Anda di halaman 1dari 2

KAFALAH (JAMINAN) - chilla

Contoh kasus:

Kafalah bil Maal (Jaminan Harta)

1.

Pak Ahmad hendak mendirikan rumah. Ia tidak memiliki uang cash yang cukup agar
pendirian rumahnya bisa berlangsung tepat waktu selama musim kemarau yang hanya
berkisar 2 bulan. Untuk itu ia mengajukan pinjaman kepada para tukang dan toko bangunan
sebesar dana yang dibutuhkan untuk membangun rumah. Selanjutnya, untuk melunasinya,
ia mengajukan penjaminan kepada bank demi lunasnya tanggungan tersebut. Setelah
diadakan survei di lapangan, bank menyetujui usulan Pak Ahmad dan dia menanggung
semua biaya kebutuhan untuk mendirikan rumah dengan risiko, Pak Ahmad harus
membayar kompensasi penjaminan (ujrah/ja’lu) dengan besaran yang ditetapkan oleh bank
dan bersifat ma’lum (diketahui secara jelas). 

2.

Dina akan membuat usaha ayam bakar, namun belum mempunyai modal, sedangkan Dona
sudah ingin memesan ayam bakar nya, agar tidak kehilangan konsumen pertamanya, maka
dari itu Dina mencari dana untuk meminjamkan uang untuk modal usahanya.

Kafalah bin Nafs (Jaminan Diri)

3.

Menjamin orang yang tertuduh di mahkamah seperti: “aku jamin kehadiran Didi dalam
pembicaraan itu nanti.”

Merupakan akad jaminan dari kafil( penjamin) untuk menghadirkan diri seseorang pada
waktu tertentu di temat tertentu. Kafalah ini bukan merupakan kajian ekonomi islam. Jika
kafil(penjamin) tidak bisa menghadirkan, padahal ia masih hidup, maka kafil wajib
membayar sejumlah denda sesuai dengan dalil ‘Az-zaim gharimun(penjamin itu berhutang)
kecuali dalam akad itu disebutkan kafil tidak akan membayar jika makful’anhu tidak datang.
Tanggapan :
Pelaksanaan akad Kafalah khususnya pada kafalah bil Maal merupakan suatu kemudahan
yang diberikan oleh agama islam terhadap umatnya sekaligus dapat menjadi solusi
alternatif dalam muamalah sesama manusia. Kafalah dapat memudahkan transaksi bisnis
yang dilakukan oleh pihak pihak terkait, karena dapat memberikan rasa aman dan kondusif
bagi kelangsungan bisnis maupun proyek proyek yang sedang dikerjakan sehingga dapat
diselesaikan sesuai dengan jadwal dan target yang telah disepakati dan pihak yang
berpiutang tidak dirugikan dari ketidakmampuan orang yang berutang. Dengan catatan
memenuhi unsur-unsur yang telah diatur secara fiqh dan tidak mengandung unsur riba
yang dapat menimbulkan kerugian pada salah satu pihak.

Dalam hal ini ada beberapa manfaat yang didapat, yaitu:

1. Pihak yang dijamin (nasabah), bisa mengerjakan proyek karena memenuhi


persyaratan untuk mengerjakan proyek dari pihak (cukup modal)
2. Pihak yang terjamin(pemilik proyek), mendapat jaminan proyeknya dapat
diselesaikan dengan jadwal yang telah ditentukan karena kafalah juga pengambil
alihan resiko oleh pihak yang menjamin
3. Pihak yang menjamin(bank), dengan adanya kafalah maka pihak ini mendapat
ujrah(fee) dari proyek yang dikerjakan

Disamping itu akad ini juga sesuai dengan prinsip tolong menolong ( ta’aawun) dalam
agama Islam.

Q.S Al-Ma’idah Ayat 2

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran..

Dan juga sabda Rasulullah saw.

Allah akan membantu seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.

Memberikan jaminan(kafalah) kepada orang lain merupakan perwujudan tolong menolong.

Anda mungkin juga menyukai