Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMASI FISIKA I

( SIFAT PADATAN DAN POLIMORFISME OBAT)

Disusun oleh:
Isfi Cantika Raihan
3311181092

Dosen Pengampu :
Dr. Fikri Alatas, M.Si., Apt.

PROGRAM STUDI SARJANA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya masih diberikan kesehatan dan kesempatan dalam meyusun
makalah ini yang berjudul Sifat Padatan dan Polmorfisme Obat.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah adalah untuk memanuhi tugas pada
mata kuliah Farmasi Fisika I. Selain itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan Sifat Padatan dan Polmorfisme Obat bagi para pembaca maupun
penulis.

Pandeglang, 05 April 2020


Hormat Saya,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….…….ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………..1
1.1. Latar
Belakang…………………………………………………………………….…1
1.2. Rumusan
Masalah…………………………………………………………………....1
1.3. Tujuan
…………………………………………………………………………….…2
1.4. Manfaat
………………………………………………………………………….…..2
1.5. Metode Penulisan
…………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….....3
2.1. Sifat Padatan
………………………………………………………………………...3
2.1.1. Kristalin ……………………………………………………………………..3
2.2.1. Amorf …………………………………………………………………….....4
2.2. Polimorfisme Obat
……………………………………………………………….....5
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………7
3.1. Kesimpulan
………………………………………………………………………….7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..8

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padat merupakan salah satu wujud dari suatu materi/ benda. Padatan ditandai dengan
kekakuan struktural dan ketahanan terhadap perubahan bentuk atau volume. Atom – atom
dalam padatan terikat satu sama lain, baik dalam kisi geometris biasa (Kristal) maupun
teratur (amorf). Pada padatan, atom berdekatan atau keras, tetapi tidak mencegah benda
padat dapat berubah bentuk. Dalam fase padat, atom memiliki orde ruang karena semua
benda memiliki energy kinetik. Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung
mempertahankan bentuknya ketika gaya luar mempengarhinya. Karena kepadatannya,
digunakan dalam bangunan yang semua bentuk strukturnya kompleks.
Padatan digolongkan dalam dua golongan, padatan kristalin yang partikel penyusunnya
teratur dan padatan amorf yang partikel penyusunnya tidak tersusun sempurna. Padatan
tersuspensi organik dan anorganik yang juga meiliki peran yang dapat dilakukan untuk
mengetahui padatan yang terlarut maupun padatan tersuspensi yang berasal dari bahan
organik maupun anorganik untuk itu kita perlu mempelajari definisi, sifat padatan dan
peranannya dalam bidang farmasi.
Bahan farmasi memiliki kondisi yang berbeda-beda akibat dari pengaruh suhu, tekanan,
dan kondisi penyimpanan. Tiap bentuk polimorf suatu obat selalu stabil pada suhu dan
tekanan tertentu. Perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain pada tekanan dan suhu tertentu
terjadi pada suatu titik yang disebut suhu transisi atau titik transisi. Perubahan tersebut dapat
bersifat reversible maupun irreversible. Pada kondisi tertentu, hanya satu bentuk polimorf
yang dapat stabil sedangkan yang lainnya meta stabil ataupun tidak stabil yang cenderung
untuk terus berubah menuju bentuk yang stabil menuju sifat yang irreversible. Oleh karena
itu penting untuk mempelajari sifat polimorf bahan aktif farmasi, identifikasi, serta
karakteristik secara menyeluruh mengenai bentuk polimorf sebagai wawasan dalam memilih
bahan aktif farmasi yang nantinya memperlihatkan sifat yang tepat untuk obat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat-sifat dari padatan?
2. Apa yang dimaksud dengan polimorfisme?
3. Bagaimana sifat polimorfisme obat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sifat-sifat padatan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan polimorfisme.
3. Untuk mengetahui sifat polimorfisme obat.

