Anda di halaman 1dari 44

MATA KULIAH

MATEMATIKA EKONOMI

SISTEM BILANGAN

Disusun oleh :
Krisna Wijasena Sulaiman ( 11160840000079 )
Ashaf Bachmid ( 11160840000113 )

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA 1957
JAKARTA
2016
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
BAB II SISTEM BILANGAN ................................................................ 1
1.1.Bilangan ...................................................................................... 1
1.1.1 Bilangan Nyata ................................................................... 1
1.1.2 Bilangan Khayal .................................................................. 8
1.2 Hubungan perbandingan antar bilangan...................................... 9
1.3 Operasi bilangan ......................................................................... 11
1.3.1 Kaidah komulatif.................................................................. 11
1.3.2 Kaidah asosiatif ................................................................... 11
1.3.3 Kaidah pembatalan ............................................................... 11
1.3.4 Kaidah Kaidah distributif ..................................................... 12
1.3.5 unsur penyama .................................................................... 12
1.3.6 kebalikan .............................................................................. 12
1.4 Operasi tanda ............................................................................... 13
1.3.1 Operasi penjumlahan ............................................................ 13
1.3.2 Operasi pengurangan ........................................................... 13
1.3.3 Operasi perkalian ................................................................. 14
1.3.4 Operasi pembagian ............................................................... 15
1.5 Operasi bilangan pecahan……………………………………….16
1.5.1 Operasi pemadaan ................................................................ 19
1.5.2 Operasi penjumlahan dan pengurangan ............................... 20

ii
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

1.5.3 Operasi perkalian ................................................................ 21


1.5.4 Operasi pembagian ............................................................... 21
1.6 Tambahan Materi ....................................................................... 23
1.7 Latihan soal beserta pembahasan ............................................... 30

iii
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya,
Saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah saya dalam bentuk Makalah tanpa ada ha-
langan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun
berdasarkan pencarian saya dari buku dan internet.
Makalah yang telah saya susun ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata
Kuliah Matematika Ekonomi yang mana sebagai sebagai pertanggung jawaban atas
Tugas yang diberikan kepada saya.
Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh ka-
rena itu kritik dan saran yang membangun sangat Kami harapkan demi kesem-
purnaan Makalah ini.
Akhir kata, Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam Penulisan
Makalah ini terdapat banyak kesalahan. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat khu-
susnya bagi penulis Makalah ini dan pada umumnya bagi para pembaca.

Jakarta, 17 November 2016

Penulis

iv
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

BAB II
SISTEM BILANGAN

1.1Pengertian Bilangan
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan
disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan
selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan
negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks. Bilangan adalah
suatu ide yang bersifat abstrak yang akan memberikan keterangan mengenai banyaknya
suatu kumpulan benda. Lambang bilangan biasa dinotasikan dalam bentuk tulisan se-
bagai angka. Prosedur-prosedur tertentu yang mengambil bilangan sebagai masukan dan
menghasil bilangan lainnya sebagai keluaran, disebut sebagai operasi numeris. Operasi
unumeris mengambil satu masukan bilangan dan menghasilkan satu keluaran bilangan.
Operasi yang lebih umumnya ditemukan adalah operasi biner, yang mengambil dua
bilangan sebagai masukan dan menghasilkan satu bilangan sebagai keluaran. Contoh
operasi biner adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan,
dan perakaran. Bidang matematika yang mengkaji operasi numeris disebut sebagai arit-
metika.

1. Bilangan Nyata

Bilangan real merupakan gabungan dari bilangan rasional dengan bilangan irrasional.
a
Bilangan rasional dapat dinyatakan dalam bentuk dengan a, b bilangan bulat dan b 
b
0. Bilangan rasional dapat berupa bilangan bulat, bilangan yang dapat dinyatakan dengan
pecahan atau bentuk desimal, dan campurannya. Untuk selanjutnya jika a/b pecahan maka a
dinamakan pembilang dan b dinamakan penyebut. Berdasarkan definisi tersebut maka ada
a
dua macam pecahan yaitu : pecahan mumi bila , a  b , b  0 dan
b
a
pecahan tidak murni ( campuran) bila , a  b , b  0
b
Dalam bentuk desimal, bilangan rasional berupa pecahan desimal berulang.
Sedangkan bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
a
, dengan a, b bilangan bulat dan b # 0, misalnya: 2, log 3,  , bilangan e dan sebagainya.
b

1
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Himpunan bilangan riil (nyata) sering dinyatakan dengan R. Bilangan riil (R), yaitu
gabungan himpunan semua bilangan rasional dengan himpunan semua bilangan irrasional.
Sifat – sifat operasi hitung bilangan bulat :
1. Sifat ketertutupan dan ketunggalan.
Jika a, b  R, maka terdapat satu dan hanya satu bilangan real yang dinyatakan dengan a
+ b dan ab.
2. Sifat komutatif( pertukaran).
Jika a,b  R,maka a+b = b + a dan ab = ba
3. Sifat assosiatif (pengelompokan).
Jika a,b dan c  R, maka a + (b + c) = (a + b) + c dan a ( bc ) = ( ab ) c
4. Sifat distributif( penyebaran).
Jika a, b dan c  R, maka a ( b + c ) = ab + ac, yaitu sifat penyebaran dari perkalian
terhadap penjumlahan.
5. Adanya unsur identitas ( satuan).
Ada dua bilangan real 0 dan 1 sedemikian sehingga a + 0 = a dan a.1 = a
6. Adanya negatif atau invers terhadap penjumlahan.
Untuk setiap bilangan real a, ada suatu bilangan real yang dinamakan negative dari a,
dinyatakan dengan - a ( dibaca” negatif dari a”) sehingga a + ( -a) = 0
7. Adanya kebalikan atau invers terhadap perkalian.
Untuk setiap bilangan real a, kecuali 0 ada suatu bilangan real yang dinamakan kebalikan
1 1
dan a dinyatakan dengan a -1 atau sehingga a. =1
a a

A. Bilangan Rasional
Bilangan rasional merupakan bilangan yang dinyatakan sebagai perbandingan
dua bilangan bulat a dan b, ditulis a/b dengan syarat b ≠ 0. Bilangan rasional terdiri
dari :
i) Bilangan asli
Dalam matematika, terdapat dua kesepakatan mengenai himpunan bilangan
asli. Yang pertama definisi menurut matematikawan tradisional, yaitu himpunan
bilangan bulat positif yang bukan nol {1, 2, 3, 4, ...}. Sedangkan yang kedua
definisi oleh logikawan dan ilmuwan komputer, adalah himpunan nol dan
bilangan bulat positif {0, 1, 2, 3, ...}. Bilangan asli merupakan salah satu konsep
matematika yg paling sederhana dan termasuk konsep pertama yang bisa dipela-
jari dan dimengerti oleh manusia, bahkan beberapa penelitian menunjukkan be-
berapa jenis kera juga bisa menangkapnya. Wajar apabila bilangan asli adalah
jenis pertama dari bilangan yang digunakan untuk membilang, menghitung, dsb.
Sifat yang lebih dalam tentang bilangan asli, termasuk kaitannya dengan bilangan
prima, dipelajari dalam teori bilangan. Untuk matematika lanjut, bilangan asli

2
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

dapat dipakai untuk mengurutkan dan mendefinisikan sifat hitungan suatu him-
punan. Setiap bilangan, misalnya bilangan 1, adalah konsep abstrak yg tak bisa
tertangkap oleh indera manusia, tetapi bersifat universal.
ii) Bilangan cacah
Bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu {0,
1, 2, 3 ...}. Dengan kata lain himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi, bilangan
cacah harus bertanda positif. Bilangan cacah juga merupakan bilangan bulat pos-
itif digabung dengan nol. Contoh: 0,1,2,3,4,5,6,7,….
iii) Bilangan bulat
Bilangan bulat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : bilangan bulat negatif,
bilangan bulat positif, bilangan bulat nol.
Bilangan-bilangan rasional 1/5, 1/3, 3/2, 22/7, 56/10, …, a/b… disebut bilangan-
bilangan rasional pecahan biasa atau sering disebut pecahan biasa
Bilangan-bilangan rasional 2 1/2, 42/3, 75/6, 15 1/(9,), …. C a/b disebut
bilangan-bilangan rasional pecahan sempurna atau sering disebut pecahan cam-
puran
Bilangan rasional dapat juga ditulis sebagai decimal dengan deret angka yang
berulang teratur. Anda dapat memperhatikan beberapa contoh berikut :
1/8 = 0,125000 … ( 0 berulang teratur)
1/6 = 0, 16666 … (6 berulang teratur )
1/4 = 0,25000 … ( 0 berulang teratur )
1/3 = 0,33333 … ( 3 berulang teratur)
3/7 = 0,428571428571 (428571 berulang beraturan)
1/2 = 0,50000 … (0 berulang teratur )
3/2 = 0,66666 … (6 berulang teratur)
17/9 = 1,8888 ... (8 berulang teratur )

