Anda di halaman 1dari 17

JURNAL SKRIPSI

ANALISIS MANAJEMAN PEMELIHARAAN PADA INSTALASI


PEMELIHARAAN SARANA PRASARANA RUMAH SAKIT (IPSRS) DI RSUD
WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA

FIRMAN CHRIS DIANTONO


1421010039

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2018
HALAMAN PENGESAHAN
JURNAL SKRIPSI
ANALISIS MANAJEMAN PEMELIHARAAN PADA INSTALASI
PEMELIHARAAN SARANA PRASARANA RUMAH SAKIT (IPSRS) DI
RSUD WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA

FIRMAN CHRIS DIANTONO


1421010039

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Asih Media Yuniarti, S.KM., M.P.H. Arief Fardiansyah, S.T., M.Kes.


NIK 220 250 103 NIK 220 250 007
PERNYATAAN

Dengan ini kami selaku Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

Mojokerto :

Nama : Firman Chris Diantono

NIM : 1421010039

Program Studi : S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

(Setuju/tidak setuju* naskah jurnal ilmiah yang disusun oleh bersangkutan

setelah mendapat arahan dari pembimbing, dipublikasikan dengan/tanpa*)

mencantumkan nama tim pembimbing sebagai coauthor.

Demikian harap maklum.

Mojokerto, 13 Juli 2018

Firman Chris
NIM.1322010058

Menegtahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Asih Media Yuniarti, S.KM., M.P.H. Arief Fardiansyah, S.T., M.Kes.


NIK 220 250 103 NIK 220 250 007
ANALISIS MANAJEMAN PEMELIHARAAN PADA INSTALASI
PEMELIHARAAN SARANA PRASARANA RUMAH SAKIT (IPSRS) DI
RSUD WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA

Firman Chris Diantono


*Program Studi S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Majapahit Mojokerto
Email : firmanchrisdiantono81@gmail.com
Abstrak
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan
penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan
yang selalu dalam kondisi siap pakai serta dapat difungsikan dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajeman pemeliharaan pada
instalasi pemeliharaan sarana prasarana rumah sakit (IPSRS) di RSUD Wamena
Kabupaten Jayawijaya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan penelahan
kasus (case study). Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bertugas
pada Pemeliharaan Pada Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit
(IPSRS) di RSUD Wamena Kabupaten Jayawijaya yaitu sebanyak 11 orang.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan RSUD Wamena sudah memiliki badan
khusus yang diberi nama IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit)
untuk menangani kegiatan pemeliharaannya. Permintaan pekerjaan pemeliharaan
dan perbaikan alat sudah dalam bentuk tertulis, yaitu berupa formulir. Dan
formulir permintaan tersebut sudah baik, karena dinilai sudah dapat menjelaskan
secara detail pekerjaan yang diminta.
Hendaknya para pekerja IPSRS, khususnya yang bekerja pada bagian
administrasi di beri pelatihan, agar dapat membuat laporan dengan lebih tertib dan
teratur, yang dapat mendukung seluruh tahapan dalam siklus manajemen
pemeliharaan khususnya tahap evaluasi yang saat ini sulit untuk dilaksanakan
dengan baik, karena laporan yang dimiliki belum memadai.
Kata Kunci : Manajemen, IPRS, RS, Fasilitias
Abstract
Health equipment is one factor that plays an important role in organizing
health services to the community. Continuing health services need to be supported
with equipment that is always in a ready-made condition and can be functioned
properly. This study aims to analyze the management of maintenance on the
installation of infrastructure maintenance of hospitals in Wamena Hospital
Jayawijaya regency.
This research was descriptive research with case study approach.
Population in this research was employees who served on Maintenance On
Installation Maintenance Infrastructure Facilities Hospital at Wamena Hospital
Jayawijaya regency as many as 11 people. Instrument of data collection in this
research was documentation sheet.
The results showed that Wamena Hospital already has a special body
named IMHF (Installation Maintenance of Hospital Facilities) to handle its
maintenance activities. The request for maintenance work and repair of tools is in
written form, ie form. And the request form is already good, because it is
considered able to explain in detail the work requested.
Should IPSRS workers, especially those working in the administrative
department, provide training, in order to make the report in a more orderly and
orderly manner, which can support all stages of the maintenance management
cycle, especially the evaluation stage that is currently difficult to implement
properly, because the reports are owned inadequate.

