Anda di halaman 1dari 27

PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR

PENGANTAR EKONOMI

Dosen Mata Kuliah :

Imam Prayogo, SE., MSi., Akt., CA., CPMA

I’ana Umma, SP.d, MAk

Oleh :

Windy Puspitasari (40011019060009)

D3 – AKUNTANSI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

KAMPUS PEKALONGAN

SEMESTER I 2019/2020

1
A. Pengertian Perekonomian 3 Sektor
Sistem perekonomian tiga sektor terdiri dari sektor – sektor rumah tangga
perusahaan dan pemerintah. Campur tangan pemerintah menimbulkan dua
perubahan penting dalam proses penentuan keseimbangan pendapatan nasional
diantaranya pungutan pajak akan mengurangi pengeluaran agregat melalui
pengeluaran keatas konsumsi rumah tangga dan pajak memungkinkan pemerintah
melakukan perbelanjaan dan hal tersebut akan menaikkan perbelanjaan agregat.
a) Rumah tangga
Rumah tangga adalah sebuah kesatuan yang terdiri atas suami, isteri, anak atau
anggota keluarga lain yang merupakan anggota masyarakat dan potensial alam:
sumber modal, sumber faktor produksi, sumber penghasilan. Sebagai pelaku
ekonomi, rumah tangga merupakan pengguna barang atau jasa serta sumber
factor produksi modal dan tenaga kerja yang memerlukan adanya sumber dana
berupa pendapatan atau penghasilan. Rumah tangga akan memperoleh
penghasilan berupa bunga. Atau, bila dana dari rumah tangga ditanamkan
langsung dalam bentuk pendirian perusahaan maka rumah tangga akan
memperoleh penghasilan berupa laba atau deviden.
b) Perusahaan
Perusahaan adalah organisasi yang bergerak di segala bidang bisnis. Perusahaan
merupakan salah satu pelaku ekonomi yang sangat potensial. Ada tiga unsur
dalam perusahaan :
 Pengusaha adalah orang yang mengelola sendiri perusahaannya dan siap
menanggung resiko rugi-laba, sedangkan manajemen kemampuan
memanfaatkan orang lain dengan segala kemampuan dan aktifitasnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
 Perusahaan adalah tempat organisasi factor-faktor produksi untuk
menghasilkan barang atau jasa yang bermutu untuk mendapatkan
keuntungan.

2
 Badan usaha adalah lembaga hukum organisasi factor-faktor produksi untuk
menghasilkan keuntungan.
c) Pemerintah
Fungsi utama pemerintah adalah mengendalikan perekonomian untuk mencapai
tujuan ekonomi tertentu. Dalam perekonomian tiga sekto pemerintah bertindak
sebagai pembuat dan pengatur kebijakan masyarakat dan bisnis.

B. Circulair Flow Diagram 3 Sektor

Berdasarkan gambar di atas maka kita dapat melihat hubungan antara ketiga pelaku
ekonomi dengan jelas. Jika anda belum jelas silahkan simak penjelasan gambar di
atas dibawah ini:

Hubungan Rumah Tangga dengan Perusahaan.


Perusahaan atau Rumah tangga produsen berperan untuk membuat barang atau jasa,
untuk melakukan perannya maka perusahaan membutuhkan berbagai faktor
produksi yang dapat diperolehnya dari rumah tangga.  Karena adanya
ketergantungan perusahaan terhadap rumah tangga maka kedua pelaku ekonomi
tersebut bertemu dalam pasar input atau pasar faktor-faktor produksi. Apabila
perusahaan telah memakai atau menggunakan (mengkonsumsi) faktor produksi

3
yang dimiliki rumah tangga maka perusahaan harus membayar balas jasa kepada
rumah tangga baik berupa uang sewa, uang gaji, atau bunga dan sebagainya.
Sebaliknya, Rumah tangga harus memenuhi kebutuhan hidupnya baik berupa
barang ataupun jasa. Barang dan jasa bisa didapatkan rumah tangga dari rumah
tangga produsen melalui pasar output atau pasar barang dan jasa. Jadi, untuk
memenuhi kebutuhannya, rumah tangga akan mengeluarkan uang yang dimilikinya
untuk membeli barang atau jasa yang dibutuhkannya pada perusahaan. Dengan
demikian perusahaan akan memperoleh pendapatan yang diperolehnya dari rumah
tangga.

