Anda di halaman 1dari 21

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Dampak Keperilakuan Pada Persyaratan Pelaporan

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Melani Caroline Olivia Sinaga 08 / (2007531082)


Ni Nyoman Sinta Suwandani 09 / (2007531098)
I Kadek Yogi Astrawan 11 / (2007531140)

Dosen Pengampu:
Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, S.E., M.Si.,
Ak.

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
1. Pengaruh Persyaratan Pelaporan Pada Perilaku

Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku pelapor dalam


beberapa cara. Bentuk lain dari pengukuran yang digunakan dalam organisasi,
seperti audit dan pengamatan langsung, juga memiliki banyak dampak yang
sama terhadap persyaratan pelaporan, selain dampak spesifiknya sendiri.

 Antisipasi Penggunaan Informasi


Pengirim menggunakan persyaratan pelaporan itu sendiri, bersama-sama
dengan informasi lainnya, untuk mengantisipasi bagaimana penerima akan
bereaksi terhadap informasi yang dilaporkan. Karena orang pada
umumnya bereaksi dengan cara-cara yang mereka yakin akan mengarah
pada hasil yang mereka inginkan, pengirim informasi tersebut mencoba
untuk menyimpulkan bagaimana penerima informasi akan menggunakan
dan bereaksi terhadap informasi yang disediakan. Dalam konteks
manajemen, pengirim seringkali dianggap bertanggung jawab untuk
mengendalikan hal-hal yang juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor lain
yang tidak dapat dikendalikan oleh si pengirim.
 Prediksi Si Pengirim Mengenai Penggunaan si Pemakai
Kadang kala, seseorang merasa pasti mengenai bagaimana penerima
akan menggunakan informasi, sementara pada waktu-waktu lain seseorang
tidak merasa mengenai bagaimana informasi tersebut digunakan. Jika setiap
orang selalu jelas dan jujur mengenai bagaimana mereka akan
menggunakan informasi yang dilaporkan, maka akan terdapat lebih sedikit
masalah, tetapi masi tetap ada kemungkinan bahwa informasi tersebut
akan kemudian digunakan dalam cara-cara yang tidak dimaksudkan ketika
pertama kali informasi tersebut diminta.
Dalam kasus-kasus lain adalah jelas dari respon penerima, atau
kurangnya respon penerima, bahwa mereka tidak menggunakan informasi
yang dilaporkan seperti yang mereka katakan.
 Insentif/Sanksi
Kekuatan dan sifat dari kekuasaan penerima terhadap pengirim adalah
penentu yang penting mengenai seberapa besar kemungkinan bahwa
sipengirim akan mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada
bagi sipenerima, untuk memberikan penghargaan atau sanksi kepada
sipengirim, semakin hati-hati sipengirim akan bertindak dalam
memastikan bahwa informasi yang dilaporkan dapat diterima oleh si
penerima.
 Penentuan Waktu
Waktu adalah faktor penting dalam menetukan apakah persyaratan
pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam perilaku pengirim atau
tidak. Supaya persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pengirim
mengubah perilakunya, ia harus mengetahui persyaratan pelaporan
tersebut sebelum ia bertindak. Jika persyaratan pelaporan hanya terjadi
setelah pengirim telah bertindak, maka tidak ada peluang untuk mengubah
perilaku masa lalu. Tetapi, kebanyakan persyaratan pelaporan bersifat
repetitive dalam konteks manajemen, sehingga bahkan jika persyaratan
pelaporan yang pertama dikenakan setelah perilaku yang dilaporkan
terjadi, pelapor akan mengetahui didepan bahwa laporan berikutnya harus
dibuat.
 Strategi Respons literative
Ketika suatu persyaratan pelaporan baru dikenakan, strategi yang paling
murah adalah untuk terus berperilaku seperti biasa, melaporkan sejujurnya
perilaku tersebut, dan menunggu respon dari penerima. Jika tidak ada
respon, maka strategi tersebut dapat diteruskan. Umpan balik negative dari
penerima yang mengindikasikan bahwa perilaku yang dilaporkan tidak
diinginkan, memperbaiki estimasi pengirim mengenai perilaku apa yang
diinginkan oleh penerima dan bagaimana ia akan merespon.
 Pengaruh Perhatian
Dampak mengarahkan perhatian dapat dianggap sebagai dampak dari
pencatatan dan bukannya dampak dari pelaporan informasi karena dampak
tersebut timbul dari kepentingan pengirim itu sendiri dan tidak bergantung
pada informassi yang dilaporkan kepada siapapun. Tetapi, dampak tersebut
dipertimbangkan karena dapat terjadi sebagai respon terhadap persyaratan
pelaporan dari luar, meskipun hal tersebut juga dapat terjadi tanpa adanya
persyaratan tersebut.
2. Dampak Persyaratan Pelaporan
Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang seperti :
a. Akuntansi Keuangan
Badan-badan yang berwenang dalam akuntansi keuangan di Amerika
Serikat, termasuk Securities Exchange Commission (SEC), Financial
Accounting Standards Board (FASB), dan Financial Executive Research
Foundation (FERF), telah mengakui dampak potensial yang dimiliki oleh
persyaratan pelaporan terhadap perilaku korporat. FASB dan FERF baru-
baru ini mulai mendorong dan mendukung investigasi mengenai dampak
semacam itu dan mempertimbangkannya secara eksplisit dalam proses
penetapan standar.
b. Akuntansi Perpajakan
Akuntansi perpajakan keperilakuan merupakan bidang yang relative masih
belum di eksplorasi. Tetapi, bidang tersebut tentu saja merupakan bidang
yang sensitive dalam kaitannya dengan persyaratan pelaporan. Beberapa
orang bahkan percaya bahwa persyaratan pelaporan pajak yang sekarang
melanggar hak konstitusional.
c. Akuntansi Sosial
Hanya seditkit saja yang diketahui mengenai dampak dari akuntansi sosial
terhadap pengirim informasi. Masih terdapat relative sedikit akuntansi
sosial bagi public, dan kebanyak riset mengenai hal itu berkaitan dengan
dampak terhadap penerima dari informasi yang dilaporkan. Karena
akuntansi sosial eksternal masih bersifat sukarela, maka tidak terdapat
dampak apapun terhadap persyaratan pelaporan, meskipun masi terdapat
dampak terhadap pelaporan secara sukarela. Karena akuntansi social
merupakan bidang perhatian yang relative baru dan sering kali mengalami
konflik dengan kriteria kinerja yang sudah lebih mapan, maka terutama
sangat penting untuk menggabungkan persyaratan pelaporan dengan
pedoman keperilakuan dan sanksi untuk ketidakpatuhan yang sangat
eksplisit.
d. Akuntansi Manajemen
Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan internal apapun
yang diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan secara
internal dapat bersifat keuangan, operasional, sosial, atau suatu kombinasi.
Akan tetapi, hanya terdapat sedikit data akuntansi manajemen yabg
tersedia bagi public karena data tersebut jarang dilaporkan diluar
organisasi. Sangat sulit juga untuk digeneralisasi karena setiap organisasi
memiliki system akuntansi manajemen, sekelompok persyaratan
pelaporan, dan hubungan organisasional yang unik.