Keywords: Management, IMHF, Hospital, Facilities.

PENDAHULUAN
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan
penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan
yang selalu dalam kondisi siap pakai serta dapat difungsikan dengan baik
(Kemenkes, 2014). Peralatan kesehatan yang aman, akurat dan handal sangat
diperlukan untuk mendukung pelayanan medik prima kepada masyarakat dapat
terwujud. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 39
berbunyi : Pemerintah melindungi masyarakat dari adanya alat kesehatan yang
tidak memenuhi keamanan, mutu dan manfaat.
Penggunaan alat-alat medik yang berteknologi oleh rumah sakit secara
signifikan terlihat semakin bertambah jumlahnya baik dalam hal jenisnya maupun
dalam hal variasinya. Oleh karena itu Departemen Kesehatan berupaya
menyempurnakanan peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pengadaan
peralatan kesehatan, yang antara lain menganjurkan kepada pihak rumah sakit
atau pembeli alat agar pada setiap pengadaan / pembelian alat kesehatan
mencantumkan syarat pelaksanaan pengujian dan kalibrasi oleh perusahaan
penjual terhadap alat kesehatan yang baru dibeli sebelum diserahkan kepada
pembeli, sehingga alat kesehatan yang sudah dibeli dapat digunakan dengan baik,
aman, dan laik pakai. Penyempurnaan peraturan pengadaan khusus alat kesehatan
tersebut disebabkan pengalaman yang telah terjadi selama ini seperti adanya kasus
alat kesehatan yang masih baru tidak dapat digunakan padahal alat kesehatan
tersebut sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan kesehatan, dan dana yang
dikeluarkan untuk pembelian alat kesehatan tersebut cukup mahal (Hamid&Ikbal,
2017).
Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menjaga
atau memastikan bahwa keadaan bangunan beserta sarana dan prasarananya dalam
kondisi baik, yang dapat beroperasi dengan sewajarnya, dan dapat diterima oleh
standar-standar yang ada. Kegiatan pemeliharaan penting untuk diterapkan pada
bangunan, terutama untuk bangunan yang memiliki fungsi penting, seperti rumah
sakit. Sebuah rumah sakit yang baik, harus selalu siap melayani masyarakat. Akan
tetapi kualitas pelayanan setiap rumah sakit tentu akan berbeda-beda, tergantung
dari visi dan misi yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut. Dalam hal inilah
manajemen pemeliharaan menjadi hal yang sangat penting, karena manajemenlah
yang akan menggerakkan seluruh sumber daya yang ada, agar rumah sakit
tersebut dapat mencapai visi dan misinya. Permasalahan utama yang timbul
adalah bagaimana pelaksanaan sistem manajemen pemeliharaan yang sebaiknya
dilakukan oleh pihak rumah sakit, agar pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dapat
dilaksanakan dengan baik, dengan biaya yang efisien (Pringgondani, 2013).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya rumah sakit
tidak mengalibrasi peralatan kesehatan setiap tahunnya sebagaimana dianjurkan
permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan.
Berdasarkan data pelayanan kalibrasi di Balai Pengamanan Fasilitas
Kesehatan (BPFK) Jayawijaya jumlah rumah sakit di Kabupaten Jayawijaya yang
mengalibrasi alat kesehatannya pada tahun 2008 sebanyak 4 rumah sakit tahun
2010, 2012 dan 2015 masing-masing sebanyak 3 rumah sakit dan tahun 2016
sebanyak 8 Rumah Sakit, dari jumlah rumah sakit yang ada di Jayawijaya
sebanyak 21 rumah sakit, dari data tersebut jumlah rumah sakit yang mengalibrasi
peralatannya masih rendah yaitu dibawah 50%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya rumah sakit
tidak mengalibrasi peralatan kesehatan setiap tahunnya sebagaimana dianjurkan
permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa jumlah pemakai jasa pelayanan kalibrasi alat
kesehatan rumah sakit relatif masih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah
sakit yang ada di Jayawijaya yaitu di bawah 50 %. Keadaan ini dapat
mempengaruhi jaminan keamanan dalam pemanfaatan peralatan kesehatan dan
tingkat mutu pelayanan kesehatan rumah sakit di Jayawijaya
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan disain cross-
sectional. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan
masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur,
jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola
hidup) dan lain – lain (Muhith, 2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bertugas pada
Pemeliharaan Pada Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)
di RSUD Wamena Kabupaten Jayawijaya yaitu sebanyak 11 orang..
Tempat Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit (IPSRS) di RSUD
Wamena Kabupaten Jayawijaya pada bulan Juli 2017.