1. Operasi hitung pada bilangan bulat.


a. Operasi Penjumlahan.
a+b=c a , b dan c bilangan bulat

Contoh :
1. 14 + 6 = 20
2. 20 + (-3) = 17

b. Operasi pengurangan.
a – b = c  a + (-b) = c a , b dan c bilangan bulat
3
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Contoh :
1. 10 – (-5) = 10 + 5 = 15
2. -16 – 4 = -20

c. Operasi Perkalian.
a , b dan c bilangan bulat
a.b=c

Contoh :
1) 4 . 5 = 20
2) 3 . (-6) = -18

d. Operasi Pembagian.
a 1
a : b = c atau = c atau a . =c
b b

a , b bilangan bulat dan b ≠ 0 , c bilangan real


Contoh :
8 1
1.  8 x  2
4 4
4
2.  4 x 5  20
1 1
5

2. Operasi hitung pada bilangan pecahan.


a. Operasi Penjumlahan.
Contoh :
5 2 7
1.  
8 8 8
3 1
2. 15  3  ... KPK 4 dan 2 adalah 4
4 2
3 2 5 1
15  3  18  19
4 4 4 4

b. Operasi Pengurangan.
Contoh :
Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini
5 3 53 2
1.   
8 8 8 8
1 1
2.   ... KPK dari 2 dan 3 adalah 6
2 3
1 1 3 2 1
   
2 3 6 6 6

c. Operasi Perkalian.
Contoh :

4
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Tentukan hasil perkalian


2 1 2 x1 2 1
1. x   
3 2 3x2 6 3
2 1 8 13 104 2
2. 2 x 3  x  8
3 4 3 4 12 3

d. Operasi Pembagian.
Contoh :
Tentukan hasil pembagian
3 2 3 5 15 5 1
1. :  x   1
6 5 6 2 12 4 4
1 3 9 18 9 5 5
2. 2 : 3  :  x 
4 5 4 5 4 18 8

3. Konversi Pecahan.
Sebuah bilangan pecahan dapat diubah ke bentuk persen, pecahan desimal atau
sebaliknya.
a. Mengubah pecahan biasa ke bentuk pecahan desimal.
Untuk mengubah pecahan biasa ke bentuk pecahan desimal dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu :
1. Mengubah penyebutnya menjadi 10 , 100 , 1000 , ...
Contoh :
Ubahlah ke dalam bentuk desimal.
1 1 5 5
a.  x   0,5
2 2 5 10
4 4 4 16
b.  x   0,16
25 25 4 100

2. Dengan pembagian berulang.


Contoh :
2
Ubahlah ke dalam pecahan desimal
6
2
= 0,3333 ... = 0, 3
6

b. Mengubah pecahan biasa ke bentuk persen.


Contoh :
Ubahlah pecahan berikut ke bentuk persen
4 3
a. b. 2
10 8
Jawab :
4 40
a.   40 %
10 100
3 19 125 2375 237,5
b. 2  x    237,5 %
8 8 125 1000 100

5
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Contoh :
Ubahlah ke dalam bentuk pecahan
a. 20 % b. 25 %
Jawab :
20 1
a) 20 % = 
100 5
25 1
b) 25 % = 
100 4

c. Mengubah persen ke pecahan biasa dan pecahan desimal.


Contoh :
Ubahlah persen berikut ke pecahan biasa dan ke pecahan desimal
25 1
a. 25 % =   0,25
100 4
40 4
b. 40 % =   0,40
100 10

B. Bilangan Irasional

Telah dibicarakan, bahwa setiap bilangan rasional dapat dinyatakan sebagai


pecahan desimal. berakhir atau pecahan desimal berulang teratur. Sebaliknya setiap
pecahan desimal berakhir atau pecahan desimal, yang angka-angkanya berulang teratur
adalah bilangan rasional. Selanjutnya bilangan yang jika dinyatakan dalam bentuk
pecahan desimal tidak akan berakhir dan tidak berulang maka bilangan itu merupakan
bilangan irasional. Misalkan, 0,37337333733337333337... adalah bilangan irasional,
sebab angka-angkanya tidak berakhir dan tidak berulang teratur.

1
Bilangan  merupakan contoh bilangan irasional.  bukan 3 atau 3,1416, ta-
7
tapi  adalah bilangan yang lambang desimalnya tidak berakhir dan tidak berulang.
Pendekatan untuk  sampai 20 angka desimal adalah: 3,14159265358979323846.

Pada mulanya orang Yunani kuno menghabiskan waktu lama untuk membahas
apakah ada bilangan selain bilangan rasional. Kenyataannya, dalam beberapa tahun, ke-
lompok matematikawan dan Pythagoras menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada
bilangan yang tidak rasional.Tetapi pada suatu hari mereka mulai bertanya: Berapakah
panjang sisi sebuah bujur sangkar yang luasnya 2? Tentu saja, jika panjang sisinya x,

6
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

maka x . x = 2. Bilangan apakah yang dikalikan diri sendiri sama dengan 2? (atau be-
rapakah akar pangkat dua dari 2, dinyatakan 2 Akhirnya dibuktikan bahwa 2 tidak
rasional.

Contoh:

Buktikan 2 bilangan irasional.

Jawab : Diasumsikan 2 rasional dan kemudian ditunjukkan bahwa akan terjadi


kontradiksi. Sehingga 2 irasional.

Andaikan 2 rasional.

a
Maka 2 dapat ditulis sebagai hasil bagi dua bilangan bulat sedemikian
b
hingga a dan b relatif prima.

a a
Jika = 2 maka ( ) 2 = 2 dan a2 = 2b2
b b

Karena 2b2 bilangan bulat genap, maka a2 adalah genap, demikian pula a.
Mengapa?

Karena a genap, maka a dapat ditulis sebagai a = 2c, c bilangan bulat.

Didapat a2 = 4c2. Padahal a2 = 2b2, maka b2 = 2c2 , sehingga b2 genap, aki-


batnya b genap.

Karena a dan b keduanya genap, tentu mempunyai faktor persekutuan 2.


Maka didapat keadaan yang kontradiksi dengan pengandaian. Sehingga
pengandaian 2 bilangan rasional tidak benar. Jadi 2 irasional.

Selanjutnya, dapat dibuktikan bahwa akar pangkat dua dari semua bilangan bulat
positip kecuali bilangan kuadrat sempurna (1, 4, 9, 16, … ) adalah bilangan irasional.
Karena akar pangkat dua dari banyak bilangan rasional adalah bukan rasional, maka
berikut ini akan dibicarakan pendekatan desimal dari bilangan akar pangkat dua. Salah
satu algoritma untuk menentukan pendekatan desimal dari bilangan akar pangkat dua
adalah metode rata-rata yang langkah-langkahnya sebagai berikut.

7
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

a) Tentukan estimasi nilai pendekatan itu


b) Tentukan hasil bagi bilangan yang diakar dengan bilangan estimasinya, dengan
banyak angka desimal sebanyak yang dikehendaki.

c) Tentukan nilai rata-rata dari bilangan estimasi dan hasil bagi.Nilai rata-rata yang
diperoleh merupakan nilai pendekatan yang dicari.

d) Untuk mendapat nilai pendekatan lebih teliti, gunakan nilai rata-rata yang diperoleh
sebagai estimasi.

Ulangi prosesnya seperti langkah (b) dan (c). Lanjutkan sampai diperoleh ketelitian
yang dikehendaki.

