Jurnal UTS PDF
Jurnal UTS PDF
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dengan ini kami selaku Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
Mojokerto :
NIM : 1421010039
Firman Chris
NIM.1322010058
Menegtahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
PENDAHULUAN
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan
penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan
yang selalu dalam kondisi siap pakai serta dapat difungsikan dengan baik
(Kemenkes, 2014). Peralatan kesehatan yang aman, akurat dan handal sangat
diperlukan untuk mendukung pelayanan medik prima kepada masyarakat dapat
terwujud. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 39
berbunyi : Pemerintah melindungi masyarakat dari adanya alat kesehatan yang
tidak memenuhi keamanan, mutu dan manfaat.
Penggunaan alat-alat medik yang berteknologi oleh rumah sakit secara
signifikan terlihat semakin bertambah jumlahnya baik dalam hal jenisnya maupun
dalam hal variasinya. Oleh karena itu Departemen Kesehatan berupaya
menyempurnakanan peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pengadaan
peralatan kesehatan, yang antara lain menganjurkan kepada pihak rumah sakit
atau pembeli alat agar pada setiap pengadaan / pembelian alat kesehatan
mencantumkan syarat pelaksanaan pengujian dan kalibrasi oleh perusahaan
penjual terhadap alat kesehatan yang baru dibeli sebelum diserahkan kepada
pembeli, sehingga alat kesehatan yang sudah dibeli dapat digunakan dengan baik,
aman, dan laik pakai. Penyempurnaan peraturan pengadaan khusus alat kesehatan
tersebut disebabkan pengalaman yang telah terjadi selama ini seperti adanya kasus
alat kesehatan yang masih baru tidak dapat digunakan padahal alat kesehatan
tersebut sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan kesehatan, dan dana yang
dikeluarkan untuk pembelian alat kesehatan tersebut cukup mahal (Hamid&Ikbal,
2017).
Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menjaga
atau memastikan bahwa keadaan bangunan beserta sarana dan prasarananya dalam
kondisi baik, yang dapat beroperasi dengan sewajarnya, dan dapat diterima oleh
standar-standar yang ada. Kegiatan pemeliharaan penting untuk diterapkan pada
bangunan, terutama untuk bangunan yang memiliki fungsi penting, seperti rumah
sakit. Sebuah rumah sakit yang baik, harus selalu siap melayani masyarakat. Akan
tetapi kualitas pelayanan setiap rumah sakit tentu akan berbeda-beda, tergantung
dari visi dan misi yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut. Dalam hal inilah
manajemen pemeliharaan menjadi hal yang sangat penting, karena manajemenlah
yang akan menggerakkan seluruh sumber daya yang ada, agar rumah sakit
tersebut dapat mencapai visi dan misinya. Permasalahan utama yang timbul
adalah bagaimana pelaksanaan sistem manajemen pemeliharaan yang sebaiknya
dilakukan oleh pihak rumah sakit, agar pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dapat
dilaksanakan dengan baik, dengan biaya yang efisien (Pringgondani, 2013).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya rumah sakit
tidak mengalibrasi peralatan kesehatan setiap tahunnya sebagaimana dianjurkan
permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan.
Berdasarkan data pelayanan kalibrasi di Balai Pengamanan Fasilitas
Kesehatan (BPFK) Jayawijaya jumlah rumah sakit di Kabupaten Jayawijaya yang
mengalibrasi alat kesehatannya pada tahun 2008 sebanyak 4 rumah sakit tahun
2010, 2012 dan 2015 masing-masing sebanyak 3 rumah sakit dan tahun 2016
sebanyak 8 Rumah Sakit, dari jumlah rumah sakit yang ada di Jayawijaya
sebanyak 21 rumah sakit, dari data tersebut jumlah rumah sakit yang mengalibrasi
peralatannya masih rendah yaitu dibawah 50%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya rumah sakit
tidak mengalibrasi peralatan kesehatan setiap tahunnya sebagaimana dianjurkan
permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa jumlah pemakai jasa pelayanan kalibrasi alat
kesehatan rumah sakit relatif masih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah
sakit yang ada di Jayawijaya yaitu di bawah 50 %. Keadaan ini dapat
mempengaruhi jaminan keamanan dalam pemanfaatan peralatan kesehatan dan
tingkat mutu pelayanan kesehatan rumah sakit di Jayawijaya
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan disain cross-
sectional. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan
masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur,
jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola
hidup) dan lain – lain (Muhith, 2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bertugas pada
Pemeliharaan Pada Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)
di RSUD Wamena Kabupaten Jayawijaya yaitu sebanyak 11 orang..
Tempat Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit (IPSRS) di RSUD
Wamena Kabupaten Jayawijaya pada bulan Juli 2017.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Wamena Kabupaten Jayawijaya pada
bulan Juli 2017. Lokasi studi yang menjadi bahan kajian dalam penulisan makalah
ini adalah RSUD Wamena Kabupaten Jayawijaya, yang merupakan salah satu
rumah sakit umum swasta terbesar di Kabupaten Jayawijaya. Rumah sakit ini
memiliki lahan seluas ± 43.493 m2, serta memiliki fasilitas dan penunjang
kesehatan yang cukup lengkap
1. Organisasi Pemeliharaan IPS RSUD Wamena
Di dalam organisasinya, IPSRS dipimpin oleh kepala bagian
IPSRS (Gambar 1). Kepala bagian IPSRS ini akan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada direktur utama dalam
bentuk laporan bulanan dan rapat yang diadakan setiap tiga bulan sekali.
Rapat tersebut akan dihadiri oleh seluruh staf direksi (yang terdiri dari
direktur utama, direktur keperawatan dan SDM, direktur keuangan
pemasaran, direktur operasional pusat diagnostik, direktur operasional
pusat medik), beserta seluruh kepala bagian, termasuk diantaranya kepala
bagian pemeliharaan sarana rumah sakit.
