Anda di halaman 1dari 17

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan ketrampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEk keperawatan

TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Program Studi : D III Keperawatan


Mata Kuliah : Komunikasi Keperawatan
Beban Studi : 2 SKS (T 1 P 1)
Pengajar : Dr. Rita Ismail
SKp., MKM., MTD(HE)
Kelas : 1 Reguler A
Anggota Kelompok 3 : 1. Leyla Sukawati
( P3.73.20.1.19.017 )
2. Lucia Umikalsum
( P3.73.20.1.19.018 )
3. M. Fahmi Idrus
( P3.73.20.1.19.019 )
4. Milenia Anjarwati
( P3.73.20.1.19.021 )
5. Nabiilah Nur Syifa
( P3.73.20.1.19.022 )
6. Nafa Maulyda Turachma
( P3.73.20.1.19.023 )
7. Najla Akhlaqul Majidah
( P3.73.20.1.19.024 )
8. Nindi Eka Putri
( P3.73.20.1.19.025 )

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Placing the Time in Time ( Penempatan Urutan ) .............................. 3


b. Encourage Deskription of Perception ( Mendukung Deskripsi dari
Persepsi ) ............................................................................................. 4
c. Encourage Comparison ( Mendukung Perbandingan ) ...................... 5
d. Restating ( Mengulang ) ..................................................................... 6
e. Reflecting ( Refleksi ) ......................................................................... 7
f. Exploring ( Eksporasi ) ....................................................................... 8

BAB III SIMPULAN ................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR. WB.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, kami juga
merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun
islam. Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Komunikasi Keperawatan. Kami juga menyadari dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dari isinya maupun stuktur penulisannya, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan
dikemudian hari.

Dengan demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada


para pembaca dan khususnya bagi kita semua.

Bekasi, 19 Februari 2020

Penyusun ( kKelompok 3 )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan
orang lain. Komunikasi juga merupakan proses kompleks yang melibatkan tingkah
laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan
lingkungan sekitarnya (Potter & Perry, 2005). Komunikasi dalam aktivitas
keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan menjadi alat kerja utama bagi
setiap perawat untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan.

Komunikasi terapeutik adalah proses di mana perawat yang menggunakan


pendekatan terencana mempelajari klien. Menurut Schwecke dan Bostrom (1991),
proses pendekatan ini memfokuskan pada klien namun direncanakan dan dipimpin
oleh seorang profesional. Komunikasi terapeutik juga direncanakan dan dilakukan
untuk membantu penyembuhan/pemulihan pasien (As Hornby dalam Intan, 2005).

Sebagai calon perawat ahli madya, ketrampilan dasar yang penting harus
dikuasai adalah komunikasi. Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam praktik
keperawatan akan memungkinkan seorang perawat melaksanakan praktik
keperawatan secara berkualitas dan profesional.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Dengan adanya penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
tehnik komunikasi dalam keperawatandiharapkan bagi setiap perawat maupun calon
perawat dapat melakukan komunikasi kepada pasien dengan baik dan memahami
teknik komunikasi terapeutik yang dapat memberikan kemajuan kesembuhan bagi
pasien.

b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahamiMenjelaskan tentang teknik komunikasi
terapeutik placing the time in time ( penempatan urutan)
2. Mahasiswa dapat memahami teknik komunikasi terapeutik encourage
decription of perseption ( mendukung deskripsi dari persepsi)
3. Mahasiswa dapat memahami teknik komunikasi terapeutik encourage
comparison (mendukung perbandingan)
4. Mahasiswa dapat memahami teknik komunikasi terapeutik restating
(pengulangan)
5. Mahasiswa dapat memahami teknik komunikasi terapeutik reflecting
(refleksi)
6. Mahasiswa dapat memahami teknik komunikasi terapeutik exploring
(eksporasi)
7. Mahasiswa dapat melakukan komunikasi terapeutik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menururt Stuart dan Sundeen (1999) yang mengatakan hubungan yang terjalin
antara perawat dan klien merupakan hubungan yang harmonis sangat diperlukan
dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi pasien itu sendiri, dan apabila
hubungan tersebut ingin terjalin dan tercapai dengan maksimal dibutuhkan suatu
teknik komunikasi yang baik dan dapat dilakukan antara perawat dengan klien, teknik
komunikasi tersebut disebut dengan komunikasi terapeutik.

Terdapat beberapa teknik yang dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut :

a. Placing the Time in Time ( Penempatan Urutan )

Placing the time in time/sequence melakukan klarifikasi antara waktu dan


kejadian atau antara satu kejadian dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik
apabila perawat dapat mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting.
Teknik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikan nasehat, meyakinkan
atau tidak mengakui klien.