Contoh 1:

Tentukan nilai pendekatan 2

Jawab:

Karena (1,4)2 = 1,96, kita pilih 1,4 sebagai estimasi 2 : 1,4 = 1,42857

1,4 1,42857
 1,414285
2

Ulangilah proses di atas, dipilih 1,414285 sebagai estimasi

1.2 Bilangan Khayal.


adalah bilangan yang mempunyai sifat i 2 = −1. Bilangan ini biasanya merupakan bagian
dari bilangan kompleks. Selain bagian dari bilangan kompleks, bilangan imajiner meru-
pakan bagian bilangan riil. Secara definisi, (bagian) bilangan imajiner ini diperoleh dari
penyelesaian persamaan kuadratik
contoh :
22
a) , 3.14
7

√(−4)
b) 2
=±1

8
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

1.2 Hubungan Perbandingan Antar Bilangan

Dalam membandingkan ukuran dua obyek terdapat dua cara, yaitu membandingkan
dengan cara mencari selisihnya sehingga dapat dikatakan mana yang lebih dan yang lain dan
yang kedua mengamati / mencari nilai perbandingan antara ukuran dan kedua obyek itu.
Sebagai contoh, tinggi badan Ani adalah 150 cm sedangkan Watik 160 cm. Jika cara
membandingkan yang dimaksud adalah siapa yang lebih tinggi maka jawabannya adalah
Watik dengan selisih tinggi badan = 160 cm - 150 cm = 10 cm. Namun jika yang ditanyakan
adalah nilai perbandingan tinggi badan Ani dengan Watik maka dapat dinyatakan dengan
15
perbandingan : 150 cm : 160 cm = 15 : 16 = . Perbandingan a : b, dibaca “a berbanding
16
b”. Ada dua macam perbandingan yang sering kita bicarakan antara lain :
1). Perbandingan senilai:
a a
Bentuk Umum : 1  2 atau a1 : b1 = a2 : b2 .
b1 b2
Apabila terdapat korespodensi satu-satu antara dua obyek dengan sifat bahwa mlai
perbandingan dua elemen di obyek pertama sama dengan nilai perbandingan dua elemen
yang bersesuaian di obyek kedua maka kedua obyek itu disebut berbanding senilai.
Perbandingan senilai digunakan juga dalam membuat skala pada peta atau membuat
model. Grafik dari perbandingan senilai berupa garis lurus
Misalnya: Suatu kendaraan dengan kecepatan 60 km/jam, berarti:
Lama berjalan 1 2 3 ………………. n

Jarak 60 120 180 ………………. n. 60

Tampak bahwa nilai perbandingan lama perjalanan = nilai perbandingan jarak yang ber-
1 60
sesuaian, sehingga = . Jika waktu bertambah , maka jarak yang dicapai juga ber-
3 180
tambah. Dapat dikatakan bahwa perbandingan antara jarak dan waktu tetap yaitu 1 : 60. Dua
variabel dengan perbandingan demikian ini disebut perbandingan senilai.
Yang dimaksud skala ialah perbandingan antara jarak / panjang pada gambar dengan
jarak / panjang yang sebenarnya. Dalam perbandingan tersebut jarak pada gambar biasanya
dinyatakan dengan 1.
Contoh : skala pada peta adalah 1 : 150000. jika jarak dua kota pada peta adalah 7,5 cm.
berapakah jarak yang sebenarnya ?
Jawab : jarak yang sebenarnya = 150000 x 7,5 cm = 11,25 km

2). Perbandingan berbalik nilai :


a a
Bentuk umum  1  2 atau a1 : b2 = a2 : b1
b2 b1
Apabila terdapat korespodensi satu-satu antara dua obyek dengan sifat bahwa nilai
perbandingan dua elemen di obyek pertama berbalik nilainya dengan nilai perbandingan dua
elemen yang bersesuaian di obyek kedua maka perbandingan antara obyek pertama dengan
obyek kedua disebut perbandingan berbalik nilai.
Misalnya: Suatu pekerjaan, jika dikerjakan oleh 1 orang akan selesai 60 hari, jika 2 orang
akan selesai 30 hari, berarti :
Banyak orang 1 2 3 ……………. 60

9
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Waktu 60 30 20 ……………. 1
Jika banyak orang bertambah, maka banyak hari berkurang. Perbandingan banyak
orang dan banyak hari tidak tetap (tetapi hasil kali dua variabel tersebut tetap yaitu 60. Dua
variabel dengan perbandingan demikian ini disebut perbandingan berbalik nilai.
Secara matematika, variabel yang saling bergantungan tersebut adalah x dan y, sehingga x
berubah dari x1 menjadi x2 dan y berubah dari y1 menjadi y2 maka :
x y
a. disebut perbandingan senilai, jika : 1 = 1
x2 y2
x y
b. disebut perbandingan berbalik nilai jika : 1 = 2
x 2 y1
Contoh :
1. Dengan kecepatan tetap, sebuah mobil memerlukan bensin 5 liter untuk jarak 60 km.
Berapa liter bensin yang diperlukan untuk menempuh jarak 150 km?
Jawab:
Karena perbandingannya senilai maka:
60 5
= atau 60 x = 5 ( 150 )
150 x
750
x= = 12,5
60
Jadi, untuk menempuh jarak 150 km diperlukan bensin 12,5 liter.
2. Jarak antara dua kota dapat ditempuh kendaraan dengan kecepatan rata-rata 72 km/jam
selama 5 jam. Berapa kecepatan rata-rata kendaraan menempuh jarak tersebut jika lama
perjalanan 8 jam?
Jawab: Perbandingannya berbalik nilai, sehingga:
72 8
= atau 8x = 72 ( 5 )
x 5
72(5)
x= = 45
8
Jadi, kecepatan rata-ratanya adalah 45 km/jam.

3. Suatu pekerjaan jika dikerjakan oleh tenaga profesional sebanyak 3 orang akan selesai
dalam 20 hari, sedangkan jika non profesional sebanyak 5 orang akan selesai dalam 40
hari. Jika pekerjaan itu dikerjakan oleh 2 orang profesional dan 2 orang non profesional,
dalam berapa hari akan selesai?
Jawab:
Karena 3 orang profesional mengerjakan pekerjaan dalam 20 hari, maka dalam1 hari
1
seorang profesional menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan seorang non profe-
20 x 3
1
sional dalam 1 hari menyelesaikan pekerjaan Dengan demikian 2 orang profe-
40 x 5
2 2
sional dan 2 orang non profesional dalam 1 hari menyelesaikan  + 
20 x 3 40 x 5
13
pekerjaan = pekerjaan. Jadi 1 pekerjaan dapat diselesaikan dalam
20 x 3 x 5

10
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

20 x 3 x 5
hari = 24 hari.
13

1.3 Operasi bilangan


Bilangan-bilangan nyata memenuhi kaidah-kaidah tertentu apabila mereka dioperasikan.
Operasi penjumlahan dan perkalian bilangan nyata memenuhi kaidah-kaidah sebagai
berikut:

1. Kaidah Komutatif
Dalam menjumlahkan dua bilangan a dan b, perubahan urutan antara keduanya tidak akan
mengubah hasil penjumlahan.
a+b=b+a
4+5=5+4
Hal yang sama berlaku juga untuk perkalian, perubahan urutan perkalian antara dua bilangan
tidak akan mengubah hasilnya.

axb=bxa
2x4=4x2
2. Kaidah Asosiatif
Dalam menjumlahkan tiga bilangan a, b dan c — atau lebih — perubahan cara penge-
lompokan bilangan-bilangan tersebut tidak akan mengubah hasil penjumlahan.
(a+b )+c=a+(b+c)
(5+2)+7=5+(2+7)
Begitu pula dalam hal perkalian, perubahan cara pengelompokan bilanganbilangan
tidak akan mengubah hash perkalian.
(axb)xc=ax(bxc)
(4x5)x6=4x(5x6)

3. Kaidah Pembatalan
Jika jumlah a dan c sama dengan jumlah b dan c, maka a sama dengan b; dengan
perkataan lain
jika a+c=b+c
Maka a+b
Jika hasilkali a dan c sama dengan hasilkali b dan c, dimana c adalah bilangan nyata

11
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

bukan-nol, maka a sama dengan b; jadi:

4. Kaidah Distributif
Dalam pengalian bilangan a terhadap jumlah ( b + c), hasilkalinya adalah sama dengan
jumlah hasilkali a b dan hasilkali a c. Dengan perkataan lain, hasilkali sebuah bilangan
terhadap suatu penjumlahan adalah sama dengan jumlah hasilkali-hasilkalinya.
jika ac = bc
Maka a = b

5. Unsur Penyama
Unsur penyama dalam penjumlahan (pengurangan) adalah bilangan nol, sebab jumlah
(selisih) antara suatu bilangantertentudan 0 adalah bilangan itu sendiri.
a±0=a
4±0=4
Unsur penyama dalam perkalian (pembagian) adalah bilangan satu, sebab hasil kali
(hasilbagi) antara suatu bilangan tertentu dan I adalah bilangan itu sendiri.
ax1=a a:1=a
4x1=4 4:1=4

6. Kebalikan
Setiap bilangan nyata mempunyai sebuah balikan penambah ( additive inverse);
jumlah antara bilangan tertentu dan balikan penambahnya adalah sama dengan nol.
a + ( -a ) = 0
4 + ( -4 ) = 0
Bilangan -4 disebut balikan penambah dan 4 atau negatif dan 4. Setiap bilangan nyata
bukan—nol mempunyai sebuah balikan pengali (multiplicative inverse); hasilkali
bilangan tertentu terhadap balikan pengalinya adalah sama dengan satu.
1
a x = 1
𝑎
1
4x4=1
1
Bilangan 4 disebut balikan pengali dari 4

1.4 Operasi tanda

Sampai sejauh mi, dalam pengoperasian bilangan kita baru membahas bilangan-

12
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

bilangan dengan satu macam tanda yakni positif. Sekarang marilah kita bahas
bagaimana pengoperasian bilangan-bilangan tersebut berkenaan dengan tanda-tanda
yang melekat padanya.