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Wamena Kabupaten Jayawijaya pada
bulan Juli 2017. Lokasi studi yang menjadi bahan kajian dalam penulisan makalah
ini adalah RSUD Wamena Kabupaten Jayawijaya, yang merupakan salah satu
rumah sakit umum swasta terbesar di Kabupaten Jayawijaya. Rumah sakit ini
memiliki lahan seluas ± 43.493 m2, serta memiliki fasilitas dan penunjang
kesehatan yang cukup lengkap
1. Organisasi Pemeliharaan IPS RSUD Wamena
Di dalam organisasinya, IPSRS dipimpin oleh kepala bagian
IPSRS (Gambar 1). Kepala bagian IPSRS ini akan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada direktur utama dalam
bentuk laporan bulanan dan rapat yang diadakan setiap tiga bulan sekali.
Rapat tersebut akan dihadiri oleh seluruh staf direksi (yang terdiri dari
direktur utama, direktur keperawatan dan SDM, direktur keuangan
pemasaran, direktur operasional pusat diagnostik, direktur operasional
pusat medik), beserta seluruh kepala bagian, termasuk diantaranya kepala
bagian pemeliharaan sarana rumah sakit.
Untuk mempermudah pelaksanaan, kepala bagian pemeliharaan
sarana rumah sakit dibantu oleh tiga kepala subbagian (bagian mekanik
dan listrik, bangunan dan sanitasi, serta bangunan elektromedik-non medik
dan pendinginan), di mana kepala subbagian tersebut masing-masing akan
dibantu oleh pelaksana. Sedangkan Manajemen Konstruksi untuk urusan
administrasi, IPSRS memilki bagian administrasi, yang akan membantu
seluruh subbagian dalam hal administrasi, dan akan bertanggungjawab
langsung kepada kepala bagian, tetapi posisi bagian administrasi ini sejajar
dengan pelaksana.
2. Pembagian Tenaga Kerja
Struktur organisasi yang baik, tentu akan berusaha sedemikian rupa
untuk dapat membagi pekerjaan secara merata. Agar overload pada suatu
bagian dapat dihindari, maka divisi yang dianggap mendapatkan tugas
lebih berat tentu akan memiliki jumlah pekerja yang lebih banyak daripada
divisi lain. Saat ini, di dalam departemen IPSRS RSUD Wamena,
pekerjaan pemeliharaan dibagi ke dalam empat divisi, yaitu: (1) Mekanikal
dan listrik, (2) Bangunan, sarana RS, dan sanitasi, (3)
Elektromedik/nonmedik dan pendingin, dan (4) Administrasi.
Untuk dapat mengetahui beban kerja pada tiap-tiap divisi, maka
data laporan kerusakan akan sangat dibutuhkan, karena melalui data
tersebut dapat diketahui frekuensi kerusakan terbesar terjadi pada alat apa.
Informasi ini akan mencerminkan divisi mana yang memikul beban paling
berat. Agar analisis dapat dihasilkan dengan lebih rinci, maka masing-
masing divisi yang langsung berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan
yaitu mekanikal dan listrik, bangunan dan sanitasi, serta elektronik (hanya
meliputi elektrononmedik dan pendingin, karena pada penelitian ini
elektromedik tidak dibahas) akan dibagi lagi menjadi beberapa kategori,
yaitu:
a. Mekanikal dan elektrikal
- Mekanikal meliputi mesin steril, mesin pengering, mesin uap, mesin
press, pompa, dsb
- Elektrikal meliputi instalasi listrik, lampu, dsb
b. Bangunan, sarana RS, dan sanitasi
- Bangunan meliputi atap, dinding, jendela, lantai.
- Sarana RS meliputi tempat tidur pasien, kursi, meja, sofa, dsb
- Sanitasi meliputi westafel, kloset, bak cuci, dsb
c. Elektronika : meliputi seluruh barang-barang elektronik, seperti
televisi, lemari es, air conditioner, dsb.
Agar tidak terjadi kesalahan interprestasi, maka dari masing-
masing kategori, setiap kerusakan diidentifikasi tingkat kerusakannya,
apakah kerusakan yang terjadi tergolong kerusakan ringan atau kerusakan
berat. Dalam mengidentifikasi tingkat kerusakan agar lebih akurat, data
mengenai durasi perbaikan alat atau biaya perbaikan alat dapat
dipergunakan. Akan tetapi kegiatan ini menjadi sulit dilakukan, karena
IPSRS RSUD Wamena tidak memiliki data biaya perbaikan, sedangkan
data durasi kerja walaupun sudah dicatat hasilnya sama sekali tidak akurat,
karena berdasarkan pengamatan dilapangan dan hasil wawancara, durasi
kerja yang sesungguhnya terjadi sulit dicatat, hal ini disebabkan karena
ketika seorang pekerja sedang memperbaiki satu alat, seringkali pekerja
tersebut dipanggil untuk memperbaiki alat lain yang kepentingannya lebih
mendesak. Karena alasan-alasan itulah, maka identifikasi tingkat
kerusakan ini dikerjakan dengan sudut pandang subjektif, dilihat dari jenis
alat, kerusakan yang terjadi, dan tindakan yang dilakukan. Pembagian
tingkat kerusakannya adalah sebagai berikut:
a. Kerusakan ringan, artinya alat tersebut tidak mengalami kerusakan yang
serius, sehingga perbaikan yang dilakukan tidak terlalu rumit.
b. Kerusakan berat, artinya alat tersebut mengalami kerusakan yang parah,
sehingga membutuhkan penanganan yang rumit, kadang-kadang
memerlukan penanganan pihak ketiga untuk memperbaikinya.
.
PEMBAHASAN
1. Periode Pemeliharaan