Contoh :

Perawat : “Selamat pagi mbak, sekarang waktunya sarapan ya”


Pasien : “saya sudah sarapan sus, disuapin pacar saya”
Perawat : “dimana pacarnya mbak, saya tidak melihat siapapun daritadi ?”
Pasien : “tadi ada disitu sus pacar saya”
Perawat : “pacarnya kesini jam berapa ya?”
Pasien : “jam 8 tadi sus”
Perawat : “coba mbak lihat sekarang jam berapa?”
Pasien : “masih jam 7 ya sus? Berarti pacar saya gak kesini ya sus?
Perawat : “coba gimana menurut mbaknya?”
Pasien : “iya ya sus”
b. Encourage Description of Perception ( Mendukung Deskripsi dari Persepsi )

1. Pengertian

Meminta pada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau
diterima. (Schult & videbeck, 1998).

Contoh : - Apa yang terjadi? Ceritakan apa yang anda alami.

- Ceritakan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan dioperasi

2. Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik (Cristina, dkk., 2003) adalah sebagai berikut.

a. Untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dan pasien


melalui hubungan perawat dan pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah dan
evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat .

3. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah sebagai berikut:.

a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan


pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
klien percaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal
peningkatan derajat kesehatan. Mempererat hubungan atau interaksi antara
klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan proporsional
dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien.

Contoh;

Dialog Terapeutik

Pagi hari pukul 07.30

Perawat : “ Selamat pagi ibu..” (tersenyum)

Pasien : “ Ia selamat pagi mbak...”(tersenyum)


Perawat : “ Perkenalkan ibu nama saya Lili Nisa saya mahasiswa dari Poltekkes
Jakarta 3, mulai pagi ini saya akan merawat ibu dari pukul 07.00 sampai 14.00 siang .
kalau boleh saya tau nama ibu siapa ? dan senangnya dipanggil apa ibu?“

Pasien : “ Iya salam kenal juga mbak, nama saya Siti Khadijah, mbak bisa panggil
saya bu Siti saja.”

Perawat : “ Baik bu Siti, bagaimana kedaan ibu sekarang? apa yang ibu rasakan?”

Pasien : “ Sejak kecelakaan kemarin luka di bagian lutut saya masih agak sedikit nyeri
mbak.” (menyentuh lutut dan merenung)

Perawat : “ mmm” (menganggukkan kepala) “ Iya ibu itu memang efek dari luka yang
ibu alami, karena pada luka ibu terjadi respon peradangan.”

Pasien : “Emm...begitu”

Dialog non Terapeutik

Perawat : “ Selamat pagi bu.”

Pasien : “ Pagi juga mbak.”

Perawat : “Apa yang sih yang ibu rasakan sekarang?”

Pasien : “Sejak kecelakaan kemarin luka di bagian lutut saya masih agak sedikit nyeri
mbak.” (menyentuh lutut dan merenung)

Perawat : “ yaiyalah bu emang efek nya seperti itu jangan jadi sedih lah bu cuma
kaya gitu aja”

c. Encourage Comparison ( Mendukung Perbandingan )

Encourage Comparison (mendukung perbandingan); Menanyakan kepada


klien mengenai persamaan atau perbedaan.

Contoh :

Perawat: “Apakah hal ini pernah terjadi sebelumnya? Apakah hal ini
mengingatkanmu pada sesuatu hal?”
Contoh Komunikasi Terapeutik Encourage Comparison

Perawat : “selamat pagi ibu.”(tersenyum)

Pasien : “iya,selamat pagi.”(tersenyum)

Perawat : “bagaimana tidurnya semalam bu siti?.”

Pasien : “alhamdulillah mbak semalam saya bisa tidur nyenyak, tidak seperti malam-
malam sebelumya.”

Perawat : “mm..” (menganggukkan kepala) “mungkin sekarang keadaan ibu sudah


lebih membaik dari hari-hari sebelumnya disini, sehingga berdampak baik pula pada
pola tidur ibu semalam, apakah benar begitu ibu siti?.”

Pasien : “iya mbak, memang sekarang saya sudah merasa lebih baik,” (sedikit
tersenyum)

Perawat : “terus bagaimana dengan rasa nyeri yang ibu rasakan sebelumnya?, bisakah
ibu Siti menceritakannya?.”

Pasien : “alhamdulillah mbak setelah perawatan luka yang telah dilakukan selama 2
hari ini lukasaya sudah sedikit mendingan, sehingga saya bisa tidur nyenyak tanpa
merasakan nyeri dilututsaya.” (berusaha menjelaskan)

Perawat : (tersenyum) “iya, itu juga karna bantuan ibu siti yang selalu bersemangat
untuk sembuh, dan semoga keadaan ibu sekarang bisa berdampak baik pula pada
kesembuhan luka yang ibu siti alami.”