2.3.1 Operasi Penjumlahan


(a) Jumlah dan dua bilangan positif ( + a) dan ( + b) adalah sebuah bilangan positif baru ( +
c) yang nilainya Iebih besar.

(b) Jumlah dan dua bilangan negatif ( - a) dan ( - b) adalah sebuah bilangan negatif baru (-
c) yang nhlainya Iebih kecil.

(c) Jumlah dan bilangan positif ( + a) dan bilangan negatif ( - b) adalah bilangan positif ( +
c) jika harga mutlak a Iebih besar dan harga mutlak b, atau bilangan negatif ( - d) jika
harga mutlak a Iebih kecil dan harga mutlak b.

(d) Jumlah dan bilangan negatif ( - a) dan bilangan positif ( + b) adalab bilangan positif ( +
c) jika harga mutlak a Iebih kecil dan harga mutlak b, atau bilangan negatif ( - d) jika
harga mutlak a Iebih besar dan harga mutlak b.

2.3.2 Operasi Pengurangan


(a) Selisih antara dua bilangan positif ( + a) dan ( + b) adaiah bilangan p0-sitif

13
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

( + c) jika harga mutiak a iebih besar dan harga mutlak b, atau bilangan negatif ( - d)
jika harga mutiak a lebihkecil dan harga mutiak b.

(b) Selisih antara dua bilangan negatif ( - a) dan ( - b) adalah bilangan positif
( + c) jika harga mutlak a Iebih k-ecu dan harga mutlak b, atau bilangan negatif ( - d) jika
harga mutlak a lebih besar dan harga mutlak b.

(c) Seiisih antara bilangan positif ( + a) dan bilangan negatif ( - b) adalah sebuah bilangan
positif baru ( + c); hal ml identik dengan penjumlahan dua bilangan positif.

(d) Selisih antara bilangan negatif ( -a) dan bilangan positif ( + b) ada1ah sebuah bilangan
negatif baru (- c); ha) mi identik dengan penjumlahan dua bilangan negatif.

2.3.3 Operasi Perkalian


(a) Hasilkali antara dua bilangan positif ( + a) dan ( + b) serta antara dua bilangan negatif (
- a) dan ( - b), adalah sebuah bilangan positif ( + c)

(b) Hasilkali antara dua bilangan yang berlainan tanda ( + a) dan ( - b), atau (- a) dan ( + b),
adalah sebuah bilangan negatif ( - c).

14
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

2.3.4 Operasi Pembagian


(a) Hasilbagi antara dua bilangan positif ( + a) dan ( + b), serta antara dua bilangan negatif
( - a) dan ( - b), adalah sebuah bilangan positif ( + C).

(b) Hasilbagi antara dua bilangan yang berlainan tanda ( + a) dan ( - b), atau (- a) dan ( + b),
adalah sebuah bilangan negatif ( - c).

15
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

1.5 OPERASI BILANGAN PECAHAN

Bilangan pecahan ialah bilangan rasional yang tidak bulat atau tidak ütuh. Berdasar-
kan cara penulisannya, bilangan pecahan bisa dibedakan atas pecahan biasa dan pecahan
desimal. Pecahan biasa selalu menunjukkan bentuk pembagian antara dua bilangan. Sebagai
contoh, pecahan ¾ menunjukkan bentuk pembagian 3 : 4, pecahan 2/5 menunjukkan bentuk
pembagian 2 : 5. Setiap pecahan biasa pada dasarnya dapat diubahbentuk menjadi pecahan
desimal, yakni dengan cara mengisikan atau mencantumkan angka~angka tertentu yang me-
menuhi di belakang tanda koma. Jadi, pecahan biasa ¾ dapat dituliskan menjadi pecahan
desimal 0,75, sedangkan 2/5 menjadi 0,4.
Dalam suatu pecahan biasa terdapat dua macam suku, yaitu suku terbagi (numerator) dan
suku pembagi (denominator). Suku terbagi terletak di atas garisbagi, sedangkan suku pem-
bagi terletak di bawahnya. Dalam contoh ¾ dan 2/5 tadi, angka 3 dan angka 2 masing-
masing adalah suku terbagi, sedangkan angka 4 dan angka 5 masing-masing adalah suku
pembagi.
Berdasarkan nilai-nilai (inaksudnya: harga mutlak) dan suku-sukunya, pecahan biasa
dibedakan menjadi tiga macam yaitu pecahan layak, pecahan tak-layak dan pecahan kom-
pleks. Pecahan Iayak ialah pecahan yang harga mutlak suku terbaginya lebih kecil dan harga
mutlak suku pembaginya. Apabila pecahan Iayak mi didesimalkan, angka di depan tanda
koma akan Selalu berupa angka nol. Pecahan ¾ dan 2/5 dalam contob di atas merupakan
contoh-contoh pecahan layak. Sedangkan pecahari tak-layak ialah pecahan yang harga mut-
lak suku terbaginya sama dengan atau lebih besar dan harga mutlak suku pembaginya. Jika
ia didesimalkan, angka di depan tanda koma akan berupa angka bukan-nol. Contoh pecahan
tak-layak misalnya 4/4, 7/4, -9/4 dan 16/5 yang bila didesimalkan masing-masing akan men-
jadi 1,0; 1,75; -2,25 dan 32.
Adapun pecahan ‘kompleks ialah pecahan yang pada salah satu atau kedua-dua sukunya
terdapat satu pecahan atau lebih. Jadi jika pada suku terbagi (atau pada suku pembagi, atau
bahkan pada kedua suku tersebut) masih terdapat lagi satu atau beberapa pecahan. maka
pecahan demikian dinamakan pecahan kompleks. Dan beberapa contoh yang disajikan di
bawah akan terlihat kompleksitas pecahan seperti mi; pada suku terbagi terdapat suku pem-
bagi, sementara pada suku pembagi terdapat suku terbagi. Ringkas kata, pecahan kompleks
ialah pecahan yang mengandung pecahan. Dalam penulisan sebuah pecahan kompleks, garis
bagi yang memisahkan antara suku-terbagi utama dan suku-pembagi utama !iarus dibuat
lebih panjang dan ganisbagi lainnya.

16
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

A. Operasi hitung pada bilangan pecahan.


d. Operasi Penjumlahan.
Contoh :
5 2 7
1.  
8 8 8
3 1
2. 15  3  ... KPK 4 dan 2 adalah 4
4 2
3 2 5 1
15  3  18  19
4 4 4 4

e. Operasi Pengurangan.
Contoh :
Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini
5 3 53 2
1.   
8 8 8 8
1 1
2.   ... KPK dari 2 dan 3 adalah 6
2 3
1 1 3 2 1
   
2 3 6 6 6

f. Operasi Perkalian.
Contoh :
Tentukan hasil perkalian
2 1 2 x1 2 1
1. x   
3 2 3x2 6 3
2 1 8 13 104 2
2. 2 x 3  x  8
3 4 3 4 12 3

g. Operasi Pembagian.
Contoh :
Tentukan hasil pembagian
3 2 3 5 15 5 1
1. :  x   1
6 5 6 2 12 4 4
1 3 9 18 9 5 5
2. 2 : 3  :  x 
4 5 4 5 4 18 8

4. Konversi Pecahan.
Sebuah bilangan pecahan dapat diubah ke bentuk persen, pecahan desimal atau
sebaliknya.
a. Mengubah pecahan biasa ke bentuk pecahan desimal.
Untuk mengubah pecahan biasa ke bentuk pecahan desimal dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu :
3. Mengubah penyebutnya menjadi 10 , 100 , 1000 , ...
Contoh :

17
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Ubahlah ke dalam bentuk desimal.


1 1 5 5
a.  x   0,5
2 2 5 10
4 4 4 16
b.  x   0,16
25 25 4 100

4. Dengan pembagian berulang.


Contoh :
2
Ubahlah ke dalam pecahan desimal
6
2
= 0,3333 ... = 0, 3
6

b. Mengubah pecahan biasa ke bentuk persen.