Dalam menentukan periode kegiatan pemeliharaan, saat ini pihak IPSRS


RSUD Wamena tidak melakukan analisa untuk mengetahui durasi yang tepat
agar hasil kerjanya dapat efektif, durasi ditentukan berdasarkan pengalaman
(dengan sistem coba-coba). Sebenarnya cara yang tepat dalam menentukan
durasi dari kegiatan pemeliharaan adalah dengan menganalisanya berdasarkan
data historis mengenai kerusakan yang terjadi.
Untuk melakukan analisa durasi, langkah-langkah yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Data peralatan yang mengalami kerusakan dibagi menjadi beberapa
kategori berdasarkan jenis peralatannya.
b. Dari masing-masing kategori, setiap kerusakan diidentifikasi tingkat
kerusakannya, apakah kerusakan yang terjadi merupakan kerusakan
ringan atau berat
c. Agar pelayanan yang diberikan dapat maksimal, maka dari masing-
masing kategori pada tiap tingkat kerusakan, diperinci letak dari alat
yang mengalami kerusakan tersebut. Langkah ini dibuat, karena
diasumsikan bahwa alat yang sama tidak selalu membutuhkan jenis
pemeliharaan yang sama, tergantung dimana alat tersebut ditempatkan.
Untuk itu, ruangan-ruangan yang ada di rumah sakit RSUD Wamena
dibagi menjadi tiga kategori prioritas pelayanan berdasarkan fungsinya,
yaitu:
1) Ruangan-ruangan yang perlu mendaptkan prioritas paling tinggi
terdiri dari: poliklinik, ruang pelayanan 24 jam, ruang radiologi,
ultrasonografi, fisiologi klinik, endoskopi, fisioterapi, laboratorium,
unit dialisa, kamar bedah, ruang ICU, NICU, serta ruang rawat inap
VIP.
2) Ruangan-ruangan yang prioritas pemeliharaannya lebih rendah
dibandingkan dengan kategori pertama, terdiri dari ruang rawat inap
(kelas1 sampai kelas 3), dan kantor.
3) Ruangan-ruangan yang prioritas pemeliharaannya paling rendah,
terdiri dari: ruang pertemuan, tempat umum (seperti lokasi ruang
tunggu dan sekitarnya), ruangan penunjang pelayanan rumah sakit
(seperti ruang sterilisasi, ruang cuci). (Pringgodani, 2013).
Alat-alat yang tergolong penting untuk melayani pasien (misalnya:
frekuensi permintaan pasiennya tinggi, atau frekuensi kerusakannya tinggi
dengan harga yang cukup rendah) terutama alat yang terdapat di ruangan
prioritas utama, dipelihara dengan sistem pemeliharaan preventive, atau jika
sistem ini terlalu sulit untuk dilakukan dapat dilakukan dengan sistem
pemeliharaan perbaikan (pemeliharaan corrective), tetapi dengan syarat bahwa
durasi pelayanan perbaikannya singkat, sehingga tidak mengganggu
kenyamanan konsumen.
Sebagai contoh: lampu yang terdapat pada ruangan prioritas satu akan
mendapat kegiatan pemeliharaan preventive (atau corrective tetapi dengan
pelayanan kerusakan 24 jam, dengan durasi perbaikan kurang dari lima menit),
sedangkan untuk lampu yang terdapat di ruangan prioritas dua dan tiga
dilakukan dengan sistem corrective dengan durasi pelayanan kurang dari 20
menit. ( Zahara, et al, 2017)
Jadi, dari tahap ini akan didapatkan jenis pemeliharaan yang sebaiknya
dilakukan, agar hasil pelayanannya yang lebih bermutu, serta kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan dapat efektif dan efisien, dibandingkan
dengan yang tengah dilaksanakan saat ini. (Saat ini di RSUD Wamena, alat
yang sama dimana pun alat tersebut ditempatkan akan mendapatkan kegiatan
pemeliharaan yang sama).
Untuk mengerjakan tahap ini, data-data dari laporan kerusakan yang
dibutuhkan adalah: ruangan tempat dimana alat yang mengalami kerusakan
ditempatkan (untuk dapat menentukan prioritas kegiatan pemeliharaan),
tanggal kerusakan tersebut terjadi (untuk mengetahui frekuensi terjadinya
kerusakan), tingkat kerusakan (didapat dari analisa langkah kedua), Durasi
kerja perbaikan, serta biaya perbaikan/pembelian alat baru. (Dari dua data
terakhir, maka akan dapat diambil keputusan apakah alat tersebut akan
mendapatkan sistem preventive atau corrective, bila ditinjau dari biaya dan
waktu perbaikan. Hal ini terutama diperuntukan untuk alat yang memiliki
