Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Gigi Tiruan Cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang melekat secara permanen
pada gigi asli, akar gigi atau implan yang merupakan pendukung utama dari gigi
tiruan dan menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang (The Glossary of
Prosthodontic Terms). Gigi tiruan cekat dapat berupa mahkota tiruan dan gigi tiruan
atau melapisi permukaan luar mahkota klinis gigi. Jembatan terdiri atas mahkota di
setiap ujungnya, yang disebut sebagai retainer. Retainer melekatkan jembatan pada
gigi asli yang masih ada yang disebut sebagai penyangga. Bagian yang menggantikan
gigi asli yang hilang disebut pontik. Pontik dihubungkan dengan retainer oleh
konektor dan disemenkan pada gigi penyangga yang telah di preparasi. Gigi tiruan
cekat dapat juga disebut Fixed Dental Prosthesis atau Fixed Partial Denture (FPD)
Bahan logam sangat kuat dan tahan terhadap tekanan, tetapi memiliki estetik
yang buruk. Logam penuh merupakan pilihan terbaik untuk diaplikasikan pada gigi
12
tiruan cekat posterior, bila retainer dan pontik tidak terlihat saat pasien tersenyum
ataupun bicara. Kelebihan bahan logam penuh, yaitu: sangat jarang terjadi fraktur,
pada pilihan logam), teknik pengecoran logam lebih mudah dan menghasilkan
2.1.2.2 Keramik-Logam
pada tahun 1950. Kekuatan dan ketahanan bahan logam dapat mendukung bahan
keramik yang rapuh namun estetis. Bahan keramik-logam merupakan pilihan paling
popular untuk mahkota dan jembatan, dikenal juga sebagai restorasi ceramometal,
logam merupakan pilihan bahan terbaik, bila dibutuhkan kekuatan dan estetis pada
gigi tiruan.
dapat meniru warna dan translusensi gigi asli. Gigi tiruan cekat keramik penuh,
memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban fungsional normal bila didesain
dan dibuat dengan tepat, tetapi akan pecah bila diberikan kekuatan berlebihan.
Kelebihan GTC keramik penuh, yaitu: memiliki tampilan yang lebih alami
penuh, yaitu: rentan terhadap fraktur dan hanya disarankan untuk gigi yang tidak
mengalami beban oklusal yang besar, seperti gigi insisivus lateral, celah yang
berlebih pada tepi GTC keramik penuh dapat meningkatkan resiko karies, bahan
keramik yang sangat keras dapat mengakibatkan keausan enamel gigi antagonis
2.2.1 Pengertian
Gigi tiruan cekat keramik-logam adalah restorasi yang terdiri dari substruktur
logam atau koping yang menutup struktur jaringan gigi yang dipreparasi dan
mendukung lapisan keramik yang berikatan secara mekanis dan kimia dengan koping
logam. Gigi tiruan cekat keramik-logam dapat digunakan pada gigi anterior maupun
2.2.2.1 Keuntungan
(Shillingburg dkk. 2012; Hatrick dkk. 2011; Gladwin dkk. 2009; Anusavice 2004):
- Memiliki kekuatan dan ketahanan cukup besar untuk menahan beban pengunyahan
- Biokompatibel
2.2.2.2 Kerugian
- Bahan keramik sangat keras sehingga dapat mengauskan enamel gigi antagonis
2.2.3 Komponen-Komponen
Gigi tiruan cekat keramik-logam terdiri dari dua komponen utama, yaitu
koping logam dan lapisan porselen yang membentuk keramik (Gambar 2.1).
A B C
porselen dan berlekatan secara mekanis dan kimia untuk membentuk GTC keramik-
yang semakin besar diantara kedua bahan, akan semakin memperkecil masalah yang
10¯6 /ºC. Logam dan porselen harus memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai,
yaitu antara 0.5-1 x 10¯6/ºC, sehingga keramik hanya mengalami sedikit tekanan
selama proses pendinginan. Koping logam harus memiliki ketebalan optimal untuk
mencegah terjadi distorsi pada waktu proses pembakaran. Ketebalan koping logam
antara 0.2-0.7 mm, untuk kekuatan dan kekakuan yang baik, tergantung jenis logam
yang dipakai dan ketebalan preparasi gigi yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik
(Shillingburg dkk. 2012, Lopes dkk. 2009, Prado dkk. 2005, Anusavice dkk. 2004).
magnesium, kalium, natrium, timah, titanium dan zirkonia) dan bahan non logam
(seperti silikon, boron, fluorin dan oksigen), dikenal juga dengan istilah porselen,
yang sejak lama telah digunakan untuk menggantikan gigi. Keramik terdiri dari
feldspar, quartz, kaolin dan dibakar pada temperatur tinggi (Hatrick dkk. 2011).
meniru tampilan gigi asli, melebur pada temperatur yang relatif lebih rendah dari
logam, memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai dengan logam (sekitar 12-
rongga mulut dan tidak menyebabkan abrasi gigi antagonis (Powers dkk. 2006).
Keramik termasuk bahan yang sangat rapuh, tetapi jika indikasinya sesuai, bahan ini
Keramik gigi tersedia dalam bentuk bubuk halus yang dicampur dengan likuid
Komposisi porselen dental berbeda dengan barang pecah belah dari tanah
liat atau porselen rumah tangga dalam kandungan feldspar, kaolin, dan quartz
Gambar 2.2. Komposisi bahan keramik berdasarkan feldspar, kaolin dan quartz.
Sumber: Van Noort R 2007, Introduction to dental materials, Mosby
Elsevier, ed. 3, hal. 240.
Tabel 2.2. Komposisi (wt.%) porselen dental dan rumah tangga (berbeda dalam kandungan feldspar
dan kaolin) .
Sumber: Fraunhofer JA 2010, Dental materials at a glance, Wiley-Blackwell, ed. 1, hal.38.
