Anda di halaman 1dari 3

Busuk Basah Pada Kubis

May 14, 2013Topik: Basah, Busuk, KUBIS, pada

Busuk Basah Pada Kubis


Bakteri penyebab busuk basah mempunyai kisaran inang yang luas di antaranya kubis,
kentang, wortel, turnip, seledri, tomat, dan lain-lain. Panyakit ini dapat
ditemukan di seluruh dunia dan dapat menyebabkan gejala serius pada krop di
lapangan, di pengangkutan dan di penyimpanan.
Perkembangan serangannya lebih banyak terjadi pada tempat penyimpanan atau
pascapanen dari pada di lapangan. Pada penyimpangan, tanaman krop sehat yang
mangalami kontak langsung dengan tanaman yang sakit dapat dalam beberapa jam saja
dapat tertular penyakit busuk basah ini.
Penyakit busuk lunak ini telah menyebkan kerugian ekonomi yang besar akibat
berkurangnya jumlah produksi yang dapat terjual: rendahnya kualitas; dan besarnya
biaya pengendalian. Bakteri ini dapat mempertahankan diri dalam tanah dan sisa-sisa
tanaman di lapangan.
Penyebab Penyakit
Erwinia carotovora merupakan bakteri berbentuk batang, bersifat gram negatif,
umumnya berbentuk rantai, tidak berkapsul dan tidak berspora, dapat bergerak aktif
dengan 2-5 flagella. Ukuran selnya 1,5-2,0 x 0,6-0,9 mikron (Permadi dan
Sastroosiswojo, 1993). Suhu minimum untuk bakteri ini adalah 5oC, optimum 22oC,
maksimum 37oC dan akan mati pada suhu 50oC (Agrios, 2005).
Gejala Penyakit
Gejala awal yang mucul pada tanaman berupa lesio gejala basah yang kecil dan
diameter serta kedalamannya melebar secara cepat. Bagian tanaman yang terkena
menjadi lunak dan berubah warna menjadi gelap apabila serangan terus berlanjut.
Warna pada permukaannya menjadi hijau pucat dan mengkerut. Pada jaringan yang
terinfeksi akan berwarna buram dan kemudian akan berubah menjadi krem dan
berlendir. Jika hal ini terjadi, maka pada permukaan akan tampak cairan berwarna
keruh. Perkembangan penyakit hingga tanaman membusuk hanya butuh waktu 3-5 hari.
Tanaman yang terkena busuk lunak kemudian menimbulkan bau yang khas yang
dimungkinkan oleh adanya perkembangan organisme lain setelah pembusukan terjadi.
Jika akar krop telah terserang, gejala kemudian dapat muncul pada batang berupa
batang yang berair, hitam, dan berkerut. Hal ini juga menyebabkan tanaman kerdil,
layu dan mati. Bakteri busuk lunak dapat timbul dari seresah tanaman yang telah
terinfeksi, melalui akar tanaman, dari tanah, dan beberapa serangga. Luka pada
tanaman seperti stomata pada daun, serangan serangga, kerusakan mekanis, ataupun
bekas serangan dari patogen lain merupakan sasaran yang empuk untuk serangan
bakteri (Agrios,2005).
Siklus Penyakit
Siklus penyakit atau perkembangan penyakit dapat dijelaskan sebagai berikut.
Bakteri pada awalnya masuk ke luka pada tanaman. Luka ini dapat disebabkan oleh
serangga tersebut mengimpan telurnya pada tanaman kubis sehingga menyebabkan luka.
Bakteri setelah masuk akan makan dan membelah diri dengan cepat serta merusak sel
di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terbentuknya cairan. Selain tiu, bakteri ini
menghasilkan enzim pektinase dan selulase. Enzim peptinase dapat menguraikan peptin
yang berfungsi untuk merekatkan dinding sel yang berdampingan. 
Dengan terurainya peptin, sel-sel akan terdesintegrasi. Enzim selulase menyebabkan
merusak selulosa dan melunakkan dinding sel. Akibatnya air dari protoplasma
berdifusi ke ruang antar sel. Sel kemudian mengalami plasmolisis, kolaps, dan mati.
Bakteri selanjutnya bergerak menuju ruang antarsel dan membelah diri sambil
mengeluarkan enzimnya sehingga infeksi semakin besar.
Akibat dari hal tersebut di atas, jaringan yang terserang kemudian melunak, berubah
bentuk, dan berlendir. Massa dari bakteri yang terdapat pada cairan dalam sel