harga yang mahal, atau durasi perbaikannya lama sehingga dapat mengganggu
kenyamanan konsumen.) Akan tetapi data mengenai harga alat atau biaya
perbaikan sama sekali belum dimiliki oleh IPSRS RSUD Wamena. Sedangkan
data mengenai ruangan, serta durasi kerja yang saat ini sudah ada, tidak
memadai untuk dianalisis.
d. Untuk alat-alat yang menggunakan sistem pemeliharaan preventive,
akan membutuhkan analisa waktu yang efektif untuk melaksanakan
kegiatan pemeliharaan. Dalam menganalisa, akan diambil beberapa
sampel yang dianggap dapat mewakili kelompok dari alat tersebut.
Data-data yang diperlukan untuk menganalisa periode kegiatan
pemeliharaan adalah: nomor inventaris alat yang mengalami kerusakan (untuk
dapat mengambil sampel alat), periode kegiatan pemeliharaan yang saat ini
tengah dilaksanakan, serta tingkat kerusakan yang terjadi.
Sebenarnya dalam sistem data IPSRS RSUD Wamena sudah ada kolom
mengenai nomor inventaris alat, tetapi tidak pernah diisi oleh instalasi pelapor.
Hal ini terjadi karena oleh para pekerja instalasi pelapor hal ini dianggap bukan
merupakan suatu yang penting (pekerja menganggap banyak pekerjaan penting
lain yang harus dilakukan daripada mengisi nomor inventaris alat).
Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan analisis ini tidak dapat dilakukan.
Padahal jika analisis ini dilakukan akan sangat menguntungkan rumah sakit,
karena dengan diketahuinya periode waktu yang tepat untuk mengganti alat,
maka biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemeliharaan akan jauh lebih
efisien, serta hasil pelayanan IPSRS akan lebih bermutu.
2. Biaya Pemeliharaan
Pengevaluasian biaya pemeliharaan merupakan syarat mutlak yang harus
dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi kegiatan pemeliharaan yang
sedang dilaksanakan, karena melalui biaya pemeliharaan dapat diketahui
apakah biaya yang dikeluarkan saat ini sebanding dengan hasil yang diperoleh.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengevaluasi biaya pemeliharaan
adalah:
a. Mendokumentasikan semua biaya yang dikeluarkan oleh IPSRS dalam
hal kegiatan pemeliharaan, dari biaya pemeliharaan sampai biaya
perbaikan.
b. Dari data-data biaya tersebut, dengan menggunakan ilmu ekonomi
rekayasa akan dapat disimpulkan apakah biaya yang dikeluarkan saat
ini sudah efisien atau belum.
c. Jika dari analisis tersebut menyebutkan bahwa biaya yang saat ini
dikeluarkan tidak efisien atau tidak sebanding dengan hasilnya, maka
perlu dicari jalan penyelesaiannya. Jalan penyelesaian dapat berupa
penggantian alat (merk/jenis) atau juga tipe pemeliharaan
(preventive/corrective).
Untuk melakukan analisis biaya, syarat mutlak yang harus dimiliki
adalah data biaya pemeliharaan. Karena saat ini IPSRS tidak memilikinya,
maka analisa biaya tidak dapat dikerjakan, yang mengakibatkan tingkat
efisiensi kegiatan pemeliharaan tidak dapat diukur.(Zahara, et al., 2017)
3. Administrasi
Sistem administrasi yang ada di IPSRS RSUD Wamena saat ini
sebenarnya sudah cukup lengkap, dengan adanya dokumen-dokumen mengenai
laporan kerusakan serta jadwal pemeliharaan preventive, di mana pada laporan
kerusakan sudah terdapat kolom-kolom yang memuat data-data penting untuk
evaluasi kegiatan pemeliharaan di masa mendatang, akan tetapi tidak sedikit
dari kolom-kolom penting tersebut yang kosong (seperti kolom nomor
inventaris), sehingga tidak dapat dilakukan analisis untuk menghasilkan
pelayanan pemeliharaan yang lebih bermutu dimasa mendatang.
Di atas telah disebutkan bahwa sistem administrasi di IPSRS RSUD
Wamena cukup lengkap, yang berarti masih terdapat beberapa kekurangan.
Kekurangannya adalah tidak adanya pendokumentasian mengenai biaya yang
dikeluarkan oleh IPSRS, yang sebenarnya data mengenai biaya pemeliharaan
ini merupakan suatu yang penting.
Pelaksanaan pencatatan laporan kerusakan ke dalam dokumen IPSRS
saat ini dilakukan dengan sistem komputer yang dioperasikan oleh tenaga
manusia, menyebabkan banyaknya terdapat kesalahan-kesalahan ketika proses
pengetikan, serta banyaknya digunakan kata-kata yang tidak baku. Masalah ini
memang terlihat kecil, tetapi sebenarnya hal ini dapat mengakibatkan
kesalahan interprestasi dan memperpanjang waktu proses evaluasi yang tentu
saja akan merugikan pihak IPSRS sendiri.
4. Sistem Komunikasi
Saat ini sistem komunikasi yang ada di RSUD Wamena yang berkaitan
dengan kegiatan pemeliharaan dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:
permintaan pemeliharaan, permintaaan perbaikan, dan kegiatan kalibrasi.
Berdasarkan fakta yang ada, kendala yang menyebabkan kegiatan perbaikan
menjadi kurang efektif berada pada arus komunikasinya. Pada arus komunikasi
permintaan perbaikan terdapat arus dimana petugas administrasi akan
menginformasikan tentang kerusakan yang harus diperbaiki kepada pengatur,
hal ini menyebabkan akan bertambahnya durasi waktu (durasi permintaan
perbaikan/tanggal laporan adanya kerusakan sampai penugasan kepada
pelaksana).
Dalam menghadapi masalah ini, maka diusulkan bahwa formulir laporan
perbaikan untuk IPSRS sendiri dibuat rangkap dua, dengan tujuan:
a. Rangkap ke-1 untuk bagian administrasi, yang kemudian akan
dilanjutkan dengan pencatatan laporan kerusakan untuk dijadikan
dokumen
b. Rangkap ke-2 untuk pengatur, sehingga pengatur dapat langsung
menerima laporan kerusakan dan dapat menugaskan pelaksana untuk
dilaksanakan pekerjaan perbaikan.
c. Dengan demikian maka durasi waktu permintaan perbaikan sampai
penugasan dapat berkurang, sehingga kualitas pelayanan IPSRS dapat
meningkat.
5. Tugas, Tanggung Jawab dan Kewenangan
Tugas, tanggung jawab, dan kewenangan dari masing-masing bagian
dalam struktur organisasi IPSRS saat ini masih adanya tumpang tindih antara
satu bagian dengan bagian lain. Hal ini terjadi, di mana pengatur yang
sebenarnya memiliki tugas mengkoordinasikan dan mengarahkan para
pelaksana agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, mendapat tugas
tambahan untuk melaksanakan tugas yang seharusnya dikerjakan oleh
pelaksana. Hal ini dapat menyebabkan tugas pengatur sendiri menjadi tidak
maksimal.
Menanggapi hal ini, maka diusulkan tugas dan tanggung jawab masing-
masing bagian dalam struktur organisasi IPSRS sebagai berikut:
a. Kepala bagian IPSRS
Kepala bagian IPSRS dalam tingkatan manajemen dapat disetarakan
dengan manajemen menengah (middle management), yang harus
mempertanggungjawabkan keseluruhan kerja IPSRS kepada direktur utama
rumah sakit (top management). Untuk itu tugas-tugas yang harus dilaksanakan
oleh kepala bagian IPSRS adalah:
1) Membuat tujuan usaha IPSRS (yang disesuaikan dengan visi dan misi
rumah sakit)
2) Membuat program rencana kerja IPSRS jangka panjang misalnya
bulanan.
3) Mengatur, mengarahkan, dan mengkoordinasi pengatur agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan baik
4) Memantau seluruh pekerjaan yang dilaksanakan di IPSRS, dengan
memeriksa laporan yang dibuat oleh pengatur. Bila perlu diadakan
rapat dengan pengatur setiap bulannya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dalam bidang pemeliharaan, RSUD Wamena saat
ini memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: 1. Dalam mencapai tujuannya,
yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, RSUD Wamena sudah
memiliki badan khusus yang diberi nama IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit) untuk menangani kegiatan pemeliharaannya. 2. Di dalam IPSRS
sendiri sudah ada pembagian kerja yang cukup merata, sehingga overload dapat
dihindari, hal ini terbukti dari pembagian jumlah tenaga kerja yang lebih banyak
pada sub instalasi yang sering mendapatkan keluhan, dibandingkan dengan sub
instalasi lainnya.3. Permintaan pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan alat sudah
dalam bentuk tertulis, yaitu berupa formulir. Dan formulir permintaan tersebut
sudah baik, karena dinilai sudah dapat menjelaskan secara detail pekerjaan yang
diminta

