Anda di halaman 1dari 6

NAMA : APRITA ADELIA

NIM. : 1930901129
KELAS : PSIKOLOGI ISLAM 4

SARAF
1. Susunan Saraf
A. Klasifikasi Susunan Saraf
Susunan saraf terdiri atas:
- Bagian Susunan Saraf Pusat (SSP)
Susunan Saraf Pusat merupakan pengendali bagi
seluruh susunan saraf, terlindung dalam struktur tulang.
Susunan Saraf Pusat terbagi atas:
a. Otak (Brain) = Berada dalam tengkorak (kranium).
- Otak depan (forebrain), terdiri dari
Telensefalon dan Diensefalon.
- Otak tengah (midbrain), terdiri atas
Pedunkulus Serebri dan Korpora
Kuadrigemini.
- Otak belakang (hindbrain), terdiri atas
Metensefalon (Pons dan Serebellum) dan
Mielensefalon (Medulla Oblongata)
b. Medulla spinalis (spinal cord) = Berada dalam
tulang belakang (vertebrata)
Adalah bagian SSP yang terntang dari
Foramen Magnum pada tengkorak sampai setinggi
Vertebrata Lumbalis I pada orang dewasa
- Susunan Saraf Perifer,
Susunan Saraf Perifer terbagi menjadi :
a. Susunan saraf Somatis
Susunan Saraf Somatis bersifat voluntar
yaitu aktivitasnya berada dibawah pengaruh
kesadaran.
Susunan Saraf Somatis terbagi atas :
- Devisi efferen/motorik, yang berfungsi untuk
menghantarkan impuls saraf dari SSP ke organ
efektor.
- Devisi efferen/sensorik, yang berfungsi untuk
menghantarkan impuls saraf dari organ reseptor
ke SSP.
b. Susunan saraf otonom
Susunan Saraf Otonom bersifat involuntar,
yaitu aktivitasnya tidak dibawah pengaruh
kesadaran.
Susunan saraf otonom terbagi atas:
- Divisi simpatis, yang aktif dalam tindakan
kewaspadaan yang meninggi.
- Devisi Parasimpatis, yang aktif dalam tindakan
kewaspadaan yang menurun.
B. Sel Saraf
Sel saraf (neuron) merupakan unit fungsional terkecil
susunan saraf.
Neuron terdiri atas:
 Badan sel (soma; perikaryonu) didalamnya terdapat
a. Nukleus (inti sel) dan Ganglion
Dalam nomenklatur susunan saraf selain sebagai
inti sel, nukleus (plural: nuklei) memiliki arti lain, yaitu
kumpulan badan sel saraf yang berada dalam susunan
saraf pusat. Jika kumpulan badan sel saraf ini berada
pada susunan saraf perifer, maka dinamakan ganglion
(plural:ganglia).
b. Sitoplasma
 Serabut saraf (nerve fiber). Jenisnya yaitu :
a. Dendrit
Umumnya satu neuron memiliki beberapa
dendrit. Serabut saraf dendrit umumnya pendek.
Fungsi dendrit yaitu menghantarkan impuls saraf dari
luar ke badan.
b. Akson (neurit)
Untuk tiap neuron hanya ada satu akson. Akson
biasanya merupakan serabut saraf paling panjang.
Fungsi akson yaitu meneruskan impuls saraf dari
badan sel ke neuron lain atau ke organ efektor.
 Traktus dan Nervus
Traktus adalah kumpulan serabut saeaf yang
membentuk berkas dalam susunan saraf pusat,
sedangkan nervus adalah kumpulan serabut saraf yang
membentuk berkas dalam susunan sarag perifer.
 Penghantaran Impuls Saraf
Penghantaran impuls saraf melalui akson bermielin
berlangsung lebih cepat dari pada penghantaran melalui
akson tak-bermielin. Penghantaran impuls saraf melalui
akson bermielin meloncat-loncat dari satu nodus Ranvier
ke nodus Ranvier berimutnya. Penghantaran impuls saraf
demikian dinamakan penghantaran salvatorik.
C. Sinapsis
Sinapsis adalah sambungan anatomis antara dua neuron
atau antara neuron dengan organ efektornya, yang dapat
berupa otot atau kelenjar.
Dengan demikian sinapsis dapat berupah :
 Sinapsis Antar – Neuron
Adalah sambungan anatomis antara neuron pre-
sinaptik dengan dendrit atau badan sel neuron post-
sinaptik
 Sambungan Neuro – Effektor/Neuro-Muskular
Adalah sambungan anatomis antara akson neuron
dengan otot atau kelenjar.
 Transmisi Sinaptik
Adalah penghantaran impuls saraf dari pre-sinaptim
menyeberangi celah sinapsis sampai mencapai serabut
post-sinaptik ataupun organ efektor.
 Tipe Sinapsis
Dibedakan menurut hasil transmisinya, serta jumlah
serabut saeaf pre-sinaptik dan post-sinaptiknya.
1. Menurut hasil transmisinya, sinapsis dibedakan
menjadi:
a. Sinapsis dengan transmisi pengeksitasi
(excitatory)
b. Sinapsis dengan transmisi penghambat
(inhibitory)
2. Menurut cara tarnsmisinya, sinapsis dibedakan
menjadi
a. Sinapsis dengan transmisi elektrik
b. Sinapsis dengan transmisi kimiawi
3. Menurut jumlah serabut saraf pre-sinaptik dan post-
sinaptik, sinapsis dibedakan menjadi :
a. Sinapsis dengan transmisu konvergen
b. Sinapsis dengan transmisi divergen