Dental Dekorasi
Feldspar 81 15
Quartz 15 14
Kaolin 4 70
Pigmen logam <1 1
Tampilan Translusen Opak
sehingga tidak dapat bersatu dengan koping logam yang memiliki koefisien ekspansi
termal lebih tinggi (12-14 x 10-6 /0K), oleh karena itu perlu dilakukan penambahan
koefisien ekspansi termal 20-25 × 10-6 /°K, sehingga koefisien ekspansi termal
lapisan keramik meningkat, dan dapat bersatu dengan koping logam pada saat
pembakaran.
membentuk fase kaca (glassy) dengan struktur yang amorphous, dan fase kristalin
(mineral) yang mengandung leucite (KAlSi2O6 atau K2O). Struktur kristalin leucite
adalah tetragonal (Gambar 2.3 dan 2.4) (Powers JM dan Sakaguchi RL 2006).
a. Lapisan Opak
logam dan mempunyai dua fungsi utama, yaitu: menutupi warna logam dan
oksida logam dalam jumlah lebih besar daripada lapisan dentin,dan enamel. Oksida
logam dalam porselen opak diperkirakan berperan sangat penting untuk perlekatan
keramik-logam (Wood MC 2007). Saat porselen diaplikasikan pada logam dan kedua
bahan dibakar bersama, porselen akan menyatu secara kimia dengan oksida pada
logam, membentuk ikatan kuat. Porselen opak harus dapat membasahi permukaan
logam saat pembakaran untuk mendapatkan ikatan kimia yang baik antara permukaan
keramik-logam. Koefisien ekspansi termal porselen harus sesuai dengan logam, untuk
sehingga sesuai dengan logam. Oksida sodium dan potassium pada porselen opak
logam, hingga rentang 930 ºC - 980 ºC, sehingga mengurangi kemungkinan terjadi
distorsi logam. Porselen opak juga mengandung oksida titanium, zirconium, barium,
timah dan cerium untuk membantu menutupi warna logam. Porselen opak harus dapat
menutupi koping logam tanpa ketebalan yang berlebih. Ketebalan lapisan opak
berkisar antara 0,1 - 0,3 mm (Shillingburg dkk. 2012; Power, dkk. 2006; Rosenstiel
dkk. 2004). Sinamo S (2015) menyatakan bahwa ketebalan lapisan opak 0,2 mm
keramik-logam dengan shade guide. Barghi dkk (dikutip dari Hadi dkk. 2016)
menyatakan bahwa ketebalan minimum opak untuk melapisi warna logam adalah 0,3
mm. Barghi menunjukkan bahwa ketebalan opak 0,2 mm sesuai untuk porselen
Ceramco, tetapi ketebalan opak 0,3 sangat dibutuhkan untuk porselen Vita.
Oksida
logam
Porselen
opak
Porselen
body
b. Lapisan Dentin
Lapisan dentin dibakar diatas lapisan opak, lebih translusen dan berfungsi
memberikan bentuk dan warna restorasi. Pemilihan porselen dentin didasarkan pada
sifat estetisnya. Porselen dentin mengandung silika dalam jumlah besar dan oksida
logam dalam jumlah kecil, sehingga dapat memberikan translusensi dan merupakan
penentu warna utama pada restorasi keramik-logam (Tabel 2.3). Kemampuan lapisan
porselen menutup warna logam di samping tergantung jumlah dan ukuran partikel
opak, juga sangat dipengaruhi jumlah partikel pigmen dentin dan kemampuannya
c. Lapisan Enamel
membentuk bagian luar mahkota. Porselen enamel tidak memiliki pigmen dan oksida
logam, sehingga lebih translusen jika dibandingkan dengan lapisan dentin, karena itu
warna yang diterima restorasi secara signifikan dipengaruhi warna porselen dentin
2.3.1 Pengertian
sebagai gaya yang mengikat dua bahan yang tidak sama jenis untuk saling berkontak
rapat (Van Noort 2007). Persyaratan utama ikatan adalah dua bahan harus saling
berkontak rapat. Substansi yang mengikat kedua bahan disebut sebagai adhesif, dan
permukaan kedua bahan disebut sebagai substrat, tempat dimana substrat bertemu
menyatukan keramik dan logam dengan kuat. Untuk kebanyakan logam, oksida pada
permukaan logam memicu ikatan kimia dengan keramik (Gambar 2.7). komposisi
dan ketebalan oksida logam penting untuk keberhasilan jangka panjang ikatan dengan
Gambar 2.7.
2. Ikatan keramik-logam dimediasi
imediasi oleh lapisan tipis oksida
perekat yang terbentuk pada logam.
Sumber: Powers JM & Wataha JC 2008, Dental materials:
properties and manipulation,, Mosby Elsevier, ed. 9, hal. 248.
antara molekul adhesif dan substrat. Bila dua zat berkontak erat satu sama lain,
molekul-molekul
molekul dari satu zat berlekatan
berleka atau ditarik ke molekul dari zat lainnya.
lainn
Studi mengenai seluruh fase pembakaran keramik pada struktur logam menunjukkan
sistem perlekatan yang kompleks. Perlekatan antara lapisan keramik dan struktur
KIMIA MEKANIS
Kontak
oksida
kompresi
Ikatan kuat antara suatu zat dengan yang lain dapat juga terjadi melalui
Perlekatan mekanis, bukan oleh gaya tarik menarik molekul. Bentuk perlekatan ini
terjadi karena adanya ketidakteraturan permukaan, seperti celah dan porus yang
menimbulkan undercut mikroskopis pada suatu zat. Kondisi yang terjadi pada bentuk
perlekatan ini adalah, adhesif dapat penetrasi ke dalam celah sebelum mulai
mengeras. Udara atau uap air di dalam celah harus keluar, untuk meningkatkan
kontak. Adhesif akan terkunci di dalam undercut bila dapat penetrasi kedalam celah
dalam permukaan logam yang kasar, menghasilkan peningkatan ikatan (Gambar 2.9).
antar permukaan keramik-logam dan dapat memicu fraktur pada keramik. Ketidak
keramik tidak dapat penetrasi ke dalam permukaan karena terbentuk gelembung pada
antar permukaan. Keadaan ini bisa terjadi bila keramik tidak membasahi logam
secara sempurna atau bila keramik tidak dibakar secara tepat. Kekasaran permukaan
dari koping logam dapat dihasilkan dari abrasi alumina atau dengan grinding.
dari atom normalnya dibagikan seimbang di sekitar nukleus dan menghasilkan medan
meda
muatannya menjadi terkadang positif dan negatif, kemudian dihasilkan kedua kutub
yang berubah-ubah,
ubah, yang akan menarik dua kutub serupa
serupa lainnya (gambar 2.10).
Gaya ini berperan dalam perlekatan, tetapi hanya berperan kecil, tidak begitu
signifikan
nifikan seperti yang di perkirakan. Atraksi molekul signifikan dalam memicu
termal, atau kontraksi termal yang kecil akan menyebabkan porselen tertekan kearah
koping logam ketika restorasi mendingin setelah pembakaran (Gambar 2.11). Logam
pembakaran ke suhu kamar, karena itu ekspansinya harus lebih tinggi dari porselen
dan kontraksinya akan lebih cepat, sehingga logam cenderung menyusut lebih cepat
daripada porselen dan porselen akan mengalami tekanan kearah logam dan
yang lebih tinggi dari logam, akan menyebabkan keramik berada dalam tegangan,
bahan rapuh yang jauh lebih tahan terhadap kompresi daripada tegangan, dan
tegangan tarik sisa pada keramik harus dihindari untuk mencegah fraktur restorasi.
10¯6/ºC. Penyusutan setelah pembakaran dan kontraksi termal lapisan porselen yang
sedikit lebih kecil dari logam, menghasilkan gaya kompresi yang membuat keramik
berikatan kuat dengan struktur logam (Lopes dkk. 2009, Schweitzer dkk. 2005;
Darvel BW 2010).
Gambar 2.11. L
Lapisan porselen berada dibawah kompresi
Setelah proses pendinginan
Sumber: Darvell BW 2000, Dental materials
science, ed.6, hal. 483.
Shin 2014). Perlekatan kimia merupakan hasil difusi atom dari unsur
nsur-unsur logam
dengan unsur keramik. Ikatan kimia ditandai dengan pembentukan lapisan oksida
pembakaran. Unsur-unsur
unsur dalam logam, bermigrasi ke permukaan membentuk
oksida saat dibakar, selanjutnya berikatan dengan oksida yang terdapat dalam lapisan
porselen opak (Giannarachis dkk. 2013). Bentuk ikatan kimia memiliki beberapa
mulia, terlihat bahwa indium atau timah bermigrasi ke permukaan aloi logam mulia
pembakaran. Bukti lebih lanjut dari ikatan kimia adalah pembersihan permukaan
logam dengan asam hidrofluorida, dapat mengurangi kekuatan lekat, hal ini
porselen dibakar pada permukaan logam yang terdapat lapisan oksida, oksigen
jumlah rantai oksigen dan kemudian meningkatkan penyaringan kation pada antar
permukaan. Bila porselen tidak terlarut dengan oksida, porselen akan melarutkan
kemudian menjadi terlarut dengan oksida. Komposisi porselen tetap konstan dan
menghasilkan keseimbangan energi ikatan dan ikatan kimia. Pemisahan porselen dari
koping atau karena lapisan oksida yang berlebih (Shillingburg dkk. 2012).
Berbagi elektron antara dua atom pada ikatan kimia, merupakan hal yang
membedakannya dengan interaksi fisik. Terdapat tiga bentuk dasar ikatan kimia,
yaitu:
a. Ikatan Ionik
Ikatan ionik adalah jenis ikatan kimia sederhana, yang terjadi bila elektron
salah satu atom dilepas dan dilekatkan pada atom lain menghasilkan ion positif dan
negatif yang dapat saling tarik menarik (Gambar 2.12). Persyaratan utama ikatan
ionik adalah jumlah muatan positif harus sama dengan muatan negatif. Keramik
adalah bahan yang atomnya terikat secara ionik. Keramik merupakan campuran
senyawa logam dan non logam, namun keramik tidak mengandung sejumlah besar
elektron bebas. elektronnya dipindahkan dari satu atom ke atom lainnya, untuk
menghasilkan ikatan ionik. Ikatan ionik menghasilkan bahan keramik yang relatif
stabil dan diperlukan suhu yang sangat tinggi untuk mencairkannya. Kestabilan bahan
keramik, membuat keramik disebut insulator yang baik. Kurangnya elektron bebas
b. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antar atom dan ikatan ini terjadi
pada beberapa senyawa organik. Ikatan kovalen antara dua atom merupakan hasil
c. Ikatan Logam
Materi bahan juga dapat diikat dengan interaksi atomik primer yang disebut
sebagai ikatan logam. Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya
tarik-menarik antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari
Salah satu karakteristik logam adalah kemampuannya menghantar panas dan listrik.
Sifat menghantar energi ini dihubungkan dengan gerak elektron-elektron bebas yang
misalnya perlekatan antara gigi tiruan dengan saliva serta antara saliva dengan
jaringan lunak mulut. Pemahaman tentang prinsip dasar yang berhubungan dengan
gejala perlekatan adalah penting bagi dokter gigi. Beberapa faktor telah dikenal
sebagai pembentuk ikatan yang baik antara porselen dengan logam, antara lain:
2.3.3.1 Pembasahan
terlepas dari sehalus apa kelihatannya permukaan itu, permukaan tersebut cenderung
kasar bila dilihat dengan skala atom atau molekul. Satu metode untuk memecahkan
kesulitan ini adalah menggunakan cairan yang mengalir kedalam ketidakteraturan itu,
sehingga memberikan kontak permukaan yang lebih besar pada benda padat tersebut.
Cairan harus mudah mengalir menutupi seluruh permukaan dan melekat pada benda
padat. Karakteristik ini disebut pembasahan. Kemudahan mengalir dari bahan perekat
juga mempengaruhi luas terisinya pori-pori atau ketidakteraturan. Bila cairan tidak
membasahi permukaan benda yang akan direkatkan, perlekatan antara cairan dan
benda tersebut tidak akan berarti atau tidak terjadi. Bila benar-benar terdapat
cairan untuk menyebar diberikan oleh pembasahan pada permukaan padat (Anusavice
2004).
permukaan. Selapis air yang hanya setebal satu molekul pada permukaan benda padat
dapat menurunkan energi permukaan dan mencegah proses pembasahan oleh bahan
temperatur pembakaran porselen opak 20° C lebih tinggi dari temperatur yang
2005). Keramik harus membasahi dan menyatu pada permukaan logam tanpa ada
celah. Pembasahan porselen pada permukaan logam dikatakan baik bila sudut kontak
dari porselen yang mengalir saat dibakar pada logam memiliki nilai rendah.
Bila bahan padat dan cair berkontak, sudut antara permukaan cair dan
permukaan padat dikenal sebagai sudut kontak. Sudut kontak adalah sudut yang
dibentuk oleh bahan perekat dengan benda yang akan direkatkan (adherend) pada
antar permukaannya. Semakin kecil sudut kontak antara bahan perekat dengan
didapatkan dengan pengukuran sudut kontak antara bahan padat dan cair (Gambar
2.17). Pembasahan yang sempurna, dimana terjadi perlekatan yang ideal, sudut
kontak harus 0º. Permukaan ditutupi dengan sempurna oleh adhesif pada keadaan ini
sehingga didapatkan kekuatan ikatan yang maksimal. Penelitian O’brien dan Ryge
(dikutip dari Rosenstiel dkk. 2004) menyatakan bahwa pembasahan yang sempurna
Gambar 2.16.
2.1 . Ukuran sudut kontak menunjukkan kemampuan pembasahan
Permukaan
Sumber: Gladwin dkk. 2009. Clinical aspects of dental
materials:Theory, practice, and cases, ed. 3, hal. 33.
menghasilkan ikatan yang kuat. Ikatan ini dibentuk pada saat proses pembakaran
keramik, dimana keramik dibakar dengan temperatur tinggi sehingga dapat mengalir
m
dan menyatu dengan oksida pada permukaan logam karena migrasi oksida ke dalam
keramik. Ikatan keramik dan logam merupakan hasil difusi elemen antara oksida
permukaan logam yangg dibasahi oleh porselen, memberikan lapisan transisi yang
Berbagai opini timbul, bagaimana oksida berinteraksi dengan porselen selama siklus
alami dan menghasilkan zona interaksi yang bertanggung jawab dalam pembentukan
ikatan. Difusi atom-atom logam dan porselen ke dalam oksida diketahui dan
dijadikan sebagai bukti adanya ikatan kimia. Tidak adanya lapisan oksida dapat
Atom logam dasar seperti nikel, kromium, dan berilium, membentuk oksida
dengan mudah selama proses oksidasi logam, dan harus diperhatikan untuk
oksida yang tebal ditemukan pada jumlah pembakaran yang bertambah. Ketebalan
Lapisan oksida meningkat signifikan setelah tahap pembakaran porselen (Rokni dan
logam dengan alumina atau meletakkan dalam asam hydrofluoric untuk mengurangi
Permukaan yang berhadapan harus saling tarik menarik satu sama lain agar
terjadi perlekatan dan keadaan ini dapat terjadi tanpa mempertimbangkan wujud
padat, cair, atau gas dari kedua permukaan. Energi pada permukaan benda padat lebih
besar daripada di dalamnya. Energi Pada permukaan lebih besar karena kebanyakan
atom-atom di bagian luar tidak saling tarik menarik dalam semua arah secara
seragam.
2.3.3.5 Viskositas
Keramik tidak hanya harus berkontak rapat dengan logam untuk efektifitas
perlekatan, tetapi juga harus dapat menyebar dengan mudah, namun tidak boleh
terlalu mudah sehingga tidak dapat dikontrol. Kemampuan cairan untuk mengisi
cairan pada permukaan padat diberikan oleh pembasahan, dan gaya ini ditahan oleh
viskositas cairan. Viskositas cairan tidak boleh terlalu tinggi, karena akan
menghambat cairan untuk mengalir dengan mudah pada permukaan padat dan
Viskositas bahan adalah kemampuan untuk mengalir. Cairan yang kental akan
sulit untuk mengalir, sementara cairan yang encer akan lebih mudah mengalir dan
Gaya adhesif terjadi bila molekul zat yang tidak sama saling bertarikan.
logam. Tipe kegagalan ini terjadi bila permukaan logam tidak di oksidasi sebelum
pembakaran keramik atau bila oksida yang terbentuk tidak cukup, hal ini mungkin
oksida logam pada permukaan logam. Tipe fraktur ini adalah yang paling sering
Tipe kegagalan ini merupakan fraktur pada antar permukaan, dimana oksida
terlepas dari permukaan logam dan tetap berikatan dengan lapisan porselen.
Pemisahan ini terjadi pada logam non mulia bila terjadi pembentukan oksida Ni-Cr
yang berlebihan.
Gaya kohesi terjadi, bila molekul zat yang sama saling bertarikan. Bentuk
Tipe kegagalan ini terjadi pada antar permukaan yang juga ditimbulkan bila
Tipe kegagalan ini bukan karakteristik fraktur sistem keramik-logam, hal ini
Kegagalan ini merupakan tipe fraktur yang terjadi pada massa keramik. Pada
kondisi ini, kekuatan perlekatan daripada porselen lebih tinggi. Keadaan ini ideal
karena lapisan oksida memiliki ketebalan beberapa mikron untuk membentuk larutan
padat dengan massa keramik. Tipe kegagalan ini paling sering terjadi pada logam
emas mulia.
kekuatan lekat, termasuk desain restorasi, yaitu bentuk dan ketebalan restorasi
(Rayyan 2014, Al Amri & Hammad 2012, Powers & Sakaguchi 2006). Faktor-faktor
antara lain: tipe logam, surface treatment logam, teknik aplikasi dan proses
pembakaran porselen (Rayyan 2014; Al Amri dkk. 2012; Rosenstiel 2004; Prabhu
dkk. 2003). Faktor-faktor dari proses pembakaran porselen yang dapat mempengaruhi
kualitas perlekatan, antara lain: temperatur, waktu, ( Al Amri dkk. 2012; Prabhu dkk.
2003; Cheung dkk. 2002) tekanan atmosfer (Gupta dkk. 2011; Pagnano dkk. 2009)
dan jumlah siklus pembakaran (Sayed 2015; Jalali dkk. 2015; Rayyan 2014;
Tuncdemir dkk. 2013; Prakash dkk. 2012; Zakaria dkk. 2003; Mutawa dkk. 2000).
logam. Desain koping logam memiliki peran penting pada keberhasilan atau
kompresi dengan mendukung daerah insisal, oklusal, dan daerah marjinal. Tanpa
Ketebalan minimum porselen adalah 0.7 mm, dan ketebalan yang diharapkan adalah
1.0 – 1.5 mm. Perluasan lebih dari 2.0 mm akan rentan terhadap fraktur. Meskipun
perluasan tidak terkena gaya oklusal, hal ini akan tetap rentan terhadap kegagalan
prematur karena tekanan yang terjadi pada porselen yang sangat tebal selama
b. Ketebalan Logam
koping. Logam tidak boleh lentur selama pemasangan atau dibawah tekanan oklusal
terjadinya retak. Logam harus cukup keras dan desain koping harus memiliki
Untuk kekuatan dan kekakuan, koping logam mulia sedikitnya harus memiliki
ketebalan 0.3 – 0.5 mm. Aloi logam dasar dengan temperatur peleburan yang
ditinggikan mungkin lebih tipis sekitar 0.2 mm. Ketebalan koping bervariasi,
bergantung pada bentuk preparasi. Nilai ini hanya ketebalan minimum untuk berbagai
sistem aloi.
c. Dukungan Porselen
Kontur lapisan
san porselen yang cembung dan rata dapat mendistribusikan
tekanan lebih baik. Sudut yang tajam dan undercut harus dihilangkan. Pertemuan
porselen dengan logam harus berada pada sudut yang tepat untuk menghindari fraktur
Untuk
ntuk membangun ketebalan porselen yang sama, logam harus di kontur
daripada gaya tarik. Contoh dari pertimbangan ini adalah menghindari perluasan
pendukung dibawah cusp fasial premolar atau molar maksila (Gambar 2.18).
2.18)
A B
Bila koping didesain untuk menempati kontak oklusal pada permukaan logam
yang tidak dilapis, lokasinya dan daerah yang dilapisi keramik dapat lebih dikontrol
dengan tepat, sehingga menghasilkan keausan yang sedikit pada gigi antagonis. Studi
dan pengalaman klinis mencatat bahwa sifat abrasi porselen dental dan efek merusak
pada enamel sangat tinggi. Karena itu bila memungkinkan kontak oklusal harus
terjadi pada logam, jauh dari garis pertemuan keramik-logam. Kontak di dekat
diletakkan 1.0 mm dari kontak oklusal pada posisi maksimum interkuspasi. Bila
ditempatkan terlalu dekat dengan tepi insisal. Translusensi insisal akan terganggu,
dan kemungkinan terjadi fraktur akan meningkat karena porselen tidak lagi didukung
oleh logam. Bila diberikan gaya oklusal, porselen akan berada pada tegangan, kondisi
Idealnya, lebar metal collar pada lingual sedikitnya 3.0 mm. Metal collar
yang kecil ini seharusnya tidak mengganggu estetis, namun, pelapisan porselen
seluruh daerah lingual menjadi semakin popular. Dokter gigi harus menyadari dengan
melapisi seluruh daerah lingual dengan porselen, harus ada pembuangan gigi yang
lebih banyak. Preparasi daerah lingual adalah 1.3 – 1.5 mm dengan beveled shoulder
porselen. Kontak proksimal untuk gigi anterior harus pada porselen, dimana dokter
gigi harus memfasilitasi selama preparasi gigi dengan pembuangan yang cukup di
translusensi.
A B
e. Tepi Fasial
logam adalah metal collar yang sempit. Finish line fasial sering ditempatkan
metal band dan kegagalan estetis metal collar konvensional, memicu penggunaan
tepi fasial keramik penuh, yang dapat dibuat dengan akhiran servikal gingiva atau
supragingiva. Desain porselen yang menutupi tepi logam menjadi popular. Tekniker
mulai menambahkan porselen untuk menutupi collar. Untuk memfasilitasi desain ini,
finish line yang dibutuhkan adalah heavy chamfer atau shoulder bevel dengan koping
logam meluas ke tepi cavosurfaces dan ketebalan logam dibuat menipis seminimal
mungkin. Porselen meluas menutupi logam. Penggunaan porselen low fusing dan
kombinasi modern porselen opak-dentin dengan keahlian yang baik, desain ini dapat
dibuat dengan kontur, adaptasi marjinal dan hasil estetis yang baik.
Desain marjin seperti ini membutuhkan bahan dan teknik yang cukup baik.
Masalah dapat timbul, seperti: distorsi logam selama pembakaran, koping yang dibuat
sangat tipis akan membuat logam menjadi lentur dan menyebabkan fraktur porselen,
kekasaran pada daerah marjin karena adanya porselen, logam yang tipis tidak dapat di
polish, sehingga keputusan untuk menggunakan desain porselen yang menutupi tepi
2.3.5.2Faktor-Faktor di Laboratorium
GTC keramik-logam, antara lain: jenis logam, surface treatment logam, teknik
aplikasi dan proses pembakaran porselen (Rayyan 2014; Al amri dkk. 2012;
bentuk aloi. Aloi adalah bahan yang memiliki bahan dasar dua atau lebih logam,
ekspansi termal keramik dan logam harus kompatibel untuk mencegah retak pada
termal dan komposisi logam sangat mempengaruhi perlekatan antara logam dengan
keramik (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosenstiel dkk.
palladium). Logam ini memiliki kandungan logam noble lebih besar dari 60 %
dan 40 % emas. Koefisien ekspansi termal emas sangat tinggi (14 x 10-6 0C),
sedangkan koefisien ekspansi panas porselen sangat rendah (2-4 x 10-6 0C),
sedangkan porselen yang akan melekat dengan koping logam harus mempunyai
logam dengan bahan logam emas telah digunakan secara luas karena restorasi
yang dihasilkan memiliki nilai estetis yang natural, ketahanan dan adaptasi tepi
logam sangat baik. Aloi emas paling sering digunakan diantara aloi logam mulia,
lebih lunak jika dibandingkan dengan logam lainnya sehingga waktu pengerjaan
di laboratorium lebih cepat, ketahanan terhadap korosi baik, namun karena harga
logam emas yang terus meningkat memicu harga pembuatan yang lebih tinggi,
sehingga perhatian terhadap bahan logam lain untuk menggantikan logam emas
mulai meningkat.
noble. Logam ini cenderung lebih murah dibandingkan dengan logam emas,
memiliki koefisien ekspansi termal yang lebih tinggi daripada aloi konvensional
keramik-logam, dan ini dapat mempengaruhi perlekatan antara aloi dan porselen
chromium dan gold, menyatakan bahwa aloi Ni-Cr memiliki perlekatan keramik-
logam paling kuat dibandingkan dengan aloi emas, namun kekuatan lekat
kobalt-kromium, titanium). Logam ini terdiri dari < 25 % logam noble. Logam
ini memiliki kekerasan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan logam noble
dan harganya lebih murah. Kekuatan untuk menahan korosi sangat tergantung
pada sifat kimianya, oleh karena itu logam ini sebaiknya dioksidasi untuk
2004). Qiu dkk. (2011), meneliti ketahanan korosi aloi Co-Cr dan Ni-Cr sebelum
juga dapat merubah sifat korosi aloi. Hasil penelitian menyatakan bahwa aloi Co-
Cr memiliki ketahanan korosi lebih tinggi daripada aloi Ni-Cr. Jassim (2013),
mengevaluasi kekuatan lekat aloi Co-Cr dan Ni-Cr terhadap porselen. Hasil
temperatur 960 °C – 980 °C sesuai instruksi pabrik. Lapisan oksida menyebarkan dan
berfungsi untuk menyatukan logam dengan lapisan porselen pada saat siklus
Au-Pt (Zn) 1045 - 1140 18.4 420/270 175/195 Mahkota logam penuh
dan keramik logam
Au-Pd (Ag) 1160 - 1260 14.6 365/385 255/280 Mahkota logam penuh
dan keramik logam
Au-Cu-Ag 910 - 1065 15.6 270/400 135/195 Mahkota logam penuh
Mulia
Permukaan koping yang akan dilapis porselen harus diselesaikan dengan baik
untuk mendapatkan ikatan yang kuat dan restorasi yang estetis. Ketidakteraturan
menghasilkan goresan yang teratur dalam satu arah untuk mengurangi kemungkinan
terjebaknya gas selama siklus pembakaran awal. Rongga yang terdapat pada tuangan
menimbulkan retak pada porselen. Daerah disekitar rongga sering sangat tipis, dan
tuangan mungkin tidak memiliki ketahanan yang cukup terhadap gaya oklusal.
ataupun sisa bahan tanam, yang jelas merupakan hambatan untuk terpasang, harus
dibuang. Tuangan ditempatkan pada die dengan hati-hati tanpa memaksa. Daerah
dengan bur. Memaksa tuangan saat pemasangan, akan menghasilkan tuangan yang
sesuai dengan die tetapi tidak pada gigi yang di preparasi. Mengidentifikasi daerah
yang menghambat secara intra oral akan lebih sulit dan butuh banyak waktu daripada
Terjebaknya udara di bawah porselen opak, berpotensial lebih besar pada permukaan
kasar daripada permukaan halus, karena itu lebih sulit untuk mendapatkan kontak
rapat antara partikel porselen pada permukaan logam yang kasar. Hal ini dapat terjadi
bila logam tidak dibasahi dengan sempurna oleh porselen ataupun bila porselen tidak
berperan penting dalam perlekatan keramik. Ikatan mekanis terjadi bila keramik
lebih besar dimana perlekatan kimia dapat dibentuk. Lapisan oksida yang terbentuk
pada permukaan logam selama pengecoran harus dibuang dengan abrasi asam atau
yang maksimal. Instruksi pembuatan aloi harus diikuti, karena perlekatan bergantung
pada kontrol ketebalan lapisan oksida logam. Penelitian terdahulu menemukan bahwa
tidak ada efek kekasaran permukaan pada ketahanan antar permukaan terhadap gaya
keramik-logam.
Sprue dibuang dengan carborundum disk, dan harus digunakan bur yang
bersih dan tidak terkontaminasi untuk menyelesaikan daerah yang akan dilapis
porselen. Alat yang telah digunakan sebelumnya pada logam akan mengkontaminasi
tuangan dilakukan dengan instrumen rotary. Instrumen yang paling sering digunakan
untuk mengurangi ketebalan logam adalah bur batu abrasive dan bur carbide.
Idealnya bur batu terbuat dari aluminous oxide, dan menyatu dengan partikel abrasive
secara bersama-sama.
ultrasonik selama 20 menit. Aloi juga dapat dibersihkan dengan menggunakan abrasif
udara dengan partikel alumina (50 µm) dilanjutkan dengan pembersihan ultrasonik
dalam air suling selama 10 menit. Sandblasting memiliki manfaat tambahan dengan
dan dapat membantu pembasahan keramik pada permukaan logam (Shillingburg dkk.
a. Jenis Porselen
Jenis porselen, seperti Vita Omega, Vita VMK, Duceram, Shofu Vintage, dan
lainnya. Jenis porselen yang berbeda menghasilkan kekuatan lekat yang berbeda.
Neto AJF dkk. (2006) meneliti perbedaan kekuatan lekat yang dihasilkan oleh tiga
jenis porselen yang berbeda (Vita VMK, Williams dan Duceram) dengan aloi Ni-Cr
dan Co-Cr-Ti. Temperatur pembakaran porselen opak untuk Vita VMK dan Williams
980 ºC dan Duceram 990 ºC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa porselen Duceram
lainnya.
instruksi pabrik. Porselen gigi biasa tersedia dari pabrikan dalam bentuk bubuk, yang
Campuran ini kemudian digunakan untuk membuat restorasi sesuai bentuk yang
khusus telah digunakan selama beberapa dekade (O’Brien 2008). Pada teknik ini,
setelah substrat aloi dibersihkan dan di oksidasi, porselen opak, dentin, enamel
permukaan restorasi, fungsi, bentuk dan kualitas restorasi lebih mudah didapatkan.
konvensional dan PoM melebihi standar minimum ISO 25 MPa. Secara umum tidak
d. Teknik Kondensasi
Kondensasi keramik gigi diartikan sebagai suatu proses dimana keramik gigi
jarak antara partikel-partikel porselen dan menghilangkan sejumlah besar cairan dari
pasta porselen. Pengurangan jarak antara partikel akan menghasilkan kepadatan yang
terjadinya distorsi dan retak juga dapat dicegah melalui rendahnya penyusutan setelah
utama dalam proses kondensasi porselen, dan porselen tidak boleh dibiarkan kering
proses kondensasi, cairan melewati celah antar partikel yang diameternya terus
akan mengalir bersama-sama dan cenderung menyatu lebih baik saat air dikeluarkan.
Partikel porselen yang lebih kecil ditarik antara butir-butir yang lebih besar, sehingga
kondensasi tidak bisa didapatkan, bila ukuran partikel terlalu besar atau bila partikel
bergantung pada viskositas massa. Viskositas yang tinggi akan menyebabkan udara
mempengaruhi terjadinya retakan dan distorsi porselen dentin. Ada tiga teknik
Metode ini sangat berguna untuk membuang kelebihan air pada saat pelapisan
porselen. Vibration method dapat secara manual maupun dengan alat ultrasonik.
karena mempunyai kontrol yang lebih baik pada saat proses pelapisan setiap lapisan
porselen. Getaran yang berlebihan juga harus dihindari karena dapat dengan mudah
melepaskan lapisan porselen yang dibangun, detail permukaan juga akan hilang.
2. Spatulation Technique
dan menghaluskan porselen yang masih basah. Aksi penghalusan akan membawa air
3. Brush Technique
yang diletakkan dengan bantuan brush di sisi yang berlawanan dengan adonan
porselen yang basah. Partikel yang basah akan terdorong dan saling melekat sewaktu
pembakaran pada temperatur yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan ikatan antar
partikel dan difusi yang cukup guna menaikkan kepadatan struktur (Manappallil JJ
bubuk mengalir dan saling menyatu, membuat restorasi padat dan kuat (Gambar
berjalan dengan tuntas selama proses pembuatan semula, oleh karena itu tujuan
membentuk suatu restorasi. Beberapa reaksi kimia terjadi selama waktu pembakaran
yang panjang atau pembakaran multipel. Reaksi yang paling penting adalah
perubahan yang terlihat pada kandungan leucite dari porselen yang didesain untuk
pemuaian yang tinggi atau kontraksi tinggi, dimana volume matriks kacanya sangat
leucite dapat menyebabkan terbentuknya koefisien kontraksi termal yang tidak sama
yang dapat menyebabkan terjadinya pembentukan retak pada porselen. Keadaan yang
Partikel-partikel mulai melunak dan saling menyatu hanya berupa titik kontak dan
porositas sebenarnya tidak berubah. Karena porositas yang hampir tidak berubah,
Pada pemanasan lebih lanjut, terjadi kohesi yang lebih besar diantara partikel-
partikel (partikel menyatu). Terjadi aliran cairan kental yang lebih lagi dan mengisi
rongga udara dibawah pengaruh tegangan permukaan dan udara dikeluarkan dari
Porositas menurun pada tahap ini dan terdapat penyusutan yang nyata. Akhirnya,
dan tidak terjadi penyusutan lebih lanjut. Porositas telah berkurang menjadi sedikit.
Permukaan porselen menjadi halus dan cukup kuat untuk dikoreksi dengan grinding
d. Glazing
dengan terjadinya aliran kaca pada permukaan keramik. Tujuan glazing adalah:
Gambar 2.20.
2.2 Tujuan pembakaran adalah menghasilkan suatu
massa yang kontinu, bebas pori.
Sumber: Darvell BW 2000, Dental materials
science, ed.6, hal. 477.
(cooling) (Powers
Powers JM dan Sakaguchi RL 2006; Manappallil JJ 2003; Anusavice
muffle darii tungku yang sudah dipanaskan, sehingga memungkinkan sisa uap air
yang cukup hangat akan menghasilkan produksi uap yang cepat, sehingga timbul
lubang-lubang atau fraktur pada sebagian besar lapisan. Setelah pra pemanasan kira-
b. Pembakaran / Sintering
atau dengan temperatur yang dikontrol oleh operator. Pada metode pertama,
temperatur tungku dinaikkan dengan laju konstan hingga tercapai temperatur tertentu.
Pada metode kedua, temperatur dinaikkan dengan laju yang ditentukan hingga
tercapai tingkat tertentu, setelah itu temperatur dipertahankan hingga reaksi yang
karena itu pemanasan yang terlalu cepat mengakibatkan penyatuan yang berlebihan
pada lapisan luar sebelum bagian dalam dibakar dengan sempurna. Saat temperatur
yang bertanggung jawab dalam menyatukan porselen untuk membentuk massa yang
kontinu. Proses sintering dapat dikendalikan dengan waktu dan temperatur yang
tepat. Pada temperatur pembakaran awal, lubang kosong akan diisi oleh udara tungku
dan sewaktu sintering dari partikel dimulai, partikel-partikel porselen saling berikatan
mengalir untuk mengisi ruang udara. Meskipun demikian, udara tetap dapat terjebak
dalam bentuk pori-pori karena massa terlalu kental untuk memungkinkan keluarnya
semua udara.
c. Pendinginan
kamar harus dikontrol dengan baik. Proses pendinginan yang terlalu cepat dapat
menyebabkan porselen retak atau dapat memicu tekanan yang melemahkan porselen.
Proses pendinginan yang terlalu lambat maupun pembakaran ganda dapat memicu
dan dapat juga menyebabkan retak permukaan. Proses pendinginan terjadi saat
Temperatur
sintering
Laju
pemanasan
Temperatur
awal
Tahap pra Tahap Waktu Tahap
pemanasan pemanasan sintering pendinginan
Tekanan Kembali ke
mulai tekanan
menurun atmosfer
2.3.5.2.4.1 Waktu
pembakaran umumnya akan memicu peningkatan kepadatan keramik, dimana hal ini
pelengkungan. Jelas, hal ini perlu dihindari bila bentuk restorasi harus dipertahankan.
komposisi untuk memberikan jumlah total ion alkali logam, K2O meningkatkan
viskositas sementara Na2O akan menurunkannya. Terdapat perubahan yang baik pada
titik lebur dengan mengurangi penggunaan sodium daripada potassium. Jelas bahwa
kualitas pekerjaan bergantung pada kontrol yang tepat dari waktu dan temperatur
pembakaran dengan temperatur yang tinggi dan waktu yang pendek, mendekati tetapi
2.3.5.2.4.2 Temperatur
hanya untuk menghasilkan penampilan yang baik tetapi juga untuk meningkatkan
reaksi kimia antara permukaan logam dan keramik. Atom logam berdifusi dan
oksida pada permukaan logam dapat terjadi pada temperatur yang tinggi dan
merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kegagalan serta memiliki
efek negatif terhadap kekuatan lekat keramik-logam. Porselen gigi di desain untuk
dibakar pada temperatur yang berbeda dan dapat diklasifikasikan menurut temperatur
peleburannya. Porselen low fusing dengan temperatur pembakaran 850 ºC - 1100 ºC,
Na2O dan K2O yang relatif tinggi dalam porselen low fusing membantu untuk
transfer elektron antara kaca dan oksida logam yang akan meningkatkan kekuatan
lekat keramik-logam. Kelarutan dan jumlah difusi aloi dan keramik juga akan
meningkat karena peningkatan temperatur. Vines dkk (dikutip dari Cheung dkk.
2002), menjelaskan bahwa pada temperatur pembakaran yang berlebihan, ruang yang
terdapat udara yang terjebak menjadi bulat dibawah pengaruh tegangan permukaan.
Tekanan udara yang terjebak meningkat dan bila cairan tidak terlalu kental,
permukaan menjadi hilang, kemudian akan terlihat seperti kaca dan sering mengalami
semburat kehijauan, karena itu temperatur pembakaran harus dikontrol dengan baik.
2.3.5.2.4.3 Jumlah
diharapkan, yang dapat merubah sifat mekanis dan optik yang diharapkan.
didapat melalui aplikasi beberapa siklus pembakaran dengan temperatur tinggi, tetapi
tidak ada data keilmuan mengenai jumlah siklus pembakaran yang tepat untuk
mendapatkan restorasi yang sempurna (Jalali dkk. 2015; Sayed 2015, Rayyan 2015;
karena gagal mendapatkan bentuk dan pola restorasi keramik-logam yang sesuai
logam karena sifat fisik yang kurang baik memberikan kekuatan, kekakuan dan
a. Air Firing
udara. Tegangan permukaan dari fase cairan diharapkan meningkatkan tekanan dalam
air firing, proses difusi sangat lambat, mekanisme ini tidak bisa diharapkan untuk
firing dapat meninggalkan porositas sebanyak 5 %. Porositas yang timbul tidak hanya
melemahkan porselen, tetapi juga menyulitkan upaya untuk meniru gigi asli.
b. Vacuum Firing
sekitar sepersepuluh dari tekanan atmosfer, udara di sekitar partikel juga akan
porselen. Pada temperatur di bawah temperatur pembakaran atas, vakum dilepas dan
tekanan di dalam tungku akan meningkat sepuluh kali dari 0.1 menjadi 1 atm. Karena
dari ukurannya semula, dan volume total dari porositas juga akan berkurang dalam
bahannya menjadi lebih padat, tidak berpori, lebih kuat, lebih bening dan mendekati
tekanan yang dihasilkan seperti: uji geser, tarik, kombinasi uji geser dan tarik, uji
fleksural dan uji torsi. Dari berbagai pengukuran, yang paling umum digunakan
Bentuk uji bending atau fleksural dapat berupa three atau four-point
bending, terdiri dari lempeng logam yang rata dengan lapisan keramik pada
permukaan tarik, yang kemudian diuji untuk kekuatan transversal (modulus retak).
paling umum digunakan. ISO 9693/2000 menyarankan three-point bending untuk uji
kekuatan lekat. Sampel keramik-logam diuji untuk mengukur perlekatan atau gaya
untuk kegagalan ikatan. Sampel keramik-logam ditahan oleh dua lengan pendukung
dengan permukaan keramik menghadap ke bawah dan diberikan beban pada titik
Analisis tekanan ujung elemen menunjukkan tekanan tarik lebih besar dibandingkan
Tekanan tarik bisa perpendicular atau sejajar dengan antar permukaan keramik-
logam. Uji four-point bending mengurangi kemungkinan kegagalan tarik yang terjadi
pada uji three-point bending dan menghasilkan tekanan geser antar permukaan yang
lebih besar. Uji four-point bending digunakan untuk memisahkan keramik dari logam
bila kegagalan antar permukaan selalu terjadi pada titik beban. four-point bending
lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus untuk pengukuran dan
ketebalan keramik dan logam menirukan kondisi klinis (Hammad dkk. 1996).
2. Ada pengaruh jumlah pembakaran porselen opak 1 kali, 2 kali dan 3 kali
3. Ada pengaruh jumlah pembakaran porselen opak 1 kali, 2 kali dan 3 kali
dan 975 °C dengan jumlah pembakaran porselen opak 1 kali, 2 kali dan 3