Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KECEMASAN PADA REMAJA MEMASUKI MASA PUBERTAS

Oleh :

Finanaila Sya adah

010117A031

POGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERTAS NGUDI WALUYO

2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kecemasan Remaja pada Masa Pubertas

Subtopik : Masa Pubertas Usia Sekolah

Sasaran : Seluruh siswa kelas 1 SMP 28 Kelurahan Ambarawa

Waktu : 30 menit

Tanggal : 05 Juni 2020, Pukul. 10.00 WIB

Tempat : SMP 28 Kelurahan Ambarawa

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan adanya

peningkatan pengetahuan siswa kelas 1 SMP 28 Kelurahan Ambarawa mengenai

penyakit masa pubertas.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit diharapkan:

a. Mengetahui pengertian pubertas

b. Mengetahui ciri-ciri masa pubertas

c. Mengetahui akibat perubahan pada masa pubertas

B. Materi

Terlampir

C. Metode

Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi/tanya jawa, dan demonstrasi

D. Media
Leaflet

E. Kegiatan

Langkah-
Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
langkah
Pendahuluan 5 menit 1. Menyampaikan salam 1. Membalas salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkn dengan
aktif
3. Menyampaikan kontrak 3. Mendengar dan
waktu memberikan respon
4. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan
pembelajaran
Penyajian 15 menit Menjelaskan tentang materi : Mendengarkan dengan
a. Pengertian pubertas antusias materi yang
b. Ciri-ciri pubertas disampaikan
c. Akibat perubahan
pada masa pubertas
Penutup 10 menit 1. Memberikan 1. Bertanya
kesempatan untuk
bertanya
2. Melakukan 2. Berperan aktif
reinforcement dengan
memberikan beberapa
pertanyaan kepada
peserta
3. Menyampaikan 3. Menyimak
kesimpulan

F. Evaluasi

Mengetahui Masa Pubertas

1. Pengertian pubertas.
2. Ciri-ciri pubertas.

3. Akibat perubahan pada masa pubertas.

Materi

1. Pengertian pubertas.

Saat remaja pertumbuhan fisik baik laki-laki maupun perempuan sangatlah cepat

tumbuhnya. Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan terjadi amat cepat. Perbedaan

pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada organ reproduksinya, dimana

akan diproduksi hormone yang berbeda, penampilan yang berbeda, serta bentuk tubuh

yang berbeda akibat berkembangnya tanda seks sekunder (Depkes RI, 2007).

Pubertas ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi

dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan seksual merupakan suatu

rangkaian dari perubahanperubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan

perubahan pada seks primer (Primary Sex Characteristics) dan perubahan pada seks

sekunder (Secondary Sex Characteristics). Meskipun perkembangan ini biasanya

mengikuti suatu urutan tertentu, namun urutan dari kematangan seksual tidak sama pada

setiap anak, dan terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahanperubahan.

Pubertas biasanya berlangsung pada umur 13-20 tahun dan fase yang lebih matang

dimana dari implus yang tenang menjadi menonjol sehingga dinamis.

