Anda di halaman 1dari 12

DINAMIKA HIDROSFER

5
PERAIRAN LAUT

PENGERTIAN LAUT

Setiap orang pasti tahu tentang laut itu apa…


Berbagai cerita dalam hidup seseorang seringkali terinspirasi oleh laut…

Membahas tentang laut, tentunya memicu berbagai pertanyaan tentang laut, mulai dari…
 Laut itu apa?
 Apa bedanya dengan Samudra?
 Bagaimana laut terbentuk
 Mengapa air laut rasanya asin?
 Mengapa ada gelombang di laut?
 Mengapa ada aurs laut?
 Mengapa warna air laut ada yang kuning, biru, hitam dan merah?
 Bagaimana keadaan di dasar laut?
 Bagaimana suhu air laut?
 Apa peranan laut bagi kehidupan manusai?
 Apa pentingnya laut bagi kedaulatan suatu negara?
 Apa ada hubungan antara laut dengan iklim?
Dan tentu masih banyak pertanyaan yang masih mengganjal di perut kita… Oke… sebanyak
apapun pertanyaan akan dibahas dalam tulisan berikut….

Laut itu apa?


Laut itu wilayah perairan yang sangat luas, airnya asin, di laut ada ombak, ada kapal yang
melintas, laut juga bisa menimbulkan Tsunami… itulah yang ada dibenak kita. Untuk lebih
memamhami laut yang sebenarnya mari disimak uraian berikut ini

Kata laut jumlahnya hanya 4 huruf, namun luasnya meliputi 70% dari luas muka bumi ini. Laut
merupakan komponen penting dalam siklus hidrologi. Sekitar 320.000 km3 air laut mengalami
evaporasi, sedangkan dari perairan di daratan hanya sekitar 60.000 km3. Hal ini menunjukkan laut
sangat berperan terhadap ketersediaan air di muka Bumi. Laut memiliki kekayaan alam yang tidak
ternilai harganya. Beraneka flora fauna dan bahan tambang merupakan potensi laut yang bisa
dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bisakah kalian membayangkan
betapa laut itu merupakan sumber kehidupan dan kemakmuran suatu bangsa…?

1 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer


Laut adalah sistem perairan di muka bumi yang menempati daerah yang sangat luas, berair asin,
saling terhubung satu sama lain dan mengelilingi daratan (benua dan pulau).

Bagaimana Laut terbentuk?


Ada beberapa teori yang menyatakan tentang pembentukan laut, yaitu :

Menurut Imanuel Kant dan Piere Simon de Laplace bahwa cekungan-cekungan yang ada di muka
bumi yang sekrang menjadi laut pada awal terbentuknya Bumi sekitar 4 milyar tahun yang lalu
akibat peristiwa tabrakan antara bumi dengan asteroid. Sedangkan menurut teori Undasi oleh
Van Bemmele dinyatakan bahwa cekungan-cekungan yang ada di muka bumi ini yang sekarang
menjadi laut akibat gelombang turun naik terhadap bagian bumi yang cair (magma). Adapun
timbulnya gerakan gelombang tersebut akibat pengaruh pemisahan magma dari yang basa ke
yang asam dan dari basa ke ultrabasa.

Sedangkan air laut yang ada sekarang berasal dari proses penguapan tatkala Bumi masih panas,
dan ketika Bumi sudah menjadi dingin maka terjadilah proses kondensasi uap air tersebut dan
akhirnya menjadi hujan. Hujan pada waktu itu berlangsung sangat lama sehingga air hujan
tersebut mengisi cekungan-cekungan di muka Bumi. Ada juga yang mengatakan bahwa ketika
Bumi bertabrakan dengan asteroid, air dari asteroid itu tertumpah ke bumi dan terbentuklah laut.

Kiranya tidaklah terlalu sulit untuk menceritakan kembali asal mula terjadinya laut seperti yang
terurai di atas.

Ada istilah laut dan ada istilah Samudra. Apa bedanya?


Laut biasanya batas wilayahnya lebih sempit, dan namanya biasanya dikaitkan dengan daratan
yang ada disekitarnya, atau kondisi warna airnya, contohnya laut Jawa, Laut Banda, Laut Kuning,
Laut Merah, Laut Halmahera, Laut Cina Selatan, Laut Karibia, Laut Jepang, Laut Arab, Laut
Kaspia dan lain-lain. (Cari di googel gambar laut-laut seperti tersebut pada contoh)

Samudra merupakan istilah atau sebutan untuk wilayah laut yang lebih luas. Dan tidak berbatasan
dengan pulau melainkan berbatasan dengan benua. Contoh Samudra Pasifik, Samudra Atlantik,
Samudra Hindia (Samudra Indonesia). Selain wilayahnya lebih luas, Samudra meliki dasar yang
lebih dalam serta memiliki morfologi dasar samudra yang khas. (Nanti akan kita bahas mengenai
morfologi dasar samudra).