Contoh :
Ubahlah pecahan berikut ke bentuk persen
4 3
a. b. 2
10 8
Jawab :
4 40
a.   40 %
10 100
3 19 125 2375 237,5
b. 2  x    237,5 %
8 8 125 1000 100

Contoh :
Ubahlah ke dalam bentuk pecahan
a. 20 % b. 25 %
Jawab :
20 1
c) 20 % = 
100 5
25 1
d) 25 % = 
100 4

c. Mengubah persen ke pecahan biasa dan pecahan desimal.


Contoh :
Ubahlah persen berikut ke pecahan biasa dan ke pecahan desimal
25 1
c. 25 % =   0,25
100 4
40 4
d. 40 % =   0,40
100 10

Pecahan kompleks pada akhirnya akan mengarah ke salah satu bentuk: menjadi pecahan
layak atau menjadi pecahan tak-layak. Apabila kita selesaikan atau sederhanakan, pecahan

18
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

kompleks (a) dan (c) dalam contoh di atas akan menjadi pecahan layak, sedangkan pecahan
kompleks (b) dan (d) tak lain adalah pecahan tak-layak.
Apabila sebuah bilangan terdiri dan sebuah bilangan bulat dan sebuah pecahan, ia di-
namakan bilangan carnpuran. Angka 2 ¾ atau 2,75 adalah Sebuah bilangan campuran sebab
2 ¾ adalah sama dengan 2 + ¾; atau di lain pihak, 2,75 adalah sama dengan 2 + 0,75. Pecahan
tak 1ayak pada hakekatnya adalah bilangan campuran, karena ia dapat diuraikan menjadi
sebuah bilangan bulat dan sebuah pecahan, Ia bahkan dapat berubah menjadi sebuah.
bilangan bulat saja. Itulah sebabnya ia dijuluki sebagai pecahan tak-layak, karena Ia tidak
murni sebagai sebuah pecahan.
Setelah membahas secara panjang lebar berbagai jenis dan pengertian bilangan
pecahan, kini marilah kita pahami prinsip-prinsip pengoperasiannya, dalam hal mi pen-
goperasian pecahan biasa.

2.4.1 Operasi Pemadanan


Suku-suku dalam sebuah pecahan dapat diperbesar atau diperkecil tanpa mengubah
nilal pecahannya, sepanjang keduanya (sukuterbagi dan suku pembagi) dikalikan atau
dibagi dengan bilangan yang sama. Secara umum:

Contoh memperbesar pecahan:

Contoh memperkecil pecahan:

Berdasarkan kedua contoh di atas, dapat disimpulkan : pembesaran pecahan bersifat

19
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

tak terbatas, sedangkan pengecilan pecahan bersifat terbatas. Kita dapat memperbesar
sebuah pecahan sekehendak kita. Akan tetapi kita hanya dapat memperkecil sebuah
pecahan sampai pada bentuk tersederhana, atau sampai pada suku-suku terkecil, yakni
jika kedua suku pada pecahan bersangkutan tidak lagi mempunyai pembagi bersama.
Dalam contoh memperkecil pecahan di atas, 2 merupakan perribagi bersama atas 24
dan 30, sedangkan 3 merupakan pembagi bersama alas 12 dan 15, akan tetapi tidak terdapat
pembagi bersama atas 4 dan 5. Berarti 4 dan S merupakan suku-suku terkecil dari pecahan
24/30,. Sesudah mencapai bentuk 4/5 kita tidak lagi dapat memperkecilnya. Jadi, pecahan
“terbatas” adalah bentuk tersederhna dan pecahan 24/30. (Perlu dicatat : Pengertian
“terbatas” dalam memperkecil pecahan” di sini maksudnya adalah “terbatas sampai pecahan
bersangkutan tidak menjadi pecahan kompleks” !). Kesimpulannya : jika sebuah pecahan
sudah mencapai bentuk tersederhana, maka ía tak lagi dapat diperkecil; sebaliknya jika se-
buah pecahan tak lagi dapat diperkecil, berarti Ia sudah mencapai bentuk tersederhana.

2.4.2 Operasi Peajumlahan dan Pengurangan


Dua buah pecahan atau Iebih hanya dapat ditambahkan dan dikurangkan apabila
mereka memiliki suku-suku pembagi yang sama atau sejenis. Berarti jika suku-suku pem-
baginya belum sama, terlebih dahulu harus disamakan sebelum pecahan-pecahan tersebut
ditambahkan atau dikurangkan. Dalam menyamakan suku-suku pembaginya, diusahakan
pecahan-pecahan tadi mempunyai suku pembagi bersama terkecil (spbt).
Contoh:

Angka 4 dalam contoh 3) dan 4) di alas adalah spbt.


Dalam hal pecahan-pecahan yang hendak dijumlahkan atau dikurangkan tidak memiliki
spbt. hasilkali antara suku-suku pembaginya merupakan spbt

20
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Penjumlahan (pengurangan) bilangan-bilangan campuran dapat dilakukan dengan


cara menambahkan (mengurangkan) bilangan-bilangan bulatnya dulu, kemudian menam-
bahkan (mengurangkan) pecahan dengan pecahannya. Jadi tidak harus dengan mengubah
bilangan-bilangan campuran tersebut menjadi pecahan-tak-Iayak terlebih dahulu.

2.4.3 Operasi Perkalian


Perkalian arnarpecahan dilakukan dengan cara mengalikan suku-suku sejenis, suku terbagi
dikalikan suku teibagi dan suku pembagi dikalikan suku pembagi. Perkalian yang mengan-
dung bilangan campuran dilakukan dengan cara mengubahnya terlebih dahutu menjadi
pecahan tak-Iayak sebelum dikalikan.
Contoh:

21
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

2.4.4 Operasi Pembagian


Pembagian antarpecahan dapat dilakukan dengan 3 macam cara. Cara pertama meru-
pakan cara yang paling populer, paling sering dipraktekkan.

Cara 1 Kalikan pecahan terbagi (pecahan yang akan dibagi) dengan kebalikan dan pecahan
pembagi.

22
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Contoh:

Cara 2 Ubah terlebih dahulu pecahan terbagi dan pecahan pembagi sehingga keduanya
mempunyai suku pembagi bersama terkecil (spbt), batalkan spbt tersebut dan
kemudian bagilah suku-suku terbagi yang tersisa.
Contoh:

Bilangan 8 merupakan spbt


Cara 3 Kalikan terlebih dahulu kedua pecahan dengan spbt-nya, selesaikan atau seder-
hanakan masing-masing pecahan dan kemudian baru dibagi.
Contoh:

1.6 TAMBAHAN MATERI


I. Bilangan berpangkat

A. Pangkat ( Eksponen ) Bulat Positif


Bentuk perpangkatan yang paling sederhana adalah pangkat bulat positif. Misal : 23
artinya 2 x 2 x 2, sehingga 23 = 8 dan 2 disebut bilangan pokok, 3 disebut pangkat atau
eksponen serta 23 disebut bilangan berpangkat.
Pangkat ke-n dan bilangan real a, dengan n bilangan bulat positif ; dinyatakan dengan
n
a , didefinisikan sebagai berikut:
an = a. a. a..... sebanyak n faktor
Dari definisi pangkat bulat positif di atas dapat diturunkan suatu teorema sebagai berikut :
1. am .an = am+n
2. ( am)n = am.n
3. (ab)n = an bn
a an
4. ( )n = n , b  0
b b
m
a
5. n = am-n , m > n dan a  0
b

B. Pangkat Nol dan Bulat Negatif


Sekarang kita perluas definisi pangkat bilangan bulat lainnya, yaitu pangkat nol dan bulat
negatif. Ini dilakukan sedemikian sehingga teorema yang berlaku pada pangkat bulat positif

23
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

berlaku untuk semua bilangan bulat. Ada dua akibat yang berhubungan dengan teorema dan
perpangkatan di atas yaitu:
a0 = 1 ( jika a  0 )
1
a-n = n ( jika a  0)
a
Jika rumus 1) harus benlaku untuk pangkat nol, maka a0.an = a0+n = an. Berdasarkan unsur
identitas terhadap perkalian, yaitu 1 maka memenuhi 1. an = an Dengan membandingkan
kedua persamaan mi kita harus mendefinisikan a0 = 1. Jadi kita definisikan :
Jika a bilangan yang tak nol maka a0 = 1.
Jelas bahwa 00 tidak dideflnisikan
Sekarang jika rumus 1) harus berlaku untuk pangkat bilangan bulat negative maka an. a-n =
1
a0 = 1 bila a  0. berdasarkan sifat invers maka a-n = n . Karena itu kita definisikan :
a
1
Jika a bilangan real dan –n adalah bilangan bulat negatif maka a-n = n , a  0.
a
Dengan menggunakan definisi ini maka :
1
n
= an
a

C. Pangkat Bulat dan Rasional


Dan uraian tersebut teorema diatas dapat berlaku untuk pangkat bulat, dan kita nya-
takan dalam torema :
Jika a, b adalah bilangan real dan m, n adalah bilangan bulat maka:
1. am. an = am+n
2. (am)n = am.n
3. (ab)n = an bm
a n an
4. ( ) = n , b  0
b b
an
5. b n = am-n , dan a  0
Teorema tersebut dapat diperluas untuk lebih dari dua faktor, misal an. am. ar = an+m+r
; (abc) = an. bn. cn dan seterusnya
n

Contoh :
Sederhanakan : (3-2 + 2-3)-1
1 72
Jawab: (3-2 + 2-3)-1 = =
1 1 17

9 8
Rumus —rumus dan teorema di atas dapat juga kita perluas sehingga benlaku untuk
pangkat bilangan rasional, baik bilangan rasional positif, nol maupun bilangan rasional neg-
ative, dengan pengertian bahwa:
m

a n = n am

Contoh :
1

1 ). 9 = 3 karena 32 = 9
2
2 ). 4 16 = 2, karena 24 = 16

24
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Dengan pengertian tersebut kita definisikan bahwa :


Jika a dan b adalah bilangan real dan n adalah bilangan bulat positif, sehingga b n = a, maka
b dinamakan akar pangkat n dari a. ditulis b = n a
Semua rumus pangkat bulat positif dipenuhi oleh pangkat rasional dengan satu perkecualian,
yaitu : rumus:
(am)n =amn tidak berlaku bila a < 0, m dan n bilangan genap positif.

 
1
Untuk contohnya perhatikan bentuk:  3
2 2

 
1 1

Bila pertama kali kita menghitung (-3)2 , maka  3 2 = 9 2 = 3


2

Sedangkan bila pangkatnya dikalikan telebih dulu, diperoleh :

 3     3  . Untuk menghilangkan kesalahan ini maka


1 1 1
= (-3)1 = -3 berarti  3 
2 2 2 2 2 2

kita definisikan :
Jika a bilangan real , m dan n bilangan genap positif maka : a m n = ( a )mn
1

Khususnya dalam kasus m = n maka a m n = ( a ), bilamana n adalah bilangan genap positif,


1

atau ekuivalen dengan n a n = ( a ) bilamana n bilangan genap.


Dengan definisi ini, maka kesalahan di atas tidak terjadi karena

 3   
1 1
(3) 2 =  3
2 2 2 2
= = ( -3 )= -3

II. Bilangan Irasional bentuk pangkat


A. Konsep dan Sifat – sifat Bilangan Irrasional Bentuk Akar
Perhatikan bahwa adanya tanda akar belum berarti merupakan bentuk akar, misalnya
49 dan 3 1,728 bukanlan bentuk-bentuk akar karena 49 dan 3 1,728 merupakan
bilangan-bilangan rasional. Perlu di ingat bahwa a , telah kita artikan sebagai akar kuadrat
yang non negatifdari a, dimana a > 0, misalnya 49 = + 7 dan bukan - 7
Bentuk akar merupakan bilangan irasional, walaupun dalam perhitungan-perhi-
tungan bentuk akar dapat didekati dengan bilangan-bilangan rasional, misalnya 7 dapat
didekati dengan bilangan rasional 2,646 jika digunakan pendekatan teliti sampai 3 angka
dibelakang koma.

1. Penjumlahan dan Pengurangan


Penjumlahan dan pengurangan bentuk akar dapat disederhanakan apabila akar-
akarnya sejenis
Contoh: Sederhanakan 75 - 147 + 48
Jawab : 75 - 147 + 48 = 25.x3 - 49x3 + 16x3
= 5 3 -7 3 +4 3
=(5-7+4) 3 = 2 3

2. Perkalian Bentuk Akar


Untuk menyederhanakan bentuk akar dapat menggunakan sifat bahwa a b= a.b .

25
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Contoh: Sederhanakan 12 x 8
Dengan menggunakan sifat n a n b = n a.b
maka didapat 12 x 8= 96 = 16x6 = 4 6
cara lain 12 x 8 = 2 3 x 2 2 = 4 6
3. Merasionalkan Penyebut Pecahan
a
a. Pecahan-pecahan berbentuk
b
6 6 2 6 2
contoh : i ) = x = =3 2
2 2 2 2
3 3 3 2 6
ii) = = x =
2 2 2 2 2
1 1
b. Pecahan-pecahan berbentuk dan
a b a b
Bentuk-bentuk akar seperti (a + b ) dan ( a - b ) dinamakan bentukbentuk akar
yang sekawan. Hasil perkaliannya adalah rasional, sebab hasil dari (a + b ) (a - b ) = a2
– b bilangan pada ruas kanan tersebut adalah rasional. Sifat bentuk akar yang sekawan ini
digunakan untuk merasionalkan penyebut pecahan- pecahan yang berbentuk seperti diatas.
Contoh:
4 4 3 1 4 3 1
i) = x = = 2 ( 3 1)
3 1 3 1 3 1 3 1
1 2 1 2 1 2 1 2 2  2 3  2 2
ii) = x = = = 2 23
1 2 1 2 1 2 1 2 1

B. Persamaan Eksponen
Persamaan eksponen ialah persamaan yang mengandung variabel dalam eksponen.
Bentuk-bentuknya adalah:
1). af(x)= ag(x)  f(x) = g(x) syarat ; a > 0 dan a  1
2). af(x) = bf(x)  f(x) = 0 syarat a, b > 0
3). af(x) = bg(x) , syarat a, b > 0
4). f(x) g(x) = f(x) h(x)
Contoh:
1).Tentukan penyelesaian dan 52x+1 = 22x+1
jawab:
1
52x+1 = 22x+1  2x + 1 = 0  x = -
2
2). Selesaikan 22x+1 + 2x+= 3
Jawab :Misalkan: 2x y maka persamaan semula menjadi:
 2 y2 + y – 3 = 0
 (2y + 4 ) ( y – 1 ) = 0
1
 y = - 1 atau y =1
2

26
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

1 1
Untuk y = -1  2x = -1 (persamaan ini tidak ada harga x yang memenuhi sebab nilai
2 2
bilangan berpangkat dengan bilangan pokok 2 selalu positip)
Untuk y = 1  2x = 1  x = 0
Jadi himpunan penyelesaiaannya adalah { 0 }.

III. Pengertian Sistem Bilangan


Sistem bilangan merupakan suatu kode yang menggunakan simbol untuk besaran
sesuatu. Sebagai contoh, sistem bilangan decimal menggunakan simbol 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9.
Sistem bilangan decimal terdiriatas 10 simbol dan kadang – kadang disebut sistem berdasar
10. Sistem bilangan biner hanya menggunakan dua simbol yakni 0 dan 1 dan kadang – ka-
dang disebut sistem berdasar 2. Sedangkan sistem bilangan octal adalah sistem bilangan
yang mempunyai 8 simbol yakni 0,1,2,3,4,5,6,7 dan biasanya disebut juga dengan sistem
bilangan berdasar 8. Selain itu, ada juga sistem heksadesimal yang merupakan sistem
bilangan yang terdiri dari 16 simbol, yakni 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F sehingga sering
disebut juga dengan sistem bilangan berdasar 16.
A. Operasi Aritmatika Sistem Bilangan Biner
B.1 Operasi sistem bilangan biner
Operasi sistem bilangan biner adalah suatu cara yang digunakan untuk melalukan
operasi aritmatika pada nilai biner – biner tertentu seperti penambahan biner, pengurangan
biner, dan juga pengalian biner.
B.1.1 Operasi penjumlahan bilangan biner
Kunci : 0 + 0 = 0
1+0=1
0+1=1
1 + 1 = 0 pindahkan

Contoh 1 : bilangan biner 101 + 10 adalah :


Cara menjawab : 101 5
+ 10 +2
111 7
Contoh 2 : bilangan biner 1010 + 11
Cara menjawab : 1 pindahan
1010 10
+ 11 + 3
1101 13

27
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

B.1.2 Operasi pengurangan bilangan biner


Kunci : 0 - 0 = 0
0 - 1 = 1 (pinjaman 1)
1-0=1
1-1=1
Contoh 1 : bilangan biner 111 + 11 adalah :
Cara menjawab : 111 7
- 11 -3
100 4
Contoh 2 : bilangan biner 101 – 11
Cara menjawab : 1 pinjaman
101 5
- 11 -3
010 2
B.1.3 Operasi perkalian bilangan biner
Kunci : 0 x 0 = 0
0x1=0
1x0=0
1x1=1
Contoh 1 : bilangan biner 101 x 10 adalah :
Cara menjawab : 1 0 1 terkali
1 0 pengali
0 0 0 hasil parsial pertama
1 0 1 hasil parsial kedua
1 0 1 0 hasil
B. Konversi Sistem Bilangan
Konversi sistem bilangan adalah suatu cara yang digunakan untuk merubah suatu sis-
tem bilangan ke dalam bentuk sistem bilangan lainnya. Misalnya cara mengubah biner ke
heksadesimal, decimal ke biner, biner ke decimal, biner ke octal dan lain sebagainya.

C.1 Konversi bilangan biner ke desimal


Contoh : ubahlah bilangan biner 1011 ke bentuk bilangan desimal.
Cara menjawab :

28
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

 Menggunakan metode n…..8421 ( n = kelipatan nilai sebelumnya)


8421
1 0 1 1 (yang bernilai 1 yang diambil)
8 + 2 + 1 = 11 hasil
 Menggunakan metode 2n
1011
1 x 20 = 1
1 x 21 = 2
0 x 22 = 0
1 x 23 = 8 +
= 11
C.2 Konversi bilangan desimal ke biner
Contoh : ubahlah bilangan desimal 13 ke bentuk bilangan biner.
Cara menjawab :
 Menggunakan metode n….8421 (n = kelipatan nilai sebelumnya)
8421
1 1 0 1 = 8+4+1 = 13
 Menggunakan metode pembagian 2 / sisa
13 ÷ 2 = 6 dengan sisa 1
6 ÷ 2 = 3 dengan sisa 0
Dibaca dari bawah ke atas
3 ÷ 2 = 1 dengan sisa 1
1 ÷ 2 = 1 dengan sisa 1
Maka bilangan desimal 13 = 1101 biner
C.3 Konversi bilangan biner ke heksadesimal
Contoh : ubahlah bilangan biner 101101 ke bentuk bilangan heksadesimal
Cara menjawab :
 Menggunakan metode pemisahan (cara gampang)
101101
2 D
C.4 Konversi bilangan heksadesimal ke biner
Contoh : ubahlah bilangan heksadesimal 7A ke bentuk bilangan biner.
Cara menjawab :
 Menggunakan metode pemisahan (cara cepat)

29
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

7 A
111 1010 ( hasil dalam biner )
C.5 Konversi bilangan biner ke oktal
Contoh : ubahlah bilangan biner 1101 ke bentuk bilangan oktal.
Cara menjawab :
 Menggunakan metode pemisahan (cara cepat)
1 101
1 5 (hasil dalam oktal)
C.6 Konversi bilangan oktal ke biner
Contoh : ubahlah bilangan oktal 27 ke bentuk biner
Cara menjawab :
 Menggunakan metode pemisahan (cara cepat)
2 7
10 111 (hasil dalam biner)
C.7 Konversi bilangan desimal ke heksadesimal
Contoh : ubahlah bilangan desimal 25 ke bentuk heksadesimal.
Cara menjawab :
 Bilangan desimal di ubah dahulu ke bentuk biner
16 8 4 2 1
1 1 0 0 1 = 16 + 8 + 1 = 25
Kemudian ubah biner ke heksadesimal.
1 1001
1 9 maka hasilnya adalah 19 heksadesimal

1.7 Latihan soal beserta pembahasannya.

1. * Kemampuan yang diuji.


Menghitung hasil operasi tambah, kurang, kali dan bagi pada bilangan bulat

* Indikator soal
Menentukan hasil operasi campuran bilangan bulat.

* Soal
Hasil dari 6 – 18 : (2) × 3 adalah ....
A. 9 C. 33

30
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

B. 18 D. 45

* Kunci jawaban: C

* Pembahasan
6 – 18 : (-2) × 3 = 6 – (-9) × 3
= 6 – (– 27)
= 6 + 27
= 33

2. * Kemampuan yang diuji.


Menghitung hasil operasi tambah, kurang, kali dan bagi pada bilangan bulat.

* Indikator soal
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan operasi hitung bilangan bulat

* Soal
Dalam kompetisi Matematika, setiap jawaban benar diberi skor 3, jawaban salah
diberi skor -1, dan jika tidak menjawab diberi skor 0.
Dari 40 soal yang diujikan, Dedi menjawab 31 soal, yang 28 soal di antaranya
dijawab benar. Skor yang diperoleh Dedi adalah ….
A. 81 C. 87
B. 84 D. 93

* Kunci jawaban: A

* Pembahasan
- 28 soal benar, skornya adalah 28 × 3 = 84.
- 3 soal salah, skornya adalah 3 × (-1) = -3.
Skor yang diperoleh Dedi adalah 84 + (-3) = 81.

3. * Kemampuan yang diuji.


Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan.

* Indikator soal
Mengurutkan beberapa bentuk pecahan
* Soal
5 1
Urutan dari besar ke kecil untuk pecahan 0,75, , dan adalah ....
6 3
5 1 5 1
A. , 0,75, C. 0,75, ,
6 4 6 4
1 5 5 1
B. , , 0,75 D. , 0,75,
4 6 6 4

* Kunci jawaban: D

* Pembahasan
3
Pecahan desimal 0,75 = .
4

31
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

5 10
3 9 1 4
KPK dari 4, 6, dan 3 adalah 12, maka:  , dan 
 ,
4 12 6 12 3 12
10 9 4 5 1
Urutan dari besar ke kecil adalah, , , atau , 0,75,
12 12 12 6 4

4. * Kemampuan yang diuji.


Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan.

* Indikator soal
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan operasi hitung pecahan

* Soal
1
Penghasilan Ady setiap bulan adalah Rp3.600.000,00. bagian untuk biaya
9
1 2
transportasi, bagian untuk biaya pendidikan, bagian untuk keperluan di rumah,
6 3
sedangkan sisanya ditabung.
Banyak uang yang ditabung oleh Ady adalah ....
A. Rp2.400.000,00 C. Rp400.000,00
B. Rp600.000,00 D. Rp200.000,00

* Kunci jawaban: D

* Pembahasan
KPK dari 9, 6, dan 3 adalah 18.
1 1 2 2 3 12
Bagian yang di tabung adalah 1 – ( + + ) = 1 – ( + + )
9 6 3 18 18 18
17
=1–
18
1
=
18
1
Jumlah uang yang di tabung oleh Ady = × Rp3.600.000,00
18
= Rp200.000,00
5. * Kemampuan yang diuji.
Menyelesaikan masalah berkaitan dengan skala dan perbandingan.

* Indikator soal
Menentukan salah satu dari jarak sebenarnya, skala, atau jarak pada gambar

* Soal
Jarak antara kota A dan kota B pada peta 5 cm. Dengan skala peta 1 : 1.200.000,
jarak sebenarnya adalah ....
A. 4 km C. 40 km
B. 6 km D. 60 km

* Kunci jawaban: D

32
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

* Pembahasan
Jarak sebenarnya = 1.200.000 × 5cm
= 6.000.000cm
= 60 km

6. * Kemampuan yang diuji.


Menyelesaikan masalah berkaitan dengan skala dan perbandingan.

* Indikator soal
Indikator soal
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan perbandingan senilai atau
berbalik nilai

* Soal
Dalam waktu 7 menit Deni mampu membaca buku cerita sebanyak 140 kata.
Untuk membaca 700 kata, waktu yang diperlukan adalah ....
A. 20 menit C. 35 menit
B. 25 menit D. 70 menit

* Kunci jawaban: C

* Pembahasan
7 menit → 140 kata
y menit → 700 kata

7 140
Maka: 
y 700
140y = 4900
y = 4900 : 140
y = 35
Waktu yang diperlukan untuk membaca adalah 35 menit.

7. * Kemampuan yang diuji.


Menyelesaikan masalah berkaitan dengan skala dan perbandingan.

* Indikator soal
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan perbandingan senilai atau
berbalik nilai

* Soal
Dengan kecepatan rata-rat 90 km/jam, sebuah kendaraan memerlukan waktu 3 jam
20 menit. Jika kecepatan rata-rata kendaraan 80 km/jam, waktu yang diperlukan
untuk menempuh jarak tersebut adalah ....
A. 3 jam 15 menit C. 3 jam 45 menit
B. 3 jam 40 menit D. 3 jam 50 menit

33
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

* Kunci jawaban: C

* Pembahasan
90 km → 200 menit
80km → t menit
90 t
Maka : 
80 200
80t = 18.000
t = 18.000 : 80
t = 225 menit atau 3 jam 45 menit.
Waktu yang diperlukan adalah 3 jam 45 menit.

8. * Kemampuan yang diuji.


Menyelesaikan masalah berkaitan dengan jual beli.

* Indikator soal
Menentukan salah satu dari harga pembelian, harga penjualan, atau persentase
untung/rugi

* Soal
Seorang pedagang membeli 30 kg beras dengan harga Rp150.000,00. Kemudian
beras tersebut dijual Rp4.500,00 tiap kg.
Persentase untung atau ruginya adalah ....
A. untung 10% C. rugi 10%
B. untung 15% D. rugi 15%
* Kunci jawaban: C
* Pembahasan
Harga penjualan = 30 × Rp4.500,00
= Rp135.000,00
Harga pembelian =Rp150.000,00
Karena harga penjualan lebih kecil dari pembelian, maka ia mendapat rugi.
Rugi = Rp150.000,00 – Rp135.000,00
= Rp15.000,00
15.000
Persentase rugi adalah 100% = 10%
150.000
9. * Kemampuan yang diuji.
Menyelesaikan masalah berkaitan dengan jual beli.

* Indikator soal
Menentukan salah satu dari harga pembelian, harga penjualan, atau persentase
untung/rugi

* Soal
Dengan menjual televisi seharga Rp640.000,00, Arman rugi 20 %.
Harga pembelian televisi tersebut adalah ….
A. Rp900.000,00 C. Rp768.000,00
B. Rp800.000,00 D. Rp512.000,00

* Kunci jawaban : B

34
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

* Pembahasan
Pembelian = 100%
Rugi = 20%
Penjualan = 80% (Rp640.000,00)
100
Harga pembeliannya adalah x Rp640.000,00 = Rp800.000,00
80

10. * Kemampuan yang diuji.


Menyelesaikan masalah berkaitan dengan perbankan dan koperasi.

* Indikator soal
Menentukan salah satu dari persentase bunga, waktu, atau besar uang setelah n
bulan

* Soal
Sebuah koperasi memberikan bunga tunggal sebesar 15% setahun. Yuni
menabung di koperasi tersebut sebesar Rp4.800.000,00. Setelah 8 bulan, jumlah
uang Yuni seluruhnya adalah ....
A. Rp480.000,00 C. Rp5.280.000,00
B. Rp720.000,00 D. Rp5.520.000,00

* Kunci jawaban: C

* Pembahasan
15
Bunga selama 1 tahun 15% = x Rp4.800.000,00
100
= Rp720.000,00
8
Bunga selama 8 bulan = x Rp720.000,00
12
= Rp480.000,00
Jumlah tabungan Yuni setelah 8 bulan adalah:
Rp4.800.000,00 + Rp480.000,00 = Rp5.280.000,00

11. * Kemampuan yang diuji.


Menyelesaikan masalah berkaitan dengan barisan bilangan.

* Indikator soal
Menyelesaikan soal tentang gambar berpola.

* Soal

Perhatikan gambar pola berikut!

...

(1) (2) (3) (4)


35
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Barisan bilangan yang dibentuk oleh banyak segitiga pada pola tersebut adalah ....
A. 1,4,9,16, .... C. 1,5,13,25,....
B. 1,5,10,17, .... D. 1,5,13,26,....

* Kunci jawaban: C

* Pembahasan
Pada pola ke-1 jumlah segitiga adalah 1.
Pada pola ke-2 jumlah segitiga adalah 5.
Pada pola ke-3 jumlah segitiga adalah 13.
Pada pola ke-4 jumlah segitiga adalah 25.

12. * Kemampuan yang diuji.


Menyelesaikan masalah berkaitan dengan barisan bilangan.

* Indikator soal
Menentukan rumus suku ke-n barisan bilangan.

* Soal
Rumus suku ke-n barisan bilangan 6, 10, 14, 18, … adalah ….
A. 2n + 4 C. 4n + 2
B. 3n + 3 D. 5n + 1

* Kunci jawaban: C

* Pembahasan
Beda tiap suku pada barisan bilangan tersebut adalah 5.
Suku pertama (8) (4 × 1) + 2
Suku kedua (13) (4 × 2) + 2
Suku ketiga (18) (4 × 3) + 2
Suku keempat (23) (4 × 4) + 2
Jadi, suku ke-n adalah (4 × n) + 2 atau 4n +2.

13. * Kemampuan yang diuji.


Mengalikan bentuk aljabar.
* Indikator soal
Menentukan hasil perkalian bentuk aljabar suku dua.
* Soal
Hasil dari (6x–y)(x+ 3y) adalah ....
A. 6x2 + 19xy– 3y2 C. 6x2 – 17xy + 3y2
B. 6x2 – 19xy+ 3y2 D. 6x2 + 17xy – 3y2
* Kunci jawaban: D
* Pembahasan
(6x–y)(x+ 3y) = 6x(x +3y) – y(x +3y)
= 6x2 + 18xy – xy – 3y2
36
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

= 6x2 + 17xy – 3y2

14. * Kemampuan yang diuji


Menghitung operasi tambah, kurang, kali, bagi atau kuadrat bentuk aljabar

* Indikator soal
Menentukan hasil operasi hitung bentuk aljabar

* Soal
Bentuk sederhana dari (3p – 6 pq + 2q) – (2p – pq + 5q) adalah ....
A. p – 5pq – 3q C. p – 7pq – 3q
B. p + 5pq + 3q D. p + 7pq + 3q

* Kunci Jawaban : A

* Pembahasan
(3p – 6 pq + 2q) – (2p – pq + 5q) = 3p – 6pq + 2q – 2p + pq – 5q
= 3p – 2p – 6pq + pq + 2q – 5q
= p – 5pq – 3q
15. * Kemampuan yang diuji.
Menyederhanakan bentuk aljabar dengan memfaktorkan.
* Indikator soal
Menyederhanakan pecahan bentuk aljabar.
* Soal
x 2  5 x  14
Bentuk sederhana dari adalah ....
x 2  49
( x  2) ( x  2)
A. C.
( x  7) ( x  7)
( x  2) ( x  2)
B. D.
( x  7) ( x  7)
* Kunci jawaban: D

* Pembahasan
x 2  5 x  14 ( x  7)( x  2)
=
2
x  49 ( x  7)( x  7)
( x  2)
=
( x  7)

16. * Kemampuan yang diuji.


Menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel

* Indikator soal
Menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel

* Soal
Penyelesaian dari 4(3x – 2) = 5(4x + 8) adalah ....

37
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

A. x = -6
B. x = -4
C. x=4
D. x=6

38
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

* Kunci jawaban: A

* Pembahasan
4(3x  2)  5(4 x  8)
12 x  8  20 x  40
12 x  20 x  40  8
 8 x  48
x  6

17. * Kemampuan yang diuji.


Menentukan irisan atau gabungan dua himpunan dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan irisan atau gabungan dua himpunan.
* Indikator soal
Menentukan irisan dua himpunan.
* Soal
Perhatikan diagram Venn berikut!

S P Q

.4 .1 .2
.3 .5 .6

.7 .8

P ∩ Q adalah ....
A. {1,2,3,...,8} C. {2,3,4,6}
B. {1,2,3,4,5,6} D. {1,5}

* Kunci jawaban: D
* Pembahasan
Dari diagram Venn dapat dilihat bahwa:
P = {1, 3, 4, 5},
Q ={1, 2, 5, 6}
P  Q = {1,5}

18. * Kemampuan yang diuji.


Menentukan irisan atau gabungan dua himpunan dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan irisan atau gabungan dua himpunan.

* Indikator soal
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan irisan atau gabungan dua
himpunan

* Soal

1
40 | S i s t e m b i l a n g a n ( K l a n B a c h m i d )

Sebuah agen penjualan majalah dan koran ingin memiliki pelanggan


sebanyak 75 orang. Banyak pelanggan yang ada saat ini adalah sebagai
berikut:
* 20 orang berlangganan majalah,
* 35 orang berlangganan koran, dan
* 5 orang berlangganan keduanya.
Agar keinginannya tercapai, banyak pelanggan yang harus ditambahkan
adalah ....
A. 10 orang C. 25 orang
B. 15 orang D. 70 orang

* Kunci jawaban: C

* Pembahasan
Misal: yang berlangganan majalah adalah A, dan yang berlangganan
koran adalah B, maka:
n(S) = n(A) + n(B) – n(A  B) + n(AUB)C
75 = 20 + 35 – 5 + n(AUB)C
75 = 50 + n(AUB)C
n(AUB)C = 75 – 50
n(AUB)C = 25
Jadi, banyak pelanggan yang harus ditambahkan adalah 25 orang.

Anda mungkin juga menyukai