2. Sawar Darah – Otak (Blood Brain Barrier)


Adalah sistem penghambat pemasukan zat kimia/obat yang
beredar dalam darah ke otak. Sistem ini dimaksudkan untuk
melindungi SSP. Berdasarkan kelarutannya, zat kimia/obat yang
beredar dibedakan atas :
A. Zat larut dalam lemak (lipid soluble)
B. Zat larut dalam air (water soluble)
3. Perkembangan Susunan Saraf Pusat
A. Perkembangan Embrional
Pada minggu pertama kehidupan, 1 sel zigote akan
membelah menjadi 2 sel, 2 sel menjadi 4 sel, dan seterusnya.
Pada tahap 16-32 sampai 64 sel yang terbentuk dinamakan
morula; pada tahap 128 sel morulla membentuk baatula;
strukturnya dinamakan blastokista. Pada minggu ketiga,
terbentuk gastrula yang akan mengalami proses gastrulasi,
sehingga terbentuk 3 lapisan sel (ekstoderm, mesoderm,
endoderm).
B. Proses Neurulasi
Mula-mula akan terjadi penebalan pada ektoderm yang
diinduksi ileh notokord untuk membentuk pelat neural (neural
plate) akan melipat dan membentuk lipat neural (lipat fold);
akhirnya menutup tabung neural dan terbentuk tiga rongga
(vesikel) pada bagian anterior tabung neural yaitu
Prosensefalon (forebrain), Mesensefalon (Midbrain), dan
Rhombensefalon (Hindbrain).
C. Pembentukan SSP
Dalam perkembangan selanjutnya akan didapatkan
pembentukan awal Susunan Saaf Pusat( (SSP), yaitu :
- Telensefaon, membentuk serebrum (otak besar).
- Diensefalon, membentuk thalamus dan hipothalamus.
- Mesensefalon, membentuk otak tengah, terdiri atas
pedunkulus serebri dan korpora kuadrigemina.
- Metebsefakon, membentuk pins dan serebellum (otak
kecil).
- Mielensefalon, membentuk medulla oblongata.
D. Kesintasan Neuron
Pada fase pembentukan SSP, dari sel punca (stem cell)
akan terbentuk lebih banyak neuron daripada yang dibutuhkan.
Untuk dapat survive akson neuron tersebut harus memperoleh
konekzi yang tepat, neuron tersebut harus mendapatkan MGF
(Neuron Growth Factor) yang adekuat, sehingga terhindar dari
apoptosis (kematian sel terprogram). Fenomena ini disebut
sebagai kesintasan neuron (neuron survival).
E. Pelindung SSP
Pelindung/Penunjang SSP terdiri atas :
- Tulang, terdiri atas tengkorak (kranium) untuk
melindungi otak dan tulang belakang (vertevra) untuk
melindungi medulla spinalis.
- Selaput otak, terdapat 3 lapisan yaitu dura mater,
arakhnoid, dan pia mater.
- Sistem Ventrikel, terdiri atas ventrikel lateralis kiri dan
kanan.
- Cairan Serebrospinalis.
- Jaringan ikat.
Sel penunjang dalam SSP adalah Neuroglia, yang
terdiri atas astrosit (astroglia), oligodendrosit
(oligodendroglia), mikroglia, dan sel ependimal.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Otak
Pertumbuhan dan perkembangan bobit otak maupun bobit
relatifnya terhadap bobot tubuh dari bayi baru lahir (neonatus)
sampai dengan lansia. Menurut jenis kelamin (pria dan wanita)
kecepatan pertumbuhan otak dalam mencapai ukuran maksimal
dalam perjalanan usia. pada saat lahir bobot hanya 20% ukuran
maksimalnya, tetapi dengan pertumbuhan pesat pada awal
kehidupan, pada usia 2 tahun bobot otqk telah mencapai 80% ukuran
maksimalnya dan pada usia 2 tahun bobot otak telah mencapai 80%
ukuran maksimalnya dan pada usia 10-12 tahun hampir mencapai
ukuran maksimal tersebut. Walaupun demikian, bobot relatif otak
menurun sejalan dengan pertambahan usia. Hal ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan otak relatif lambat dibandingkan pertumbuhan
jaringan dan organ tubuh lainnya. Pada usia lanjut beberapa struktur
otak akan mengalami penyusutan volume, walaupun fenomena ini
tidak didapatkan pada seluruh struktur otak.
5. Macam – Macam Penyakit Oleh Gangguan Saraf
A. Alzheimer, menyerang sel-sel otak dan neurotransmitter.
Penderita penyakit ini biasanya akan mengalami gejala-gejala
berupa kesulitan mengingat sesuatu dan kehilangan
kemampuan untuk mengerjakan aktivitas seperti biasa. Ini
disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu.
B. Cerebral Palsy, Merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh
rusaknya sel saraf baik sejak sebelum, selama, atau setelah
kehamilan. Pasien cerebral palsy akan kesulitan dalam
mengendalikan otot, sehingga gerak tubuh, postur, dan tonus
ototnya ikut terganggu. Umumnya penyakit ini juga akan
menyebabkan seseorang mengalami gangguan penglihatan,
pendengaran, bicara, serta berpikir.
C. Meningitis, Radang selaput otak atau meningitis  diakibatkan
oleh terganggunya sistem saraf di sekitar otak dan sumsum
tulang belakang akibat infeksi jamur atau virus. Meningitis bisa
dialami bayi, anak-anak, maupun dewasa. Gejala yang umum
dirasakan oleh penderita adalah demam disertai menggingil,
perubahan kondisi mental (jadi linglung), leher kaku, sakit
kepala, mual dan muntah, serta sensitif terhadap cahaya.
D. Multiple Sclerosis, Termasuk salah satu penyakit saraf kronis
yang diakibatkan oleh rusaknya selubung pelindung yang
mengelilingi serabut saraf pada otak dan sumsum tulang
belakang. Nah, kerusakan ini akan menimbulkan luka yang
berakibat pada terganggunya aktivitas otak untuk mengirim
sinyal ke tubuh.
Penderita multiple sclerosis umumnya akan merasakan gejala-
gejala seperti kelelahan berlebih, kepala pusing, hilang
keseimbangan, gangguan penglihatan, kesemutan/mati rasa,
kejang dan kaku otot, sampai gangguan kognitif dan emosional.
E. Migraine, Sakit kepala atau migraine sebelah juga termasuk
salah satu penyakit saraf yang cukup sering terjadi. Kondisi ini
disebabkan oleh banyak hal, misalnya perubahan hormon,
faktor emosi, pola hidup yang buruk, sampai efek samping obat.
Gejala yang dirasakan biasanya berupa sakit kepala berdenyut
di satu sisi kepala bagian belakang. Meski bukan kondisi yang
serius, migraine perlu ditangani segera karena bisa memicu
kerusakan saraf otak dalam jangka panjang.
F. Kelumpuhan, Paralisis atau yang lebih umum disebut
kelumpuhan merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh
terganggunya otot dan sistem saraf akibat cedera atau penyakit
tertentu. Jenis penyakit lumpuh yang jamak ditemukan di
masyarakat adalah stroke, polio, dan bell’s palsy. Gejala
paralisis cukup mudah dikenali, yaitu ketidakmampuan
sebagian atau seluruh anggota tubuh untuk bergerak. Selain itu,
penderita juga umumnya akan mengalami kesulitan bernapas
karena otot-otot pernapasan yang ikut terganggu.

Anda mungkin juga menyukai