Seberapa luas perbandingan laut dan Samudra di belahan bumi bagian utara dan selatan:
BELAHAN BUMI LUAS LAUTAN (%) LUAS DARATAN (%)
Utara 61 39
Selatan 81 19

2 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer


MACAM-MACAM LAUT
LAUT MENURUT PROSES TERJADINYA.

Laut Ingresi :
Laut ingresi merupakan laut yang disebabkan terjadinya penurunan dasar laut. Hal ini
menyebabkan laut semakin dalam. Contoh: Laut Banda (7.400 m), Laut Flores (5.590 m), Laut
Sulawesi (5.590 m), Laut Tengah (4.400 m), dan Laut Jepang (4.000 m).

Laut Regresi :
Laut regresi merupakan laut yang terbentuk karena penyempitan laut atau pengangkatan daratan
pada daerah yang luas. Proses tersebut terjadi pada zaman Dilluvium. Akibat suhu Bumi yang
dingin, menyebabkan air membeku dan permukaan air laut turun sampai 60 m. Hal ini
menyebabkan Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul berubah menjadi daratan. Pulau Sumatra,
Jawa, dan Kalimantan bersatu dengan Asia, sedangkan Dangkalan Sahul dan pulau-pulau kecil di
bagian timur Indonesia bersatu dengan Australia.

Laut Trasngresi :
Laut transgresi merupakan laut yang terbentuk karena kenaikan permukaan air laut atau
penurunan daratan secara perlahan sehingga luas laut bertambah. Proses ini terjadi pada masa
glasial. Pencairan es di kutub menyebabkan air laut naik dan menggenangi daratan. Laut
transgresi bersifat dangkal karena mempunyai kedalaman sekitar 70 m. Contoh: Dangkalan Sunda
dan Dangkalan Sahul.

LAUT MENURUT LETAKNYA.

3 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer


Laut Tepi
Laut tepi adalah laut yang terletak di pinggir benua. Contoh: Laut Bering yang dipisahkan oleh
kepulauan Aleut, Laut Jepang yang dipisahkan Kepulauan Jepang, Laut Koral di sebelah timur
Australia, dan Laut Cina Selatan yang dipisahkan oleh Kepulauan Indonesia dan Filipina.

Laut Pertengahan
Laut pertengahan merupakan laut yang terletak di antara dua benua atau lebih. Contoh: Laut
Tengah, Laut Merah, dan laut-laut di Indonesia yang terletak di antara Benua Asia dan Australia.

Laut Pedalaman
Laut pedalaman merupakan laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan, contoh : Laut
Hitam, Laut Kaspia dan laut mati.

MORFOLOGI LAUT :

4 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer


Sama halnya dengan permukaan bumi di daratan, laut juga memiliki relief atau struktur luar
(permukaan) yang hampir sama dengan yang ada di daratan. Struktur permukaan atau relief ini
yang kita namakan sebagai morfologi laut.

Di daratan kita mengenal morfologi permukaan bumi misalnya gunung, pegunungan, lembah,
patai dan sebagainya. Di laut kita juga kenal morfologi laut seperti landasan benua, gunung laut,
palung laut, guyot, lubuk laut, atol, pematang samudra dan lereng benua.

LANDASAN BENUA (CONTINENTAL SHELF) ATAU PAPARAN BENUA


Landasan benua merupakan dataran luas di laut dangkal yang permukaannya relatif datar atau
landai dari daerah pantai ke arah laut dalam. Kedalaman rata-ratanya berkisar 100-200 meter,
kemiringan lereng landasan benua dapat berkisar antara 0°–1° dan biasanya terletak di sepanjang
pantai pada tepi benua.

Paparan benua atau landasan benua ini memiliki ukuran lebar yang bermacam-macam tergantung
tipe benuanya. Pada benua bertipe pasif, paparan benua dapat memiliki lebar 80 km hingga 1500
km sedangkan pada benua bertipe aktif, paparan benua memiliki ukuran lebar yang lebih kecil
atau lebih sempit.