sangat banyak. Akibatnya jaringan gabus yang banyak terserag penyakit ini pun rusak
sehingga lendir yang mengandung banyak bakteri tersebar ke dalam tanah atau dalam
penyimpanan pasca panen. Hal ini memungkinkan bakteri mengadakan kontak dengan
tanaman yang sehat sehingga tanaman sehat pun akan mengalami sakit. Skema yang
menunjukkan perkembangan penyakit tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Kondisi yang Mendukung Perkembangan Penyakit
Terdapat beberapa hal yang dapat mendukung perkembangan penyakit diantaranya
drainasi yang buruk pada pertanaman, kelembaban yang tinggi, curah hujan tinggi
yang dapat menyebabkan bakteri tersebar dengan cepat, adanya sisa-sisa tanaman
terinfeksi di sekitar daerah penanaman dan suhu yang rendah.
Kondisi yang menyebabkan perkembangan penyakit pada pasca panen adalah luka pada
kubis. Jika luka ini mengadakan kontak dengan tanaman yang terserang, maka dengan
mudah kubis yang luka ini akan terinfeksi E. carotovora.
Strategi Pengendalian
Pengendalian secara preventif bisa ditempuh melalui kebersihan lingkungan dan
sistem budidaya. Menunggu tanah melapukkan sisa-sisa tanaman lama di lahan sebelum
menanam tanaman selanjutnya sangat dianjurkan untuk mengatasi hal ini. Lahan harus
memiliki drainase yang baik untuk mengurangi kelembaban tanah serta jarak tanamnya
harus cukup memberikan pertukaran udara untuk mempercepat proses pengeringan daun
saat basah. Pembuatan pelindung hujan dapat pula menghindari percikan tanah dan
pembasahan daun yang akan mengurangi gejala busuk lunak. Penyemprotan bacterisida
seperti Kocide 77WP dengan interval 10 hari sangat dianjurkan terutama saat
penanaman musim hujan. Sanitasi, jarak tanam tidak terlalu rapat. Menghindari
terjadinya luka yang tidak perlu dan pengendalian pasca panen.
Penyakit Busuk Basah [Erwinia caratovora pv. caratovora (Jones) Dye]
Gejala :
• Gejala yang umum adalah busuk basah, berwarna coklat atau kehitaman, pada daun,
batang dan umbi.
• Pada bagian terinfeksi mula-mula terjadi becak kebasahan. Becak membesar dan
mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman.
• Jika kelembaban tinggi, jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau
kecoklatan, dan tampak agak berbutir-butir halus.
• Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau hitam.
Pengendalian :
• Sanitasi
• Jarak tanam tidak terlalu rapat
• Menghindari terjadinya luka yang tidak perlu
• Pengendalian pasca panen
Busuk lunak (Soft Rot) adalah penyakit yang merugikan pada tanaman-tanaman sayur,
termasuk kubis-kubisan, baik di lapangan maupun dalam penyimpanan dan pengangkutan
sebagai penyakit pascpanen. Penyakit tersebar umum di seluruh dunia. Meskipun di
Indonesia belum pernah diteliti secara khusus, namun penyakit sering ditemukan di
pertanaman maupun di pasar-pasar (Machmud, 1984; Suhardi, 1988).
Busuk lunak merupakan penyakit yang penting di Malaysia, Thailand, dan Filiphina
(Beningno dan Quebral, 1977; Giatgong, 1980;Ho, 1985). Erwinia carotovora pernah
menyebabkan masalah serius di Eropa dalam produksi kentang, hal ini disebabkan
penanaman, pemanenan, penyimpanan dari buah kentang di bawah kondisi optimum.
Tanaman dengan mudah terinfeksi patogen. Kemajuan teknologi yang dicapai ilmuan
pada akhir dekade ini untuk menekan penyebaran patogen Erwinia carotovora melalui
molekul signal pada patogen dikuatirkan akan manciptakan galur yang resisten.
Teknik perbanyakan secara tradisional tidak dapat digunakan sebagai senjata yang
ampuh karena kurangnya sifat resisten. Penelitian lebih lanjut masih dikebangkan
untuk menangani masalah ini.
Gejala:
Gejala yang umum pada tanaman kubis-kubisan adalah busuk basah, berwarna coklat
