Anda di halaman 1dari 4

MENGANALISIS ELASTISITAS GULA PASIR SERTA SIKAP & KEBIJAKAN PARA

PELAKU EKONOMI UNTUK BERADAPTASI PADA PERGERAKAN HARGA


perubahan harga
% Perubahan harga = x 100%
P1
P 2−P1
% Perubahan harga = x 100%
P1
15.800−12.100
% Perubahan harga = x 100%
12.100
3.700
% Perubahan harga = x 100%
12.100
% Perubahan harga = 30,57 %
Dengan kata lain, menaikkan harga dari Rp20.000 menjadi Rp340.000 merupakan kenaikan
sebesar 30,57%

Perubahan kuantitas yang diminta


% Perubahan kuantitas yang diminta = Q1+Q 2 x 100%
( )
2
90.000
% Perubahan kuantitas yang diminta = 2.750.000+ 2.660.000 x 100%
( )
2
90.000
% Perubahan kuantitas yang diminta = x 100%
2.705.000
% Perubahan kuantitas yang diminta =3,32%

% Perubahan kuantitas yang diminta


Elastisitas harga dari permintaan =
%Perubahan harga
3,32 %
Elastisitas harga dari permintaan =
30,57 %
Elastisitas harga dari permintaan = 0,11 % (Inelastis)
P(Rp)
Q(Kg)

Data ini dirangkum dari beberapa sumber dan diambil dari harga gula pasir rata-rata
akhir tahun 2019 hingga pertengahan Maret 2020. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi
perubahan harga gula pasir. Yang pertama tentu saja karena diawal tahun harga barang pokok
cenderung tidak stabil sehingga menyebabkan harga gula pasir relative naik. Kemudian di
awal tahun diawali dengan peristiwa bencana alam seperti banjir & longsor sehingga
menyebabkan persediaan gula pasir menurun (Q2) yang sebelumnya diprediksi cukup untuk
persediaan hingga akhir dan awal tahun. Kemudian faktor lain nya adalah tentang isu Corona
yang menyebabkan kesulitan dalam mengimpor gula untuk menekan harga gula yang
semakin bergerak naik.
Grafik elastisitas permintaan menunjukkan grafik yang inelastis, yakni sebesar 0,11%.
Ini karena disebabkan gula pasir yang sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat sehingga
gula pasir yang persediaan nya semakin menurun tetap memiliki daya beli meskipun harga
gula pasir semakin naik.
Bagaimana peran & pelaku ekonomi untuk beradaptasi dalam pergerakan harga ini?
Menurut https://databoks.katadata.co.id/ pemerintah telah menerapkan kebijakan izin
impor gula mentah sebanyak 438,8 ribu ton, yang akan diolah industri menjadi gula kristal
putih yang diharapkan mampu menurunkan harga gula pasir. Impor ini juga diharapkan akan
memenuhi kebutuhan konsumsi menjelang Ramadan.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan impor gula kristal akan masuk
pada akhir Maret 2020. Impor ini tertuang dalam Surat Perizinan Impor (SPI) yang telah
dikeluarkan oleh Kemendag sebesar 438,8 ribu ton. Tambahan pasokan ini diharapkan
mampu untuk menurunkan harga gula yang cenderung melambung di pasar.
Selain langkah tersebut, Pemerintah juga akan memanggil para importir gula. Ia akan
meminta pada para importir untuk segera mengeluarkan pasokan gula yang masih dimiliki.
Beberapa pasar juga terlihat sedang disidak oleh Polisi untuk memastikan harga barang
pokok terkendali.
Sedangkan para produsen mulai khawatir akibat kelangkaan dan kenaikan harga gula.
Dilansir https://republika.co.id/ produsen swasta, Sugar Group (Gulaku) angkat bicara soal
kenaikan harga gula. Pangkal masalah dari persoalan gula dinilai akibat ketidakseimbangan
antara permintaan dan ketersediaan ditambah kemungkinan adanya oknum spekulan harga.
Direktur Sugar Group, Irwan, mengatakan, kelangkaan gula utamanya terjadi di toko
ritel modern. Menurut dia, banyak yang melakukan pembelian partai besar di toko ritel yang
harganya dipatok sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp 12.500 per kilogram.
Hasil dari pembelian tersebut kemudian dijual kembali di pasar tradisional dengan
harga yang jauh lebih tinggi. Hal itu pun sangat memungkinkan karena pasar sejatinya tidak
memiliki kontrol untuk menerapkan HET seperti di ritel modern.
Aksi-aksi spekulan itu dinilai muncul karena adanya sinyal penurunan produksi gula
sebagai dampak dari musim kemarau panjang tahun 2019. Di satu sisi, permintaan gula juga
tengah mengalami kenaikan dipicu oleh berbagai faktor di dalam negeri.
Sementara bagi konsumen, kenaikan harga & kelangkaan stok gula menjadi
kekhawatiran, terutama bagi para pedagang dan konsumen rumah tangga.
Kondisi ini tentu membuat para pedagang mengeluh karena dagangan mereka sepi
pembeli. Selain karena harga yang kian mahal, pengunjung pasar tersebut juga menurun
drastis akibat merebaknya virus corona penyebab COVID-19 yang kian masif. Warga
menjadi enggan untuk ke luar rumah, apalagi ke pasar tradisional.
Konsumen sangat merasakan kekhawatiran karena selain harga gula yang naik,
kelangkaan gula juga menjadi ketakutan besar bagi para konsumen. Dengan naik nya harga
gula dipasaran kini konsumen mulai banyak membeli gula kemasan yang ada di minimarket
sehingga lagi-lagi gula kemasan pun stok nya kian menipis dan dikhawatirkan harga gula
kemasan juga akan berimbas naik. Padahal konsumen hanya dibatasi maksimal membeli 2kg
saja.
Tentu kenaikan harga dan kelangkaan stok gula menjadi kekhawatiran bagi semua
pihak, khususnya masyarakat sebagai konsumen. Oleh karena itu, diharapkan semua pihak
terutama Pemerintah mencoba menekan harga gula yang sangat tinggi dengan kebijakan yang
efektif dan memeberantas perilaku oknum-oknum yang suka menimbun dan menahan stok
gula untuk produksi ke pasar yang menyebabkan persediaan gula menjadi menipis.
Referensi
http://ayoyogya.com/read/2020/03/23/38926/harga-meroket-gula-pasir-mulai-langka-
di-gunungkidul
https://finance.detik.com/industri/d-4928551/harga-gula-naik-jadi-rp-15000kg-gara-gara-
apa

https://katadata.co.id/berita/2020/03/12/stok-terus-menipis-harga-gula-di-konsumen-
capai-rp-17000-per-kg
https://mediaindonesia.com/read/detail/298991-harga-gula-di-aceh-naik-drastis-
konsumen-resah

Anda mungkin juga menyukai