SARAN
Saran yang diberikan kepada pihak RSUD Wamena, agar kegiatan
pemeliharaan yang dilakukannya dapat lebih efektif dan efisien adalah: 1.
Hendaknya seluruh biaya kegiatan pemeliharaan didokumentasikan dan
dilaporkan dengan disertai data-data pendukung, agar tingkat efisiensi kegiatan
pemeliharaan dapat diketahui. 2. Arus komunikasi dalam proses permintaan
perbaikan alat hendaknya diperpendek, sehingga kecepatan pelayanan menjadi
lebih efektif. 3. Pada laporan mengenai kerusakan alat, sebaiknya dijelaskan
mengenai letak keberadaan alat, dan tingkat kerusakan alat, karena hal-hal ini
diperlukan pada saat proses evaluasi..

Daftar Pustaka
Hamid, R. S., & Ikbal, M. (2017). Pengaruh Physical Support Dan Contact
Personel Terhadap Citra (Image) Pada Rumah Sakit Umum Daerah Andi
Jemma Masamba Kabupaten Luwu Utara. Jurnal Manajemen, 3(1).

Kemenkes, (2014). Informasi Umum Rumah Sakit. www.wordpress.com. Diakses


tanggal 18 Januari 2017
Pringgodani, S. (2013). Studi Tentang Pemeliharaan Bangunan Gedung Rumah
Sakit Umum Daerah Harjono Kabupaten Ponorogo (Doctoral dissertation,
UAJY).

Zahara, R. A., Effendi, S. U., & Khairani, N. (2017). Kepatuhan Menggunakan


Alat Pelindung Diri (APD) Ditinjau dari Pengetahuan dan Perilaku pada
Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit
(IPSRS). Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai