PEMBIMBING:
Sulistiawati
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................................1
A. Kesimpulan ........................................................................................................21
B. Saran ..................................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kejiwaan merupakan tantangan yang
unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada
masalah kesehatan fisik pada umumnya yang memperlihatkan gejala yang berbeda, dan
muncul oleh berbagai penyebab. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini,
tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan
jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang
berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan
masalah juga bervariasi (Depkes RI. 1993).
Menurut Rice (1995), citra tubuh merupakan gambaran yang dimiliki individu secara
mental mengenai tubuhnya, gambaran tersebut dapat berupa pikiran-pikiran, perasaan-
perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-sensai, kesadaran dan perilaku yang terkait dengan
tubuhnya (dalam Mukhlis, 2013:7). Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara
seseorang merasakan citra tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri
negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan
mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam
citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan
penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga
dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya .
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimiliki. Klien mungkin menghindar
atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya
pada klien yang tidak menimbulkan keributan dan yang tidak membahayakan (Depkes
RI. 1993).
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti tentang “KONSEP DASAR dan ASUHAN
KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH”
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan tentang konsep dasar gangguan citra tubuh yang meliputi :
1) Pengertian gangguan citra tubuh
2) Klasifikasi gangguan citra tubuh
3) Etiologi gangguan citra tubuh
4) Manifestasi klinis gangguan citra tubuh
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh
C. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN berisi latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI berisi pengertian gangguan citra tubuh,
klasifikasi gangguan citra tubuh, etiologi gangguan citra tubuh, manifestasi klinis
gangguan citra tubuh, dan faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh. BAB III
PENUTUP berisi kesimpulan dan saran. Serta DAFTAR PUSTAKA.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Menurut Rice (1995), citra tubuh merupakan gambaran yang dimiliki individu
secara mental mengenai tubuhnya, gambaran tersebut dapat berupa pikiran-pikiran,
perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-sensai, kesadaran dan perilaku yang
terkait dengan tubuhnya (dalam Mukhlis, 2013:7).
Citra tubuh merupakan ide seseorang mengenai betapa penampilan badannya
menarik di hadapan orang lain (Chaplin, 2011:63). Senada dengan yang disampaikan
oleh Papalia, Olds dan Feldman (2008:546) bahwa citra tubuh adalah sebagai
keyakinan deskripftif dan evaluasi mengenai penampilan seseorang. Berk juga
mengatakan bahwa citra tubuh merupakan konsepsi dan sikap terhadap penampilan
fisik seseorang (2012:508). Gardner dalam Faucher (2003) memaknai citra tubuh
dengan gambaran yang dimiliki seseorang dalam pikirannya tentang penampilan
(misalnya ukuran dan bentuk) tubuhnya, serta sikap yang dibentuk seseorang
terhadap karakteristik-karakteristik dari tubuhnya. Jadi terdapat dua komponen dari
citra tubuh, yaitu komponen perseptual (bagaimana seseorang memandang tubuhnya
sendiri) dan komponen sikap (bagaimana seseorang merasakan tentang penampilan
atau tubuh yang dipersepsinya) (Faucher, 2003).
Selanjutnya Cash mengatakan bahwa citra tubuh mulai terbentuk pada saat
anak-anak prasekolah menginternalisasikan pesan-pesan dan standar-standar
kecantikan dari masyarakat dan kemudian menilai diri mereka sendiri berdasarkan
standar-standar tersebut (Mukhlis, 2013). Dengan cara ini, anak-anak
mengembangkan konsep-konsep tentang apa yang baik dan apa yang buruk dengan
melihat proporsi tubuh dan penampilan mereka, seperti tinggi badan, berat badan,
kondisi otot, warna rambut, dan gaya atau merek pakaian mereka.
Dari pemaparan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa citra tubuh pada
intinya adalah gambaran diri terhadap dirinya sendiri, gambaran ini akan
menyesuaikan dengan bagaimana orang lain memperhatikannya, sehingga dapat
menggambarkan diri dengan melihat bagaimana respon orang lain ketika
6
memperhatikannya. Citra tubuh merupakan persepsi diri terhadap dirinya sendiri di
mata orang lain dan anggapan dirinya sendiri untuk terlihat pantas di lingkungan
sekitarnya.
2. Klasifikasi
Menurut Riyadi (2009) cita tubuh normal adalah persepsi individu yang dapat
menerima dan menyukai tubuhnya sehingga bebas dari ansietas dan harga dirinya
meningkat.
