am| ≥ |a| sehingga, |a| ≤ |b|.
b. Andaikan a│b dan b│a. Jika a = 0 maka b = 0 dan jika
a ≠ 0 maka b ≠ 0. Selanjutnya,
Jika a ≠ 0 dan b ≠ 0 maka sesuai dengan Teorema 3a,
|a| ≤ |b| dan |b| ≤ |a| sehingga |a| = |b|.
Pertemuan Ke – 15
Tujuan Pembelajaran
Resume Pembelajaran
Materi Singkat
Mahasiswa membuat resume / matriks materi dari materi yang telah disampaikan terhitung sejak
uts selesai
Pertemuan Ke – 16
REFERENSI UTAMA
Sukirman (2000), Pengantar Teori Bilangan, Universitas Negeri Yogyakarta Press. Yogya
Nugroho (2002), Teori Bilangan, Diktat Kuliah.
Munir (2007), Teori Bilangan, Diktat Kuliah.
REFERENSI PENDUKUNG
Burton, D, Elementary Number Theory,
Jones, Gareth A and J. Mary Jones (2005).Elementary Number Theory, Spring-Verlag,
London.
Zawaira, Alexandar and G. Hitchcock (2009). A Primer for Mathematics Competitions, Oxfor
Univ.Press, London
Cirebon, Februari 2016
Dosen Pengampu