Pasien : “amin.”

d. Restating ( Mengulang )

Mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan klien dengan bahasa


perawat. Teknik ini dapat memberikan makna bahwa perawat memberikan umpan
balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan
komunikasi berlanjut.
Menurut Stuart dan Sundeen, (1998) Mengulangi ucapan klien dengan
menggunakan kata-kata sendiri, melalui pengulangan kembali kata-kata klien,
perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap
komunikasi dilanjutkan. (Lalongkoe, Maksimus Ramses, 2013 ”Komunikasi
Keperawatan Metode Berbicara Asuhan Keperawatan).
Mengulang (Restating) merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara
mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien, yang berguna untuk menguatkan
ungkapan klien dan memberi indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan. Teknik
ini bernilai terapeutik ditandai dengan perawat mendengar dan melakukan validasi,
mendukung klien dan memberikan respon terhadap apa yang baru saja dikatakan oleh
klien.
Restatement seringkali juga disebut teknik Paraphrase. Intinya sama karena
sama-sama mengulang apa yang disampaikan oleh konseli dengan kata-kata konselor
sendiri. Paraphrase merupakan teknik yang digunakan konselor untuk mengulang
atau menyatakan kembali dengan kalimat, baik berupa kata-kata atau sebagian
kalimat yang dianggap penting baik oleh konselor maupun konseli. Dalam
mengulangi isi dari pesan konseli, konselor memberikan feedback kepada isi dari
pernyataan konseli dengan kata-kata yang berbeda.

Contoh terapeutik :
Pasien : “Saya tidak nafsu makan, seharian saya belum makan.”
Perawat: “Bapak mengalami gangguan untuk makan?”

Contoh non terapeutik :


Pasien : “Saya tidak nafsu makan, seharian saya belum makan.”
Perawat: “Kenapa belum makan pak? Seharusnya makanannya dimakan pak. ”

e. Reflekting ( Refleksi )
Refleksi merupakan reaksi perawat klien selama berlangsungnya komunikasi.
Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu refleksi isi dan refleksi perasan.
Refleksi isi bertujuan memvalidasi apa yang didengar dan klarifiksai ide yang
diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
Sementara refleksi perasaan bertujuan untuk memberikan respon pada
perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima
perasaannya. Guna refleksi perasan adalah untuk tahu dan menerima ide dan
perasaan, mengoreksi, serta memberi keterangan dengan jelas. Kerugiannya adalah
mengulang terlalu sering dan sama, dapat menimbulkan marah, iritasi, frustasi.
Perawat mengulang kembali apa yang dibicarakan pasien untuk menunjukkan
bahwa perawat mendengarkan dan mengerti apa yang dibicarakan pasien. Refleksi
memberi kesempatan pada pasien untuk memahami sikapnya sendiri, mengerti
perasaan dan kebingungan, keragu-raguan serta persepsinya yang benar, diungkapkan
oleh orang lain dengan caranya sendiri.
Teknik refleksi digunakan untuk menyadari bahwa perawat mengharapkan
dirinya untuk mampu melakukan hal-hal tersebut, maka pasien pun akan berpikir
bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan individu
yang terintergrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain. Ketika pasien
mengekspresikan perasan dan idenya, perawat sebaiknya menghargai dan menerima
serta merefleksikan perasaan dan ide-ide tersebut.
Teknik refleksi digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat tentang
penelaian atau kesetujuannya.
Contoh:
a. Ny. S : "apakah menurut suster saya harus menanyakan kepada dokter?"
Perawat : "apakah Kalau menurut anda,ibu, apakah andaibu harus menanyakannya?"
Ny. S: "suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi dan tidak menelepon saya,
kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya."
Perawat :"ini yang menyebabkan anda marah"

b. Tn. O : "apakah menurut suster saya dioperasi?"


Perawat : "bagaimanakah menurut bapak apakah lebih baik dioperasi?"

f. Eksploring ( Eksplorasi )

Eksplorasi adalah tehnik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman


klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin,
menutup diri atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan tehnik ini
memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.

Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam
masalah yang dialami klien ( Antai-Otong dalam Suriyani, 2005 ) tehnik ini
bermamfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang
masalah yang dialami klien.

Contoh komunikasi Terapeutik teknik eksplorasi

Perawat : " kalau ibu lagi kesal apa yang ibu lakukan?"
Klien : " kalau lagi kesel biasanya saya mengunci diri di kamar. "
Perawat : " sewaktu mengunci diri d kamar, apa yang ibu lakukan?"
Klien : " menangis..."
Perawat : " selain menangis, adakah hal lain yang ibu lakukan? "
Klien : " ada.."
Perawat : " coba ceritakan. "
Contoh komunikasi Terapeutik teknik non eksplorasi

Perawat : " kalau, ibu kesal apa yang dilakukan? "


Klien : " kalau kesal saya pergi ke kamar dan mengunci diri "
Perawat : " itu ibu ngapain di kamar? "
Klien : " nangis.."
Perawat : " selain nangis ibu ngapain lagi?"
Klien : " ada aja.."
Perawat : "terus-terus kayak gimana lagi bu?
Terdapat 3 jenis teknik eksplorasi yaitu :

1. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk menggali perasaan klien yang tersimpan.