Gangguan citra tubuh adalah persepsi negetiv tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang
sering berhubungan dengan tubuh. (Riyadi, 2009)
Stressor pada tiap perubahan yaitu :
a. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit.
b. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah
pemasangan infus.
c. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan
pemasangan alat di dalam tubuh.
d. Beban fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh.
e. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.
f. Makna dan objek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan
tanda vital, dll)
3. Etiologi
Keliat et.al (2011), menyatakan bahwa gangguan citra tubuh adalah sebuah perasaan
ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang disebabkan oleh perubahan struktur, ukuran,
bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Adapun
penyebab terjadinya gangguan citra tubuh, yaitu kerusakan atau kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh, dan tindakan pembedahan.
Hal ini juga dapat terjadi pada klien yang mengalami perubahan bentuk tubuh yang
disebabkan oleh penyakit, seperti Splenomegali. Terjadinya pembesaran organ limpa
yang terus-menerus mengakibatkan terjadinya pembesaran abdomen kuadran kiri
klien. Hal ini menyebabkan klien merasa tidak puas dan terganggu terhadap citra
7
tubuhnya. Kondisi patofisiologi dan psikopatologis dan prosedur teraupetik yang
dapat menimbulkan citra tubuh:
a. Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuh
1) Enterostomi
2) Mastaktomi
3) Histerektomi
4) Pembedahan kerdiovaskuler
5) Pembedahan leher radikal
6) Laringektomi
b. Amputasi pembedahan atau traumatic
c. Luka bakar
d. Trauma wajah
e. Gangguan makan
1) Anoreksia
2) Bulimia
f. Obesitas
g. Gangguan muskuluskeletal
1) Atritis
h. Gangguan integument
1) Psoriasis
2) Skar sekunder akibat trauma atau pembedahan
i. Lesi otak
1) Cerebrovaskular accident
2) Demensia
3) Penyakit parkinson
j. Gangguan afektif
1) Depresi
2) Skizofrenia
k. Gangguan endokrin
1) Akruegali
2) Sindrom chusing
l. Penyalahgunaan bahan kimia
m. Prosedur diagnostic
n. Kehilangan atau pengurangan fungsi
8
1) Impotensi
2) Pergeraka atau kendali
3) Sensori persepsi
4) Memori
o. Terapi modalitas
1) Teknologi tinggi (misalnya impian defibrilator, prostestis sendi,dialisis)
2) Kemoterapi
p. Nyeri
q. perubahan psikososial atau kehilangan
1) Perubahn volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau sosial.
2) Dukungan orang dekat
3) Perceraian
4) Kepemilikan pribadi (rumah. perlengkapan rumah tangga, keuanga
5) Translokasi atau relokasi
r. Respon masyarakat terhadap penuaan (agetasim)
1) Umpan balik interpesonal negative
2) Penekanan pada produktivitas
s. Defisit pengetahuan (personal,pemberi asuhan, atau masyarakat)
4. Manifestasi klinis
Pasien dengan gangguan citra tubuh dapat diketahui bila menunjukkan tAnda dan
gejala sebagai berikut:
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh
d. Persepsi negatif pada tubuh
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutan
9
a. Self esteem. Citra tubuh seseorang lebih mengacu pada pandangan seseorang
tersebut tentang tubuhnya yang dibentuk dalam pikirannya, lebih berpengaruh
pikiran orang itu sendiri dibanding pikiran orang lain terhadap dirinya. Selain itu
juga dipengaruhi oleh keyakinan dan sikapnya terhadap tubuh sebagaimana
gambaran ideal dalam masyarakat.
b. Perbandingan dengan orang lain. Citra tubuh secara global terbentuk dari
perbandingan yang dilakukan seseorang terhadap fisiknya sendiri,hal tersebut
sesuai dengan standar yang dikenal oleh lingkungan sosial dan budayanya. Salah
satu penyebab adanya perbedaan antara citra tubuh ideal dengan kenyataan tubuh
yang nyata sering disebabkan oleh media massa yang seringkali menampilkan
gambar dengan tubuh yang dinilai sempurna, sehingga terdapat perbedaan dan
menciptakan persepsi akan penghayatan tubuhnya yang tidak atau kurang
ideal.Konsekuensi yang didapat adalah individu menjadi sulit menerima bentuk
tubuhnya.
c. Bersifat dinamis. Citra tubuh memiliki sifat yang mampu mengalami perubahan
terus menerus, bukan yang bersifat statis atau menetap seterusnya. Citra tubuh
sangat sensitif terhadap perubahan suasana hati (mood), lingkungan dan
pengalaman fisik inidvidual dalam merespon suatu peristiwa kehidupan.