Hubungan Pemerintah dengan Rumah Tangga dan Perusahaan.


Pemerintah menjalankan salah satu perannya yaitu sebagai produsen dengan
menghasilkan barang dan jasa melalui BUMN seperti Pertamina, PLN dsb, produk
yang dihasilkan pemerintah dikonsumsi oleh rumah tangga dan perusahaan. Produk
atau Barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah misalnya minyak, Listrik,
gas, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Karena pemerintah telah menghasilkan
produk yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun
perusahaan maka pemerintah berhak untuk mendapatkan penghasilan atau
pendapatan maupun menarik pajak dari perusahaan dan rumah tangga. Semua
pendapatan atau penghasilan yang didapatkan pemerintah di antaranya dikeluarkan
untuk membayar para pegawai negeri misalanya membayar gaji polisi, membayar
gaji guru, dokter dan sebagainya, pendapatan pemerintah juga digunakan untuk
memberi subsidi kepada rumah tangga maupun perusahaan.

Adanya campur tangan pemerintah menimbulkan 2 perubahan penting


1. Pungutan pajak yg dilakukan oleh pemerintah (T) mengurangi pengeluaran
Agregat (AE)

4
- Karena rumah tangga harus membayar pajak pada pemerintah maka
perusahaan tersebut mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pajak dan
mengurangi konsumsi.
2. Pajak memungkinkan pemerintah melakukan perbelanjaan dan ini akan
menaikkan perbelanjaan agregat.
- Adanya pajak dapat memberikan dana lebih pada pemerintah yang berimbas
pada naiknya konsumsi pemerintahan.
Karena belum ada perdagangan dengan LN, maka perekonomian 3 sektor
dinamakan “perekonomian tertutup”

Aliran baru dalam sirkulasi aliran pendapatan


• Pembayaran pajak oleh RT dan perusahaan kepada pemerintah  pendapatan
pemerintah
• Pengeluaran pemerintah ke sektor perusahaan  pembelian barang dan jasa yg
diproduksi perusahaan
• Aliran pendapatan dari sektor pemerintah ke RT  pembayaran atas
penggunaan faktor – faktor produksi RT oleh pemerintah

Selanjutnya pendapatan yg diterima oleh RT akan digunakan untuk 3 tujuan


1. Membiayai konsumsi (C)
2. Ditabung (S)
3. Membayar Pajak (T)
• Dalam keseimbangan berlaku persamaan
Y = C + I + G . Sedangkan
• Tiap tingkat pendapatan nasional berlaku
Y=C+S+T

C. Aliran Pendapatan dan Pengeluaran

5
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian akan menimbulkan tiga jenis
aliran baru dalam sirkulasi aliran pendapatan. Tiga jenis aliran yang baru tersebut
adalah :
1) Pembayaran pajak oleh rumah tangga dan perusahaan kepada pemerintah.
Pembayaran pajak tersebut menimbulkan pendapatan kepada pihak pemerintah.
Ia merupakan sumber pendapatan pemerintah yang terutama.
2) Pengeluaran dari sektor pemerintah ke sektor perusahaan. Aliran ini
menggambarkan nilai pengeluaran pemerintah keatas barang-barang dan jasa
yang diproduksikan oleh sektor perusahaan.
3) Aliran pendapatan dari sektor pemerintah sektor rumah tangga. Aliran itu timbul
sebagai akibat dari pembayaran keatas konsumsi faktor-faktor produksi yang
dimiliki sektor rumah tangga oleh pemerintah.
Pembayaran oleh sektor perusahaan sekarang dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu :
1) Pembayaran kepada sektor rumah tangga sebagai pendapatan kepada faktor-
faktor produksi     dan
2) Pembayaran pajak pendapatan perusahaan kepada pemerintah.
Pendapatan yang diterima rumah tangga sekarang berasal dari dua sumber yaitu :
1) dari pembayaran gaji dan upah, sewa, bunga dan utang oleh perusahaan
2) dari pembayaran gaji dan upah oleh pemerintah.

D. Syarat Keseimbangan
Keseimbangan :
Y = AE,  atau Y = C + I + G
Keterangan :
Y   : penawaran agregat
AE : pengeluaran agregat
C   : konsumsi rumah tangga
I    : investasi perusahaan

6
G   : pengeluaran pemerintah membeli barang dan jasa

Jika C dikurangi dari setiap ruas maka, Dalam perekonomian tiga sektor I dan G
adalah suntikan kedalam sirkulasi aliran pendapatan, sedangkan S dan T adalah
kebocoran. Sebagai kesimpulan dapatlah dirumuskan bahwa dalam perekonomian
tiga sektor yang mencapai keseimbangan akan berlaku keadaan : I + G = S + T
Contoh :
1) Jika diket: C = 60 + 0,75 Y dan S = 0,25 Y – 100
I = 120
G = 60
Hitung Y keseimbangan!
(Ingat persamaan C diatas untuk pajak tetap T = 40)
Jawab :
1) Y = C + I + G
Y = 60 + 0,75 Y + 120 + 60
Y = 0,75 Y + 240
Y – 0,75 Y = 240
0,25 Y = 240
Y = 960
I+G=S+T
120 + 60 = 0,25 Y – 100 + 40
180 = 0,25 Y – 60
Y = 960
Pajak Tetap dan Keseimbangan Pendapatan Nasional

7
Pajak Tetap dan Keseimbangan Pendapatan
1. Konsumsi sesudah pajak C = 60 + 0,75Y dan fungsi tabungannya S = -100
+ 0,25Y, pajaknya sebesar T = 40 dan investasi sector perusahaan I = 120,
serta pengeluaran pemerintah G = 60. Carilah C, S, AE dan keadaan
ekonominya!
AE
Keadaan
Y T C I G S C+I+
Ekonomi
G
0 40 60 120 60 -100 240 Ekspansi
240 40 240 120 60 -40 420 Ekspansi
480 40 420 120 60 20 600 Ekspansi
720 40 600 120 60 80 780 Ekspansi
960 40 780 120 60 140 960 Seimbang
1200 40 960 120 60 200 1040 Kontraksi
1440 40 1040 120 60 260 1220 Kontraksi

Pajak Proposional dan Keseimbangan Pendapatan


1. Konsumsi setelah pajak C = 90 + 0,6Y dan fungsi tabungannya S = -90 +
0,20Y, pajaknya sebesar T = 0,20Y dan investasi sector perusahaan I = 150,
serta pengeluaran pemerintah G = 240. Carilah T, C, S, AE, dan keadaan
ekonominya!
Y T C I G S AE Keadaan
C+I+G Ekonomi
0 0 90 150 240 -90 480 Ekspansi
240 48 234 150 240 -42 624 Ekspansi
480 96 278 150 240 6 768 Ekspansi
720 144 522 150 240 54 912 Ekspansi
960 192 666 150 240 102 1056 Ekspansi
1200 240 810 150 240 150 1200 Seimbang
14400 288 954 150 240 198 1344 Kontraksi

8
Pajak Proporsional dan Keseimbangan Pendapatan Nasional

E. Jenis-Jenis Pajak
Pajak objektif : pajak yg dikenakan berdasarkan aktivitas ekonomi para wajib
pajak Misalnya PPN dikenakan kpd mereka yang membeli barang dan jasa kena
pajak
Pajak subjektif : pajak yang dipungut dengan melihat kemampuan wajib pajak.
Misalnya pendapatan. Jika pendapatan makin besar, maka beban pajaknya
makin besar
Pajak langsung : jenis pungutan pemerintah yang secara langsung di kumpulkan
dari pihak yang wajib membayar pajak.( pajak yang secara langsung di pungut
dari orang yang berkewajiban untuk membayar pajak).
Pajak tak langsung : pajak yang bebannya dapat di pindah2 kan kepada pihak
lain.( yang menanagung beban pajak tersebut adalah para konsumen. Ex :
Impor.
Pajak negara : pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Pusat, dalam
hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Hasil dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai
belanja negara seperti pembangunan jalan, pembangunan sekolah, bantuan
kesehatan dan lain sebagainya. Proses administrasi yang berkaitan dengan pajak
pusat dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.