atau kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula
terjadi bercak kebasahan. Bercak-bercak tersebut membesar dan mengendap (melekuk),
bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi
jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak
agak berbutir-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen
coklat tua atau hitam. Pada serangan lanjut daun yang terinfeksi melunak berlendir
dan mengeluarkan bau yang khas. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau,
tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringa tersebut menjadi berbau khas
yang mencolok hidung (Machmud, 1984). Bau tersebut merupakan gas yang dikeluarkan
dari hasil fermentasi karbohidrat kubis.
Penyebab :
Penyebab busuk lunak adalah Erwinia carotovora. Sel bakteri berbentuuk batang
dengan ukuran (1,5×2,0)x(0,6×0,9) micron, umunya membentuk rangkaian sel-sel
seperti rantai, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan
menggunakan flagela 2-3 peritrik. Bakteri ini bersifat gram negatif. Hidup bakteri
ini soliter atau berkelompok dalam pasangan atau rantai, termasuk jenis bakteri
fakultatif anaerob. E. carotovora memproduksi banyak enzim ekstraselluler seperti
pektinase yang mendegradasi pektin yang berfunsi untuk merekatkan dinding-dinding
sel yang berdampingan, sellulase yang mendegradasi sellulase, hemicellulases,
arabanases, cyanoses dan protease.
Suhu yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri ini yaitu berkisar 27-
30oC.
Fase kritis tanaman terhadap bakteri busuk lunak:
Infeksi bakteri lebih banyak dijumpai pada tempat penyimpanan atau pada waktu
pengangkutan (pascapanen) dari pada di lapangan. Bakteri busuk lunak merupakan
parasit lemah yang merupakan penetrasi pada inangnya hanya melalui luka misalnya
pada bercak yang diinfeksi oleh patogen lainnya, luka karena gigitan serangga, atau
luka karena alat pertanian yang digunakan untuk memanen kubis.
Daur hidup penyait:
Bakteri ini dapat menyerang berbagaimacam tanaman pertanian maupun hasilnya,
khususnya tanaman hortikultura seperti kentang, wortel dan lain sebagainya. E.
carotovora dapat mempertahankan diri dalam tanah dan sisa-sisa tanaman dilapang.
Suhu yang optimal untuk perkembangan bakteri yaitu 27oC. pada keadaan suhu rendah
dan kelembaban yang rendah bakteri akan terhambat pertumbuhannya.
Pada umunya infeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi
melalui luka-luka karena gigitan serangga atu alat-alat pertanian yang tertempel
dengan bakteri tersebut. Larva dan imago lalat buah dapat menularkan bakteri karena
serangga ini membuat luka dan mengandung bakteri dalam tubuhnya.
Teknik pengendalian:
Untuk mengendalikan penyakit ini digunakan beberapa cara antara lain:
1. Melalukan sanitasi. Menjaga kebersihan kebun khususnya dari sisa-sisa tanaman
sakit sebelum penanaman.
2. Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan kelembaban
yang terlalu tinggi, terutama di musim hujan.
3. Pada waktu memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin menghindari
terjadinya luka yang tidak perlu, khususnya pada waktu hama menyerang.
4. Pengendalian pascapanen dilakukan dengan
• Mencucui tanaman dengna air yang mengandung chlorine
• Krop yang terserang sebelum disimpan daun-daun yang terinfeksi dibuang dan
dimusnahkan.
• Mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan
• Menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, mempunyai ventilasi yang cukup, sejuk
dan difumigasinya sebelumnya
Daerah sebaran dan penyebaran:
Baktei busuk lunak mempunyai daerah sebaran yang luas hampir diseluruh dunia. Di
indonesia terjadi di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
 

Anda mungkin juga menyukai