d. Proses pembelajaran. Citra tubuh merupakan hal yang dipelajari. Proses
pembelajaran citra tubuh ini sering kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain
diluar individu sendiri, yaitu keluarga dan masyarakat, yang terjadi sejak dini
ketika masih kanak-kanak dalam lingkungan keluarga, khususnya cara orang tua
mendidik anak dan di antara kawan-kawanpergaulannya. Tetapi proses belajar
dalam keluarga dan pergaulan ini sesungguhnya hanyalah mencerminkan apa
yang dipelajari dan diharapkan secara budaya. Proses sosialisasi yang dimulai
sejak usia dini, bahwa bentuk tubuh yang langsing dan proporsional adalah yang
diharapkan lingkungan, akan membuat individu sejak dini mengalami
ketidakpuasan apabila tubuhnya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh
lingkungan, terutama orang tua. (dalam Samura, 2011)
10
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh perawat dalam mengkaji gangguan citra
tubuh adalah faktor predisposisi serta tanda dan gejala
a. Faktor predisposisi
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kondisi. Faktor
predisposisi gangguan citra tubuh terdiri dari tiga yaitu
1) Faktor biologis
Gangguan citra tubuh dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor biologis yang
paling dominan terlihat adalah ketidakpuasan terhadap bentuk dan ukuran
tubuh. Akan tetapi hal ini bukanlah pemicu utama. Menurut Bolton (2010)
menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan kesehatan turut
mempengaruhi citra tubuh seseorang, seperti pada klien penderita penyakit
kronis atau kondisi lain seperti amputasi, stroke, mastektomi, luka bedah,
cedera saraf tulang belakang, atau hilangnya bagian atau fungsi tubuh
2) Faktor psikologis
Berkaitan dengan keadaan depresi, rendah diri dan ketidaksempurnaan yang
disarankan oleh seseorang. Depresi dan rendah diri berkontribusi terhadap
pandangan negatif tentang diri sendiri. Selain itu, perfeksionisme juga turut
menyebabkan adanya harapan yang tidak realistis dari berat badan, bentuk dan
penampilan.
3) Faktor sosial budaya
Faktor sosial dan budaya mempengaruhi citra tubuh pada kaum muda. Faktor
sosial budaya dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya adalah pesan media
dan keluarga. Dari masa kanak-kanak sampai dewasa; papan reklame, film,
musik video, video game, game komputer, mainan, internet, dan majalah
menyampaikan gambaran tentang daya tarik, kecantikan, bentuk, ukuran,
kekuatan dan berat ideal (Croll, 2005).
b. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh dapat di nilai dari ungkapan klien yang
menunjukkan keinginan atau pikiran untuk mengakhiri hidup dan didukung
dengan data hasil wawancara dan observasi.
1) Data subjektif
a) Perubahan gaya hidup
11
b) Takut akan penolakan atau reaksi oleh orang lain
c) Fokus pada kekuatan, fungsi, atau penampilan masa lalu
d) Perasaan negatif tentang tubuh
e) Perasaan tak berdaya, keputusasaan atau ketidakberdayaan
f) Preokupasi (terpaku pada satu hal) dengan perubahan atau kerugian
g) Penekanan pada kekuatan yang tersisa dan pencapaian yang tinggi
h) Ekstensi batas tubuh untuk bergabung dengan objek lingkungan
i) Depersonalisasi sebagian atau kerugian kata ganti impersonal
j) Penolakan untuk memverifikasi perubahan yang sebenarnya
2) Data objektif
a) Hilangnya bagian tubuh
b) Perubahan aktual dalam struktur atau fungsi
c) Menghindari untu melihat atau menyentuh bagian tubuh
d) Mengekspos tubuh secara berlebihan (overexposure) dengan disengaja atau
tidak disengaja
e) Trauma atas adanya bagian tubuh yang tidak berfungsi
f) Perubahan dalam keterlibatan sosial
g) Perubahan kemampuan untuk memperkirakan hubungan spasial tubuh
terhadap lingkungan
c. Komponen citra tubuh
Citra tubuh terdiri dari tiga komponen, yaitu realitas tubuh (body reality), ideal
tubuh (body ideal), dan perwujudan tubuh (body presentation) (price dalam
carpenito-moyet, 2009)
1) Realitas tubuh
Pada komponen ini, tubuh seperti itu benar-benar ada, dibatasi oleh efek
genetika manusia dan keausan kehidupan di lingkungan luar (seperti yang
mungkin dijelaskan dalam pemeriksaan dokter formal). Hal ini dapat berubah,
baik akibat proses penuaan dan arena kita menggunakan dan
menyalahgunakannya. Perubahan nyata dalam realitas tubuh di kaitkan
dengan trauma, keganasan, infeksi, dan malnutrisi.