1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan tentang sifat padatan dan polimorfisme obat dan
pengaruh dari keduanya dama pembuatan obat.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam karya tulis ini adalah metode pustaka. Metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka, baik berupa buku
maupun informasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Padatan Obat
Sifat padatan bahan aktif farmasi (BAF) sangat pentung dalam pengembangan bentuk
sediaan farmasi, karena dapat memberikan dampak yang signifikan secara klinis dan
ekonomis. Perbedaan sifat-sifat fisik suatu padatan dan variasi dalam derajat kristalinitasnya
memiliki pengaruh yang penting dalam pengolahan BAF menjadi produk obat, sedangkan
perbedaan dalam kelarutan memiliki pengaruh pada penyerapan obat dari bentuk sediaan
dengan mempengaruhi laju disolusinya. Kristanilitas suatu padatan akan mempengaruhi
kelarutannya dalam air, bentuk amorf meikiliki kelarutan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bentuk kristalin. (Alatas Fikri, dkk. 2010)
Padatan digolongkan dalam dua golongan, padatan kristalin yang partikel
penyusunnya tersusun teratur, dan padatan amorf yang partikel penyusunnya tidak memiliki
keteraturan yang sempurna. Studi bahan kristalin mempunyai sejarah jauh lebih panjang
karena Kristal lebih mudah dipelajari daripada bahan amorf. Perkembangan paling penting
dalam studi bahan kristalin adalah perkembangan analisis kristalogi sinar-X. awalnya teknik
ini hanya dapat digunakan untuk struktur yang sangat sederhana seperti garam. Namun
dalam 80 tahun terakhir analisis kristalografi telah berkembang dengan demikian cepat
sehingga protein dengan massa molekul yang sangat besar kini dapat dipelajari dengan
teknik ini.
Terdapat berbagai cara untuk mengklasifikasikan padatan, yang meliputi berbagai
bahan. Namun klasifikasi yang paling sederhana adalah membaginya menjadi dua golongan:
padatan kristalin yang partikelnya tersusun teratur dan padatan amorf yang keteraturannya
kecil atau tidak ada sama sekali.
2.1.1. Kristalin
Dalam beberapa bahan kristalin, partikel penyusunnya tersusun sehingga
keteraturannya kadang nampak dengan mata tanpa bantuan alat apapun. Kristal yang
umum kita lihat adalah natrium klorida, tembaga sulfat hidrat, dan kuarsa. Lokasi partikel
penyusun padatan kristalin (ion, atom, atau molekul) biasanya dinyatakan dengan kisi,
dan lokasi setiap partikel disebut titik kisi. Satuan pengulangan terkecil kisi disebut
dengan sel satuan. Sel satuan paling sederhana adalah kubus. Tiga sumbu kudus dan
beberapa sel satuan lain tegak lurus satu sama lain, namun untuk sel satuan lain sumbu-
sumbu itu tidak saling tegal lurus. Factor yang mendefinisikan sel satuan adalah jarak
antar titi dan sudut antar sumbu. Faktor-faktor ini disebut dengan tetapan kisi.
Struktur padatan Kristal terdiri atas :
a. Susunan Terjejal
Banyak senyawa, khusunya Kristal logam dan molecular mempunyai sifat umum
yang memaksimalkan kerapatannya dengan menyusun partikel-partikelnya serapat
mungkin.
b. Kubus berpusat badan
Cara penyusunan dengan kisi kubus berpusat badan, dengan mengkristal dan kisi
kubus berpusat badan, yang mengandung bola yang terletak di pusat kubus dan di
sudut-sudut kubus sel satuan. Kristalisasi ini terjadi pada beberapa logam, seperti
logam alkali.
c. Analisis kristalografi Sinar X
Sejak awal abad 20, analisis ini telah digunakan untuk penentuan struktur berbagai
senyawa. Pada beberapa tahun terakhir, analisis ini hanya dilakukan oleh para
spesialis, yakni kristalografer, apapun molekul targetnya. Difraksi cahaya terjadi
dalam zat bila jarak antar partikelnya yang tersusun teratur dan panjang gelombang
cahaya yang digunakan sebanding. Gelombang terdifraksi akan saling menguatkan
bila gelombangnya sefasa, tetapi akan saling meniadakan bila tidak sefasa. Bila
Kristal dikenai sinar-X monokromatis, akan diperoleh pola difraksi. Pola difraksi
ini bergantung pada jarak antar titik kisi yang menentukan apakah gelombang akan
saling menguatkan atau meniadakan.

2.2.1. Amorf
Amorf (Amorphus), merupakan definisi structural dari suatu material, dimana
atom-atomnya tersusun secara tidak teratur, sehingga panjang dan sudut ikatan antar
molekulnya tidak teratur. Susunan partikel dalam padatan amorf sebagian teratur dan
sedikit agak mirip dengan padatan kristalin. Namun, keteraturan ini, terbatas dan tidak
muncul di keseluruhan padatan. Banyak padatan amorf di sekitar kita seperti: gelas, karet
dan polietena memiliki keteraturan sebagian. Fitur padatan amorf dapat dianggap

4
intermediate antara padatan dan cairan. Baru-baru ini perhatian telah difokuskan pada
bahan buatan seperti fiber optic dan silicon amorf. Sudut panjang ikatan antar atom pada
struktur amorf sangat tidak teratur. Akibat ketidakteraturannya beberapa teori zat tidak
berlaku. Oleh karena itu, analisa sifat-sifatnya sebaguan besar menggunakan metode
pendekatan material kristalinnya dengan mengacu pada hasil-hasil pengukuran
eksperimental.