9
Pajak daerah : pajak-pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Daerah
baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Hasil dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai
belanja pemerintah daerah. Proses administasinya dilaksanakan di Kantor Dinas
Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau kantor sejenis yang dibawahi
oleh pemerintah daerah setempat.

F. Efek Pajak Terhadap Konsumsi dan Tabungan


 Yd = Y – T
Apapun bentuk system pajak, pajak akan mengakibatkan konsumsi dan
tabungan rumah tangga berkurang sebanyak :
C = MPC x T
S = MPS x T
Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal
△c
MPC =
△ Yd
△c
MPCy =
△Y
Karena pajak proporsional adalah t△Y, maka △Yd = △Y – t. △Y, = (1-t) △Y,
Oleh Karena MPC = b, maka :
△C
= MPCy = (1-t)b
△Y
Kecondongan Menabung Marjinal
△S
MPS =
△ Yd
△S
MPSy =
△ Yd
Dalam perekonomian 3 sektor dengan system pajak proporsional, MPS adalah
lebih besar dari MPSy. Dalam system pajak proporsional, nilai MPSy adalah
MPS = (1-b)(1-t)

10
1. Pajak yang dipungut akan mengurangi pendapatan disposable sebanyak
pajak yang dipungut tersebut,
2. Penurunan pendapatan disposable menyebabkan pengeluaran konsumsi dan
tabungan RT akan berkurang pada berbagai tingkat pendapatan.
 Pajak Tetap
Fungsi Konsumsi : C = -bT + a + bY
Fungsi Tabungan : S = -(1-b) T – a + (1-b)Y
 Pajak Proporsional
Fungsi Konsumsi : C = a + b(1-t)Y
Fungsi Tabungan : S = -a + (1-b) (1-t)Y

EFEK PAJAK TETAP TERHADAP KONSUMSI DAN TABUNGAN

EFEK PAJAK PORPROSIONAL TERHADAP KONSUMSI DAN TABUNGAN

11
Efek Pajak Terhadap Konsumsi

Efek Pajak Terhadap Tabungan

G. Efek Pajak terhadap Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan dengan Analisis
Aljabar
1. Efek pajak tetap
Fungsi konsumsi C=a+bY, setelah pajak tetap menjadi: C1=-bT+a+bY.
Fungsi tabungan S=-a+(1-b)Y, setelah pajak tetap menjadi: S1=-(1-b)T-a+(1-
b)Y
Contoh soal:
Misal pendapatan nasional sebesar 240, fungsi konsumsi sebelum pajak
C=90+0,75Y, fungsi tabungan S=-90+0,25Y. Besarnya pajak adalah 40.
Bagaimana perubahan fungsi konsumsi dan tabungan?
Jawab:
Fungsi konsumsi C=90+0,75Y

12
C1=-0,75x40+90+0,75Y
C1=60+0,75Y
Fungsi tabungan S=-90+0,25Y
S1=-(1-b)T-a+(1-b)Y
S1=-(0,25)40-90+(0,25)Y
S1=-100+0,25Y

2. Efek pajak proporsional


Fungsi konsumsi C=a+bY, setelah pajak tetap menjadi: C1=a+b(1-t)Y.
Fungsi tabungan S=-a+(1-b)Y, setelah pajak tetap menjadi: S1=-a+(1-b)(1-t)Y
Contoh soal:
Misal pendapatan sebesar 480, fungsi konsumsi sebelum pajak C=90+0,75Y,
fungsi tabungan S=-90+0,25Y. Besarnya pajak adalah 20%. Bagaimana efek
pajak proporsional terhadap fungsi konsumsi dan tabungan?
Jawab:
Fungsi konsumsi C=90+0,75Y
C1=90+0,75(0,8)Y
C1=90+0,6Y
Fungsi tabungan S=-90+0,25Y
S1=-90+0,25x0,8Y
S1=-90+0,2Y

H. Bentuk-Bentuk Pajak Pendapatan


 Pajak regresif : sistem pajak yang persentasinya menurun apabila pendapatan
yang di kenakan pajak menjadi bertambah tinggi.dalam sistem ini, pada
pendapatan rendah ,pajak yang di pungut meliputi bagian yang paling tinggi dari
pendapatan tersebut.tetapi,semakin tinggi pendapatan semakin kecil persentasi
pajak itu di bandingkan dengan keseluruan pendapatan.

13
 Pajak proporsional : persentasi pungutan pajak yang tetap besarnya pada
berbagai tingkat pendapatan,yaitu dari tingkat pendapatan yang sangat rendah
kepada yang sangat tinggi.dalam sistempajak ini tidak di bedakan di antara
penduduk yang kaya atau miskin dan di antara perusahaan besar dan perusaan
kecil.
 Pajak progresif : sistem pajak yang persentasinya bertambah apabila pendapatan
semakin meningkat .pajak ini menyebabkan pertambahan nominal pajak yang di
bayar akan menjadi semakin cepat apabila pendapatan semakin tinggi.

I. Pengeluaran Pemerintah
Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai berbagai
kegiatan pemerintah. Dinegara-negara yang sudah sangat maju, Pajak adalah
sumber utama dari pembelanjaan pemerintah, sebagian dari pengeluaran pemerintah
adalah untuk membiayai administrasi pemerintahan dan untuk membiayai kegiatan-
kegiatan pembangunan, membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah, membiayai
sistem pendidikan dan kesehatan rakyat, membiayai pembelanjaan untuk angkatan
bersenjata dan membiayai berbagai jenis infrastruktur yang penting artinya dalam
pembangunan adalah beberapa bidang penting yang akan dibiayai pemerintah.

J. Penentu-Penentu Pengeluaran Pemerintah


 Proyeksi jumlah pajak yang di terima : Dalam menyusun anggaran belanja
pemerintah harus terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai jumlah pajak
yang akan di terimanya.makin banyak jumlah pajak yang akan dapat di
kumpulkan, makin banyak pula perbelanjaan pemerintah yang akan di lakukan.
 Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai : mengatasi masalah pengangguran,
menghidari inflasi dan mempercepat pembangunan ekonomi. untuk
mempercepat kegiatan tersebut seringkali membelanjakan uang yang lebih besar
dari pendapatan yang di peroleh oleh pajak.

14
 Pertimbangan politik dan keamanan : pertimbangan-pertimbangan politik dan
kestabilan negara selalu menjadi salah satu tujuan penting dalam menyusun
anggaran belanja pemerintah. kekacauan politik, keamanan. keadaan seperti itu
akan menyebabkan kenaikan perbelanjaan pemerintah yang sangat besar.

K. Fungsi Pengeluaran Pemerintah (G)


Fungsi Pengeluatan Pemerintah (G) bersifat otonom dan dinyatakan dengan :
G = Go

L. Masalah Makroekonomi dan Kebijakan Fiskal


a) Kebijakan Fiskal
Langkah-langkah pemerintah dalam upaya membuat perubahan-perubahan
dalam sistem pajak dan atau melakukan perbelanjaannya  dengan tujuan untuk
mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi disebut kebijakan fiskal.
Tingkat kegiatan ekonomi negara yang wujud pada suatu waktu tertentu adalah
berbentuk dari salah satu dari keadaan yakni mencapai tingkat konsumsi tenaga
kerja penuh dan menghadapi masalah pengangguran serta menghadapi masalah
inflasi.
Ketika menghadapi masalah depresi dan pengangguran maka kebijakan yang
dilakukan kebijakan anggaran belanja defisit yaitu menambah pengeluarannya
untuk meningkatkan kegiatan ekonomi diimbangi dengan pengurangan pajak
yang dipungut dari para penerima pendapatan dan perusahaan-perusahaan.
Ketika menghadapi masalah inflasi maka kebijakan anggaran surplus yang harus
dilakukan oleh pemerintah yakni dengan mengurangi pengeluaran atau
perbelanjaannya dan menaikkan tingkat dan jumlah pajak yang dipungut dari
berbagai golongan masyarakat.
Kebijakan Fiskal Diskresioner diartikan sebagai langkah-langkah pemerintah
untuk mengubah pengeluarannya atau pemungutan pajak dengan tujuan
mengurangi gerak naik turun tingkat kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu dan

15
menciptakan suatu tingkat kegiatan ekonomi yang mencapai tingkat konsumsi
tenaga kerja yang tinggi, tidak menghadapi masalah inflasi dan selalu
mengalami pertumbuhan yang memuaskan.
Kebijakan fiskal diskresioner ini dibedakan dalam tiga bentuk yaitu membuat
perubahan ke atas pengeluaran pemerintah; membuat perubahan ke atas system
pemungutan pajak; dan secara serentak membuat perubahan dalam pengeluaran
pemerintah dan system pemungutan pajak.
Di dalam masa dimana perekonomian berada di bawah tingkat konsumsi tenaga
kerja penuh dan pengangguran cukup tinggi maka untuk mengatasinya
pemerintah dapat melakukan perubahan dengan memilih satu dari
beberapa perubahan berikut:
a)      Menaikkan pengeluarannya tetapi tidak membuat perubahan apa-apa ke
atas pajak yang dipungut.
b)      Mempertahankan tingkat pengeluarannya tetapi menurunkan pajak yang
dipungutnya.
c)      Di satu sisi menaikkan pengeluarannya dan di lain pihak menurunkan
pajak yang dipungutnya.
d)      Pengeluaran dan pemungutan pajak dinaikkan dengan sama besarnya
dengan tujuan untuk menjaga agar pendapatan dan pengeluaran pemerintah
tetap seimbang.
Sedangkan perubahan-perubahan yang dilakukan untuk mengatasi inflasi
adalah:
a)      Mengurangi pengeluarannya, atau
b)      Menaikkan pajak yang dipungut, atau
c)      Mengurangi pengeluaran dan menaikkan pajak yang dipungut, atau
d)      Mengurangi pengeluaran dan mengurangi pajak yang dipungut dengan
jumlah sama besar.

16
Pada hakikatnya terdapat tiga faktor yang menentukan besarnya perubahan
dalam anggaran belanja untuk mengatasi masalah pengangguran dan inflasi,
antara lain:
a) Besarnya perbedaan di antara pendapatan nasional yang sebenarnya dicapai
dengan pendapatan nasional yang akan tercapai pada konsumsi tenaga
kerja penuh.
b) Bentuk kebijakan fiskal diskresioner yang akan dilaksanakan.
c) Besarnya kecenderungan konsumsi marginal masyarakat pendapatan
nasional (MPC).

 Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah membuat perubahan


dalam bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk
mempengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian.
Menurut Keyness :
Fiskal Policy = pengangguran
Fiskal Policy = AE Y dan penggunaan Tk
Fiskal Policy = Tx pendapatan C AE
 Tingkat kegiatan ekonomi
1. Mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh

2. Menghadapi masalah pengangguran

17
A-B = Jurang Deflasi

- Jurang Deflasi :
 Tingkat kegiatan ekonomi belum mencapai potensinya
 Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah :

AE ditambah
TX dikurangi Menimbulkan anggaran belanja defisit

 Anggaran belanja deficit = mengatasi depresi dan pengangguran


3. Menghadapi masalah inflasi

E-B = Jurang Inflasi

- Jurang Inflasi :
 Pengeluaran agregat melebihi kemampuan perekonomian untuk
memproduksi barang dan jasa
 Langkah-langkah :
AE dikurangi
TX ditambah
Kesimpulan : anggaran belanja surplus
b) Kebijakan Moeneter

18
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi
yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta
neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
 Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran
dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat)
pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan
ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)
 Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang
yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian
mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight
money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen
kebijakan moneter, yaitu antara lain:
 Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang
beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah
(government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,
pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila
ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan
menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat

19
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau
singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan
atas Surat Berharga Pasar Uang.
 Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar
dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.
Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga
harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang
bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral,
serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.
 Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus
disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
 Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah
uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku
ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit
untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi
jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang
lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian.

Tujuan Kebijakan Moneter

20
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No.
3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
c) Kebijakan Segi Penawaran
Kebijakan segi penawaran bertujuan untuk mempertinggi efisiensi
kegiatan perusahaan-perusahaan sehingga dapat menawarkan
barang-barangnya dengan harga yang lebih murah atau dengan
mutu yang lebih baik.
Salah satu kebijakan segi penawaran adalah kebijakan pendapatan
(incomes policy), yaitu langkah pemerintah yang bertujuan
mengendalikan tuntutan kenaikan pendapatan pekerja.
Kebijakan segi penawaran yang lain lebih menekankan kepada :
 Meningkatkan kegairahan tenaga kerja untuk bekerja
 Meningkatkan usaha para pengusaha untuk mempertinggi
efisiensi kegiatan memproduksinya.

Kebijakan segi penawaran dapat dijalankan dengan cara


mengembangkan infrastruktur dan peningkatan pelayanan
pemerintah dalam mengembangkan kegiatan usaha sektor swasta.

d) Kebijakan Penetapan Harga


1. Kebijakan harga produsen
Kebijakan harga produsen ada 2 bentuk, yaitu :
a. Shinning Price (harga setinggi mungkin)
alasan : perush belum punya saingan,  produk untuk kalangan 
atas
b. Penetration Price (hrga srendah mungkin)
tujuan: menerobos produk perush lain  masuk dalam pasar

21
2. Kebijakan harga grosir
Cara yang dilakukan misalnya memberikan potongan harga, baik
karena pembayaran tunai atau pembelian dalam jumlah banyak
3. Kebijakan Harga Retailer
a. Margin price (berdasar perkiraan, kalau sudah untung, barang
dijual)
b. Lining Price (berdasar pada barang yang sejenis dari berbagai
merk, diberikan harga yang sama).
c. Competitor Price (harga murah, tujuannya memperoleh
reputasi sebagai toko termurah).
d. Judgement Price (berdasarkan perkiraan, dalam satu kotak
ada satu/dua potong barang yang bagus)
e. Customary Price (harga produk stabil dan tidak ada
perubahan. Jika bahan baku meningkat maka harga pokok
meningkat).
f. Odd Price (penetapan harga ganjil untuk menarik pembeli).
g. Combination price (dilakukan dengan kombinasi barang,
misal produk sampho dengan sisir).

Tujuan Kebijakan Penetapan Harga :

a. Mendapatkan share pasar


b. Memperoleh harga maksimum
c. Mempromosikan produk
d. Memanfaatkan keuntungan
e. Mencapai keuntungan
f. Mencapai hasil penjualan maksimum

M. Beberapa Hal yang Harus Dipertimbangkan Pada Perekonomian 3 Sektor


 Fungsi Pajak (Tx)

22
Pajak dapat dibedakan atas pajak otonom dan pajak proporsional dan secara
matematika ditulis :
Tx = Txo + txY
Dimana :
Txo = pajak otonom atau pajak lump sum yaitu pajak yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh pendapatan
t = perubahan pajak akibat perubahan pendapatan
Contoh :
Tx = 5 + 0,2Y
Txo = 5, artinya besarnya pajak lump sum adalah 5
tx = 0,2 menunjukkan jika terjadi kenaikan pendapatan sebesar 1, maka akan
terjadi kenaikan pajak sebesar 0,2 atau sebaliknya.
 Fungsi Subsidi / Transfer (Tr)
Subsidi dapat dibedakan atas subsidi otonom dansubsidi proporsonal dimana
secara matematika ditulisTr = Tro – trY
Dimana :
Tro = subsidi lump sum yaitu pajak yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh
pendapatan
tr = perubahan subsidi akibat perubahan pendapatan
Contoh :
Tr = 4 – 0,1Y
Tro = 4, artinya besarnya pemberian subsidi lump sum adalah 4
Tr = - 0,1 menunjukkan jika ada kenaikan pendapatan sebesar 1, maka akan
terjadi penurunan subsidi sebesar 0,1 atau sebaliknya.
 Fungsi Pendapatan Siap Dibelanjakan / disposable income (Yd)
Yd = Y – Tx + Tr
Dimana :
Yd = pendapatan yang siap di belanjakan
Tx = pajak

23
Tr = subsidi
Contoh :
Tx = 5 + 0,2Y
Tr = 4 – 0,1Y
Maka :
Yd = Y – Tx + Tr
Yd = Y – (5 + 0,2Y) + (4 – 0,1Y)
Yd = Y – 5 – 0,2Y + 4 – 0,1Y
Yd = -1 + 0,7Y

 Fungsi Konsumsi Setelah Memasukkan Pajak dan Subsidi


Fungsi Konsumsi
C = 2000 + 0,8Yd
Tx = 200 + 0,2 Y
Tr = 100 – 0,1Y
Maka :
C = 2000 + 0,8 Yd
C = 2000 + 0,8(Y – Tx + Tr) 
C = 2000 + 0,8 (Y – (200 + 0,2Y) + (100 - 0,1Y) 
C = 2000 + 0,8(Y – 200 – 0,2Y + 100 – 0,1Y 
C = 2000 + 0,8 (Y – 0,2Y – 0,1Y – 200 + 100) 
C = 2000 + 0,8 ( 0,7Y - 100) 
C = 2000 + 0,56Y - 80 C = 1920 + 0,56Y 
Jadi fungsi konsumsi setelah memasukan pajak dansubsidi adalah
C = 1920 + 0,56Y

N. Multiplier Dalam Perekonomian 3 Sektor


Menghitung nilai multiplier
Tiga jenis multiplier akan ditentukan besarnya, yaitu untuk :

24
a. Multiplier Investasi
1. Sistem Pajak Tetap
1
Y=
1−b
2. Sistem Pajak Proporsional
Multiplier investasi (pajak proporsional)
1 1
Y= =
1−b+ bt 1−b( 1−t)
Contoh menghitung Multiplier Investasi :
Jika :
MPC = 0,75
Pajak proporsional T = 0,2Y
Pertambahan investasi = 20 triliun
b. Multiplier Pengeluaran Pemerintah
1. Sistem Pajak Tetap
1 1
G= dan △Y = △G
1−b 1−b
2. Sistem Pajak Proporsional
1
△Y = △G
1−b+ bt

c. Multiplier Pajak
1. Sistem Pajak Tetap
Dalam perekonomian yang menggunakan system pajak tetap, pengurangan
pajak sebanyak △T akan menambah pendapatan nasional (△Y) sebanyak :
b
dikali dengan pengurangan pajak yang dilakukan. Dalam pajak tetap,
1−b

nilai multiplier perubahan pajak :

25
△Y b
(MT) = =
△ T 1−b
2. Sistem Pajak Proporsional
Pengurangan pajak sebanyak △T akan menaikkan pendapatan nasional
sebanyak :
△Y b
= =
△ T 1−b+ bt

DAFTAR PUSTAKA

https://ekonomi-kelasx.blogspot.com/2014/11/menganalisis-circulair-flow-diagram-
3-sektor-secara-tepat.html (Diakses pada 27 Oktober 2019, Pukul 11.31 WIB)

https://slideplayer.info/slide/12291418/ (Diakses pada 27 Oktober 2019, Pukul


12.00 WIB)

https://www.academia.edu/36487167/Perekonomian_3_Sektor (Diakses pada 27


Oktober 2019, Pukul 12.43 WIB)

https://dewiratnasari830.wordpress.com/2014/01/15/sistem-perekonomian-3-sektor-
dan-4-sektor/(Diakses pada 27 Oktober 2019, Pukul 13.00 WIB)

https://www.academia.edu/25585196/EKONOMI_3_SEKTOR (Diakses pada 27


Oktober 2019, pukul 13.25 WIB)

http://coreaccountingindonesia.blogspot.com/2018/03/kegiatan-dan-perekonomian-
3-sektor.html (Diakses pada 27 Oktober 2019, pukul 15.00 WIB)

26
https://kepo789.blogspot.com/2016/05/materi-keseimbangan-ekonomi-tiga-
sektor.html (Diakses pada 27 Oktober 2019, Pukul 16.38 WIB)

https://www.online-pajak.com/pengelompokan-jenis-jenis-pajak-dan-penjelasannya
(Diakses pada 17 November 2019, Pukul 22.34 WIB)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter (Diakses pada 17 November 2019,


Pukul 22.50 WIB)

https://www.mas-software.com/blog/3-bentuk-kebijakan-makroekonomi/ (Diakses
pada 17 November 2019, Pukul 22.53 WIB)

http://rasimunway.blogspot.com/2011/03/kebijakan-penetapan-harga.html (Diakses
pada 17 November 2019, Pukul 23.01 WIB)

https://slideplayer.info/slide/11869421/ (Diakses pada 19 November 2019, Pukul


22.59 WIB)

https://www.slideserve.com/theo/pokok-bahasan-4-keseimbangan-pendapatan-
nasional-3-sektor (Diakses pada 20 November 2019, Pukul 13.17 WIB)

27

Anda mungkin juga menyukai