Furo Fix
Furo Fix
Oleh:
MUHAMMAD HIDAYATULLAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Manfaat Penelitian ........................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 5
2.1 Furosemid ......................................................................... 5
2.2 Kaptopril ............................................................................ 6
2.3 Spektrofotometri ............................................................... 6
2.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ........................... 7
2.5 Parameter Validasi Metode Analisis .................................. 9
2.6 Hipotesis ........................................................................... 12
BAB III. METODE ANALISIS ...................................................... 13
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................... 13
3.2 Variabel Penelitian .......................................................... 13
3.3 Bahan Penelitian ............................................................. 13
3.4 Alat Penelitian ................................................................. 14
3.5 Prosedur Penelitian ......................................................... 14
3.6 Validasi Metode ............................................................... 16
i
BAB I
PENDAHULUAN
karena omset kerja obat yang cepat dan berdurasi pendek. Furosemid menghambat
Waktu paruh furosemid pada keadaan normal berkisar 2 jam namun akan
berkepanjangan pada pasien yang memiliki gangguan ginjal dan hati (Sweetman
et al, 2009). Konsentrasi plasma pada rentang 1-400 mg/mL dan 91-99 % akan
terikat protein plasma. Kadar maksimal yang terkandung dalam darah berkisar
0,5-2 jam, setelah pemberian oral (Siswandono, 1995). Furosemid sebagian besar
dieksresikan melalui urin, yaitu sekitar 50% dari dosis oral dan 80% dari inful
(ACE inhibitor) yang dapat menurunkan tekanan darah yang begitu tajam
1
terutama pada hipertensi dengan aktivitas renin yang tinggi. Furosemid juga
berinteraksi jika
2
2
profil disolusi yang berfariasi (Syukri & Sukmawati, 2004). Disolusi merupakan
factor utama agar obat tersedia secara hayati sehingga menimbulkan efek secara
obat dalam tubuh karena banyaknya obat di dalam tubuh secara langsung akan
waktu, biaya, dan tujuan (diaplikasi). Beberapa studi telah melakukan penelitian
2011; Sora et al, 2010), RPLC/MS (Hamid, 2000), KCKT-UV (Taufiq, 2015).
validasi metode KCKT fase terbalik dalam spiked plasma pada kolom Cosmosis
5C18-MS-II (250 x 4,6 mm i.d, 5 μm), menggunakan fase gerak bufer fosfat pH
3 : methanol (80:20) dan menggunakan laju alir 1,5 mL/menit dengan detektor
UV, yang diharapkan dapat mejadi metode analisis yang cepat, sederhana dan
sebagai berikut:
2. Apakah hasil validasi metode analisis secara KCKT fase terbalik pada
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Furosemid
acid merupakan sulfomida yang berindikasi diuretic kuat dan bertitik kerja di
medulla ginjal dan dikelilingi oleh jalinan kapiler). Penggunaan furosemid efektif
pada keadaan edema di otak dan paru-paru (Tjay dan Rahardja, 2007). Furosemid
sedikit larut dalam air, larut dalam etanol (1:75), larut dalam aseton (1:15), larut
dalam eter (1:850), dan larut dalam dimthylformamide. PKa 3.9, Log p
hiperkalemi, serta mengurangi odem perifer dan odem paru pada kompensasi
gagal jantung menengah sampai berat (Well et al., 2009). Mekanisme furosemid
5
ketidakseimbangan elektrolit dengan kondisi hipokalemi dan dehidrasi yang
serius.
6
7
2.2 Kaptopril
converting enzyme (ACE) yang telah banyak digunakan untuk pengobatan gagal
jantung dan hipertensi, kaptopril banyak kerap digunakan karena efektif dan
toksisitasnya rendah. Kaptopril memiliki waktu paruh yang pendek yaitu 1-3 jam
serta memiliki absobrsi yang baik di lambung sehingga sesuai untuk dibuat
darah secara tajam pada hipertensi dengan aktivitas renin tinggi (Stockley, 2008).