Menurut para ahli oseanografi, landasan benua sebetulnya merupakan wilayah daratan yang
merupakan kelanjutan dari benua namun kemudian dalam jangka waktu yang lama daratan ini
tertutup air laut.

Di dunia ini luas paparan benua yaitu sekitar 7,5% bila dihitung dari total dasar samudra, hal ini
merupakan perbandingan yang hampir sama dengan luas daratan yang berkisar 18% dari luas
total daratan di bumi.

LERENG BENUA / CONTINENTAL SLOPE

5 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer


Lereng benua merupakan lanjutan dari paparan benua yang menuju laut dalam. Bagian ini
merupakan daerah dengan kemiringan yang sangat terjal yakni kondisi permukaan yang mampu
turun sekitar 40-70 meter dalam setiap 1 kilometer bahkan pada benua yang bertipe aktif,
penurunan permukaannya dapat mencapai 150 meter di setiap 1 kilometernya.

Keadaan ini menyebabkan lereng benua memiliki kedalaman yang lebih dalam daripada paparan
benua yakni sekitar 200 meter hingga 5000 meter. Lereng benua ini merupakan batas antara
kerak benua dengan kerak samudra.

Pada daerah yang masih merupakan bagian dari rantai pegunungan, lereng benua memiliki kontur
yang tiba-tiba bisa sangat curam sehingga menjadi palung laut. Pada daerah ini paparan
benuanya memiliki lebar yang sangat sempit bahkan tidak ada sama sekali.

JENDUL BENUA / CONTINENTAL RISE


Di daerah yang tidak terbentuk palung laut, kemiringan lereng benua akan mengalami kenaikan
secara bertahap (menjadi lebih datar) yang disebut sebagai jendul benua. Jendul benua inilah
yang sebenarnya merupakan bagian dari benua yang langsung berbatasan dengan dasar laut.

Jendul benua dapat memiliki lebar puluhan hingga ratusan kilometer, daerah ini merupakan
akumulasi dari endapan sedimen dari daerah di atasnya yang turun kebawah menuju dasar laut.

LEMBAH DANGKAL BEKAS PALUNG SUNGAI (SUBMARINE CANYON)


Lembah bawah laut merupakan bekas alur-alur sungai yang terletak di paparan benua pada saat
wilayah paparan benua masih berupa daratan (sebelum tenggelam oleh air laut). Daerah lembah
ini bisa memiliki kedalaman hingga 3 kilometer. Di Indonesia lembah bawah laut terdapat di Selat
Karimata dan Laut Jawa yang dahulunya merupakan wilayah paparan sunda.

PALUNG LAUT
Palung laut merupakan dasar laut yang berbentuk lembah yang sangat dalam dan memanjang.
Kedalaman palung dapat mencapai lebih dari 5000 meter. Pada umumnya, palung laut terdapat
pada daerah tempat pertemuan antara lempeng benua dan lempeng samudra. Palung ini memiliki
dua macam bentuk lembah yaitu trench dengan penampang berbentuk V sedangkan Through
berbentuk U. Contoh palung laut yakni Palung Jawa sebagai akibat pertemuan lempeng Benua
Eurasia dan Samudra Indo-Australia, Palung Mindanao atau Palung Filipina sebagai akibat
pertemuan lempeng Benua Eurasia dan samudra Pasifik serta palung Tonga-Kermadee di
Kepulauan Fiji sebagai akibat pertemuan lempeng Pasifik bagian Selatan dengan lempeng Fiji
(Bambang Utoyo, Hal.123)

LUBUK LAUT ATAU BEKKEN


6 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer
Lubuk laut merupakan dasar laut yang bentuknya cekung mirip seperti lembah laut. Lubuk laut
terjadi karena merosotnya dasar laut. Adapun bentuk basin bila dilihat dari atas, maka seperti
sumur dan seperti huruf U bila kita lihat dari samping. Misalnya Basin Sulawesi, Banda dan Sulu.

AMBANG LAUT
Ambang laut merupakan relief di dasar laut yang bentuknya seperti perbukitan sehingga dapat
memisahkan antara satu laut dangkal dengan laut dangkal lainnya. Misalnya ambang Selat
Gibraltar, ambang Laut Sulu dan Sulawesi.

ATOL
Atol merupakan pulau karang di laut yang bentuknya menyerupai cincin yang besar. Di bagian
tengahnya terdapat lautan dangkal yang dinamakan laguna. Atol banyak dijumpai di wilayah
Samudra Pasifik. Contohnya Atol Mili, Atol Pulau Jabat dan Atol Arno terletak di Munisipalitas
(Wilayah Administrasi Tingkat Satu) di Republik Kepulauan Marshall di Samudra Pasifik bagian
barat, Atol Tawara di Republik Kiribati di Samudar Pasifik dan masih banyak lagi Atol yang
terdapat di Samudra Pasifik. Di Indonesia juga terdapat Atol, yaitu Atol Takabonerete yang berada
di Sulawesi Selatan. Tak banyak orang yang mengetahui tentang keberadaan atol indah ini. Luas
total atol ini mencapai 220 ribu Ha dengan sebaran terumbu karangan 500 km persegi. 

PEMATANG SAMUDRA (RIDGE)


Pematang samudra merupakan dasar laut yang dangkal, memanjang dan sempit dimana pada
bagian di kanan kirinya terdapat laut dalam. Pematang tengah samudra ditandai dengan keluarnya
magma dari dalam astenosfer yang kemudian membentuk jalur gunung api dasar laut yang
dikenal dengan istilah lingkaran api (ring of fire). Misalnya Pematang samudra di Samudra Pasifik
dan Samudra Atlantik.

GUNUNG LAUT (SEAMOUNTS)


Gunung laut merupakan gunung yang dasarnya berada di bawah permukaan laut. Puncak gunung
laut biasanya ada yang muncul sampai di atas permukaan laut sehingga kita bisa melihatnya
dengan mudah namun ada juga yang seluruh bagian tubuh gunung berada di bawah permukaan
laut. Di Indonesia sendiri gunung laut yang paling aktif dan fenomenal adalah gunung krakatau.

GUYOT

7 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer


Guyot merupakan bekas gunung api yang memiliki puncaknya berbentuk datar kemudian
tenggelam akibat erosi.

BENDUL LAUT
Bendul laut adalah gunung-gunung kecil di dasar laut yang puncaknya tidak
muncul di permukaan laut.

DASAR SAMUDRA (OCEAN FLOOR)


Dasar samudra (Ocean Floor) adalah wilayah samudra yang memiliki kedalaman sekitar 1.800
meter dengan relief yang pada umumnya berbentuk datar. Dasar samudra merupakan wilayah
terlebar di muka bumi yakni sekitar 59% dari seluruh permukaan Bumi

BATAS-BATAS WILAYAH LAUT SUATU NEGARA

BATAS LAUT TERITORIAL

8 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer


Perhatikan gambar berikut! Gambar berikut merupakan batas tentang wilayah territorial Indonesia

Batas laut teritorial merupakan batas perairan suatu negara yang ditarik dari titik-titik pantai terluar
atau pulau terluar hingga sejauh 12 mil atau 19,3 kilometer ke arah laut lepas. Pada batas laut
teritorial ini, negara mempunyai kedaulatan penuh seperti yang berada di wilayah daratan. Jika
ada suatu negara yang berbentuk kepulauan mempunyai jarak antar pulaunya renggang, yakni
melebihi 24 mil, maka lautan yang berada di kawasan tersebut diakui oleh hukum internasional
sebagai wilayah perairan yang dimiliki negara tersebut.

Dasar hukum dalam penetapan batas territorial Indonesia adalah Undang-undang Nomor 43
Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.

Sejarah penetapan batas wilayah territorial Indoneisa dimulai dari Deklarasi Djuanda yang
dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia pada saat
itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia
adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan
wilayah NKRI.

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia
Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939).
Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut
di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai.
Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan


(Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat pertentangan besar dari beberapa negara,
sehingga laut-laut antarpulau pun merupakan wilayah Republik Indonesia dan bukan kawasan
bebas. Deklarasi Djuanda selanjutnya diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan
Indonesia. Akibatnya luas wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km²
menjadi 5.193.250 km² dengan pengecualian Irian Jaya yang walaupun wilayah Indonesia tetapi
waktu itu belum diakui secara internasional.

Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight baselines) dari titik pulau terluar ( kecuali
Irian Jaya ), terciptalah garis maya batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut. Setelah

9 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer


melalui perjuangan yang penjang, deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan
ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The
Law of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor
17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.
Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan:
1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak
tersendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah
Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan:
a) Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan
bulat
b) Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan asas negara
Kepulauan
c) Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan
keselamatan NKRI.

BATAS LANDAS KONTINEN


Landas kontinen adalah wilayah di dasar laut yang masih merupakan bagian dari daratan dengan
kedalaman 200 ke arah laut lepas. (perhatikan gambar di atas).

Batasan mengenai landas kontinen di Indonesia ini diatur pemerintah dalam Undang- Undang
No.1 tahun 1973. Sedangkan dalam taraf internasional, landasan kontinen ini diatur dalam United
Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada tahu 1982 pasal 76.

Tujuan utaman dari ditetapkannya landasan kontinen adalah untuk melindungi kekayaan laut di
wilayah suatu negara demi kepentingan masyarakat di negara tersebut. 

Konsep landasan kontinen ini pertama kali diajukan oleh Amerika Serikat pada Konvensi Hukum
Laut International yakni pada tahun 1985 oleh presiden Amerika Serikat saat itu, yakni Harry S.
Truman. Konsep landasan ini diajukan tepatnya pada tanggal 28 September 1945 pasca Perang
Dunia II.

Tujuan Truman mencanangkan program ini dengan tujuan untuk mencadangkan kekayaan
kekayaan alam pada dasar laut dan lapisan tanah dibawahnya yang berbatasan langsung dengan
pantai Amerika Serikat untuk kepentingan rakyat dan juga kepentingan bangsa Amerika Serikat,
terutama kekayaan mineral khususnya minyak dan juga gas bumi. 

Apabila dianalisis tindakan dari pemerintah Amerika Serikat mengenai landasan kontinen, dapat
digolongkan menjadi 3 bentuk, yaitu:
1. Tindakan perluasan yurisdiksi yang ditujukan kepada penguasaan kekayaan alam yang
terkandung dalam dasar laut dan juga tanah di bawah laut yang berbatasan langsung
dengan pantai.

10 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer


2. Perluasan yurisdiksi atau dalam beberapa hal kedaulatan atas dasar laut dan tanah
dibawahnya.
3. Perluasan kedaulatan atas lautan (dengan atau tanpa menyebut landasan kontinen)
hingga suatu ukuran jarak tertentu, misalnya 200 mil.

Konsep landasan kontinen dalam hukum laut ini tidak berhubungan dengan kekayaan mineral
yang ada di dalam dasar laut, namun berkaitan dengan kekayaan hayati atau perikanan.
Pengertian landasan kontinen ini pertama kali diperkenalkan oleh Odor de Buen yakni seseorang
yang berasal dri Spanyol dalam konferensi Perikanan di Madrid yang berlangsung pada tahun
1926. Konsepsi landasan kontinen ini dikemukakan dengan perikanan berdasarkan anggapan
bahwa perairan di atas dataran kontinen merupakan perairan yang baik sekali untuk kehidupan
ikan dan makhluk laut lainnya.

BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF


Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE merupakan zona laut yang mempunyai jarak 200 mil dari pulau
terluar Indonesia pada saat air laut sedang surut. ZEE hanya ad di Indonesia. Pada kawasan ZEE
ini, Indonesia berhak untuk mengambil dan juga memanfaatkan segela potensi sumber daya alam
yang ada.

Zona Ekonomi Eksklusif ini ditetapkan oleh pemerintah pada tanggal 21 Maret 1980 yakni
sepanjang 200 mil yang diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia. Dengan penetapan zona
ekonomi eksklusif ini wlayah Indonesia menjadi bertambah luasnya sebesar dua kali lipat. Setelah
adanya zona ekonomi eksklusif ini, negara-negara lain tidak diperkenankan untuk mengambil
apapun dari wilayah zona ekonomi eksklusif ini. kapal-kapal milik negara asing tidak
diperbolehkan untuk mengambil kekayaan laut di dalam wilayah Zona ekonomi eksklusif ini.
Sementara itu untuk batas laut yang bersinggungan dengan negara lain diatur dengan
kesepakatan bersama antara dua negara.

Dengan adanya batas Zona ekonomi eksklusif, Indonesia memiliki hak atas wilayah yang
termasuk ke dalam zona ekonomi eksklusif yaitu:

1. Berhak untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi, pengelolaan, dan juga konservasi sumber
daya alam serta jenis-jenis sumber daya alamnya.
2. Berhak melakukan penelitian, perlindungan, dan juga pelestarian laut.
3. Mengizinkan pelayaran internasional melalui wilayah ini dan juga memasang berbagai sarana
perhubungan laut.

Ada banyak peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Wilayah Negara Kesautan
Republik Indonesia, silahkan bisa ditanyakan kepada Bapak/Ibu guru yang mengajar mata
pelajaran PPKN atau sejarah.

11 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer


12 Bambang Susanto : Dinamika Hidrosfer

Anda mungkin juga menyukai