Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DETERMINAN MATRIKS

Untuk Memenuhi Tugas dari Mata Kuliah Aljabar Linier


Dosen Pengampu : Yenni Novita Harahap,M.Pd

DISUSUN OLEH :
ALYA AZIZAH RAHMAH 1206030006
ANNA SARI RAMBE 1203060007

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AL WASHLIYAH MEDAN
2019/2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Matematika berasal dari bahasa latin Manthanein atau Mathema yang berarti “belajar atau hal yang
dipelajari”. Sedangkan matematika di dalam bahasa belanda dikenal dengan sebutan wiskunde yang
memiliki arti “ilmu pasti”. Jadi secara umum dapat diartikan bahwa matematika merupakan sebuah ilmu
pasti yang berkenaan dengan penalaran.
Minimnya pemahaman mahasiswa terhadap konsep matematika menimbulkan kesulitan dalam
menyelesaikan soal matematika tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri.
Dalam pembelajaran MATEMATIKA DASAR banyak mahasiswa yang masih kurang paham
mengenai pelajaran MATRIKS.
Disini kami selaku tim penyusun akan memberikan materi yang berkaitan  dengan pembahasan
Matrik untuk memenuhi tugas Pembelajaran Matematika Dasar.
B. Masalah
1. Apa pengertian Determinan Matriks?
2. Apa jenis-jenis Determinan Matriks ?
3. Apa saja sifat-sifat Determinan Matriks itu ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian determinan matriks
2. Mengetahui jenis-jenis determinan matriks
3. Dapat mengetahui sifat sifat determinan matriks

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Determinan Matriks

Determinan Matriks ialah suatu bilangan real yang diperoleh dari suatu proses dengan
aturan tertentu terhadap matriks bujur sangkar.Determinan dinyatakan sebagai jumlah semua hasil
kali dasar bertanda dari matriks bujur sangkar A. Determinan dari sebuah matriks bujur sangkar
A’ dinotasikan dengan det(A), atau |A|.

B. Jenis-jenis Determinan Matriks

a. Determinan Matriks Ordo 2 × 2

Misalkan A =   adalah matriks yang berordo 2 × 2 dengan elemen a dan d


terletak pada diagonal utama pertama, sedangkan b dan c terletak pada diagonal kedua.
Determinan matriks A dinotasikan ”det A” atau |A| adalah suatu bilangan yang diperoleh
dengan mengurangi hasil kali elemen-elemen pada diagonal utama dengan hasil kali
elemen-elemen diagonal kedua.

Dengan demikian, dapat diperoleh rumus det A sebagai berikut.

det A =   = ad – bc
Contoh Soal 1 :
Tentukan determinan matriks-matriks berikut:

a. A =   

b.B = 

Penyelesaian :

a. det A =   = (5 × 3) – (2 × 4) = 7

a. det B =   = ((–4) × 2) – (3 × (–1)) = – 5


b. Determinan Matriks Ordo 3 × 3 (Pengayaan)

Jika A =   adalah matriks persegi berordo 3 × 3, determinan A

dinyatakan dengan det A = 


Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menentukan determinan matriks berordo
3 × 3, yaitu aturan Sarrus dan metode minor-kofaktor.
 Aturan Sarrus
Untuk menentukan determinan dengan aturan Sarrus, perhatikan alur berikut.
Misalnya, kita akan menghitung determinan matriks A3 × 3. Gambaran perhitungannya
adalah sebagai berikut.

 Metode Minor-Kofaktor
Misalkan matriks A dituliskan dengan [ aij]. Minor elemen aij yang dinotasikan
dengan Mij adalah determinan setelah elemen-elemen baris ke-i dan kolom ke-j
dihilangkan. Misalnya, dari matriks A3 × 3  kita hilangkan baris ke-2 kolom ke-1
sehingga :

Akan diperoleh M21 =   . M21 adalah minor dari elemen matriks A


baris ke-2 kolom ke-1 atau M21 = minor a21. Sejalan dengan itu, kita dapat
memperoleh minor yang lain, misalnya :

M13 = 

Kofaktor elemen aij, dinotasikan Kij adalah hasil kali (–1)i+j dengan minor


elemen tersebut. Dengan demikian, kofaktor suatu matriks dirumuskan dengan :
Kij = (–1)i+j Mij

Dari matriks A di atas, kita peroleh misalnya kofaktor a21 dan a13 berturut-turut


adalah

K21 = (–1)2+1 M21 = –M21 = 

K13 = (–1)1+3 M13 = M13 = 

Kofaktor dari matriks A3 × 3 adalah kof(A) =

Nilai dari suatu determinan merupakan hasil penjumlahan dari perkalian


elemen-elemen suatu baris (atau kolom) dengan kofaktornya. Untuk menghitung
determinan, kita dapat memilih dahulu sebuah baris (atau kolom) kemudian kita
gunakan aturan di atas.

C. Sifat-Sifat Determinan Matriks


Berikut sifat-sifat determinan yang terdapat pada matriks.

1. Jika A adalah sebarang matriks kuadrat yang mengandung sebaris bilangan nol, maka
det(A) = 0.

Contoh :

misal matriks A = 

dengan menggunakan Aturan Kofaktor, maka


det(A) = 

= a31M31 – a32M32 + a33M33

=0  – 0  + 0

= 0(2.1 – 3.0) – 0(1.1 – 1.3) + 0(1.0 – 1.2)

=0

2. Jika A adalah matriks segitiga n x n, maka det(A) adalah hasil kali entri-entri pada
diagonal utama, yakni det(A) = a11a22 … ann

Contoh :

det(A) = 

= a31M31 – a32M32 + a33M33

=0  – 0  + 3

= 0(1.1 – 3.3) – 0(2.1 – 0.3) + 3(2.3 – 0.1)

= 0 – 0 + 3.2.3

= 18

Hasil ini sama dengan perkalian entri pada diagonal utama yaitu 2 x 3 x 3 = 18

3. Misalkan A’ adalah matriks yang dihasilkan bila baris tunggal A dikalikan oleh konstanta
k, maka det(A’) = k det(A)

Contoh :

misal k = 2 dan A =   maka kA = 


det(A) = 

berdasarkan Sifat 3 maka det(kA) = det(A’) = 4.3.3 = 36

karena det(A) = 18 dan k = 2 maka k.det(A) = 2.18 = 36

jadi, det(A’) = k.det(A)

4. Misalkan A’ adalah matriks yang dihasilkan bila dua baris A dipertukarkan, maka det(A’)
= -det(A)

Contoh :

misal A =   maka kA =   dan baris 1 ditukar dengan baris 2 sehingga

diperoleh matriks A’ = 

det(A’) = 

= a31M31 – a32M32 + a33M32

=0  – 0  + 3

= 0(3.3 – 1.1) – 0(0.3 – 2.1) + 3(0.1 – 2.3)

= 0 – 0 + 3.(-2).3

= -18

Jadi, det(A’) = -det(A)

5. Misalkan A’ adalah matriks yang dihasilkan bila kelipatan satu baris A ditambahkan pada
baris lain, maka det(A’) = det(A)

Contoh :
misal A =   kemudian bilakukan Operasi Baris Elementer pada baris kedua yaitu

B2 + 2B1 sehingga diperoleh A’ = 

det(A’) = 

= a31M31 – a32M32 + a33M33

=0  – 0  + 3

= 0(1.7 – 5.3) – 0(2.7 – 3.4) + 3(2.5 – 4.1)

= 0 – 0 + 3.(6)

= 18

Jadi, det(A’) = det(A)

6. Jika A adalah sebarang matriks kuadrat, maka det(A) = det(A t)

Contoh :

misal A =   maka At = 

det(At) = a13M13 – a23M23 + a33M33

=0  – 0  + 3

= 0(1.1 – 3.3) – 0(2.1 – 3.0) + 3(2.3 – 1.0)

= 0 – 0 + 3.2.3

= 18

Jadi, det(A) = det(At)


7. Misalkan A, A’ dan A” adalah matriks n x n yang hanya berbeda dalam baris tunggal,
katakanlah baris ke-r, dan anggap bahwa baris ke r dari A” dapat diperoleh dengan
menambahkan entri-entri yang bersesuaian dalam baris ke-r dari A dan dalam baris ke-r
dari A’, maka det(A”) = det(A) + det(A’) [hasil yang serupa juga berlaku untuk kolom]

Contoh :

misal

A =   maka det(A) = (1.3 – 4.2) = -5

A’ =   maka det(A) = (4.2 – 1.3) = 5

dan A” = A + A’ =   +   =   maka det(A”) = (5.5 – 5.5) = 0

jadi det(A”) = det(A) + det(A’) = -5 + 5 = 0

8. Jika A dan B adalah matriks kuadrat yang ukurannya sama, maka det(AB) = det(A) det(B)

Contoh :

Dari contoh pada Sifat 7 dengan det(A) = -5 dan det(A’) = det(B) = 5 maka det(AB) = (-5)(5)
= -25

AB =   

det(AB) = 6.18 – 19.7

= 108 – 133

= -25

Jadi det(A.B) = det(A).det(B) = (-5)(5) = -25

9. Sebuah matriks kuadrat dapat dibalik jika dan hanya jika det(A)   0
Contoh :

misal A =   dengan det(A) = -5

A-1 =   

=   

Karena det(A)   0. Jadi matriks A memilki invers yaitu A-1 = 

10. Jika A dapat dibalik, maka det(A-1) = 

Contoh :

A-1 =   maka

det(A-1) = (-3/5)(-1/5) – (4/5)(2/5)

= 3/25 – 8/25

= -5/25

= -1/5

karena det(A) = -5 maka berlaku det(A-1) = 1/det(A) = -1/5

BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan dengan
persoalan yang apabila kita telusuri ternyata merupakan masalah matematika. Dengan kata
lain kita selalu bersentuhan dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan matematika
entah itu kita sadari ataupun tidak. Agar mudah difahami maka persoalan tersebut diubah
kedalam bahasa atau persamaan matematika supaya persoalan tersebut lebih mudah
diselesaikan. Tetapi terkadang suatu persoalan sering kali memuat lebih dari dua persamaan
dan beberapa variabel, sehingga kita mengalami kesulitan untuk mencari hubungan antara
variabel-variabelnya.
Adapun matriks sendiri merupakan susunan elemen-elemen yang berbentuk persegi
panjang yang di atur dalam baris dan kolom dan di batasi sebuah tanda kurung di sebut
matriks.

 Daftar Pustaka
 http://contohdanpenyelesaianmatrix.blogspot.co.id/2014/06/invers-matriks.html
 Anton, H,. 1992, Aljabar Linier Elementer, Erlangga, Jakarta.
 http://sosmedpc.blogspot.co.id/2016/12/determinan-pengertian-dan-contoh.html
 http://www.sheetmath.com/2016/05/matriks-invers-definisi-sifat-sifat-dan.html

Anda mungkin juga menyukai