2. Ciri – ciri pubertas

a) Pada perempuan

 menstruasi pertama
 mulai tumbuh jerawat pada wajah
 payudara terus tumbuh hingga seperti orang dewasa
 rambut di area organ seksual menjadi semakin lebat
 rambut di ketiak juga mulai lebat
 munculnya kumis tipis pada beberapa anak perempuan tertentu
 lebih mudah berkeringat
 tidak hanya jerawat, mulai muncul komedo pada wajah
 mulai mengalami keputihan
 tinggi badan meningkat drastis sejak menstruasi, biasanya 5-7.5 sentimeter
(cm) setiap tahunnya
 berat badan mulai meningkat juga, khususnya disebabkan karena lemak
yang tumbuh di lengan atas dan paha
 pinggul membesar sementara pinggang mengecil
b) Pada Laki – laki
 Nak laki-laki akan mengalami pertumbuhan penis dan testis
 Skrotum anak laki-laki akan berubah menjadi semakin gelap
 Rambut di area organ seksual menjadi lebih tebal dan keriting
 Rambut ketiak mulai tumbuh
 Anak anda akan lebih sering berkeringat
 Pada kasus tertentu, dada anak laki-laki akan sedikit membengkak
 Anak laki-laki akan mengalami mimpi basah
 Suara anak laki-laki akan lebih berat
 Mulai tumbuh jerawat dan juga komedo, baik di area wajah maupun badan
 Tinggi anak laki-laki bertambah hingga 7-8 sentimeter (cm) setiap
tahunnya
 Mulai terbentuk otot-otot pada tubuh
 Mulai tumbuh rambut pada wajah
3. Akibat perubahan pada masa pubertas
a) Ingin menyendiri
Biasanya anak – anak menarik diri dari teman – teman dan berbagai kegiatan
keluarga, dan sering bertengkar dengan teman dan anggota keluarga.
b) Bosan
Anak puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas –
tugas sekolah, kegiatan social, dan kehidupan pada umumnya.
c) Inkoordinasi
Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi koordinasi gerakan, anak
akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan
melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.
d) Antagonisme social
Anak puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah dan
menentang. Permusuhan terbuka pada lawan jenis diungkapkan dalam kritik dan
komentar – komentar yang merendahkan. Dengan berlanjut masa puber anak
menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain.
e) Emosi yang tinggi
Kemurungan, merajuk, ledakan, dan kecenderungan untuk menangis karena
hasutan yang sangat kecil merupakan ciri – ciri bagian awal puber. Pada masa ini
anak menjadi khawatir, gelisah dan cepat marah. Sedih, mudah marah, dan
suasana hati yang negative sering terjadi selama masa prahaid dan awal periode
haid.
f) Hilangnya kepercayaan diri
Anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri sekarang menjadi kurang
percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan bisik menurun dan
karena kritik yang datang dari orang tua dan teman – temannya.
g) Terlalu sederhana
Perubahan tubuh yang terjadi selama masa pubertas menyebabkan anak menjadi
sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang lain akan
memperhatikan perubahan yang dialaminya dan member komentar yang buruk.
REFERENSI
Kusumawati, P. D. 2018. Edukasi Masa Pubertas pada Remaja. Journal of Community
Engagement in Health | Vol. 1 No. 1 March 2018
Triyanto, E. 2010. PENGALAMAN MASA PUBERTAS REMAJA STUDI FENOMENOLOGI DI
PURWOKERTO. Jurnal Ners Vol. 5 No. 2 Oktober 2010
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI SPIRITUAL DZIKIR

Topik Penerapan terapi modalitas berupa terapi spiritual dzikir pada


pasien

Pengertian Terapi yang menggunakan media dzikir mengingat Allah yang


bertujuan untuk memfokuskan pikiran. Dengan bacaan do’a
dan dzikir orang akan menyerahkan segala permasalahan
kepada Allah, sehingga beban stress yang dihimpitnya
mengalami penurunan. (Fanada, 2012 dikutip Indri W, 2014)

Tujuan 1. Dzikir dapat mengusir, menundukkan dan membakar


setan, karena dzikir bagaikan benteng yang sangat kokoh
yang mampu melindungi seorang hamba dari serangan
musuh-musuhnya.
2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan
depresi, dan dapat mendatangkan ketenangan,
kebahagiaan dan kelapangan hidup. Karena dzikir
mengandung psikoterapeutik yang mengandung kekuatan
spiritual atau kerohanian yang dapat membangkitkan rasa
percaya diri dan rasa optimisme yang kuat dalam diri
orang yang berdzikir.
3. Dzikir dapat menghidupkan hati
4. Dzikir dapat menghapus dosa dan menyelamatkannya dari
adzab Allah, karena dengan berdzikir dosa akan menjadi
suatu kebaikan yang besar, sedang kebaikan dapat
menghapus dan menghilangkan dosa.
Waktu Setelah melaksanakan kegiatan shalat 5 waktu

Pelaksana Mahasiswa Praktika Senior

Prosedur A. Persiapan Alat dan Lingkungan


Penatalaksanaan 1. Persiapan perlengkapan ibadah (seperti tasbih, sajadah, dsb)
Terapi Spiritual
2. Lingkungan yang hening sehingga dapat berkonsentrasi
Dzikir
secara penuh
B. Langkah-langkah
Langkah-langkah respon rileksasi menurut Dr.dr Samsuridjal Djauzi,

SpPD., KAI (2008) antara lain :

1. Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan

2. Duduklah dengan santai

3. Tutup mata

4. Kendurkan otot-otot

5. Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan kalimat

spiritual yang dibaca secara berulang-ulang

6. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan

pikiran

7. Lakukan selama 10 menit

8. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah dulu dan

beristirahat, buka pikiran kembali, barulah berdiri dan

melakukan kegiatan kembali.

C. Kriteria Evaluasi

1. Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual

menggunakan catatan aktivitas terapi yang telah

dilakukan.

2. Menganalisis sesi yang telah dilakukan untuk melihat

kefektifan terapi.
3. Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga perawat

dapat mengetahui progres teknik yang dilakukan klien

dalam mengembangkan sesi.

Anda mungkin juga menyukai