3. Penilaian Dampak Pada Pengirim Informasi


Terdapat banyak cara untuk menilai dampak dari persyaratan pelaporan
terhadap pengirim informasi. Yang paling tersedia adalah pengambilan
keputusan deduktif, yang melibatkan pemikiran secara hati-hati mengenai
bagaimana persyaratan pelaporan akan berinterasksi dengan kekuatan-kekuatan
motivasional lainnya guna membentuk perilaku manajer. Teknik ini sebaiknya
selalu digunakan sebelum memberlakukan suatu persyaratan pelaporan.
Metode lain adalah dengan menanyakan kepada para pelapor mengenai
perilaku mereka. Suatu cara formal untuk melakukan hal ini adalah dengan
survey, yang dapat terdiri atas pertanyaan-pertanyaan sempit dengan
kemungkinan tanggapan yang ditentukan atau atas pertanyaan-pertanyaan
sempit dengan kemungkinan tanggapan yang ditentukan atau atas pertanyaan-
pertanyaan sempit dengan kemungkinan jawaban yang terbuka atau atas
gabungan dari keduanya
.
4. Teori Komunikasi
Riset menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk adalah sumber dari
konflik interpersonal yang paling sering disebutkan. Oleh karena individu
menghabiskan hampir 70% dari waktu aktifnya untuk berkomunikasi
sehingga wajar untuk menyimpulkan bahwa salah satu kekuatan yang paling
menghambat keberhasilan kinerja kelompok adalah kurangnya komunikasi
yang efektif. Tidak ada kelompok yang dapat tetap ada tanpa komunikasi.
Hanya lewat komunikasi yang merupakan transfer makna dari satu orang ke
orang lain, informasi dan gagasan dapat dihantarkan.
Oleh karena itu, untuk menjadi seorang akuntan yang efektif, seseorang
harus menjadi komunikator yang efektif. Informasi bisnis harus diajikan oleh
para akuntan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Informasi tersebut harus
disampaikan dengan jelas, ringkas dan akurat.
A. Pengertian dan Fungsi Komunikasi
Gibson dkk.(1995) mengatakan bahwa komunikasi berasal dari kata latin “
communis” yang berarti “sama”. Hal ini berarti adanya pencarian kesamaan
makna atas hal-hal yang dikomunikasikan antara pihak pengirim dengan
pihak penerima. Secara terminologi, komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari
pengertian tersebut, jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang di
mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Komunikasi yang
dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing
disebut dengan human communication yang sering pula disebut komunikasi
sosial atau social communication.
Komunikasi sebagaimana dijelaskan oleh Robbins dan Timothy
(2009), memiliki empat fungsi utama dalam keompok atau organisasi, yaitu:
 Pengendalian. Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku
anggota dengan beberapa cara. Setiap organisasi mempunyai hierarki
wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh
karyawan.
 Motivasi. Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan
menjelaskan kepadakaryawan apayang seharusnyadilakukan, seberapa
baik mereka bekerja danapa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki
kinerja di bawah standar.
 Pengungkapan Emosional. Bagi banyak karyawan, yang terjadi di
dalam kelompok tersebut merupakan mekanisme fundamental yang
anggotanya menunjukkan kekecewaan dan rasa puas. Oleh karena itu,
komunikasi menunjukkan ungkapan emosional dari perasaan dan
merupakan pemenuhan terhadap kebutuhan sosial.
 Informasi. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan oleh
individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan
meneruskan data yang dapat digunakan untuk mengenali dan menilai
alternatif pilihan.
5. Model Komunikasi
Model adalah penyajian abstrak dari beberapa aspek teori dan sistem
klasifikasi yang memungkinkan seseorang untuk mengambil serta
mengategorikan bagian yang potensial menjadi relevan dari suatu proses.
Model-model tersebut membantu menetapkan batasan terhadap pertanyaan,
“Apa saja yang menjadi bagian dari komunikasi?” dan memberikan struktur
bagi komponen-komponen dari proses tersebut. Model-model komunikasi
terdiri dari sebagai berikut
A. Model Lasswell
Model ini sangat sederhana, tetapi kurang memiliki sejumah elemen yang
diperlukan untuk memahami proses komunikasi. Dalam konteks akuntansi,
akuntan menyajikan informasi keuangan yang pada umumnya dalambentuk
laporan tertulis kepada pihak pengguna internal dan eksternal dengan tujuan
untuk menyediakan data yang andal, relevan dan tepat waktu untuk
mengambil keputusan bisnis berdasarkan informasi.
Gambar 5.1 Model Lasswell

B. Model Shannon-Weaver
Claude Shannon dan Warren Weaver (1949) mengembangkan model
matematis dari komunikasi yang diilustrasikan pada gambar. Model
tersebut dikembangkan untuk menjelaskan komunikasi melaui alat
perantara seperti telepon atau korespondensi tertulis. Model ini merupakan
suatu kemajuan dibandingkan dengan model Lasswell, karena model
tersebut membedakan antara sumber informasi, pengirim informasi,
penerima informasi dan tujuan
Gambar 5.2 Model Shannon-Weaver
Shannon dan Weaver juga menambahkan gangguan ke dalam proses
komunikasi. Gangguan (noise) adalah stimulus yang memberikan
kontribusi terhadap distorsi dari proses transfer informasi. Hal tersebut
dapat mengarah pada hancurnya komunikasi.

C. Model SMCR Berlo


Model komunikasi sumber, pesan, saluran dan penerima (source, message,
channel,receiver – SCMR) yang diajukan oleh David Berlo yang disajikan
dalam gambar mempunyai beberapa kesalahan yang sama seperti model-
model sebelumnya. Model ini menyarankan arus informasi satu arah dari
suatu sumber kepada penerima tanpa umpan balik dan model ini juga tidak
memasukkan konsep gangguan. Akan tetapi, Berlo menspesifikasi faktor-
faktor yang memengaruhi kebenaran komunikasi dan pada tahap dalam
proses dari faktor-faktor tersebut beroperasi.
Gambar 5.3 Model SMCR Berlo
D. Model Westley-Maclean
Bruce Westley dan Malcolm MacLean (1957) mengembangkan suatu
model untuk riset komunikasi sebagaimana ditampilkan pada gambar 2.4
berikut. Model tersebut memiliki sejumlah implikasi penting. Model
tersebut menjelaskan cara-cara yang mana individu dan organisasi
memutuskan pesan apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana pesan
tersebut dimodifikasi atau dihapus dalam proses tersebut.
Gambar 5.4 Model Westley-Maclean

E. Model Pemusatan Komunikasi


Rogers dan Kincaid (1981) telah mengkritik model terdahulu karenamodel
model tersebut mengarah pada tujuh bias dalam komunikasi. Ketujuh bias
tersebut meliputi :

 Suatu pandangan bahwa komunikasi adalah tindakan satu arah yang linier
dan bukan proses dua arah yang memiliki siklus di mana informasi
dipertukarkan sejalan dengan berlalunya waktu.
 Sumber bias yang diakibatkan oleh penekanan pada ketergantungan dan
bukan pada hubungan dari mereka yang melakukan komunikasi dan saling
ketergantungannya yang mendasar. Dalam model tradisional, penerima
biasanya bergantung pada informasi yang ditransfer dari sumber. Tidak
ada kebutuhan untuk berinteraksi.
 Kecenderungan untuk berfokus pada objek komunikasi dengan
mengorbankankonteks di mana objek tersebut berada. Dalamhal akuntansi,
fokus tersebut adalah pada laporan itu sendiri dan bukan pada interaksi yang
menghasilkannya.
 Kecenderungan untuk berfokus pada pesan itu sendiri dengan
mengorbankan aspek waktu dari pesan itu. Kecenderungan untuk
menganggap bahwa fungsi utama dari komunikasi adalah persuasi dan
bukan pemahaman, consensus dan tindakan kolektif yang menguntungkan.
Dalam konteks bisnis, fokus tersebut adalah pada penerapan kebijakan dan
bukan pada pengambilan keputusan secara partisipatif
 Kecenderungan untuk berkonsentrasi pada dampak psikologis dari
komunikasi terhadap individu yang terpisah dan bukan pada dampak sosial
dan hubungan antar individu dalam suatu komunitas.
 Suatu keyakinan dalam hubungan sebab-akibat mekanistik satu arah dan
bukan hubungan sebab-akibat dua arah yang merupakan karakteristik dari
sistem informasi manusia, yang pada dasarnya bersifat sibernetik.

F. Satu Model Komunikasi


Sebelum terjadinya komunikasi, perlu adanya pengngkapan atas
suatu maksud sebagai pesan yang akan disampaikan. Maksud ini bergerak
antara suatu sumber (pengirim) dengan penerima. Pesan itu dikodekan
(diubah ke
dalam bentuk simbolis) dan diteruskan oleh suatu medium (saluran)
kepada penerima yang menguraikan kode pesan yang akan dimulai oleh
pengirim. Hasilnya adalah suatu transfer makna dari satu orang ke orang
lain.
Pesan merupakan suatu produk fisik yang sebenarnya dari
pengodean sumber. Jikaseseorang berbicara, pembicaraan itu adalah pesan.
Jika seseorang menulis, maka tulisan itu adalah pesan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pesan seseorang dipengaruhi olehkode atau
kelompok simbol yang digunakan untuk mentransfer makna, isi dari pesan
itu sendiri, serta keputusan yang diambil dalam memilih dan menata kode
dan isi.
Saluran adalah medium lewat mana pesan itu berjalan. Medium
dipilih oleh sumber yangharus menentukan mana saluran yang formal dan
mana yang informal. Saluran formal ditetapkan oleh organisasi. Saluran
tersebut yang meneruskan pesan mengikuti jaringan wewenang di dalam
organisasi. Bentuk pesan lain, seperti pesan pribadi atau sosial, mengikuti
saluran informal dalam organisasi itu.
Penguraian adalah proses penerimaan pesan oleh pihak yang menjadi
sasaran dari pesan tersebut. Akan tetapi, sebelum pesan dapat diterima,
simbol yang digunakan harusditerjemahkan ke dalam suatu bentuk yang
dapat dipahami oleh penerima.
Bagian terakhir dalam proses komunikasi adalah umpan balik. Jika
penerima menguraikan pesan yang dikodekan oleh sumber dan
mengembalikan pesan itu ke dalam sistem, maka akan diperoleh umpan
balik. Umpan balik merupakan pengecekan mengenai seberapa berhasilnya
seseorang dalam mentransfer pesan sebagaimana dimaksudkannya. Umpan
balik menentukan apakah pesan itu telah dipahami atau tidak.

6. Variabel Yang Berpengaruh Pada Komunikasi Akuntansi


Tinjauan berikut ini membahas variabel dan hubungannya dengan kebenaran
pertukaraninformasi.
a. Sumber
Ada dua aspek yang dapat memengaruhi proses komunikasi, yaitu :
 Kredibilitas Sumber. Kredibilitas sumber merupakan suatu bangunan
yang multidimensional. Riset empiris mengindikasikan bahwa
kredibilitas sumber terdiri atas tiga faktor, yaitu kewenangan,
kejujuran dan kedinamisan.
 Kesamaan antara penerima dan sumber. Komunikasi yang efektif akan
lebih mudah terjadi ketika sumber dan penerima adalah serupa.
Tingkat kesamaan atau perbedaan tersebut ditentukan oleh dua faktor,
yaitu kesamaan demografi (usia, pendidikan, jenis kelamin, negara,
dll) dan kesamaan kognitif (kesamaan dalam sikap, nilai, budaya,
keyakinan, dll)
b. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.
Pesan seharusnya mempunyai inti pesan atau tema sebagai pengaruh di
dalam usaha mencoba untuk mengubah sikap dan tingkah aku komunikan.
Pesan dapat disampaikan panjang lebar, tetapi yang perlu diperhatikan
adalah tujuan akhir dari pesan itu sendiri. Pesan (message) terdiri dari dua
aspek, yaitu isi pesan (content of message) dan lambang/simbol untuk
mengekspresikannya.
c. Organisasi Pesan
Cara terbaik untuk mengorganisasikan pesan bergantung pada budaya di
mana informasi tersebut digunakan. Dalam masyarakat Barat, pola
pemikiran bersifat linier atau berurutan.Pemrosesan linier merupakan
karakteristik dari semua pemrosesan bahasa (membaca dan
mendengarkan) dan juga banyak aktivitas pemecahan masalah dan
berpikir.
d. Perlakuan Pesan
Informasi akuntansi sebaiknya berulang. Pengulangan meningkatkan
pemahaman atas materi. Retensi meningkat dengan adanya pengulangan
atas fakta dan ide yang penting. Ringkasan yang menunjukkan, menyoroti
atau mengorientasikan pembaca terhadap fakta-fakta penting juga
meningkatkan pemahaman dan retensi pembaca. Pengulangan lintas saluran
juga meningkatkan retensi. Retensi pembaca semakin meningkat ketika
fakta-fakta dalam penyajian verbal disoroti dengan penarik perhatian seperti
garis bawah, huruf besar, bagan dan warna.
e. Saluran
Jalur komunikasi merupakan alat untuk menyebarkan informasi. Schramm
(1973) mengelompokkan atau membedakan saluran berdasarkan enam
dimensi:
1. Pancaindra yand dipengaruhi ; komunikasi tatap muka membuatnya
mungkin untuk menggunakan seluruh pancaindra, sementara media
yang berbeda menggunakan subkelompok dari pancaindra ini dalam
kombinasi untuk menghasilkan dampak diferensial terhadap penerima.
2. Peluang untuk umpan balik; peluang pertukaran informasi dua arah
maksimal dalam komunikasi tatap muka. Pada umumnya, umpan balik
dibutuhkan untuk memastikan komunikasi yang efektif dan untuk
memahami informasi yang disampaikan. Dengan demikian, dalam
penyajian laporan keuangan harus terkandung di dalamnya metode
umpan balik.
3. Besarnya kendali penerima ; terdapat sejumlah besar kendali dalam
interaksi interpersonal. Ketika menggunakan media cetak, penerima
dapat membaca dengan kecepatan mereka sendiri dan membacakembali
bagian-bagian yang penting atau terperinci. Penerima memiliki sedikit
kendali terhadap media siaran, kecuali mereka merekam program
tersebut, semakin besar kendali pengguna, semakin besar
pembelajaran.
4. Jenis pengodean pesan; interaksi tatap muka memungkinkan
penggunaan petunjuk-petunjuk non verbal. Hal ini tidak terlalu berlaku
untuk media video, film, dan terutama media cetak. Akan tetapi, media
cetak lebih baik dalam menyampaikan ide-ide abstrak seperti
kebijakan manajemen. Media audiovisual adalah media yang lebih
kuat untuk menyajikan informasi konkret.
5. Kekuatan multiplikatif ; system komunikasi massa dapat dengan efesien
dancepat mencapai banyak penerima yang tersebar. Saluran-saluran
interpersonal dapat mencapai peneriima ini hanya dengan usaha yang
besar dan periode waktu yang relatip lama.
6. Pelestarian pesan ; keunggulan dari media massa adalah catatan
permanen yang tidak ada dalam interaksi tatap muka. Secara
tradisional, keunggulan inihanya terbatas pada media cetak. Tetapi,
dengan pita dan pirinngan audio dan video serta system manajemen
informasi yang berbasis komputer, kapasitasini telah diperluas ke media
elektronik.
f. Penerima
Ketika menganalisis suatu situasi komunikasi, seseorang perlu
mempertimbangkan faktor-faktor mengenai penerima, seperti latar
belakang demografis dan budaya, sikap sebelumnya, pengetahuan, pola
perilaku dan sistem atau lingkungan sosial di mana mereka akan
menggunakan informasi tersebut. Pada umumnya, semakin serupapenerima
dan sumber mengenai faktor ini, maka semakin mudah dan semakin efektif
komunikasi tersebut.
g. Umpan Balik
Umpan balik merupakan pesan yang dikirim oleh penerima kepada
sumber dalam menanggapi pesan awal. Umpan balik memungkinkan
terjadinya pertukaran ide. Dengan demikian, tujuan komunikasi adalah
pemahaman dan bukannya arus penyebaran informasi satu arah dari
sumber kepada penerima.Umpan balik memastikan komunikasi yang
efektif yaitu, pemahaman ide diantara individu dalam jaringan sosial atau
organisasi formal.
Barnett (1979) menyarankan bahwa pendekatan sibernetik digunakan
untuk komunikasi teknis. Hal itu membangun banyak mekanisme umpan
balik kedalam proses komunikasi dan mengubah peran pengguna dari
pembaca pasif menjadi individu yang terlibat secara aktif dalam penyusunan
dokumen yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Umpan balik dari
pengguna pada tahap perencanaan akan membantu menentukan fungsi, isi,
dan perlakuan dari laporan tertentu. Ketika menyebarkan laporan tersebut,
penerima sebaiknya dimintai umpan balik.
Jika penyimpangan antara tujuan laporan dan penggunaannya
signifikan, maka modifikasi sebaiknya dibuat untuk mengoreksi masalah-
masalah ini. Proses ini dapat dimurnikan dan diulang dengan
berjalannyawaktu sampai laporan tersebut memenuhi kebutuhan
pengguna. Dengan cara ini, focus komunikasi bergeser dari arus satu arah
yang berkosentrasi pada penghasilan pesan ke pertukaran ide antara
akuntan dan pengguna laporan.Dengan perubahan fokus ini akan terjadi
perubahan dalam dokumen tersebut

7. Case Study: Review Artikel

A. Identitas Jurnal
Judul: Perilaku Etis Individu Dalam Pelaporan
Keuangan: Peran Pendidikan Berbasis
Syariah Dan Komitmen Religiusitas
Penulis: - Nadia Rahma
- Rahmani Timorita Yulianti
- Hafiez Sofyani
Tahun Terbit 2018
Penerbit Jurnal Akuntansi dan Keuangan Isalam
Volume, Nomor Volume 6, Nomor 1
Reviewer - Melani Caroline Olivia Sinaga
(2007531082)
- Ni Nyoman Sinta Suwandani
(2007531098)
- I Kadek Yogi Astrawan (2007531140)

B. Tujuan
untuk menguji interaksi dari kurikulum pendidikan yang ditempuh
individu dengan komitmen relijiusitas yang ada pada diri individu tersebut
terhadap perilaku etis mereka dalam pelaporan keuangan.
Metode Penelitian deskriptif dengan pendekatan
eksperimen
Objek Penelitian Mahasiswa jurusan Akuntansi (tidak menerapkan
kurikulum syariah) dan mahasiswa jurusan
Ekonomi Perbankan Syariah (yang menerapkan
kurikulum syariah) di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Sumber Data Wawancara
-
C. Ringkasan isi jurnal
Pembahasan  Pada hipotesis 2 dinyatakan suatu hipotesis bahwa
“Pada saat pelaporan keuangan, partisipan yang
memiliki aspek relijiusitas yang kuat lebih etis
(memiliki JKP lebih sedikit) dibandingkan partisipan
yang memiliki komitmen relijiusitas yang lemah
 Dari hasil pengujian hipotesis 1 ditemukan bahwa
mahasiswa yang menempuh studi ekonomi dan bisnis
di prodi dengan kurikulum berbasis syariah memiliki
sikap lebih etis saat pelaporan keuangan
dibandingkan dengan mahasiswa yang menempuh
studi dengan kurikulum tidak berbasis syariah
(nonsyariah).
 Hasil pengujian hipotesis 3 menyimpulkan bahwa
mahasiswa yang menempuh studi dengan kurikulum
berbasis syariah dan memiliki komitmen relijiusitas
kuat hanya berbeda dengan mahasiswa yang
menempuh studi dengan kurikulum nonsyariah dan
memiliki komitmen relijiusitas kuat.
Kesimpulan Peneltian ini menyimpulkan bahwa aspek pendidikan
yang didesain dengan kurikulum berbasis syariah akan
memberikan damak positif pada perilaku etis individunya,
khususnya saat aktivitas pelaporan keuangan. Berangkat
dari hasil ini, maka penting bagi perguruan tinggi,
khususnya yang erafiliasi dengan agama Islam untuk
mendesain kurikulum pendidikannya dengan berbasis
pada syariah, baik pada substansi ilmu maupun
pembangunan karakter peserta didik. Hal ini supaya
konsentrasi pendidikan, khususnya di Indonesia, tidak
melulu berfokus pada peningkatan mutu pengtahuan
(knowledge) saja tetapi juga memberikan perhatian besar
pada aspek keperilakuan peserta didiknya.
PEMBAHASAN PERTANYAAN

1. Apakah yang dimaksud dengan persyaratan pelaporan? Jenis manakah


dari informasi yang dilaporkan yang umumnya bukanlah respons terhadap
persyaratan pelaporan?
Jawab:
Persyaratan Pelaporan melaporkan informasi kepada orang lain tentang
siapa (apa) kita ini, bagaimana kita menjalankan hidup kita, bagaimana kita
mengerjakan pekerjaan kita, bagaimana keadaan dari orang dan benda
untuk mana kita bertanggungjawab, dan seterusnya. Misal memberikan
Inti dari proses akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang
memiliki implikasi keuangan atau manajemen. Karena pengumpulan dan
pelaporan informasi mengkonsumsi sumber daya, biasanya hal tersebut
tidak dilakukan untuk berperilaku sebagai mana yang diinginkan oleh
para pelapor.

2. Apakah alternatif persyaratan pelaporan untuk pengendalian manajemen?


Diskusikan keunggulan dan kelemahan dari alternatif tersebut, relatif
terhadap persyaratan pelaporan.
Jawab:
Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan internal apa pun
yang bersifat keuangan, operasional, sosial, atau suatu kombinasi kepada
bawahannya. Walaupun sangat sulit untuk digeneralisasi karena setiap
organisasi memiliki sistem akuntansi manajemen, sekelompok
persyaratan pelaporan, dan hubungan organisasional yang unik, serta
adanya keanekaragaman faktor pertimbangan tetapi dengan persyaratan
pelaporan yang telah dibuat tersebut, kita dapat melihat dampak yang
dihasilkan terhadap perilaku pelapor Manajemen dapat memberlakukan
persyaratan pelaporan internal apa pun yang bersifat keuangan, operasional,
sosial, atau suatu kombinasi kepada bawahannya. Walaupun sangat sulit
untuk digeneralisasi karena setiap organisasi memiliki sistem akuntansi
manajemen, sekelompok persyaratan pelaporan, dan hubungan
organisasional yang unik, serta adanya keanekaragaman faktor
pertimbangan tetapi dengan persyaratan pelaporan yang telah dibuat
tersebut, kita dapat melihat dampak yang dihasilkan terhadap perilaku
pelapor

3. Apakah karakteristik dari persyaratan pelaporan yang kemungkinan besar


akan menyebabkan pengirim untuk memodifikasi perilaku?
Jawab:
Menurut para psikolog ada 2 pendapat terhadap perilaku pelapor dan
penerima laporan:
1. Para psikolog mengakui bahwa perilaku orang lain tidakdapat
dipaksakan sesual dengan keinginan seseorangatau kelompok.
2. Psikolog eksperimental bersama manajer dan badan regulasi
berpendapat sesuai riset mereka bahwa secaraaktif mereka mencoba
untuk mempengaruhi perilaku oranglain agar berjalan sesuai
keinginan mereka.
Terdapat pula kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh
pembuatlaporan dalam membuat serta menyajikan pelaporan, yaitu:
1. Kesalahan yang disengaja
Dalam hal ini, laporan yang disusun oleh pembuat laporan
terdapatkebohongan dan dilakukan dengan sengaja untuk
memenuhikepentingan pribadi dan atau golongan.
2. Kesalahan yang tidak disengaja
Terdapatnya kesalahan akibat kurang akuratnya input informasidan
ketidakhati-hatian pelapor dalam melaporkannya. Hal inidikarenakan
system informasi perusahaan yang tidak memadai.

4. Bagaimana pelapor menentukan tujuan untuk manainformasi yang


dilaporkan akan digunakan?
Jawab:
 Antisipasi penggunaan informasi.
Semakin informasi yang dilaporkan mencerminkan sesuatu yang dapat
dikendalikan oleh pembuat, maka akan semakin besar kemungkinan
bahwa perilku pembuat akan dimodifikasi. Pembuat dapat merasa
cukup pasti bahwa perubahan dalam perilakuakan mengarah pada
perubahan yang diinginkan dalam informasi yang dilaporkan.
 Prediksi pengirim mengenai penggunaan informasi.
Apabila pembuat laporan bertanggung jawab kepada penerima maka
ia akanberperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan mengenai
apa yang harusdilaporkan, mengenai tindakan dan hasil yang manakah
yang penting bagi penerima.Namun ketika orang tidak merasa pasti
mengenai bagaimana informasi tersebut akandigunakan, maka pembuat
laporan memiliki pekerjaan sulit untuk memprediksi kapandan
bagaimana informasi tersebut akan digunakan.

5. Bagaimana umpan balik, insentif, dan sanksi berinteraksidengan dampak-


dampak dari persyaratan pelaporan?
Jawab:
Feedback dalam:
1. Akuntansi Keuangan berfokus kepada laporan keuangan
untukmengetahui apakah laporan tersebut sesuai dengan SAK.
2. Akuntansi Perpajakan berfokus pada pembayaran pajak
perusahaanuntuk mengetahui apakah pembayaran yang dilakukan
oleh suatu perusahaan sudah sesuai dengan peraturan pajak.
3. Akuntansi Sosial berfokus pada lingkungan sekitarnya,
apakahperusahaan sudah beroperasi secara eco friendly.
4. Akuntansi Manajemen berfokus pada kinerja perusahaan, apakah
tingkat produktivitas perusahaan sudah efektif dan efisien.
Insentif dan sanksi dalam :
1. Akuntansi Keuangan pengirim harus berhati-hati dalam membuat
laporan keuangan karena jikalaporan keuangan tersebut tidak bebas
dari salah saji material maka bisa kena sanksi, namun jikapengirim
dapat memberikan laba yang besar, maka dapat diberikan
penghargaan dari perusahaan.
2. Akuntansi Perpajakan pengirim harus membayar dan melaporkan
pajaknya secara jujur dan tepatwaktu.
3. Akuntansi Sosial pengirim harus memperhatikan lingkungan di
sekitar perusahaan, karena jika perusahaan menyebabkan kerusakan
lingkungan atau polusi udara sehingga berdampak burukpada
kesehatan masyarakat, maka perusahaan akan mencemarkan nama
baik perusahaan itusendiri, jika lingkungan perusahaan bersih maka
masyarakat akan lebih percaya pada produk yangdihasilkan oleh
perusahaan.
4. Akuntansi Manajemen pengirim harus bisa meningkatkan kinerja
perusahaannya untuk bisa mendapatkan penghargaan dari atasannya,
namun jika kinerja perusahaan menjadi sangatmenurun maka pihak
manajemen dapat diberikan sanksi berupa penggantian jabatan
ataupenurunan jabatan.

6. Bagaimana penentuan waktu dari persyaratan pelaporan memengaruhi


dampak-dampaknya?
Jawab:
Penentuan waktu dari persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi
keputusan-keputusan yang akan diambil oleh decision maker perusahaan
karena dalam sebelum keputusantersebut diambil kita masih dapat
mempengaruhi hasil putusan pelaporan tersebut, tetapi jika putusan
tersebut telah diputuskan maka pihakpengirim harus mencari data-data
baruyang memiliki peluang untuk mengembalikan putusan yang telah
diputuskan tersebut menjadi pada putusan yangdiinginkan pengirim.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Akuntansi Keperilakuan; Akuntansi
Multiparadigma Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai