Anda di halaman 1dari 58

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Cekat

2.1.1 Pengertian

Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang melekat secara permanen

pada gigi asli, akar gigi atau implan yang merupakan pendukung utama dari gigi

tiruan dan menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang (The Glossary of

Prosthodontic Terms). Gigi tiruan cekat dapat berupa mahkota tiruan dan gigi tiruan

jembatan. Mahkota adalah restorasi yang disemen secara ekstrakoronal, menutupi

atau melapisi permukaan luar mahkota klinis gigi. Jembatan terdiri atas mahkota di

setiap ujungnya, yang disebut sebagai retainer. Retainer melekatkan jembatan pada

gigi asli yang masih ada yang disebut sebagai penyangga. Bagian yang menggantikan

gigi asli yang hilang disebut pontik. Pontik dihubungkan dengan retainer oleh

konektor dan disemenkan pada gigi penyangga yang telah di preparasi. Gigi tiruan

cekat dapat juga disebut Fixed Dental Prosthesis atau Fixed Partial Denture (FPD)

(Shillingburg dkk. 2012; Gladwin dkk. 2009; Napankangas 2001).

2.1.2 Klasifikasi Menurut Bahan

2.1.2.1 Logam Penuh

Bahan logam sangat kuat dan tahan terhadap tekanan, tetapi memiliki estetik

yang buruk. Logam penuh merupakan pilihan terbaik untuk diaplikasikan pada gigi

12
13

tiruan cekat posterior, bila retainer dan pontik tidak terlihat saat pasien tersenyum

ataupun bicara. Kelebihan bahan logam penuh, yaitu: sangat jarang terjadi fraktur,

pembuangan jaringan gigi sedikit, biayanya kemungkinan paling murah (bergantung

pada pilihan logam), teknik pengecoran logam lebih mudah dan menghasilkan

adaptasi margin yang lebih akurat.

2.1.2.2 Keramik-Logam

Kombinasi keramik-logam telah berkembang di bidang kedokteran gigi

pada tahun 1950. Kekuatan dan ketahanan bahan logam dapat mendukung bahan

keramik yang rapuh namun estetis. Bahan keramik-logam merupakan pilihan paling

popular untuk mahkota dan jembatan, dikenal juga sebagai restorasi ceramometal,

porcelain-bonded-to-metal (PBM) atau porcelain-fused-to-metal (PFM). Keramik-

logam merupakan pilihan bahan terbaik, bila dibutuhkan kekuatan dan estetis pada

gigi tiruan.

2.1.2.3 Keramik Penuh

Bahan keramik penuh digunakan bila sangat membutuhkan estetis, karena

dapat meniru warna dan translusensi gigi asli. Gigi tiruan cekat keramik penuh,

memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban fungsional normal bila didisain

dan dibuat dengan tepat, tetapi akan pecah bila diberikan kekuatan berlebihan.

Kelebihan GTC keramik penuh, yaitu: memiliki tampilan yang lebih alami

menyerupai gigi asli dibandingkan GTC keramik-logam. Kekurangan GTC keramik


14

penuh, yaitu: rentan terhadap fraktur dan hanya disarankan untuk gigi yang tidak

mengalami beban oklusal yang besar, seperti gigi insisivus lateral, celah yang

berlebih pada tepi GTC keramik penuh dapat meningkatkan resiko karies, bahan

keramik yang sangat keras dapat mengakibatkan keausan enamel gigi antagonis

(Hatrick dkk. 2011; Gladwin dkk. 2009; Smith 1987).

2.2 Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam

2.2.1 Pengertian

Gigi tiruan cekat keramik-logam adalah restorasi yang terdiri dari substruktur

logam atau koping yang menutup struktur jaringan gigi yang dipreparasi dan

mendukung lapisan keramik yang berikatan secara mekanis dan kimia dengan koping

logam. Gigi tiruan cekat keramik-logam dapat digunakan pada gigi anterior maupun

posterior (Rosenstiel dkk. 2004).

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian

2.2.2.1 Keuntungan

Gigi tiruan cekat keramik-logam memiliki beberapa keuntungan antara lain

(Shillingburg dkk. 2012; Hatrick dkk. 2011; Gladwin dkk. 2009; Anusavice 2004):

- Dapat digunakan di daerah anterior maupun posterior

- Memiliki kekuatan dan ketahanan cukup besar untuk menahan beban pengunyahan

- Biokompatibel

- Kegagalan mekanis substruktur logam hampir tidak pernah terjadi


15

- Estetis baik karena dapat meniru gigi asli

- Adaptasi terhadap jaringan gigi cukup baik

- Biaya lebih murah jika dibandingkan dengan GTC keramik penuh

2.2.2.2 Kerugian

Kekurangan GTC keramik-logam, yaitu:

- Kegagalan mekanis berupa fraktur dan terlepasnya porselen dari logam

- Dapat terlihat bayangan hitam yang dipantulkan oleh koping logam

- Bahan keramik sangat keras sehingga dapat mengauskan enamel gigi antagonis

dibandingkan bahan logam.

2.2.3 Komponen-Komponen

Gigi tiruan cekat keramik-logam terdiri dari dua komponen utama, yaitu

koping logam dan lapisan porselen yang membentuk keramik (Gambar 2.1).
16

A B C

Gambar 2.1. Gigi tiruan cekat keramik-logam


A. Potongan longitudinal restorasi keramik-logam.
Sumber: Rosenstiel, Land & Fujimoto 2004, Text book of contemporary fixed
prosthodontics, ed. 4, hal. 216.
B. Ilustrasi lapisan porselen yang digunakan pada restorasi keramik-logam.
Sumber: Gladwin, Marcia, Bagby & Michael 2009, Clinical aspects of dental
materials: theory, practice, and cases, ed. 3, Wolters Kluwer, hal. 141.
C. Potongan melintang restorasi keramik-logam.
Sumber: Henriques B 2012, ‘Bond strength enhancement of metal-ceramic dental
restorations by FGM design’, PhD thesis, Universidade do Minho, hal.28.

2.2.3.1 Koping Logam

Koping logam merupakan komponen yang berfungsi mendukung lapisan

porselen dan berlekatan secara mekanis dan kimia untuk membentuk GTC keramik-

logam. Persyaratan logam yang digunakan pada restorasi keramik-logam, temperatur

peleburannya harus lebih tinggi daripada temperatur keramik. Temperatur peleburan

logam yang sama dengan temperatur pembakaran keramik dapat menyebabkan

distorsi ataupun koping melebur selama pembakaran keramik. Perbedaan temperatur

yang semakin besar diantara kedua bahan, akan semakin memperkecil masalah yang

dihadapi selama pembakaran. Koefisien ekspansi termal logam adalah 13.5-14.5 x

10¯6 /ºC. Logam dan porselen harus memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai,

yaitu antara 0.5-1 x 10¯6/ºC, sehingga keramik hanya mengalami sedikit tekanan

selama proses pendinginan. Koping logam harus memiliki ketebalan optimal untuk

mencegah terjadi distorsi pada waktu proses pembakaran. Ketebalan koping logam
17

antara 0.2-0.7 mm, untuk kekuatan dan kekakuan yang baik, tergantung jenis logam

yang dipakai dan ketebalan preparasi gigi yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik

(Shillingburg dkk. 2012, Lopes dkk. 2009, Prado dkk. 2005, Anusavice dkk. 2004).

2.2.3.2 Lapisan Keramik

Keramik dibentuk dari bahan logam (seperti aluminium, kalsium, litium,

magnesium, kalium, natrium, timah, titanium dan zirkonia) dan bahan non logam

(seperti silikon, boron, fluorin dan oksigen), dikenal juga dengan istilah porselen,

yang sejak lama telah digunakan untuk menggantikan gigi. Keramik terdiri dari

feldspar, quartz, kaolin dan dibakar pada temperatur tinggi (Hatrick dkk. 2011).

Keramik untuk restorasi keramik-logam harus memenuhi persyaratan, yaitu: dapat

meniru tampilan gigi asli, melebur pada temperatur yang relatif lebih rendah dari

logam, memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai dengan logam (sekitar 12-

13.5×10-6/°C) untuk perlekatan keramik-logam, dapat bertahan terhadap lingkungan

rongga mulut dan tidak menyebabkan abrasi gigi antagonis (Powers dkk. 2006).

Keramik termasuk bahan yang sangat rapuh, tetapi jika indikasinya sesuai, bahan ini

memuaskan secara fungsional oleh karena kekerasan dan kestabilan warnanya.

Keramik gigi tersedia dalam bentuk bubuk halus yang dicampur dengan likuid

menjadi adukan yang dapat dibentuk, kemudian dikeringkan dan dilakukan

pembakaran. Porselen gigi umumnya diklasifikasikan ke dalam empat kelompok,

menurut temperatur pembakarannya (Tabel 2.1) (Henriques 2012; Powers dkk.2002).


18

Tabel 2.1. Klasifikasi porselen dental menurut temperatur pembakaran.


Sumber: Anusavice KJ 2003, Philips: buku ajar ilmu kedokteran gigi, EGC, ed. 10, hal. 497

Tipe porselen Temperatur Pembakaran Kegunaan


High-fusing 1300ºC (2372ºF) Elemen gigi tiruan
Medium-fusing 1101-1300ºC (2013-2072ºF) - Mahkota jaket porselen
- Restorasi keramik penuh
Low-fusing 870-1100ºC (1562-2012ºF) - Restorasi keramik-logam
- Restorasi keramik penuh
Ultra-low-fusing < 850ºC (1562ºF) Untuk aloi titanium dan
titanium

Komposisi porselen dental berbeda dengan barang pecah belah dari tanah

liat atau porselen rumah tangga dalam kandungan feldspar, kaolin, dan quartz

(Gambar dan Tabel 2.2) (Fraunhofer 2010; Van Noort R 2007).

Gambar 2.2. Komposisi bahan keramik berdasarkan feldspar, kaolin dan quartz.
Sumber: Van Noort R 2007, Introduction to dental materials, Mosby
Elsevier, ed. 3, hal. 240.

Tabel 2.2. Komposisi (wt.%) porselen dental dan rumah tangga (berbeda dalam kandungan feldspar
dan kaolin) .
Sumber: Fraunhofer JA 2010, Dental materials at a glance, Wiley-Blackwell, ed. 1, hal.38.