2) Ideal Tubuh
Ideal tubuh merupakan gambaran di kepala kita tentang bagaimana kita ingin
tubuh kita terlihat dan tampil. Hal-hal yang mempengaruhi ideal tubuh
meliputi norma sosial dan budaya, periklanan, dan perubahan sikap terhadap
12
kebugaran dan kesehatan. Perubahan dalam realitas tubuh mengancam ideal
tubuh, namun kelainan pada ideal tubuh (misalnya : anoreksia nervosa) dan
juga dapat mempengaruhi ekuilibrium secara langsung.
3) Perwujudan tubuh
Kenyataan tubuh jarang mempengaruhi standar ideal tubuh dalam upaya
membuat kedua keseimbangan ini, penyajian tubuh digunakan. Hal ini adalah
tentang bagaimana tubuh secara harafiah disajikan ke lingkungan luar, seperti
cara kita berpakaian mempelai pria, berjalan, berbicara, berpose, dan
menggunakan alat peraga, seperti tongkat atau alat bantu dengar. Sama
halnya, kelumpuhan atau kehilangan anggota tubuh (realitas tubuh) juga
mempengaruhi penyajian tubuh.
2. Diagnosa keperawatan
Pohon Masalah
Gangguan Citra
Kekerasan fisik
13
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Terjadi
14
4) Diskusikan kemampuan dan sapek 4) Memotivasi klien memandang
positif yang di miliki klien dirinya secara positif, penilaian
negatif semakin menambah rasa
tidak percaya diri klien
5) Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan
sosialisasi
15
c. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial berhubungan dengan perubahan fisik
Tujuan : setelah mpemberian asuhan keperawatan 4x24 jam klien dapat
bersosialisasi
Kriteria hasil :
1) Klien dapat melakukan cara berinterkasi dengan orang lain
2) Klien mampu mengungkpakan pentingnya bersosialisasi
Intervensi Rasional
1) Bina hubungan saling percaya: 1) Hubungan saling percaya
a) Sapa klien dengan ramah baik sebagai dasar interkasi
verbal maupun non verbal yang terapeutik perawat-
b) Perkenalkan diri dengan sopan klien
c) Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai
klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan atau
interaksi
e) Jujur dan menepati janji
f) Pertahankan kontak mata,
tunjukkan rasa empati dan
dorong serta berikan
kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
16
c) Beri pujian terhadap b) Meningkatkan
kemampuan klien pengetahuan klien dan
mengungkapkannya mencari pemecahan
d) Diskusikan tentang manfaat bersama tentang
berhubungan dengan orang lain masalah klien
c) Meningkatkan harga
e) Dorong klien menyebutkan diri klien berani
kembali manfaat berhubungan bergaul dengan
dengan orang lain lingkungn sosialnya
f) Beri pujian terhadap d) Meningkatkan
kemampuan klien dalam penegtahuan klien
menyebutkan manfaat tentang perlunya
berhubungan dengan orang lain hubungan dengan orang
lain
e) Untuk mengetahui
tingkat permohonan
klien sebagi informasi
yang telah diberikan
f) Reinforcement positif
dapat meningkatkan
harga diri klien
17
4. Implementasi Keperawatan
a. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh,
implementasinya :
1) Memberi kesempatan klien mengungkapkan perasaannya:
a) Membimbing klien mengungkapkan perasaannya
b) Menggunakan pertanyaan terbuka
c) Mendengarkan ungkapan klien
18
c) Membeeri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkannya
d) Mendiskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
e) Mendorong klien menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang
lain
f) Memberi pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat
berhubungan dengan orang lain
g) Reinforcement positif atas keberhasilan yangb telah dicapai klien
5. Evaluasi Keperawatan
a. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
1) Klien dapat menerapkan perubahan
2) Klien memiliki beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi
3) Klien beradaptasi dengan cara yang dipilih dan digunakan
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Citra tubuh adalah gambaran diri terhadap dirinya sendiri, gambaran ini akan
menyesuaikan dengan bagaimana orang lain memperhatikannya, sehingga dapat
menggambarkan diri dengan melihat bagaimana respon orang lain ketika
memperhatikannya. Citra tubuh merupakan persepsi diri terhadap dirinya sendiri di mata
orang lain dan anggapan dirinya sendiri untuk terlihat pantas di lingkungan sekitarnya.
Maka dari itu tugas seorang perawat dalam menangani pasien dengan gangguan citra
tubuh adalah melakukan implementasi sesuai dengan intervensi diagnosa keperawatan.
B. Saran
Setiap individu harus dapat menerima dirinya apa adanya, jika ada ketidakpuasan
persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat individu merubah dirinya kearah yang negatif.
Maka jika individu berhasil menerima dirinya sendiri. Dan pada akhirnya pandangan
manusia dalam mendeskripsikan pandangan terhadap citra tubuhnya bukan memburuk
tetapi berharap ke arah yang lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Yusuf, AH., Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
21