Untuk mempermudah pelaksanaan, kepala bagian pemeliharaan
sarana rumah sakit dibantu oleh tiga kepala subbagian (bagian mekanik
dan listrik, bangunan dan sanitasi, serta bangunan elektromedik-non medik
dan pendinginan), di mana kepala subbagian tersebut masing-masing akan
dibantu oleh pelaksana. Sedangkan Manajemen Konstruksi untuk urusan
administrasi, IPSRS memilki bagian administrasi, yang akan membantu
seluruh subbagian dalam hal administrasi, dan akan bertanggungjawab
langsung kepada kepala bagian, tetapi posisi bagian administrasi ini sejajar
dengan pelaksana.
2. Pembagian Tenaga Kerja
Struktur organisasi yang baik, tentu akan berusaha sedemikian rupa
untuk dapat membagi pekerjaan secara merata. Agar overload pada suatu
bagian dapat dihindari, maka divisi yang dianggap mendapatkan tugas
lebih berat tentu akan memiliki jumlah pekerja yang lebih banyak daripada
divisi lain. Saat ini, di dalam departemen IPSRS RSUD Wamena,
pekerjaan pemeliharaan dibagi ke dalam empat divisi, yaitu: (1) Mekanikal
dan listrik, (2) Bangunan, sarana RS, dan sanitasi, (3)
Elektromedik/nonmedik dan pendingin, dan (4) Administrasi.
Untuk dapat mengetahui beban kerja pada tiap-tiap divisi, maka
data laporan kerusakan akan sangat dibutuhkan, karena melalui data
tersebut dapat diketahui frekuensi kerusakan terbesar terjadi pada alat apa.
Informasi ini akan mencerminkan divisi mana yang memikul beban paling
berat. Agar analisis dapat dihasilkan dengan lebih rinci, maka masing-
masing divisi yang langsung berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan
yaitu mekanikal dan listrik, bangunan dan sanitasi, serta elektronik (hanya
meliputi elektrononmedik dan pendingin, karena pada penelitian ini
elektromedik tidak dibahas) akan dibagi lagi menjadi beberapa kategori,
yaitu:
a. Mekanikal dan elektrikal
- Mekanikal meliputi mesin steril, mesin pengering, mesin uap, mesin
press, pompa, dsb
- Elektrikal meliputi instalasi listrik, lampu, dsb
b. Bangunan, sarana RS, dan sanitasi
- Bangunan meliputi atap, dinding, jendela, lantai.
- Sarana RS meliputi tempat tidur pasien, kursi, meja, sofa, dsb
- Sanitasi meliputi westafel, kloset, bak cuci, dsb
c. Elektronika : meliputi seluruh barang-barang elektronik, seperti
televisi, lemari es, air conditioner, dsb.
Agar tidak terjadi kesalahan interprestasi, maka dari masing-
masing kategori, setiap kerusakan diidentifikasi tingkat kerusakannya,
apakah kerusakan yang terjadi tergolong kerusakan ringan atau kerusakan
berat. Dalam mengidentifikasi tingkat kerusakan agar lebih akurat, data
mengenai durasi perbaikan alat atau biaya perbaikan alat dapat
dipergunakan. Akan tetapi kegiatan ini menjadi sulit dilakukan, karena
IPSRS RSUD Wamena tidak memiliki data biaya perbaikan, sedangkan
data durasi kerja walaupun sudah dicatat hasilnya sama sekali tidak akurat,
karena berdasarkan pengamatan dilapangan dan hasil wawancara, durasi
kerja yang sesungguhnya terjadi sulit dicatat, hal ini disebabkan karena
ketika seorang pekerja sedang memperbaiki satu alat, seringkali pekerja
tersebut dipanggil untuk memperbaiki alat lain yang kepentingannya lebih
mendesak. Karena alasan-alasan itulah, maka identifikasi tingkat
kerusakan ini dikerjakan dengan sudut pandang subjektif, dilihat dari jenis
alat, kerusakan yang terjadi, dan tindakan yang dilakukan. Pembagian
tingkat kerusakannya adalah sebagai berikut:
a. Kerusakan ringan, artinya alat tersebut tidak mengalami kerusakan yang
serius, sehingga perbaikan yang dilakukan tidak terlalu rumit.
b. Kerusakan berat, artinya alat tersebut mengalami kerusakan yang parah,
sehingga membutuhkan penanganan yang rumit, kadang-kadang
memerlukan penanganan pihak ketiga untuk memperbaikinya.
.
PEMBAHASAN
1. Periode Pemeliharaan
SARAN
Saran yang diberikan kepada pihak RSUD Wamena, agar kegiatan
pemeliharaan yang dilakukannya dapat lebih efektif dan efisien adalah: 1.
Hendaknya seluruh biaya kegiatan pemeliharaan didokumentasikan dan
dilaporkan dengan disertai data-data pendukung, agar tingkat efisiensi kegiatan
pemeliharaan dapat diketahui. 2. Arus komunikasi dalam proses permintaan
perbaikan alat hendaknya diperpendek, sehingga kecepatan pelayanan menjadi
lebih efektif. 3. Pada laporan mengenai kerusakan alat, sebaiknya dijelaskan
mengenai letak keberadaan alat, dan tingkat kerusakan alat, karena hal-hal ini
diperlukan pada saat proses evaluasi..
Daftar Pustaka
Hamid, R. S., & Ikbal, M. (2017). Pengaruh Physical Support Dan Contact
Personel Terhadap Citra (Image) Pada Rumah Sakit Umum Daerah Andi
Jemma Masamba Kabupaten Luwu Utara. Jurnal Manajemen, 3(1).