Dental Dekorasi
Feldspar 81 15
Quartz 15 14
Kaolin 4 70
Pigmen logam <1 1
Tampilan Translusen Opak
19

Feldspar mengandung koefisien ekspansi termal rendah, sekitar 8,6×10-6/°K,

sehingga tidak dapat bersatu dengan koping logam yang memiliki koefisien ekspansi

termal lebih tinggi (12-14 x 10-6 /0K), oleh karena itu perlu dilakukan penambahan

partikel kristalin yang berbentuk tetragonal, bernama leucite, karena memiliki

koefisien ekspansi termal 20-25 × 10-6 /°K, sehingga koefisien ekspansi termal

lapisan keramik meningkat, dan dapat bersatu dengan koping logam pada saat

pembakaran.

Selama proses pembuatan, kandungan dasar porselen dental dicampur

bersama-sama dengan hati-hati dan dipanaskan pada temperatur sekitar 1200ºC dalam

tungku pembakaran. Feldspar mencair pada temperatur 1150ºC untuk membentuk

fase kaca (glassy) dengan struktur yang amorphous, dan fase kristalin (mineral) yang

mengandung leucite (KAlSi2O6 atau K2O). Struktur kristalin leucite adalah tetragonal

(Gambar 2.3 dan 2.4) (Powers JM dan Sakaguchi RL 2006).


20

Gambar 2.3. Struktur dua dimensi kaca sodium silikat.


Sumber: Powers JM & Sakaguchi RL 2006,
Craig’s restorative dental materials,
Mosby Elsevier, ed. 12, hal. 447.

Gambar 2.4. Struktur tiga dimensi Leucite (KAlSi2O6).


Sumber: Powers JM & Sakaguchi RL 2006,
Craig’s restorative dental materials,
Mosby Elsevier, ed. 12, hal. 447.

Lapisan keramik yang membentuk GTC keramik-logam terdiri dari tiga

lapisan, yaitu: lapisan opak, lapisan dentin, dan lapisan enamel.

a. Lapisan Opak
21

Porselen opak merupakan lapisan yang pertama diaplikasikan pada permukaan

logam dan mempunyai dua fungsi utama, yaitu: menutupi warna logam dan

membentuk perlekatan keramik-logam (Gambar 2.5). Lapisan opak mengandung

oksida logam dalam jumlah lebih besar daripada lapisan dentin, disamping

kandungan lapisan keramik lainnya. Oksida logam dalam porselen opak diperkirakan

berperan sangat penting untuk perlekatan keramik-logam (Wood MC 2007). Saat

porselen diaplikasikan pada logam dan kedua bahan dibakar bersama, porselen akan

menyatu secara kimia dengan oksida pada logam, membentuk ikatan kuat. Porselen

opak harus dapat membasahi permukaan logam saat pembakaran untuk mendapatkan

ikatan kimia yang baik antara permukaan keramik-logam. Koefisien ekspansi termal

porselen harus sesuai dengan logam, untuk meningkatkan perlekatan keramik-logam.

Penambahan oksida potassium dan pembentukan leucite (KAlSi2O6) akan

meningkatkan ekspansi termal porselen, sehingga sesuai dengan logam. Oksida

sodium dan potassium pada porselen opak juga berperan untuk merendahkan

temperatur pembakaran dibawah temperatur logam, hingga rentang 930ºC-980ºC,

sehingga mengurangi kemungkinan terjadi distorsi logam. Porselen opak juga

mengandung oksida titanium, zirconium, barium, timah dan cerium untuk membantu

menutupi warna logam. Porselen opak harus dapat menutupi koping logam tanpa

ketebalan yang berlebih. Ketebalan lapisan opak berkisar antara 0,1-0,3 mm

(Shillingburg dkk. 2012; Power, dkk. 2006; Rosenstiel dkk. 2004).


22

Oksida
logam
Porselen
opak

Porselen
body

Gambar 2.5. Kegagalan restorasi keramik-logam. Logam terlihat karena lapisan


opak yang digunakan untuk mencegah terlihatnya logam lepas.
Sumber: Hatrick CD, Eakle WS, dan Bird WF 2011, Dental materials:
Clinical applications for dental assistants and dental hygienists, Saunders
Elsevier, ed. 2, hal. 103.

b. Lapisan Dentin

Lapisan dentin dibakar diatas lapisan opak, lebih translusen dan berfungsi

memberikan bentuk dan warna restorasi. Pemilihan porselen dentin didasarkan pada

sifat estetisnya. Porselen dentin mengandung silika dalam jumlah besar dan oksida

logam dalam jumlah kecil, sehingga dapat memberikan translusensi dan merupakan

penentu warna utama pada restorasi keramik-logam (Tabel 2.3). Kemampuan lapisan

porselen menutup warna logam di samping tergantung jumlah dan ukuran partikel

opak, juga sangat dipengaruhi jumlah partikel pigmen dentin dan kemampuannya

menyebarkan serta memantulkan cahaya. Ketebalan optimal lapisan dentin berkisar

0,5-1 mm (Rosenstiel dkk. 2004).

Tabel 2.3. Komposisi keramik gigi


Sumber: Powers JM & Sakaguchi RL 2006, Craig’s restorative dental materials, Mosby
Elsevier, ed. 12, hal. 449.

Komposisi Opak Opak Opak V.M.K Dentin Biodent Dentin


Biodent BG 2 Ceramco 60 131 BD 27 (%) Ceramco T 69
23

(%) (%) (%) (%)

SiO2 52.0 55.0 52.4 56.9 62.2


Al2O3 13.55 11.65 15.15 11.80 13.40
CaO - - - 0.61 0.98
K2O 11.05 9.6 9.9 10.0 11.3
Na2O 5.28 4.75 6.58 5.42 5.37
TiO2 3.01 - 2.59 0.61 -
ZrO2 3.22 0.16 5.16 1.46 0.34
SnO2 6.4 15.0 4.9 - 0.5
Rb2O 0.09 0.04 0.08 0.10 0.06
BaO 1.09 - - 3.52 -
ZnO - 0.26 - - -
UO3 - - - - -
B2O3, CO2, 4.31 3.54 3.24 9.58 5.85
dan H2O
Dari Nally JN, Meyer JM: 1970

c. Lapisan Enamel

Porselen enamel dilapis pada daerah insisal dan interproksimal, berfungsi

membentuk bagian luar mahkota. Porselen enamel tidak memiliki pigmen dan oksida

logam, sehingga lebih translusen jika dibandingkan dengan lapisan dentin, karena itu

warna yang diterima restorasi secara signifikan dipengaruhi warna porselen dentin

dibawahnya. Ketebalan lapisan enamel berkisar 0,1-0,7 mm.

2.3 Perlekatan Keramik-Logam

2.3.1 Pengertian

Perlekatan merupakan proses pembentukan hubungan ikatan dan didefinisikan

sebagai gaya yang mengikat dua bahan yang tidak sama jenis untuk saling berkontak

rapat (Van Noort 2007). Persyaratan utama ikatan adalah dua bahan harus saling
24

berkontak rapat. Substansi yang mengikat kedua bahan disebut sebagai adhesif, dan

permukaan kedua bahan disebut sebagai substrat, tempat dimana substrat bertemu

dengan adhesif disebut sebagai antara permukaan (gambar 2.6).

Gambar 2.6. Terminologi untuk menjelaskan hubungan ikatan.


Sumber: Van Noort R 2007, Introduction to dental
materials, Mosby Elsevier, ed. 3,hal. 70.

Sifat paling penting dari ikatan keramik-logam adalah kemampuannya untuk

menyatukan keramik dan logam dengan kuat. Untuk kebanyakan logam, oksida pada

permukaan logam memicu ikatan kimia dengan keramik (Gambar 2.7). komposisi

dan ketebalan oksida logam penting untuk keberhasilan jangka panjang ikatan dengan

keramik (Powers JM dan Wataha JC 2008).


25

Gambar 2.7. Ikatan keramik-logam dimediasi oleh lapisan tipis oksida


perekat yang terbentukpada logam.
Sumber: Powers JM & Wataha JC 2008, Dental materials:
properties and manipulation, Mosby Elsevier, ed. 9, hal. 248.

2.3.2 Mekanisme Perlekatan

Kriteria utama perlekatan adalah didapatkannya pertemuan atau kontak rapat

antara molekul adhesif dan substrat. Bila dua zat berkontak erat satu sama lain,

molekul-molekul dari satu zat berlekatan atau ditarik ke molekul dari zat lainnya.

Studi mengenai seluruh fase pembakaran keramik pada struktur logam menunjukkan

sistem perlekatan yang kompleks. Perlekatan antara lapisan keramik dan struktur

logam (Gambar 2.8) dapat dijelaskan melalui beberapa mekanisme, yaitu:


26

KIMIA MEKANIS

Atom-atom Permukaan aloi


logam
Porselen
Massa yang
gelap

Kontak
oksida

kompresi

Kontraksi termal Tegangan

Gambar 2.8. Mekanisme perlekatan keramik-logam.


Sumber: Giannarchis dkk. 2013, ‘Studies on the importance
Of metal ceramic bond in merging ceramic mass on
metal component’, Fascicula XVII , no. 2, hal. 7.

2.3.3.2 Perlekatan Mekanis

Ikatan kuat antara suatu zat dengan yang lain dapat juga terjadi melalui

Perlekatan mekanis, bukan oleh gaya tarik menarik molekul. Bentuk perlekatan ini

terjadi karena adanya ketidakteraturan permukaan, seperti celah dan porus yang

menimbulkan undercut mikroskopis pada suatu zat. Kondisi yang terjadi pada bentuk

perlekatan ini adalah, adhesif dapat penetrasi ke dalam celah sebelum mulai

mengeras. Udara atau uap air di dalam celah harus keluar, untuk meningkatkan

kontak. Adhesif akan terkunci di dalam undercut bila dapat penetrasi kedalam celah

dan menjadi keras dan padat.

Kekasaran antar permukaan keramik-logam berperan penting dalam

perlekatan mekanis keramik. Ikatan mekanis terjadi karena keramik mengalir ke


27

dalam permukaan logam yang kasar, menghasilkan peningkatan ikatan (Gambar 2.9).

Kekasaran permukaan dapat menyebabkan tekanan yang melemahkan perlekatan

antar permukaan keramik-logam dan dapat memicu fraktur pada keramik. Ketidak

teraturan juga dapat menyebabkan kontak antara keramik-logam tidak optimal,

keramik tidak dapat penetrasi ke dalam permukaan karena terbentuk gelembung pada

antar permukaan. Keadaan ini bisa terjadi bila keramik tidak membasahi logam

secara sempurna atau bila keramik tidak dibakar secara tepat. Kekasaran permukaan

dari koping logam dapatdihasilkan dari abrasi alumina atau dengan grinding.

Sandblasting dapat meningkatkan ikatan dengan membuang oxida yang berlebih,

sehingga menghasilkan permukaan yang bersih.

Gambar 2.9. Gambaran mikro menunjukkan perlekatan mekanis antar


Permukaankeramik-logam
Sumber: Henriques B 2012, ‘Bond strength enhancement of
metal-ceramic dental restorations by FGM design’,
PhD thesis, Universidade do Minho, hal. 30.
28

2.3.3.3 Gaya Van der Waals

Gaya van der waals merupakan gaya tarik menarik antara dua kutub molekul.

Gaya tarik menarik cenderung menarik atom-atom untuk bersatu. Elektron-elektron

dari atom normalnya dibagikan seimbang di sekitar nukleus dan menghasilkan medan

elektrostatik di sekitar atom, namun medan ini dapat berubah-ubah sehingga

muatannya menjadi terkadang positif dan negatif, kemudian dihasilkan kedua kutub

yang berubah-ubah, yang akan menarik dua kutub serupa lainnya (gambar 2.10).

Gambar 2.10. Gaya van der waals membentuk basis


tarik-menarik 2 kutub.
Sumber: Anusavice 2004, Phillips:Buku
ajar ilmu bahan kedokteran
gigi,ed. 10, hal. 15.

Gaya ini berperan dalam perlekatan, tetapi hanya berperan kecil, tidak begitu

signifikan seperti yang di perkirakan. Atraksi molekul signifikan dalam memicu

mekanisme yang paling penting, yaitu perlekatan kimia, meskipun hanya berperan

sedikit terhadap kekuatan lekat (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004).


29

2.3.3.4 Gaya Kompresi

Gaya kompresi terjadi selama proses pendinginan lapisan porselen yang

dibakar. Koefisien ekspansi termal keramik-logam sengaja dibuat sesuai, untuk

mendapatkan kekuatan perlekatan antar permukaan. Perbedaan koefisien ekspansi

termal, atau kontraksi termal yang kecil akan menyebabkan porselen tertekan kearah

koping logam ketika restorasi mendingin setelah pembakaran (Gambar 2.11). Logam

cenderung kembali ke bentuk aslinya pada saat pendinginan dari temperatur

pembakaran ke suhu kamar, karena itu ekspansinya harus lebih tinggi dari porselen

dan kontraksinya akan lebih cepat, sehingga logam cenderung menyusut lebih cepat

daripada porselen dan porselen akan mengalami tekanan kearah logam dan

memberikan kekuatan tambahan untuk restorasi. Koefisien ekspansi termal keramik

yang lebih tinggi dari logam, akan menyebabkan keramik berada dalam tegangan,

sehingga dapat menyebabkan kegagalan ikatan secara spontan. Keramik merupakan

bahan rapuh yang jauh lebih tahan terhadap kompresi daripada tegangan, dan

tegangan tarik sisa pada keramik harus dihindari untuk mencegah fraktur restorasi.

Rata-rata perbedaan koefisien ekspansi termal keramik-logam adalah 0.5-1 x

10¯6/ºC. Penyusutan setelah pembakaran dan kontraksi termal lapisan porselen yang

sedikit lebih kecil dari logam, menghasilkan gaya kompresi yang membuat keramik

berikatan kuat dengan struktur logam (Lopes dkk. 2009, Schweitzer dkk. 2005;

Darvel BW 2010).
30

Gambar 2.11. Lapisan porselen berada dibawah kompresi


Setelah proses pendinginan
Sumber: Darvell BW 2000, Dental materials
science, ed.6, hal. 483.

2.3.3.5 Perlekatan Kimia

Shell dan Nielsen menyatakan bahwa perlekatan kimia merupakan

mekanisme perlekatan keramik-logam yang paling penting (dikutip dari Hong dan

Shin 2014). Perlekatan kimia merupakan hasil difusi atom dari unsur-unsur logam

dasar yang menghasilkan lapisan oksida pada permukaannya, sehingga berikatan

dengan unsur keramik. Ikatan kimia ditandai dengan pembentukan lapisan oksida

pada antar permukaan keramik-logam, dan terjadi ikatan yang kuat setelah

pembakaran. Unsur-unsur dalam logam, bermigrasi ke permukaan membentuk

oksida saat dibakar, selanjutnya berikatan dengan oksida yang terdapat dalam lapisan

porselen opak (Giannarachis dkk. 2013). Bentuk ikatan kimia memiliki beberapa

bukti kuat, misalnya: pada pemeriksaan mikro elektron permukaan keramik-logam

mulia, terlihat bahwa indium atau timah bermigrasi ke permukaan aloi logam mulia

untuk membentuk oksida indium atau timah, yang menyatu dengan porselen selama
31

pembakaran. Bukti lebih lanjut dari ikatan kimia adalah pembersihan permukaan

logam dengan asam hidrofluorida, dapat mengurangi kekuatan lekat, hal ini

menunjukkan bahwa lapisan oksida berperan dalam mekanisme perlekatan. Bila

porselen dibakar pada permukaan logam yang terdapat lapisan oksida, oksigen

permukaan porselen berdifusi dengan oksigen permukaan logam untuk mengurangi

jumlah rantai oksigen dan kemudian meningkatkan penyaringan kation pada antar

permukaan. Bila porselen tidak terlarut dengan oksida, porselen akan melarutkan

oksigen dengan kation logamnya, sehingga porselen pada permukaan oksida

kemudian menjadi terlarut dengan oksida. Komposisi porselen tetap konstan dan

berada pada keseimbangan termodinamis dengan oksida logam, sehingga

menghasilkan keseimbangan energi ikatan dan ikatan kimia. Pemisahan porselen dari

koping logam merupakan bukti kegagalan ikatan karena kontaminasi permukaan

koping atau karena lapisan oksida yang berlebih (Shillingburg dkk. 2012).

Berbagi elektron antara dua atom pada ikatan kimia, merupakan hal yang

membedakannya dengan interaksi fisik. Terdapat tiga bentuk dasar ikatan kimia,

yaitu:

a. Ikatan Ionik

Ikatan ionik adalah jenis ikatan kimia sederhana, yang terjadi bila elektron

salah satu atom dilepas dan dilekatkan pada atom lain menghasilkan ion positif dan

negatif yang dapat saling tarik menarik (Gambar 2.12). Persyaratan utama ikatan

ionik adalah jumlah muatan positif harus sama dengan muatan negatif. Keramik

adalah bahan yang atomnya terikat secara ionik. Keramik merupakan campuran
32

senyawa logam dan non logam, namun keramik tidak mengandung sejumlah besar

elektron bebas. elektronnya dipindahkan dari satu atom ke atom lainnya, untuk

menghasilkan ikatan ionik. Ikatan ionik menghasilkan bahan keramik yang relatif

stabil dan diperlukan suhu yang sangat tinggi untuk mencairkannya. Kestabilan bahan

keramik, membuat keramik disebut insulator yang baik. Kurangnya elektron bebas

menyebabkan sifat keramik rapuh, ketahanan fraktur rendah, ketahanan terhadap

perubahan kimia meningkat ( Gladwin dkk. 2009; Wood 2007).

Gambar 2.12. Gambaran dua dimensi ikatan


ionik.
Sumber: Gladwin dkk. 2009,
Clinicalaspects of dental
materials:Theory, practice,
and cases,ed. 3, hal. 23.

b. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antar atom dan ikatan ini terjadi

pada beberapa senyawa organik. Ikatan kovalen antara dua atom merupakan hasil

berbagi pasangan elektron dari dua atom (Gambar 2.13).


33

Gambar 2.13. Tiga gambaran ikatan kovalen antara atom karbon


Sumber: Gladwin dkk. 2009. Clinical aspects of
dental materials: Theory, practice, and
cases, ed. 3, hal. 23.

c. Ikatan Logam

Materi bahan juga dapat diikat dengan interaksi atomik primer yang disebut

sebagai ikatan logam. Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya

tarik-menarik antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari

elektron-elektron yang bebas bergerak dalam logam tersebut (Gambar 2.14).

Gambar 2.14. Gambaran dua dimensi ikatan logam.


Sumber: Gladwin dkk. 2009. Clinical
Aspects of dental materials: Theory,
practice,and cases, ed. 3, hal. 23
34

Salah satu karakteristik logam adalah kemampuannya menghantar panas dan listrik.

Sifat menghantar energi ini dihubungkan dengan gerak elektron-elektron bebas yang

ada dalam logam.

2.3.4 Prinsip Perlekatan

Pembentukan ikatan dapat ditemukan pada banyak situasi kedokteran gigi,

misalnya perlekatan antara gigi tiruan dengan saliva serta antara saliva dengan

jaringan lunak mulut. Pemahaman tentang prinsip dasar yang berhubungan dengan

gejala perlekatan adalah penting bagi dokter gigi. Beberapa faktor telah dikenal

sebagai pembentuk ikatan yang baik antara porselen dengan logam, antara lain:

2.3.4.1 Pembasahan

Memaksakan kedua permukaan benda padat untuk melekat amatlah sukar,

terlepas dari sehalus apa kelihatannya permukaan itu, permukaan tersebut cenderung

kasar bila dilihat dengan skala atom atau molekul. Satu metode untuk memecahkan

kesulitan ini adalah menggunakan cairan yang mengalir kedalam ketidakteraturan itu,

sehingga memberikan kontak permukaan yang lebih besar pada benda padat tersebut.

Cairan harus mudah mengalir menutupi seluruh permukaan dan melekat pada benda

padat. Karakteristik ini disebut pembasahan. Kemudahan mengalir dari bahan perekat

juga mempengaruhi luas terisinya pori-pori atau ketidakteraturan. Bila cairan tidak

membasahi permukaan benda yang akan direkatkan, perlekatan antara cairan dan

benda tersebut tidak akan berarti atau tidak terjadi. Bila benar-benar terdapat
35

pembasahan, kegagalan perlekatan tidak akan terjadi. Gaya yang menggerakkan

cairan untuk menyebar diberikan oleh pembasahan pada permukaan padat (Anusavice

2004).

Kontak rapat antar permukaan harus terbentuk untuk mendapatkan perlekatan

antara dua bahan. Kemampuan untuk berkontak bergantung pada pembasahan

permukaan substrat tertentu. Pembasahan yang baik merupakan kemampuan untuk

menutupi substrat secara keseluruhan (Gambar 2.16). Kemampuan untuk membasahi

permukaan yang akan direkatkan dipengaruhi sejumlah faktor, seperti kebersihan

permukaan. Selapis air yang hanya setebal satu molekul pada permukaan benda padat

dapat menurunkan energi permukaan dan mencegah proses pembasahan oleh bahan

perekat (Van Noort 2007).

Pada kombinasi bahan keramik-logam, pembasahan permukaan logam oleh

porselen terjadi selama pembakaran porselen opak. Mc Lean menyarankan

temperatur pembakaran porselen opak 20° C lebih tinggi dari temperatur yang

disarankan pabrikan, untuk menciptakan pembasahan (dikutip dari Olivieri dkk.

2005). Keramik harus membasahi dan menyatu pada permukaan logam tanpa ada

celah. Pembasahan porselen pada permukaan logam dikatakan baik bila sudut kontak

dari porselen yang mengalir saat dibakar pada logam memiliki nilai rendah.

Pembasahan yang baik menunjukkan interaksi antara atom-atom pada permukaan

logam dengan keramik dan meningkatkan penetrasi keramik ke dalam

ketidakteraturan permukaan (Henriques 2012; Rosenstiel dkk. 2004).


36

Gambar 2.16. Pembasahan yang baik dari porselen yang mencair


pada logam
Sumber: O’Brien WJ 2002, Dental materials and their
selection,ed. 3, hal. 375.

2.3.4.2 Sudut Kontak

Bila bahan padat dan cair berkontak, sudut antara permukaan cair dan

permukaan padat dikenal sebagai sudut kontak. Sudut kontak adalah sudut yang

dibentuk oleh bahan perekat dengan benda yang akan direkatkan (adherend) pada

antar permukaannya. Semakin kecil Sudut kontak antara bahan perekat dengan

adherend, semakin baik kemampuan bahan perekat untuk mengisi ketidakteraturan

pada permukaan adherend, sehingga kekuatan lekat akan meningkat.

Pengukuran pembasahan bahan cair pada substrat tertentu bisa juga

didapatkan dengan pengukuran sudut kontak antara bahan padat dan cair (Gambar

2.17). Pembasahan yang sempurna, dimana terjadi perlekatan yang ideal, sudut

kontak harus 0º. Permukaan ditutupi dengan sempurna oleh adhesif pada keadaan ini

sehingga didapatkan kekuatan ikatan yang maksimal. Penelitian O’brien dan Ryge

(dikutip dari Rosenstiel dkk. 2004) menyatakan bahwa pembasahan yang sempurna
37

(sudut kontak 0º) tidak dapat terjadi. Besar sudut kontak pembasahan keramik pada

logam umumnya adalah 60 derajat atau lebih kecil.

Gambar 2.17. Ukuran sudut kontak menunjukkan kemampuan pembasahan


Permukaan
Sumber: Gladwin dkk. 2009. Clinical aspects of dental
materials:Theory, practice, and cases, ed. 3, hal. 33.

2.3.4.3 Lapisan Oxida

Pembentukan oksida pada permukaan logam terbukti berperan dalam

menghasilkan ikatan yang kuat. Ikatan ini dibentuk pada saat proses pembakaran

keramik, dimana keramik dibakar dengan temperatur tinggi sehingga dapat mengalir

dan menyatu dengan oksida pada permukaan logam karena migrasi oksida ke dalam

keramik. Ikatan keramik dan logam merupakan hasil difusi elemen antara oksida

yang dibentuk pada permukaan logam dan dari keramik. Lapisan oksida pada

permukaan logam yang dibasahi oleh porselen, memberikan lapisan transisi yang

menguntungkan, dan terbukti berperan dalam pembentukan ikatan yang kuat.

Berbagai opini timbul, bagaimana oksida berinteraksi dengan porselen selama siklus

pembakaran. Peleburan porselen dipercaya melarutkan oksida yang terbentuk secara

alami dan menghasilkan zona interaksi yang bertanggung jawab dalam pembentukan
38

ikatan. Difusi atom-atom logam dan porselen ke dalam oksida diketahui dan

dijadikan sebagai bukti adanya ikatan kimia. Tidak adanya lapisan oksida dapat

memicu kegagalan berupa lemahnya ikatan.

Atom logam dasar seperti nikel, kromium, dan berilium, membentuk oksida

dengan mudah selama proses oksidasi logam, dan harus diperhatikan untuk

menghindari pembentukan lapisan oksida yang terlalu tebal. Pembentukan lapisan

oksida yang tebal ditemukan pada jumlah pembakaran yang bertambah. Ketebalan

Lapisan oksida meningkat signifikan setelah tahap pembakaran porselen (Rokni dan

Baradaran, 2007). Beberapa produsen menyarankan dilakukan abrasi udara koping

logam dengan alumina atau meletakkan dalam asam hydrofluoric untuk mengurangi

ketebalan lapisan oksida (Henriques 2012).

2.3.4.4 Energi Permukaan

Permukaan yang berhadapan harus saling tarik menarik satu sama lain agar

terjadi perlekatan dan keadaan ini dapat terjadi tanpa mempertimbangkan wujud

padat, cair, atau gas dari kedua permukaan. Energi pada permukaan benda padat lebih

besar daripada di dalamnya. Energi Pada permukaan lebih besar karena kebanyakan

atom-atom di bagian luar tidak saling tarik menarik dalam semua arah secara

seragam.

Peningkatan energi per unit daerah permukaan disebut sebagai energi

permukaan atau tegangan permukaan.Semakin besar energi permukaan, semakin

besar pula kapasitas untuk berikatan.


39

2.3.4.5 Viskositas

Keramik tidak hanya harus berkontak rapat dengan logam untuk efektifitas

perlekatan, tetapi juga harus dapat menyebar dengan mudah, namun tidak boleh

terlalu mudah sehingga tidak dapat dikontrol. Kemampuan cairan untuk mengisi

celah-celah merupakan fungsi dari viskositas. Gaya yang menggerakkan penyebaran

cairan pada permukaan padat diberikan oleh pembasahan, dan gaya ini ditahan oleh

viskositas cairan. Viskositas cairan tidak boleh terlalu tinggi, karena akan

menghambat cairan untuk mengalir dengan mudah pada permukaan padat dan

penetrasi kedalam celah-celah.

Viskositas bahan adalah kemampuan untuk mengalir. Cairan yang kental akan

sulit untuk mengalir, sementara cairan yang encer akan lebih mudah mengalir dan

sifat viskositas bergantung pada temperatur (Gladwin dkk. 2009).

2.3.4 Tipe Kegagalan Perlekatan

Klasifikasi kegagalan perlekatan sistem keramik-logam telah dibuat oleh

O’Brien, sebagai berikut (Gambar 2.15):

2.3.4.1 Kegagalan Adhesi

Gaya adhesif terjadi bila molekul zat yang tidak sama saling bertarikan.

Bentuk kegagalan adhesif, yaitu:

1. Pemisahan porselen dari logam


40

Fraktur terjadi pada antar permukaan, meninggalkan permukaan halus pada

logam. Tipe kegagalan ini terjadi bila permukaan logam tidak di oksidasi sebelum

pembakaran keramik atau bila oksida yang terbentuk tidak cukup, hal ini mungkin

terjadi karena adanya kontaminasi atau permukaan logam ber pori.

2. Pemisahan porselen dari oksida logam

Terjadi fraktur pada massa keramik di dekat antar permukaan, meninggalkan

oksida logam pada permukaan logam. Tipe fraktur ini adalah yang paling sering

terjadi pada logam non mulia.

3. Pemisahan logam dari oksida logam

Tipe kegagalan ini merupakan fraktur pada antar permukaan, dimana oksida

terlepas dari permukaan logam dan tetap berikatan dengan lapisan porselen.

Pemisahan ini terjadi pada logam non mulia bila terjadi pembentukan oksida Ni-Cr

yang berlebihan.

2.3.4.2 Kegagalan Kohesi

Gaya kohesi terjadi, bila molekul zat yang sama saling bertarikan. Bentuk

kegagalan kohesi, yaitu:

1. Pemisahan oksida logam dari oksida logam

Tipe kegagalan ini terjadi pada antar permukaan yang juga ditimbulkan bila

oksida logam yang dihasilkan sangat banyak.

2. Fraktur kohesi pada logam


41

Tipe kegagalan ini bukan karakteristik fraktur sistem keramik-logam, hal ini

mungkin terjadi pada titik-titik persambungan.

3. Fraktur kohesi pada porselen

Kegagalan ini merupakan tipe fraktur yang terjadi pada massa keramik. Pada

kondisi ini, kekuatan perlekatan daripada porselen lebih tinggi. Keadaan ini ideal

karena lapisan oksida memiliki ketebalan beberapa mikron untuk membentuk larutan

padat dengan massa keramik. Tipe kegagalan ini paling sering terjadi pada logam

emas mulia.

Gambar 2.15. Tipe kegagalan perlekatan restorasi keramik-logam.


Sumber: O’Brien WJ 2002, Dental materials and their
selection,ed. 3, hal. 376.
42

2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perlekatan

Keberhasilan GTC keramik-logam bergantung pada kekuatan perlekatan

antara keramik dan substruktur logam. Faktor-faktor di klinik yang mempengaruhi

kekuatan lekat, termasuk disain restorasi, yaitu bentuk dan ketebalan restorasi

(Rayyan 2014, Al Amri & Hammad 2012, Powers & Sakaguchi 2006). Faktor-faktor

di laboratorium yang dapat mempengaruhi kekuatan perlekatan keramik-logam,

antara lain: tipe logam, surface treatment logam, teknik aplikasi dan proses

pembakaran porselen (Rayyan 2014; Al amri dkk. 2012; Rosenstiel 2004; Prabhu

dkk. 2003). Faktor-faktor dari proses pembakaran porselen yang dapat mempengaruhi

kualitas perlekatan, antara lain: temperatur, waktu, ( Al amri dkk. 2012; Prabhu dkk.

2003; Cheung dkk. 2002) tekanan atmosfir (Gupta dkk. 2011; Pagnano dkk. 2009)

dan jumlah siklus pembakaran (Sayed 2015; Jalali dkk. 2015; Rayyan 2014;

Tuncdemir dkk. 2013; Prakash dkk. 2012; Zakaria dkk. 2003; Mutawa dkk. 2000).

2.3.5.1 Faktor di Klinik

2.3.5.1.1 Disain Restorasi

Koping logam merupakan bagian yang penting dari restorasi keramik-

logam. Disain koping logam memiliki peran penting pada keberhasilan atau

kegagalan restorasi. Koping harus memungkinkan porselen untuk tetap dalam

kompresi dengan mendukung daerah insisal, oklusal, dan daerah marjinal. Tanpa

dukungan koping, jika terdapat gaya oklusal porselen akan hancur.


43

Terdapat 6 gambaran penting yang harus dipertimbangkan saat mendisain

restorasi keramik-logam, yaitu:

a. Ketebalan lapisan Porselen

Porselen harus memiliki ketebalan minimum yang sesuai dengan estetis.

Ketebalan minimum porselen adalah 0.7 mm, dan ketebalan yang diharapkan adalah

1.0 – 1.5 mm. Perluasan lebih dari 2.0 mm akan rentan terhadap fraktur. Meskipun

perluasan tidak terkena gaya oklusal, hal ini akan tetap rentan terhadap kegagalan

prematur karena tekanan yang terjadi pada porselen yang sangat tebal selama

pembakaran awal dan proses pendinginan.

b. Ketebalan Logam

Kekuatan dan ketahanan maksimum restorasi didapatkan dengan kekakuan

koping. Logam tidak boleh lentur selama pemasangan atau dibawah tekanan oklusal

karena lenturan akan menyebabkan porselen mengalami tegangan dan memicu

terjadinya retak. Logam harus cukup keras dan disain koping harus memiliki

ketebalan optimum untuk kekakuan.

Untuk kekuatan dan kekakuan, koping logam mulia sedikitnya harus memiliki

ketebalan 0.3 – 0.5 mm. Aloi logam dasar dengan temperatur peleburan yang

ditinggikan mungkin lebih tipis sekitar 0.2 mm. Ketebalan koping bervariasi,

bergantung pada bentuk preparasi. Nilai ini hanya ketebalan minimum untuk berbagai

sistem aloi.
44

c. Dukungan Porselen

Kontur lapisan porselen yang cembung dan rata dapat mendistribusikan

tekanan lebih baik. Sudut yang tajam dan undercut harus dihilangkan. Pertemuan

porselen dengan logam harus berada pada sudut yang tepat untuk menghindari fraktur

porselen. Sudut yang tajam pada permukaan keramik-logam lebih memungkinkan

untuk terjadi retak daripada sudut 90º atau 135º.

Untuk membangun ketebalan porselen yang sama, logam harus di kontur

sehingga saat diberikan beban, lapisan porselen akan berada pada gaya kompresi

daripada gaya tarik. Contoh dari pertimbangan ini adalah menghindari perluasan

lingual logam ke tepi insisal pada restorasi anterior maksila dan membangun birai

pendukung dibawah cusp fasial premolar atau molar maksila (Gambar 2.18).

A B

Gambar 2.18.Dukungan porselen


A. Porselen bisa fraktur bila logam meluas terlalu jauh ke insisal
B. Pandangan proksimal koping keramik-logam posterior maksila dengan (a) dan tanpa
(b) dukungan logam yang tepat dibawah puncak fasial.
Sumber: Shillingburg dkk. 2012, Fundamental of fixed prosthodontics, ed. 4, hal. 450.
45

d. Kontak Oklusal dan Proksimal

Bila koping di disain untuk menempati kontak oklusal pada permukaan logam

yang tidak dilapis, lokasinya dan daerah yang dilapisi keramik dapat lebih dikontrol

dengan tepat, sehingga menghasilkan keausan yang sedikit pada gigi antagonis. Studi

dan pengalaman klinis mencatat bahwa sifat abrasi porselen dental dan efek merusak

pada enamel sangat tinggi. Karena itu bila memungkinkan kontak oklusal harus

terjadi pada logam, jauh dari garis pertemuan keramik-logam. Kontak di dekat

persambungan akan dapat memicu fraktur. Persambungan keramik-logam harus

diletakkan 1.0 mm dari kontak oklusal pada posisi maksimum interkuspasi. Bila

overlap vertikal tidak memadai untuk ditempatkan berkontak dengan logam,

persambungan keramik-logam ditempatkan cukup jauh dari gingiva sehingga kontak

terjadi pada porselen (Gambar 2.19).

Untuk meminimalkan gaya yang dihasilkan kontak oklusal pada permukaan

palatal restorasi anterior maksila, persambungan keramik-logam tidak boleh

ditempatkan terlalu dekat dengan tepi insisal. Translusensi insisal akan terganggu,

dan kemungkinan terjadi fraktur akan meningkat karena porselen tidak lagi didukung

oleh logam. Bila diberikan gaya oklusal, porselen akan berada pada tegangan, kondisi

dimana tidak dapat ditahan porselen dengan baik.

Idealnya, lebar metal collar pada lingual sedikitnya 3.0 mm. Metal collar

yang kecil ini seharusnya tidak mengganggu estetis, namun, pelapisan porselen

seluruh daerah lingual menjadi semakin popular. Dokter gigi harus menyadari dengan

melapisi seluruh daerah lingual dengan porselen, harus ada pembuangan gigi yang
46

lebih banyak. Preparasi daerah lingual adalah 1.3 – 1.5 mm dengan beveled shoulder

finish line, bila dibuat keputusan untuk menutup seluruh daerah lingual dengan

porselen. Kontak proksimal untuk gigi anterior harus pada porselen, dimana dokter

gigi harus memfasilitasi selama preparasi gigi dengan pembuangan yang cukup di

daerah interproksimal. Efek estetis meningkat dengan menempatkan logam secara

lingual sehingga porselen daerah proksimal memiliki kedalaman lebih besar dan

translusensi.

A B

Gambar.2.19 Disain kontak oklusal restorasi


A. Kontak oklusal logam pada permukaan palatal insisivus maksila
B. Kontak oklusal porselen pada permukaan palatal insisivus maksila
Sumber: Shillingburg dkk. 2012, Fundamental of fixed prosthodontics, ed. 4, hal.451.

e. Tepi Fasial

Selama beberapa tahun, tepi fasial konvensional untuk mahkota keramik

logam adalah metal collar yang sempit. Finish line fasial sering ditempatkan
47

subgingiva untuk menghindari terlihatnya logam, hal ini dapat menyebabkan

terjadinya inflamasi gingiva dan masalah periodontal. Untuk menghindari terlihatnya

metal band dan kegagalan estetis metal collar konvensional, memicu penggunaan tepi

fasial keramik penuh, yang dapat dibuat dengan akhiran servikal gingiva atau

supragingiva. Disain porselen yang menutupi tepi logam menjadi popular. Tekniker

mulai menambahkan porselen untuk menutupi collar. Untuk memfasilitasi disain ini,

finish line yang dibutuhkan adalah heavy chamfer atau shoulder bevel dengan koping

logam meluas ke tepi cavosurfaces dan ketebalan logam dibuat menipis seminimal

mungkin. Porselen meluas menutupi logam. Penggunaan porselen low fusing dan

kombinasi modern porselen opak-dentin dengan keahlian yang baik, disain ini dapat

dibuat dengan kontur, adaptasi marjinal dan hasil estetis yang baik.

Disain marjin seperti ini membutuhkan bahan dan teknik yang cukup baik.

Masalah dapat timbul, seperti: distorsi logam selama pembakaran, koping yang dibuat

sangat tipis akan membuat logam menjadi lentur dan menyebabkan fraktur porselen,

kekasaran pada daerah marjin karena adanya porselen, logam yang tipis tidak dapat di

polish, sehingga keputusan untuk menggunakan disain porselen yang menutupi tepi

logam, bergantung pada kemampuan tekniker laboratorium.

2.3.5.2Faktor-Faktor di Laboratorium

Faktor-faktor di laboratorium yang mempengaruhi kekuatan lekat pada

GTC keramik-logam, antara lain: jenis logam, surface treatment logam, teknik
48

aplikasi dan proses pembakaran porselen (Rayyan 2014; Al amri dkk. 2012;

Rosenstiel 2004; Prabhu dkk. 2003).

2.3.5.2.1 Jenis Logam

Dalam bidang kedokteran gigi, aplikasi logam biasanya digunakan dalam

bentuk aloi. Aloi adalah bahan yang memiliki bahan dasar dua atau lebih logam,

biasanya sedikitnya 4-8 bahan logam. Persyaratan aloi yang digunakan untuk

keberhasilan restorasi, yaitu: memiliki kekuatan, stabilitas, ketahanan terhadap

korosi, dapat dilakukan pengecoran, dapat di poles, dapat dikilapkan, dan

biokompatibel. Aloi untuk keramik-logam memiliki sifat tambahan, yaitu koefisien

ekspansi termal keramik dan logam harus kompatibel untuk mencegah retak pada

keramik saat pendinginan selama proses pembuatan (Khmaj MR 2012). Ekspansi

termal dan komposisi logam sangat mempengaruhi perlekatan antara logam dengan

keramik (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosenstiel dkk.

2004). Klasifikasi logam yang dipakai pada pembuatan restorasi keramik-logam,

berdasarkan American Dental Assosiation (ADA), dikelompokkan atas tiga bagian,

antara lain (Shillingburg dkk. 2012):

1. High noble alloy (gold-platinum-palladium, gold-palladium-silver, dan gold-

palladium). Logam ini memiliki kandungan logam noble lebih besar dari 60%

dan 40% emas. Koefisien ekspansi termal emas sangat tinggi (14 x 10 -6 0C),

sedangkan koefisien ekspansi panas porselen sangat rendah (2-4 x 10-6 0C),

sedangkan porselen yang akan melekat dengan koping logam harus mempunyai
49

temperatur pembakaran dan koefisien ekspansi panas yang hampir sama,

sehingga untuk menyeimbangkan koefisien ekspansi panas keduanya, perlu

penambahan palladium atau platinum pada logam emas. Restorasi keramik-

logam dengan bahan logam emas telah digunakan secara luas karena restorasi

yang dihasilkan memiliki nilai estetis yang natural, ketahanan dan adaptasi tepi

logam sangat baik. Aloi emas paling sering digunakan diantara aloi logam mulia,

karena sangat biokompatibel, pengecoran baik, mudah di polish, daktilitas tinggi,

lebih lunak jika dibandingkan dengan logam lainnya sehingga waktu pengerjaan

di laboratorium lebih cepat, ketahanan terhadap korosi baik, namun, karena harga

logam emas yang terus meningkat memicu harga pembuatan yang lebih tinggi,

sehingga perhatian terhadap bahan logam lain untuk menggantikan logam emas

mulai meningkat.