2.3 Spektrofotometri
diketahui, antara lain panjang gelombang (λ), frekuensi (ʋ), bilangan gelombang
(v), dan serapan (A). Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk mengukur
melewati larutan yang mengandung zat yang dapat menyerap, maka radiasi ini
a. Definisi
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) atau sering di sebut dengan HPLC
analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel sejumlah bidang,
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut
gerak. Wadah seperti ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1
degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas
sehingga akan mengacaukan analisis (Skoog et al, 1998). Pada saat membuat
9
pelarut, buffer, dan reagen dengan kemurnian yang sangat tinggi, dan lebih
terpilih lagi jika pelarut-pelarut yang akan digunakan untuk KCKT berderajat
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi.
Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut,
Rohman, 2008).
inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum yang dipakai untuk pompa
adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, bdan batu nilam (Rohman, 2009).
alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup Teflon yang
(Rohman, 2009).
10
Fase diam pada KCKT berupa lapisan film cair yang terikat pada basis
dari dalam kolom. Lapisan film cair ini akan terikat pada partikel silika
6. Detektor
cepat dan reprodusible; sensifitas tinggi; stabil; melalui volume seel yang
perubahan keepatan air fase gerak dan suhu; sinyak yang dihasilkan
b. Instrumentasi
Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas fase gerak, pompa, tempat
injeksi, kolom (fase diam), detektor, wadah pembuangan fase gerak, dan
analit yang dapat diterima untuk suatu tujuan. Langkah awah untuk
1. Selektivitas
dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Dalam
11
dengan matriks sampel seperti ketidak murnian produk degradasi dan komponen
2. Linieritas
pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit yang terdapat pada sampel pada
dengan konsentrasi yang berbeda. Data yang diperoleh kemudian diproses dengan
metode kuadrat terkecil sehingga dapat dihitung nilai kemiringan (slope), intersep,
3. Akurasi
dengan kadar analit yang sesungguhnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen (%)
nilai yang diterima baik nilai sebenarnya, nilai konvensi, atau nilai rujukan
(Gandjar dan Rohman, 2008). Terdapat tiga cara yang dapat digunakan
4. Presisi
pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Hal ini menunjukkan keselahan acak
5. Sensivitas
menganalisa analit dalam sebuat matriks tanpa adanya gangguan dari komponen
lain yang ada dalam matriks tersebut (Ahuja & Dong, 2005).
6. Rentang (Range)
alalit yang ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat
Sedangkan LOQ merupakan jumlah analit terkecil dalam sampel yang dapat
13
ditentukan secara kuantitatif pada tingkat ketelitian dan ketepatan yang baik
(EMA, 2011).
2.6 Hipotesis
menggunakan fase diam kolom Cosmosis 5C18-MS-II (250 x 4,6 mm i.d, 5 μm)
dan fase gerak buffer fosfat : metanol (80 : 20) dengan kecepatan alir 1,5
selektivitas, carry-over, LLOQ, kurva kalibrasi, akurasi dan presisi, dan uji
stabilitas.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
eksperimental, karena tidak dilakukan perlakuan atau manipulasi pada subjek uji
yang digunakan dan rancangan deskriptif karena hanya menggambarkan data yang
diperoleh.
1. Variabel bebas dalam penilitian ini yaitu sistem kromatografi caik kinerja
tinggi (KCKT) dengan fase diam kolom Cosmosis 5C 18-MS-II (250 x 4,6 mm
i.d, 5 μm) dan fase gerak buffer posfat : methanol (80 : 20).
digunakan.
KH2PO4, asam fosfat. Semua bahan kimia yang digunakan memiliki grade
14
15
Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat KCKT yang terdiri dari;
pompa, detektor UV, kolom Cosmosis 5C18-MS-II (250 x 4,6 mm i.d, 5 μm), alat
aquabides dalam labu ukur 10 mL, sehingga didapatkan larutan stok dengan
aquabides dalam labu ukur 10 mL, sehingga didapatkan larutan stok dengan
d. Preparasi Sampel
ditambahkan furosemide sebanyak 100 μL (tanpa dan dengan kaptopril 100 μL)
serta acn 1000 μL disentrifugase dengan kecepatan 12000 rpm selama 15 menit
menit, dan disaring menggunakan whatman 0,45. Pada proses ekstraksi tersebut
kali pengulangan.
a. Selektivitas
Plasma ditambah furosemid 1,1 μg/mL dan internal standar 0,2 μg/mL
kemudian dipreparasi seperti pada butir “3.5 d”. Selektivitas pada metode ini
ditunjukkan melalui nilai resolusi. Dalam teknik pemisahan, daya pisah (resolusi)
antara analit yang dituju dengan pengganggu lainnya harus > 1,5 (Rohman, 2009).
18
b. Carry-over
dipreparasi seperti butir “3.5 d”. Carry-over pada blanko tidak boleh lebih dari
c. LLOQ
Konsentrasi analit yang terendah setelah dipreparasi seperti butir “3.5 d” dan
d. Kurva Kalibrasi
Dibuat konsentrasi analit akhir dengan plasma yaitu pada konsentrasi 0,03
μg/mL, 0,06 μg/mL, 0,09 μg/mL, 0,2 μg/mL, 0,5 μg/mL, 0,8 μg/mL, 1,1 μg/mL
yang telah dipreparasi pada butir “d”, kemudian diinjek kesistem KCKT sebanyak
20 μL. Hasil data yang diperoleh akan dibuat regresi linear (y= bx+a). Nilai %
diff dari hasil konsentrasi pengukuran tidak boleh menyimpang dari ± 15%,
kecuali untuk LLOQ tidak menyimpang lebih dari ± 20%. Selama proses validasi
dari LLOQ, 50% dari kurva kalibrasi, 75% dari konsentrasi tertinggi. Yaitu
berturut-turut 0,03, 0,09, 0,2, 0,8 dan dipreparasi seperti butir “3.5 d” dan
direplikasi sebanyak 5 kali. Akurasi dan presisi yang memenuhi persyaratan yaitu
nilai % diff dan KV tidak melampaui ± 15% untuk konsentrasi rendah, sedang,
dan tinggi; dan pada konsentrasi LLOQ tidak melampaui ± 20% (EMA, 2011).
19
f. Uji Stabilitas
Ahuja, S., and Dong, M.W., 2005. Handbook of Pharmaceutical Analysis bby
HPLC, Vol 6, Elsevier Inc, pp.49, 58-62, 138-385.
Asyarie, S., Rahmawati, H. dan Sinambela, P., 2007, Formulasi Tablet Kaptopril
Lepas Lambat dengan Matrix Pautan Silang Alginat, Majalah Farmasi
Indonesia,18 (1), 34-39.
Bragtto, M.S., santos, M.B.D., Pinto, A.M.P., Gomes, E., Anggonese, N.T.,
Viezzer, W.F.G., Donaduzzi, C.N and Monfio, J.L. 2011. Comparison
between Pharmacokinetic and Pharmacodynamic og Single-Doses of
Furosemide 40 mg Tablets, J. Bioequiv., 3(8):191-197.
Moffat, A.C, Osselton, M.D, and Widdop, B. 2011. Clarke’e Analysis of Drugs
and Poisons, Fourth Edition. Es. Pharmaceutical Press, London.
Rohman, A. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Jogyakarta, hal
217.
Skoog. D.A, West, D.M, and Holler, F.J. 1994. Pinciples of Instrumental
Analysis, 8th Edition, Thompson Brooks Cole, Canada, pp.818-819.
Sora, D.I., Udercu, S., Albu, F., David, V. and Medvedovixi, A. 2010. Analytical
issue in HPLC/MS/MS simultaneous assay of furosemide, spironolactone
and canrenone in human plasma samples, J. Pharm. Biomed. Anal., 52:734-
740.
20
Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference, 36th edition,
Pharmaceutical Press, London, United Kingdom.
21
22
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271.
Well. B.G., Dipiro, J.T., Schiwinghammer, T.L. dan Dipiro, C.V. 2009.
Pharmacoterapy Handkbook, 7th edition, McGraw-Hill Companies Icn.,
United States.
23
dari yayasan, dimana peneliti diberikan tugas studi dari yayasan yang juga