Contoh “Bisakah anda ibu/bapak menjelaskan apa perasaan bingung yang


dimaksudkan…”

2. Eksplorasi pikiran, yaitu tehnik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.

Contoh : “ saya yakin ibu/bapak anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide anda tentang
sekolah sambil bekerja”

3. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau tehnik untuk menggali


pengalaman-pengalaman klien.
Contoh : “ saya terkesan dengan pengalaman yang ibu/bapak anda lalui, namun saya
ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap
pendidikan anda”.
BAB III

SIMPULAN

Seperti yang dikatakan Potter & Perry (2005), komunikasi adalah interaksi
yang terjadi dalam hubungan sedkitnya dua orang, ketika pengirim (sender) memberi
tahu, mencari informasi, dan mencari suatu respon dari penerima (receiver). Menurut
Stuart dan Sundeen (1999) teknik komunikasi yang baik dan dapat dilakukan antara
perawat dengan klien, teknik komunikasi tersebut disebut dengan komunikasi
terapeutik. Komunikasi terapeutik juga direncanakan dan dilakukan untuk membantu
penyembuhan/pemulihan pasien (As Hornby dalam Intan, 2005).

Teknik komunikasi terapeutik bertujuan agar seorang perawat lebih mudah


menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan dan menguntukan pula bagi pasien baik dalam
kesehatan mental maupun fisiknya. Beberapa teknik yang dapat diaplikasikan oleh
seorang perawat yaitu, teknik placing the time in time ( penempatan waktu );
encourage description of perception ( mendukung deskripsi dari persepsi );
ancourage comparison ( mendukung perbandingan ); restating ( mengulang );
reflecting ( refleksi ); dan eksploring ( eksplorasi ).

Teknik placing the time in time ( penempatan waktu ) keadaan dimana


seorang perawat mampu menempatkan waktu menurut kejadian yang dialami oleh
pasien saat itu, tidak mengakui maupun mengelak ucapan pasien. Teknik ini pun
mampu memahami masalah pasien dan mengeskplorasi keadaannya. Teknik
encourage description of perception ( mendukung deskripsi dari persepsi ) ketika
seorang perawat mengetahui keadaan pasien melalui jawaban verbal dari pasien
tersebut. Teknik komunikasi ini dapat membantu pasien untuk memperjelas dan
mengurangi beban perasaan dan pikiran pasien.
Teknik encourage comparison ( mendukung perbandingan ) ketika seorang
perawat mengetahui kemajuan atau kemunduran apa dalam diri pasien setelah
dilakukannya tindakan keperawatan. Apakah setelah dilakukan tindakan keperawatan
pasien merasakan hal yang sama seperti sebelumnya atau ada perbedaan-lebih baik
atau buruk-. Teknik restating ( mengulang ) seorang perawat mengulang pokok
pembicaraannya dengan pasien, ditandai dengan perawat mendengar dan melakukan
validasi, mendukung klien, dan memberikan respon terhadap apa yang baru saja
dikatakan oleh klien.
Teknik reflecting ( refleksi ) ketika perawat mengulang perkataan pasien yang
bertujuan memberi kesempatan pada pasien untuk memahami sikapnya sendiri,
mengerti perasaan dan kebingungan, keragu-raguan serta persepsinya yang benar,
yang diungkapkan oleh seorang perawat untuk meminta suatu persetujuan. Dan yang
terakhir, teknik eksploring ( eksplorasi ) perawat menggali pikiran, perasaan, dan
pengalaman pasien untuk mendapatkan informasi lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Budi. 2003. Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Jakarta: penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Arwani. 2003. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Bradley, Jean, C and Mark A. 1986. Communication in Nursing Contex. Jakarta
Cristina,L.l., Untung, S. & Tatik, l. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
Damaiyanti Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan. Bandung :Refika Aditama.
Heri Purwanto. 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Kelliat, Anna budi. 1992. Hubungan Terapeutik Perawat Klien. Jakarta : Buku
kedokteran EGC.
Lalongkoe, Maksimus Ramses. 2013. Komunikasi Keperawatan Metode Berbicara
Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC.

Purwanto, Heri. 1994. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.
Sarfika, Rika. Esthika Ariani., dan Windy F. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2
Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan. Padang: Andalas University Press.
Suryani. 2013. Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktik. Jakarta : Buku kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai