Anda di halaman 1dari 13

Makalah

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PERSYARATAN PELAPORAN DAN


PENGANGGARAN MODAL

Disusun oleh:
KELOMPOK 12

JENTRIO RUUNG 17304162


LOVLY J. PULUKADANG 17304153
MARONETINO SIANTURI 17304099

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2020
ASPEK KEPERILAKUAN

PADA PERSYARATAN PELAPORAN

A.    Syarat-syarat Pelaporan

Dunia saat ini penuh dengan persyaratan untuk melaporkan informasi kepada orang lain

tentang siapa atau apa kita ini, bagaimana kita menjalankan hidup kita, bagaimana kita

mengerjakan pekerjaan kita, bagaimana keadaan dari orang dan benda untuk mana kita

bertanggung jawab, dan seterusnya. Hal-hal ini pada umumnya disebut sebagai “persyaratan”

pelaporan, meskipun beberapa diantaranya mungkin tidak dapat dipaksakan.

Intisari dari proses akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang memiliki implikasi

keuangan atau manajemen. Karena pengumpulan dan pelaporan informasi mengonsumsi sumber

daya, biasanya hal tersebut tidak dilakukan secara sukarela kecuali pelapor yakin bahwa hal ini

akan mempengaruhi sipenerima untuk berperilaku sebagaimana yang diinginkan oleh pelapor.

Informasi yang dilaporkan adalah bagian yang penting dari proses pengelolaan dan

pengendalian organisasi. Tanpa informasi, manajer, kreditor, dan pemilik tidak dapat

mengatakan apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana atau apakah tindakan korektif

diperlukan. Persyaratan pelaporan dikenakan dan dipaksakan oleh beraneka ragam orang dan

organisasi dengan cara yang beraneka rupa.


B.     Bagaimana Persyaratan Pelaporan Mempengaruhi Perilaku

Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku pelapor dalam beberapa cara.

Bentuk lain dari pengukuran yang digunakan dalam organisasi, seperti audit dan pengamatan

langsung, juga memiliki banyak dampak yang sama terhadap persyaratan pelaporan, selain

dampak spesifiknya sendiri.

1.      Antisipasi Penggunaan Informasi

Pengirim menggunakan persyaratan pelaporan itu sendiri, bersama-sama dengan

informasi lainnya, untuk mengantisipasi bagaimana penerima akan bereaksi terhadap informasi

yang dilaporkan. Karena orang pada umumnya bereaksi dengan cara-cara yang mereka yakin

akan mengarah pada hasil yang mereka inginkan, pengirim informasi tersebut mencoba untuk

menyimpulkan bagaimana penerima informasi akan menggunakan dan bereaksi terhadap

informasi yang disediakan.

Dalam konteks manajemen, pengirim seringkali dianggap bertanggung jawab untuk

mengendalikan hal-hal yang juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor lain yang tidak dapat

dikendalikan oleh sipengirim.

2.      Prediksi Si Pengirim Mengenai Penggunaan si Pemakai

Kadang kala, seseorang merasa pasti mengenai bagaimana penerima akan menggunakan

informasi, sementara pada waktu-waktu lain seseorang tidak merasa mengenai bagaimana

informasi tersebut digunakan. Jika setiap orang selalu jelas dan jujur mengenai bagaimana

mereka akan menggunakan informasi yang dilaporkan, maka akan terdapat lebih sedikit masalah,

tetapi masi tetap ada kemungkinan bahwa informasi tersebut akan kemudian digunakan dalam

cara-cara yang tidak dimaksudkan ketika pertama kali informasi tersebut diminta.
Dalam kasus-kasus lain adalah jelas dari respon penerima, atau kurangnya respon

penerima, bahwa mereka tidak menggunakan informasi yang dilaporkan seperti yang mereka

katakan.

3.      Insentif/Sanksi

Kekuatan dan sifat dari kekuasaan penerima terhadap pengirim adalah penentu yang

penting mengenai seberapa besar kemungkinan bahwa sipengirim akan mengubah perilakunya.

Semakin besar potensi yang ada bagi sipenerima, untuk memberikan penghargaan atau sanksi

kepada sipengirim, semakin hati-hati sipengirim akan bertindak dalam memastikan bahwa

informasi yang dilaporkan dapat diterima oleh si penerima.

4.      Penentuan Waktu

Waktu adalah faktor penting dalam menetukan apakah persyaratan pelaporan akan

menyebabkan perubahan dalam perilakupengirim atau tidak. Supaya persyaratan pelaporan dapat

menyebabkan pengirim mengubah perilakunya, ia harus mengetahui persyaratan pelaporan

tersebut sebelum ia bertindak. Jika persyaratan pelaporan hanya terjadi setelah pengirim telah

bertindak, maka tidak ada peluang untuk mengubah perilaku masa lalu. Tetapi, kebanyakan

persyaratan pelaporan bersifat repetitive dalam konteks manajemen, sehingga bahkan jika

persyaratan pelaporan yang pertama dikenakan setelah perilaku yang dilaporkan terjadi, pelapor

akan mengetahui didepan bahwa laporan berikutnya harus dibuat.

5.      Strategi Respons iterative

Ketika suatu persyaratan pelaporan baru dikenakan, strategi yang paling murah adalah

untuk terus berperilaku seperti biasa, melaporkan sejujurnya perilaku tersebut, dan menunggu

reson dari penerima. Jika tidak ada respon, maka strategi tersebut dapat diteruskan. Umpan balik

negative dari penerima yang mengindikasikan bahwa perilaku yang dilaporkan tidak diinginkan,
memperbaiki estimasi pengirim mengenai perilaku apa yang diinginkan oleh penerima dan

bagaimana ia akan merespon.

6.      Pengaruh Perhatian

Dampak mengarahkan perhatian dapat dianggap sebagai dampak dari pencatatandan

bukannya dampak dari pelaporan informasikarena dampak tersebut timbul dari kepentingan

pengirim itu sendiri dan tidak bergantung pada informassi yang dilaporkan kepada siapapun.

Tetapi, dampak tersebut dipertimbangkan karena dapat terjadi sebagai respon terhadap

persyaratan pelaporan dari luar, meskipun hal tersebut juga dapat terjadi tanpa adanya

persyaratan tersebut.

C.    Dampak dari Persyaratan Pelaporan

Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang seperti :

1.      Akuntansi Keuangan

Badan-badan yang berwenang dalam akuntansi keuangan di Amerika Serikat, termasuk

Securities Exchange Commission (SEC), Financial Accounting Standards Board (FASB), dan

Financial Executive Research Foundation (FERF), telah mengakui dampak potensial yang

dimiliki oleh persyaratan pelaporan terhadap perilaku korporat. FASB dan FERF baru-baru ini

mulai mendorong dan mendukung investigasi mengenai dampak semacam itu dan

mempertimbangkannya secara eksplisit dalam proses penetapan standar.


2.      Akuntansi Perpajakan

Akuntansi perpajakan keperilakuan merupakan bidang yang relative masi belum di

eksplorasi. Tetapi, bidang tersebut tentu saja merupakan bidang yang sensitive dalam kaitannya

dengan persyaratan pelaporan. Beberapa orang bahkan percaya bahwa persyaratan pelaporan

pajak yang sekarang melanggar hak konstitusional.

3.      Akuntansi Sosial

Hanya seditkit saja yang diketahui mengenai dampak dari akuntansi sosial terhadap

pengirim informasi. Masih terdapat relative sedikit akuntansi sosial bagi public, dan kebanyak

riset mengenai hal itu berkaitan dengan dampak terhadap penerima dari informasi yang

dilaporkan. Karena akuntansi sosial eksternal masih bersifat sukarela, maka tidak terdapat

dampak apapun terhadap persyaratan pelaporan, meskipun masi terdapat dampak terhadap

pelaporan secara sukarela. Karena akuntansi social merupakan bidang perhatian yang relative

baru dan sering kali mengalami konflik ]dengan criteria kinerja yang sudah lebih mapan, maka

terutama sangat penting untuk menggabungkan persyaratan pelaporan dengan pedoman

keperilakuan dan sanksi untuk ketidakpatuhan yang sangat eksplisit.

4.      Akuntansi Manajemen

Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan internal apapun yang

diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan secara internal dapat bersifat

keuangan, operasional, sosial, atau suatu kombinasi. Akan tetapi, hanya terdapat sedikit data

akuntansi manajemen yabg tersedia bagi public karena data tersebut jarang dilaporkan diluar

organisasi. Sangat sulit juga untuk digeneralisasi karena setiap organisasi memiliki system

akuntansi manajemen, sekelompok persyaratan pelaporan, dan hubungan organisasional yang

unik.
D.    Penilaian Dampak Terhadap Pengirim Informasi

Terdapat banyak cara untuk menilai dampak dari persyaratan pelaporan terhadap

pengirim informasi. Yang paling tersedia adalah pengambilan keputusan deduktif, yang

melibatkan pemikiran secara hati-hati mengenai bagaimana persyaratan pelaporan akan

berinterasksi dengan kekuatan-kekuatan motivasional lainnya guna membentuk perilaku

manajer. Teknik ini sebaiknya selalu digunakan sebelum memberlakukan suatu persyaratan

pelaporan.

Metode lain adalah dengan menanyakan kepada para pelapor mengenai perilaku mereka.

Suatu cara formal untuk melakukan hal ini adalah dengan survey, yang dapat terdiri atas

pertanyaan-pertanyaan sempit dengan kemungkinan tanggapan yang ditentukan atau atas

pertanyaan-pertanyaan sempit dengan kemungkinan tanggapan yang ditentukan atau atas

pertanyaan-pertanyaan sempit dengan kemungkinan jawaban yang terbuka atau atas gabungan

dari keduanya.
ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGGARAN MODAL

A.    Faktor-faktor Keperilakuan

Manajer keuangan dan akuntan manajemen juga terlibat dalam proses penyusunan jenis

lain ari anggaran, yaitu anggaran modal (capital budgeting). Karena keterlibatan ini, maka

penting bagi mereka untuk menyadari berbagai faktor, khususnya faktor-faktor keprilakuan, yang

sangat mempengaruhi proses penganggaran modal dan pengambilan keputusan.

1.      Definisi Penyusunan Anggaran Modal

Penyusunan anggaran modal dapat didefinisikan sebagai proses mengalokasikan dana

untuk proyek atau pembelian jangka panjang. Keputusan penyusunan anggaran modal dibuat

ketika kebutuhan untuk itu muncul dan melibatkan jumlah uang yang relative besar, komitmen

jangka panjang, dan ketidakpastian yang disebabkan oleh panjangnya waktu yang terlibat dan

kesulitan dalam mengestimasikan variable-variabel pengambilan keputusan (jumlah arus kas,

penentuan waktu, dan seterusnya).

Karena melibatkan jumlah dana yang begitu besar, keputusan anggaran modal yang salah

dapat mengakibatkan kebangkrutan, masalah-masalah arus kas yang sulit, atau paling tidak,

kegagalan untuk mengoptimalkan operasi perusahaan. Akibatnya, kebanyakan perusahaan

melakukan pendekatan terhadap keputusan ini dengan serius dan terus-menerus mencari cara

untuk memperbaiki proses penyusunan anggaran modal.

2.      Jenis dan Pentingnya Faktor-faktor Keperilakuan dari Penyusunan Anggaran Modal

Identifikasi dan spesifikasi atas proyek potensial memerlukan kreativitas dan kemampuan

untuk mengubah ide yang bagus menjadi suatu proyek yang praktis. Menurut pemikiran,

keputusan yang telah dipilih tersebut akan benar-benar objektif, tetapi hal tersebut sangatlah

tidak mungkin terjadi.


3.      Masalah dalam Mengidentifikasi Proyek Potensial

Adalah penting untuk diperhatikan bahwa selalu terdapat minat yang besar dalam

mengevaluasi keberhasilan dari proyek yang dipilih. Akan tetapi, proyek yang dikorbankan, baik

karena tidak adanya identifikasi maupun seleksi, hamper tidak pernah dipertimbangkan

sesudahnya. Hal itu mungkin disebabkan karena biaya kesempatan dari proyek tersebut lebih

besar dibandingkan dengan manfaat dari proyek yang dipilih dan diterapkan.

4.      Masalah Prediksi yang Dsebabkan oleh Perilaku Manusia

Memproyeksikan kemulusan dan kesesuaian dari aktivitas individual maupun kelompok

aktifitas untuk suatu periode selama lima sampai dua puluh tahun adalah tindakan yang

berbahaya.

Juga diketahui secara umum bahwa orang-orang belajar dengan berlalunya waktu ketika

mereka mengoperasika suatu prosedur tertentu.

5.      Masalah Manajer dan Ukuran Jangka Pendek

Karena jarang terdapat hubungan satu banding satu antara manajer dan proyek, maka

manajer individual akan mengambil alih proyek-proyek dari pendahuluan mereka dan memulai

beberapa proyek mereka sendiri. Sedikit sekali proyek yang akan dimulai dan diselesaikan oleh

manajer yang sama karena tingkat perputaran yang cukup cepat (misalnya promosi, transfer, dan

seterusnya) yang terjadi di kebanyakan organisasi.

6.      Masalah yang Disebabkan oleh Identifikasi Diri Sendiri dengan Proyek

Manajemen puncak sebaiknya menyadari bahwa proses mencoba untuk membuat proyek

yang buruk terlihat bagus dapat menyiksa bahkan manajer yang terbaik sekali pun. Sebaiknya

terdapat mekanisme yang elegan untuk “menyelamatkan” proyek sebelum manajer

yangsebenarnya sangat bagus meninggalkan perusahaan atau bertindak secara disfungsional


untuk menghindari keharusan untuk mengakui bahwa suatu proyek yang mereka usulkan tidak

berhasil.

7.      Pengembangan Anggota dan Proyek Modal

Dalam proses seleksi proyek, manajemen puncak harus mempertimbangkan apakah

proyek yang diusulkan adalah baik untuk pengembangan dari sipengusul proyek tersebut pada

saat ini. Proyek tersebut mungki saja terlalu besar bagi orang atau divisi tersebut untuk diserap

tanpa membuat mereka manjadi putus asa.

Dengan demikian, suatu perusahaan dapat melaksanakan suatu proyek yang melibatkan

sedikit laba atau bahkan tidak sama sekali hanya untuk manfaat pelatihan karyawan.

8.      Penyusunan Anggaran Modal sebagai Ritual

Beberapa ilmuan keperilakuan menyarankan bahwa seluruh proses penyusunan anggaran

modal adalah sebuah ritual. Mereka menyarankan bahwa hanya sedikit proyek yang diajukan

oleh manajer tingkat bawah kecuali jika usulan tersebut memiliki peluang yang bagus untuk

disetujui. Terlalu banyak rasa malu dan “hilang muka” yang diidentifikasikan dengan proyek

yang ditolak

9.      Perilaku Mencari Resiko dan Menghindari Resiko

Individu bereaksi secara berbeda terhadap resiko. Beberapa orang tampaknya menikmati

pengambilan keputusan yang beresiko dan berada dalam situasi yang beresiko sementara yang

lain mencoba untuk menghindari hal-hal tersebut. kondisi tertentu dari tingkat penghindara

resiko oleh pengambilan keputusan dalam penyusunan anggaran modal akan mempengaruhi

bagaimana orang tersebut bereaksi atas proyek. Berdasarkan kelompok data yang sama, dua

pengambil keputusan yang berbeda kemungkinan besar akan membuat keputusan yang

berlawanan bergantung pada perasaan mereka terhadap resiko.


10.  Membagi Kemiskinan

Fenomena “membagi kemiskinan” seringkali memiliki dampak yang penting dalam

proses penyusunan anggaran modal. Hal ini terjadi ketika tersedia lebih banyak proyek anggaran

modal yang potensial lebih menguntungkan dibandingkan dengan dana yang tersedia untuk

mendanainya, suatu kondisi yang disebut dengan rasionalisasi modal.

B.     Tampilan Rasio

Dalam meninjau faktor-faktor ini, juga dicatat bahwa terdapat masalah-masalah yang

ditimbulkan oleh kesulitan dalam mengidentifikasikan dan memilih proyek modal dan kebutuhan

akan kreativitas dan penilaian manusia.

Kesimpulannya, seseorang dapat mengatakan bahwa proses penyusunan anggaran

memiliki tampak muka rasionalitas, terutama ketika model matematis yang rumit digunakan.

Model matematis tersebut memberikan atmosfir kepastian, logika, dan ilmu pengetahuan. Tetapi,

yang mendasari proses pengambilan keputusan adalah faktir-faktor keperilakuan yang

disebutkan dalam bab ini. Sayangnya, para pengambil keputusan mungkin tidak ingin mengakui

bahwa faktor-faktor manusia yang irasional mungkin menjadi faktor yang terpenting dalam

penerimaan atau penolakan terhadap suatu proyek tertentu.


C.    Saran-saran Perbaikan

Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh yang merugikan dari faktor-faktor

keperilakuan manusia terhadap proses penyusunan anggara modal? Pertama, adalah penting

bahwa mereka yang terlibat dalam penyusunan anggaran modal menyadari faktor-faktor

keperilakuan yang melekat pada proses tersebut. dimana mungkin, faktor-faktor ini sebaiknya

tidak diperbolehkan untuk mengaburkan data keputusan yang relevandan yang bersifat lebih

rasional.

Sementara dalah tidak mungkin untuk tidak sama sekali menghilangkan faktor-faktor

manusia, suatu pendekatan yang berhasil akan menekankan pada kesadaran akan faktor-faktor

tersebut dan uasaha-usaha untuk mengendalikan dampaknya yang disfungsional.

Kesimpulannya, disarankan bahwa mereka yang terlibat dalam proses penyusunan

anggaran modal dan dalam manajemen proyek modal sebaiknya paling tidak menyadari akan

faktor-faktor keperilakuan yang terlibat. Paling tidak, mereka sebaiknya mengambil langkah-

langkah aktif untuk memastikan bahwa faktor-faktor keperilakuan dari penyusunan anggaran

modal tidak menghasilkan keputusan yang suboptimal


DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/14910686/ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_PERSYARATAN_P
ELAPORAN

https://mohayworld.blogspot.com/2016/aspek-keperilakuan-pada-persyaratan.htpml

Anda mungkin juga menyukai