2.2 Polimorfisme Obat


Polimorfisme adalah kristalisasi dari senyawa yang sama di lebih dari satu arsitektur
Kristal yang berbeda dan berhubungan dengan pengaturan kemasan Kristal yang berbeda,
fenomena ini sangat umum dibidan farmasi. Karena memiliki struktur Kristal yang berbeda,
maka polimorf memiliki sifat fisikokimia, titik leleh reaktivitas kimia, laju pelarutan dan
biovabilitas yang berbeda. Polimorfisme obat dapat memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap khasiat terapeutik terutama ketika laju disolusi adalah tahap penentu laju
penyerapan dalam saluran pencernaan. Setiap variasi dalam kelarutan, disolusi, kerapatan
sifat alir dan bentuk Kristal dapat mempengaruhi penyerapan dan pada akhirnya biovabilitas
obat. (Partogi H. Timbul, dkk. 2014)
Polimorf adalah fasa Kristal suatu senyawa sebagai hasil kemungkinan dari dua atau
lebih susunan molekul yang berbeda dalam kisi kristalnya sehingga suatu senyawa dapat
berada pada satu atau beberapa bentuk system Kristal. Sifat suatu senyawa yang memiliki
lebih dari satu bentuk Kristal disebut polimorfisme. Senyawa polimorf umumnya memiliki
perbedaan signifikan pada sifat farmasetiknya seperti kelarutan, laju disolusi, dan sifat
termal (misalnya titik lebur) meskipun secara kimiawi identik. Bentuk polimorf hanya dapat
dibedakan dalam keadaan padat, salah satunya dengan metode difraksi sinar-X, sedangkan
dalam bentuk larutan maupun uap mempunyai sifat fisikokimia yang identik. (Gozali D,
Putra AFC, Sopyan I. 2014)
Suatu senyawa menunjukkan polimorfisme apabila senyawa tersebut dapat
membentuk system Kristal yang berbeda ketika di kristalkan pada kondisi yang berbeda
(pengaruh suhu, tekanan, dan kondisi penyimpanan). Tiap bentuk polimorf stabil pada suhu
dan tekanan tertentu. perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain pada tekanan dan suhu
tertentu terjadi pada satu titik yang disebut suhu transisi atau titik transisi.

5
Bentuk polimorf yang banyak dipilih dalam pembuatan sediaan farmasi adalah bentuk
yang paling stabil karena lebih mudah mengendaikan bentuk Kristal dan segala sifat yang
terkait selama proses manufaktur. Sedangkan bentuk metastabil meskipun kelarutannya
lebih baik dibandingkan bentuk stabil, stabilitasnya kurang terjamin. Hal tersebut dapat
dikaitkan kembali dengan teori dasar dimana suatu system akan bergerak atau mengubah
kondisinya ke kondisi termodinamika yang lebih stabil. Beberapa studi menunjukan korelasi
polimorfisme terhadap kelarutan obat serta khasiat terapetik yang terkait dengan laju
disolusi, dimana laju disolusi merupakan tahap penentu laju absorpsi dalam saluran cerna
dan berkenaan dengan dampak klinis yang akan ditimbulkan. Oleh karena itu keberadaan
polimorf berpotensi menjadi sumber penting dari berbagai sifat farmasetik yang berbeda,
seperti stabilitas dan kelarutan serta dapat menyebabkan permasalahn, mempengaruhi
khasiat dan biovabilitas produk farmasi. (Setyan D., Zaini E., 2018)

6
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Korelasi plimorfisme terhadap kelarutan obat dan khasiat terapeutik berkaitan
dengan laju disolusi dimana laju absorpsi merupakan tahap penentu dalam saluran
cerna dan berkenaan dengan pengujian klinis yang ditimbulkan.
2. Keadaan polimorf berpotensi menjadisumber penting dari sifat farmasetik suatu
obat seperti stabilitas dan kelarutan serta dapat mempengaruhi khasian dan
biovabilitas produk farmasi.
3. Sifat padatan terbagi menhadi 2 yaitu, kristalin dan amorf. Kristal mempunyai
bentuk yang beraturan dan kompak, mempunyai kekerasan yang tinggi, dan
mempunyai sifat yang stabil. Sedangkan amorf memiliki bentuk yang didak
beraturan dan tidak kompak, mudah hancur, dan kurang stabil.

7
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Fikri., Soewandhi, S.N., dan Sasongko, Lucy D.N. 2010. Pengaruh Penggilingan
terhadap Karakteristik Padatan Didanosin. Jurnal Sains Materi Indonesia Vol. 13, No. 1,
hal : 67-71.

Gozali D, Putra AFC, Sopyan I. 2014. Pengaruh Modifikasi Kristal Kalsium Atorvastatin
terhadap Laju Disolusi. Bionatura-Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik. 2014; 16(2): 83-88.

Partogi H, Timbu, dkk. 2014. Preparasi dan Karakterisasi Polimorfisme Obat Anti Malaria.
Jurnal Sains Materi Indonesia. Vol 15, No 2, hal 88-89.

Setyan D., Zaini E. 2018. Polimorf Bahan Aktif Farmasi. Surabaya. Airlangga University Press

8
.

Anda mungkin juga menyukai