2. Noble alloys (palladium-silver dan high palladium), terdiri dari logam noble

25%. Logam ini cenderung lebih murah dibandingkan dengan logam emas,

biokompatibel, tahan terhadap korosi, modulus elastik lebih tinggi, namun

memiliki koefisien ekspansi termal yang lebih tinggi daripada aloi konvensional

keramik-logam, dan ini dapat mempengaruhi perlekatan antara aloi dan porselen

yang digunakan pada restorasi konvensional keramik-logam. Hong dan Shin

2014, menyatakan bahwa tipe aloi keramik-logam mempengaruhi kekuatan lekat

dengan keramik. Hasil penelitian kekuatan lekat logam palladium-silver, Nickel

chromium dan gold, menyatakan bahwa aloi Ni-Cr memiliki perlekatan keramik-

logam paling kuat dibandingkan dengan aloi emas, namun kekuatan lekat
50

keramik dangan aloi Pd-Ag tidak menunjukkan perbedaan signifikan

dibandingkan aloi lainnya.

3. Predominately base metal alloy (nikel-kromium, nikel-kromium-berillium,

kobalt-kromium, titanium). Logam ini terdiri dari < 25% logam noble. Logam ini

memiliki kekerasan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan logam noble dan

harganya lebih murah. Kekuatan untuk menahan korosi sangat tergantung pada

sifat kimianya, oleh karena itu logam ini sebaiknya dioksidasi untuk menutup

permukaan logam sehingga meminimalkan korosi (Rosenstiel dkk. 2004). Qiu

dkk. (2011), meneliti ketahanan korosi aloi Co-Cr dan Ni-Cr sebelum dan setelah

pembakaran porselen. Efek temperatur yang tinggi selama pembakaran porselen

dapat merubah komposisi oksida permukaan logam, yang juga dapat merubah

sifat korosi aloi. Hasil penelitian menyatakan bahwa aloi Co-Cr memiliki

ketahanan korosi lebih tinggi daripada aloi Ni-Cr. Jassim (2013), mengevaluasi

kekuatan lekat aloi Co-Cr dan Ni-Cr terhadap porselen. Hasil penelitian

menyatakan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan signifikan kekuatan

perlekatan antara aloi Co-Cr dan Ni-Cr terhadap porselen.

Hampir semua logam pada mahkota keramik-logam dioksidasi (degassing,

outgasing dan preoxidatiton) terlebih dahulu sebelum pengaplikasian lapisan

porselen untuk menghilangkan udara yang terperangkap pada logam, menghilangkan

kotoran-kotoran dan membentuk lapisan oksida. Proses oksidasi dilakukan pada

temperatur 960-980°C sesuai instruksi pabrik.Lapisan oksida menyebarkan dan

memantulkan cahaya sehingga dapat menutup warna logam di bawahnya, serta


51

berfungsi untuk menyatukan logam dengan lapisan porselen pada saat siklus

pembakaran (Rokni & Baradaran 2007; Rathi dkk. 2011).

Tabel 2.4. Sifat fisik dan mekanis logam tuang.


Sumber: Powers JM & Wataha JC 2008, Dental materials: properties and manipulation,
Mosby Elsevier, ed. 9, hal. 248.

Tipe Aloi Temperatu Kepadata Yield Kekerasa kegunaan


r Peleburan n (g/cm2) strength n
(ºC) (0.2%, (kg/mm3)
MPa)
Sangat mulia
Au-Pt (Zn) 1045-1140 18.4 420/270 175/195 Mahkota logam penuh
dan keramik logam
Au-Pd 1160-1260 14.6 365/385 255/280 Mahkota logam penuh
(Ag) dan keramik logam
Au-Cu-Ag 910-1065 15.6 270/400 135/195 Mahkota logam penuh
Mulia
Au-Ag-Cu 865-925 12.4 325/520 125/215 Mahkota logam penuh
Pd-Cu 1100-1190 10.6 1145 425 Mahkota logam penuh
dan keramik logam
Ag-Pd 1020-1100 10.6 260-320 140/155 Mahkota logam penuh
dan keramik logam
Logam dasar
Ni-Cr (Be) 1275 7.5 710 340 - Mahkota logam
penuh dan keramik
logam
-Kerangka logam
GTSL
Co-Cr 1400-1500 7.5 870 380 - Mahkota logam
penuh dan keramik
logam
-Kerangka logam
GTSL
Ti-O 1700 4 300 ?? - Implan endosseous
- Mahkota keramik-
logam
- Kerangka logam
GTSL
52

2.3.5.2.2 Surface Treatment Logam

Permukaan koping yang akan dilapis porselen harus diselesaikan dengan baik

untuk mendapatkan ikatan yang kuat dan restorasi yang estetis. Ketidakteraturan

permukaan dan partikel-partikel kecil bahan tanam kemungkinan melekat pada

permukaan tuangan. Finishing dapat menghapus banyak residu dan juga

menghasilkan goresan yang teratur dalam satu arah untuk mengurangi kemungkinan

terjebaknya gas selama siklus pembakaran awal. Rongga yang terdapat pada tuangan

harus dibuang, karena merupakan daerah pemusatan tegangan, yang dapat

menimbulkan retak pada porselen. Daerah disekitar rongga sering sangat tipis, dan

tuangan mungkin tidak memiliki ketahanan yang cukup terhadap gaya oklusal.

Permukaan intaglio tuangan diperiksa apakah terdapat gelembung, cacat

ataupun sisa bahan tanam, yang jelas merupakan hambatan untuk terpasang, harus

dibuang. Tuangan ditempatkan pada die dengan hati-hati tanpa memaksa. Daerah

yang menghambat pemasangan harus diidentifikasi dan dibuang secara hati-hati

dengan bur. Memaksa tuangan saat pemasangan, akan menghasilkan tuangan yang

sesuai dengan die tetapi tidak pada gigi yang di preparasi. Mengidentifikasi daerah

yang menghambat secara intra oral akan lebih sulit dan butuh banyak waktu daripada

mengepaskan tuangan dengan cermat pada die di tempat pertama.

Seluruh permukaan tuangan harus halus, tidak kasar dan bergelombang.

Terjebaknya udara di bawah porselen opak, berpotensial lebih besar pada permukaan
53

kasar daripada permukaan halus, karena itu lebih sulit untuk mendapatkan kontak

rapat antara partikel porselen pada permukaan logam yang kasar. Hal ini dapat terjadi

bila logam tidak dibasahi dengan sempurna oleh porselen ataupun bila porselen tidak

dibakar dengan tepat. Walaupun begitu kekasaran antar permukaan keramik-logam,

berperan penting dalam perlekatan keramik.Ikatan mekanis terjadi bila keramik

mengalir kedalam permukaan logam yang kasar, sehingga dapat meningkatkan

perlekatan. Kekasaran permukaan juga berhubungan dengan luas permukaan yang

lebih besar dimana perlekatan kimia dapat dibentuk. Lapisan oksida yang terbentuk

pada permukaan logam selama pengecoran harus dibuang dengan abrasi asam atau

partikel udara dengan aluminum oxide (alumina) untuk perlekatan keramik-logam

yang maksimal. Instruksi pembuatan aloi harus diikuti, karena perlekatan bergantung

pada kontrol ketebalan lapisan oksida logam.Penelitian terdahulu menemukan bahwa

tidak ada efek kekasaran permukaan pada ketahanan antar permukaan terhadap gaya

geser. Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa kekasaran permukaan yang

dikontrol, menghasilkan ketidakteraturan yang meningkatkan kekuatan lekat

keramik-logam.

Sprue dibuang dengan carborundum disk,dan harus digunakan Bur yang

bersih dan tidak terkontaminasi untuk menyelesaikan daerah yang akan dilapis

porselen. Alat yang telah digunakan sebelumnya pada logam akan mengkontaminasi

daerah yang akan dilapis.Pengasahan permukaan untuk mengurangi ketebalan

tuangan dilakukan dengan instrumen rotary. Instrumen yang paling sering digunakan

untuk mengurangi ketebalan logam adalah bur batu abrasive dan bur carbide.
54

Idealnya bur batu terbuat dari aluminous oxide, dan menyatu dengan partikel

abrasive secara bersama-sama.

Setelah prosedur pengasahan selesai, logam tuang harus dibersihkan untuk

menghasilkan permukaan yang dapat bereaksi baik dengan porselen. Tuangan

ditempatkan dalam wadah dengan asam hidrofluorida 52% dan dibersihkan secara

ultrasonik selama 20 menit. Aloi juga dapat dibersihkan dengan menggunakan abrasif

udara dengan partikel alumina (50µm) dilanjutkan dengan pembersihan ultrasonik

dalam air suling selama 10 menit. Sandblasting memiliki manfaat tambahan dengan

menghilangkan oksida yang berlebih, sehingga menghasilkan permukaan yang bersih

dan dapat membantu pembasahan keramik pada permukaan logam (Shillingburg dkk.

2012; Henriques 2012; Rosenstiel dkk. 2004).

2.3.5.2.2 Teknik Aplikasi

a. Jenis Porselen

Jenis porselen, seperti Vita Omega, Vita VMK, Duceram, Shofu Vintage, dan

lainnya. Jenis porselen yang berbeda menghasilkan kekuatan lekat yang berbeda.

Neto AJF dkk. (2006) meneliti perbedaan kekuatan lekat yang dihasilkan oleh tiga

jenis porselen yang berbeda (Vita VMK, Williams dan Duceram) dengan aloi Ni-Cr

dan Co-Cr-Ti. Temperatur pembakaran porselen opak untuk Vita VMK dan Williams

980ºC dan Duceram 990ºC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa porselen Duceram

memiliki kekuatan lekat paling tinggi, dibandingkan kombinasi keramik-logam

lainnya.
55

b. Perbandingan Bubuk dengan Cairan Porselen

Perbandingan antara bubuk keramik dengan cairannya harus sesuai dengan

instruksi pabrik. Porselen gigi biasa tersedia dari pabrikan dalam bentuk bubuk, yang

dicampur dengan air suling hingga konsistensinya kental membentuk pasta.

Campuran ini kemudian digunakan untuk membuat restorasi sesuai bentuk yang

diharapkan (Rosenstiel dkk. 2004).

c. Teknik Pelapisan Porselen

Teknik pelapisan porselen secara konvensional dengan menggunakan sikat

khusus telah digunakan selama beberapa dekade (O’Brien 2008). Pada teknik ini,

setelah substrat aloi dibersihkan dan di oksidasi, porselen opak, dentin, enamel

diaplikasikan dan dibakar. Teknik pelapisan konvensional dapat memberikan estetis

yang maksimal karena memungkinkan penyesuaian saat keramik dibangun.

Teknik Press on Metal (PoM) dikembangkan oleh Ivoclar Vivadent, untuk

memberikan metode yang lebih cepat dalam membuat restorasi keramik-logam,

sehingga menghemat waktu dan biaya tanpa mengorbankan kualitasnya (Tysowsky

dkk. 2007). Metode ini memungkinkan tekniker untuk lebih memperhatikan

permukaan restorasi, fungsi, bentuk dan kualitas restorasi lebih mudah didapatkan.

Teknik Press on Metal juga dapat mengurangi penyusutan pada keramik

dibandingkan teknik konvensional. Khmaj (2012) membandingkan kekuatan lekat

keramik-logam dengan teknik pelapisan konvensional dan Press on Metal. Hasil


56

penelitian menunjukkan kekuatan lekat keramik-logam pada teknik pelapisan

konvensional dan PoM melebihi standar minimum ISO 25 MPa. Secara umum tidak

ada perbedaan kemampuan perlekatan pada kedua teknik yang digunakan.

d. Teknik Kondensasi

Kondensasi keramik gigi diartikan sebagai suatu proses dimana keramik gigi

dipadatkan sebelum pembakaran. Kondensasi adalah metode untuk memperkecil

jarak antara partikel-partikel porselen dan menghilangkan sejumlah besar cairan dari

pasta porselen. Pengurangan jarak antara partikel akan menghasilkan kepadatan yang

maksimum. Massa yang padat dapat mengurangi penyusutan pembakaran, sehingga

terjadinya distorsi dan retak juga dapat dicegah melalui rendahnya penyusutan setelah

pembakaran. Tegangan permukaan cairan dianggap sebagai kekuatan pendorong

utama dalam proses kondensasi porselen, dan porselen tidak boleh dibiarkan kering

sampai kondensasi sempurna. Selama pembuangan cairan dari campuran porselen,

partikel-partikel cenderung lebih padat dengan adanya tegangan permukaan.Pada

proses kondensasi, cairan melewati celah antar partikel yang diameternya terus

mengecil dan kedekatan partikel meningkatkan efektifitas kekuatan adhesi. Partikel

akan mengalir bersama-sama dan cenderung menyatu lebih baik saat air dikeluarkan.

Partikel porselen yang lebih kecil ditarik antara butir-butir yang lebih besar, sehingga

meningkatkan kepadatan massa porselen. Keuntungan sepenuhnya dari proses

kondensasi tidak bisa didapatkan, bila ukuran partikel terlalu besar atau bila partikel

tidak cukup saling berdekatan. Selama kondensasi, mobilitas partikel-partikel


57

bergantung pada viskositas massa. Viskositas yang tinggi akan menyebabkan udara

mudah terjebak diantara lapisan partikel porselen.

Kondensasi porselen merupakan salah satu proses yang harus diperhatikan

pada proses pembuatan gigitiruan porselen di laboratorium, karena dapat

mempengaruhi terjadinya retakan dan distorsi porselen dentin. Ada tiga teknik

kondensasi porselen, yaitu:

1. Vibration technique (Getaran)

Metode ini sangat berguna untuk membuang kelebihan air pada saat pelapisan

porselen. Vibration method dapat secara manual maupun dengan alat ultrasonik.

Kondensasi secara ultrasonik menghasilkan struktur porselen yang lebih homogen,

karena mempunyai kontrol yang lebih baik pada saat proses pelapisan setiap lapisan

porselen. Getaran yang berlebihan juga harus dihindari karena dapat dengan mudah

melepaskan lapisan porselen yang dibangun, detail permukaan juga akan hilang.

2. Spatulation technique

Metode ini dilakukan dengan menggunakan spatula kecil untuk mengaplikasikan

dan menghaluskan porselen yang masih basah. Aksi penghalusan akan membawa air

naik ke permukaan sehingga bisa dibuang.

3. Brush technique

Metode ini dilakukan dengan menggunakan penambahan bubuk porselen kering

yang diletakkan dengan bantuan brush disisi yang berlawanan dengan adonan

porselen yang basah. Partikel yang basah akan terdorong dan saling melekat sewaktu

air tertarik kebubuk yang kering.


58

2.3.5.2.3 Proses Pembakaran Porselen

Pembakaran porselen diartikan sebagai proses pemanasan dan peleburan

partikel-partikel bahan keramik gigi yang telah di kondensasi dalam tungku

pembakaran pada temperatur yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan ikatan antar

partikel dan difusi yang cukup guna menaikkan kepadatan struktur (Manappallil JJ

2003; Anusavice 2003; Cheung KC 1999). Selama pembakaran, partikel-partikel

bubuk mengalir dan saling menyatu, membuat restorasi padat dan kuat (Gambar

2.20). Reaksi biokimia antara komponen-komponen bubuk porselen pada dasarnya

berjalan dengan tuntas selama proses pembuatan semula, oleh karena itu, tujuan

pembakaran adalah untuk menyatukan partikel-partikel bubuk secara tepat, guna

membentuk suatu restorasi. Beberapa reaksi kimia terjadi selama waktu pembakaran

yang panjang atau pembakaran multipel. Reaksi yang paling penting adalah

perubahan yang terlihat pada kandungan leucite dari porselen yang didesain untuk

membuat restorasi keramik-logam. Leucite merupakan fase Kristal yang mempunyai

pemuaian yang tinggi atau kontraksi tinggi, dimana volume matriks kacanya sangat

mempengaruhi koefisien kontraksi termal dari porselen. Perubahan pada kandungan

leucite dapat menyebabkan terbentuknya koefisien kontraksi termal yang tidak sama

antara porselen dengan logam, sehingga menimbulkan tekanan selama pendinginan

yang dapat menyebabkan terjadinya pembentukan retak pada porselen. Keadaan yang

dapat dijumpai pada tahapan pembakaran porselen, yaitu: (Fraunhofer JA 2010).


59

a. Low Bisque Stage

Tahap pertama dalam proses pembakaran disebut sebagai low bisque.

Partikel-partikel mulai melunak dan saling menyatu hanya berupa titik kontak dan

porositas sebenarnya tidak berubah.Karena porositas yang hampir tidak berubah,

karakteristik kepadatan porselen adalah berpori, sangat lemah, rapuh, dan

menunjukkan penyusutan yang sedikit.

b. Medium Bisque Stage

Pada pemanasan lebih lanjut, terjadi kohesi yang lebih besar diantara partikel-

partikel (partikel menyatu). Terjadi aliran cairan kental yang lebih lagi dan mengisi

rongga udara dibawah pengaruh tegangan permukaan dan udara dikeluarkan dari

celah-celah sebelum menutupi rongga. Setiap ruang-ruang menjadi semakin kecil.

Porositas menurun pada tahap ini dan terdapat penyusutan yang nyata. Akhirnya,

rongga-rongga ini menjadi berdiri sendiri dan berpori bulat.

c. High Bisque Stages

Tahap high bisque didapatkan bila penyusutan pembakaran telah sempurna

dan tidak terjadi penyusutan lebih lanjut.Porositas telah berkurang menjadi sedikit.

Permukaan porselen menjadi halus, dan cukup kuat untuk dikoreksi dengan grinding

sebelum akhirnya dilakukan glazing.

d. Glazing
60

Glazing adalah proses menghaluskan dan mengkilapkan permukaan restorasi

dengan terjadinya aliran kaca pada permukaan keramik. Tujuan glazing adalah:

meningkatkan estetis, hygiene, dan meningkatkan kekuatan. Glazing akan mencegah

terjadinya retak, karena itu porselen yang di glazing akan lebih kuat daripada yang

tidak di glazing (Manappallil JJ 2003).

Gambar 2.20.Tujuan pembakaran adalah menghasilkan suatu


massayang kontinu, bebas pori.
Sumber: Darvell BW2000, Dental materials
science, ed.6, hal. 477.

Seluruh program pembakaran, yang disebut sebagai siklus pembakaran,

meliputi: pra pemanasan (pre heating), pembakaran (sintering) dan pendinginan

(cooling) (Powers JM & Sakaguchi RL 2006; Manappallil JJ 2003; Anusavice 2003;

Darvell BW 2000).

a. Pra pemanasan (Preheating)

Massa porselen yang sudah dikondensasi tidak boleh ditempatkan langsung

kedalam tungku pembakaran yang panas, tetapi diletakkan di depan atau di bawah

muffle dari tungku yang sudah dipanaskan. Prosedur ini memungkinkan sisa uap air
61

dihilangkan. Penempatan massa yang sudah dikondensasi langsung ke dalam tungku

yang cukup hangat akan menghasilkan produksi uap yang cepat, sehingga timbul

lubang-lubang atau fraktur pada sebagian besar lapisan. Setelah pra pemanasan

selama kira-kira 5 menit, porselen diletakkan ke dalam tungku dan pembakaran

dimulai. Tungku pembakaran modern memiliki mekanisme yang dapat bekerja secara

bertahap, dikendalikan komputer dan di program untuk mengontrol siklus

pembakaran. Program ini juga dapat diubah oleh operator.

b. Pembakaran / Sintering

Restorasi porselen dapat dibakar dengan kontrol Temperatur sendiri atau

dengan temperatur yang dikontrol oleh operator. Pada metode pertama, temperatur

tungku dinaikkan dengan laju konstan hingga tercapai temperatur tertentu. Pada

metode kedua, temperatur dinaikkan dengan laju yang ditentukan hingga tercapai

tingkat tertentu, setelah itu temperatur dipertahankan hingga reaksi yang diharapkan

terjadi sempurna. Porselen merupakan penghantar panas yang buruk, karena itu

pemanasan yang terlalu cepat mengakibatkan penyatuan yang berlebihan pada lapisan

luar sebelum bagian dalam dibakar dengan sempurna. Saat temperatur meningkat,

partikel porselen menyatu oleh sintering. Sintering merupakan proses yang

bertanggung jawab dalam menyatukan porselen untuk membentuk massa yang

kontinu. Proses sintering dapat dikendalikan dengan waktu dan temperatur yang

tepat. Pada temperatur pembakaran awal, lubang kosong akan diisi oleh udara tungku

dan sewaktu sintering dari partikel dimulai, partikel-partikel porselen saling berikatan

pada titik kontaknya. Semakin tinggi temperatur sintering, kaca perlahan-lahan


62

mengalir untuk mengisi ruang udara. Meskipun demikian, udara tetap dapat terjebak

dalam bentuk pori-pori karena massa terlalu kental untuk memungkinkan keluarnya

semua udara.

c. Pendinginan

Pendinginan restorasi porselen dari temperatur pembakaran ke temperatur

kamar harus dikontrol dengan baik. Proses pendinginan yang terlalu cepat dapat

menyebabkan porselen retak atau dapat memicu tekanan didalam yang akan

melemahkan porselen. Proses pendinginan yang terlalu lambat maupun pembakaran

ganda dapat memicu pembentukan leucite tambahan dan meningkatkan koefisien

ekspansi termal keramik, dan dapat juga menyebabkan retak permukaan. Proses

pendinginan terjadi saat pembukaan tungku pembakaran porselen, dilakukan secara

perlahan, merata, dan dikontrol oleh komputer.

Sintering
temperature

Heating
rate

Initial
temperature
Pre Heat up Sintering Cooling
heating stage time stage
stage

Reduction Return to
of pressure atmospheric
starts pressure
63

Gambar 2.21. Skema pembakaran


Sumber: Cheung KC 1999,’ Effect of sintering time
and temperature on dental porcelain porosity’,
Master thesis, The University of Hongkong, hal.86.

Terdapat beberapa faktor dari pembakaran porselen yang dapat

mempengaruhi kekuatan lekat keramik-logam, yaitu: waktu, temperatur, pengulangan

pembakaran dan tekanan atmosfer.

2.3.5.2.3.1 Waktu

Cheung dan Darvel 2002, menyatakan bahwa waktu dan temperatur

merupakan faktor penting dalam pembakaran bahan keramik. Memperpanjang waktu

pembakaran umumnyaakan memicu peningkatan kepadatan keramik, dimana hal ini

terjadi karena terdapat tingkat penyusutan massa padat yang tinggi.

Selain perubahan kimia, kelebihan waktu pembakaran juga akan

mengakibatkan penurunan temperatur, dimana dapat terjadi distorsi karena adanya

pelengkungan. Jelas, hal ini perlu dihindari bila bentuk restorasi harus dipertahankan.

Namun, terdapat kompromis antara ketahanan terhadap deformasi dan proses

pembakaran. Beberapa penyesuaian dapat dilakukan pabrikan dengan menyesuaikan

komposisi untuk memberikan jumlah total ion alkali logam, K2O meningkatkan

viskositas sementara Na2O akan menurunkannya. Terdapat perubahan yang baik pada

titik lebur dengan mengurangi penggunaan sodium daripada potassium. Jelas bahwa

kualitas pekerjaan bergantung pada kontrol yang tepat dari waktu dan temperatur

pembakaran, dengan mengikuti instruksi yang diberikan. Penelitian Cheung dan


64

Darvell 2002 menyatakan bahwa porositas yang minimal didapatkan pada

pembakaran dengan temperatur yang tinggi dan waktu yang pendek, mendekati tetapi

tidak persis sama dengan rekomendasi pabrikan.

2.3.5.2.3.2 Temperatur

Mengontrol temperatur pembakaran porselen sangat penting, tidak

hanya untuk menghasilkan penampilan yang baik tetapi juga untuk meningkatkan

kekuatan perlekatan bahan keramik-logam. Pada proses pembakaran porselen, terjadi

reaksi kimia antara permukaan logam dan keramik. Atom logam berdifusi dan

bereaksi dengan oksida pada keramik, dan temperatur pembakaran sangat

mempengaruhi kecepatan difusi.Kesulitan untuk mengontrol pembentukan lapisan

oksida pada permukaan logam dapat terjadi pada temperatur yang tinggi dan

merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kegagalan serta memiliki

efek negatif terhadap kekuatan lekat keramik-logam. Porselen gigi di desain untuk

dibakar pada temperatur yang berbeda dan dapat diklasifikasikan menurut temperatur

peleburannya. Porselen low fusing dengan temperatur pembakaran 850-1100ºC,

digunakan untuk pembuatan restorasi mahkota dan jembatan. Penggabungan proporsi

Na2O dan K2O yang relatif tinggi dalam porselen low fusing membantu untuk

mengurangi temperatur peleburan.

Mengikuti instruksi pembuatan dengan tepat, sangat penting untuk

keberhasilan restorasi, namun beberapa peneliti menyarankan adanya perubahan

dalam prosedur laboratorium, seperti meningkatkan temperatur pembakaran lapisan

opak untuk meningkatkan kekuatan lekat bahan keramik-logam. Teknik


65

meningkatkan temperatur didasarkan pada hipotesis bahwa terdapat peningkatan

transfer elektron antara kaca dan oksida logam yang akan meningkatkan kekuatan

lekat keramik-logam. Kelarutan dan jumlah difusi aloi dan keramik juga akan

meningkat karena peningkatan temperatur. Vasconcellos dkk. (2010) mengevaluasi

efek peningkatan temperatur pembakaran lapisan opak dengan menggunakan

temperatur 50ºC dan 100ºC lebih tinggi dari yang diinstruksikan oleh pabrikan.

Mereka menyimpulkan bahwa meningkatkan temperatur pembakaran lapisan opak

akan meningkatkan kekuatan lekat keramik-logam.

Vines dkk (dikutip dari Cheung dkk. 2002), menjelaskan bahwa pada

temperatur pembakaran yang berlebihan, ruang yang terdapat udara yang terjebak

menjadi bulat dibawah pengaruh tegangan permukaan. Tekanan udara yang terjebak

meningkat dan bila cairan tidak terlalu kental, gelembung udara membesar mencapai

keseimbangan tekanan dengan atmosfer luar. Temperatur pembakaran yang terlalu

tinggi juga dapat menyebabkan detail permukaan menjadi hilang, kemudian akan

terlihat seperti kaca dan sering mengalami semburat kehijauan, karena itu temperatur

pembakaran harus dikontrol dengan baik.

2.3.5.2.3.3 Jumlah

Proses pembuatan restorasi keramik-logam membutuhkan serangkaian

pembakaran porselen untuk mendapatkan estetis dan persyaratan klinis, sehingga

tidak dapat dihindarkan pembuatan restorasi dengan pembakaran yang berulang.

Peningkatan koefisien ekspansi termal porselen karena pembakaran berulang


66

berperan dalam pembentukan Kristal leucite. Secara teori, pembakaran porselen

secara berulang akan menurunkan kesesuaian keramik-logam dan kemudian

menurunkan kekuatan perlekatan. Pembakaran ulang yang berlebihan terhadap bahan

porselen dapat merusak karena memungkinkan terjadi reaksi yang menjauhi

keseimbangan dan kemungkinan terjadi pembentukan fase Kristal yang tidak

diharapkan, yang dapat merubah sifat mekanis dan optik yang diharapkan.

Kontur, warna, dan estetis GTC keramik-logam dengan kualitas terbaik,

didapat melalui aplikasi beberapa siklus pembakaran dengan temperatur tinggi, tetapi

tidak ada data keilmuan mengenai jumlah siklus pembakaran yang tepat untuk

mendapatkan restorasi yang sempurna (Jalali dkk. 2015; Sayed 2015, Rayyan 2015;

Zakaria 2003). Teknisi laboratorium terkadang melakukan pembakaran berulang kali

karena gagal mendapatkan bentuk dan pola restorasi keramik-logam yang sesuai

(Ghanbarzadeh dkk. 2008; Rosenstiel dkk. 2004). Pembakaran Multipel akan

menyebabkan devitrifikasi porselen, dengan hilangnya translusensi dan menurunkan

ketahanan fraktur restorasi.

2.3.3.2.4.4 Tekanan Atmosfer

Pada restorasi keramik-logam, adakalanya porselen lepas dari permukaan

logam karena sifat fisik yang tidak cukup baik untuk memberikan kekuatan,

kekakuan dan perlekatan keramik-logam. Pembakaran porselen yang optimal perlu

untuk keberhasilan klinis restorasi keramik-logam. Berdasarkan keadaan atmosfer,

pembakaran porselen terbagi atas dua cara, yaitu:


67

a. Air Firing

Porselen dibakar di atmosfer yang mempunyai banyak ruangan-ruangan

atau gelembung-gelembung yang berisikan udara. Tegangan permukaan dari fase

cairan diharapkan meningkatkan tekanan di dalam gelembung di atas ambient,

mengurangi radius gelembung, sehingga didapatkan keseimbangan. Meningkatnya

tekanan pada gelembung cenderung menggerakkan penyebaran udara dalam lelehan

kaca di sekitar gelembung. Hal ini menyebabkan penurunan konsentrasi antara

tekanan udara dalam cairan dan udara diluar. Keadaan ini cenderung menimbulkan

difusi udara larut keluar dari massa. Tetapi karena udara larut, sehingga gelembung

menyusut dan meningkatkan tekanan tegangan permukaan, dan mempercepat proses.

Meskipun efeknya sudah benar, namun proses difusi sangat lambat. Mekanisme ini

tidak bisa diharapkan sebagai cara praktis untuk menghilangkan porositas, terutama

karena waktu, temperatur harus dibatasi. Air firing dapat meninggalkan porositas

sebanyak 5%. Porositas yang timbul tidak hanya melemahkan porselen, tetapi juga

menyulitkan upaya untuk meniru gigi asli.

b. Vacuum Firing

Teknik paling umum digunakan untuk mengurangi porositas adalah

vacuum firing, yaitu dengan cara, sewaktu porselen diletakkan pada tungku, partikel

bubuk dimampatkan bersama-sama dengan saluran udara disekelilingnya. Sewaktu

tekanan udara di dalam muffle tungku diturunkan sekitar sepersepuluh dari tekanan

atmosfer, udara disekitar partikel juga juga akan berkurang sama besar. Sementara

sewaktu temperatur meningkat, partikel-partikel akan tersintering bersama-sama,


68

membentuk lubang yang tertutup di dalam massa porselen. Udara di dalam lubang

tertutup ini diisolasi dari atmosfer tungku. Pada temperatur dibawah temperatur

pembakaran atas, vakum dilepas dan tekanan didalam tungku akan meningkat

sepuluh kali dari 0.1 menjadi 1 atm. Karena tekanan meningkat sepersepuluh kali,

lubang akan terkompresi menjadi sepersepuluh dari ukurannya semula, dan volume

total dari porositas juga akan berkurang dalam jumlah yang sama.

Dalam proses vacuum firing, udara dikeluarkan dari porselen sehingga

bahannya menjadi lebih padat, tidak berpori, lebih kuat, lebih bening dan mendekati

penampilan gigi asli. Satu-satunya kesulitan dengan proses ini adalah kompresi

gelembung saat tekanan atmosfer dikembalikan yang juga membutuhkan waktu

karena viskositas cairan. Oleh karena itu temperatur harus sedikit dipertahankan pada

tekanan atmosfer.
69

Anda mungkin juga menyukai