Anda di halaman 1dari 20

Mengenal

Prepared by
Abu Hazim Assundawiy
Pengertian

2
1. Sunnah secara bahasa
Menurut bahasa kata sunnah merupakan derivasi dari kata sanna – yasunnu – sunnatan.
Kata itu berarti cara, jalan yang ditempuh, tradisi (adat kebiasaan), atau ketetapan, apakah
hal itu baik atau tidak, terpuji atau tercela

Sunnah secara bahasa bermakna metode (at-thoriqoh) (Lisanul ‘Arab 13/226), jalan (sabiil).
Salah satu dalil yang menunjukkan makna ini adalah hadits dari Abu ‘Amr Jarir ibn
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ُجوىرىه ْم َش ْىءٌ َوَم ْن َس َّن ىِف ا ىإل ْسالَىم‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫من س َّن ىِف ا ىإلسالَىم سنَّةً حسنَةً فَلَه أَجرها وأَجر من ع ىمل ىِبا ب ع َده ىمن َغ ىْي أَ ْن ي ْن ُقص ى‬
‫م‬
ُ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َُ ْ ُ َ َ ُ ْ َ َْ
‫ص ىم ْن أ َْوَزا ىرىه ْم َش ْى ٌء‬َ َ‫ق‬
ُ ‫ن‬
ْ ‫ي‬ ‫ن‬
ْ َ
‫أ‬ ‫ى‬
‫ْي‬ْ ‫غ‬
َ ‫ن‬ ‫ى‬
‫م‬ ‫ى‬
‫ه‬ ‫ى‬
‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ى‬
‫م‬ ‫ا‬ ‫ى‬
‫ِب‬
ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ َُ ْ‫ل‬ ‫ى‬
‫م‬ ‫ع‬
َ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ر‬‫ز‬ْ‫و‬‫ى‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ر‬‫ز‬ْ‫و‬‫ى‬ ‫ى‬
‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬
َ ‫ع‬
َ ‫ن‬
َ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ‫ة‬
ً ‫ئ‬
َ‫ى‬‫ُسنَّةً َسي‬
“Barangsiapa yang mencontohkan dalam Islam sunnah yang baik, maka bagi dia pahalanya
dan pahala orang yang mengamalkannya. Barangsiapa yang mencontohkan sunnah yang
jelek, maka atasnya dosa dan dosa orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)
3
2. Pengertian As-Sunnah Menurut Syari’at
As-Sunnah menurut istilah syari’at ialah segala sesuatu yang bersumber dari
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir
(penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri’
(pensyari’atan) bagi ummat Islam.

(Taisir Musthalahul Hadits hal. 15)

4
3. As-Sunnah menurut istilah ahli ushul fiqih
Al-Amidi mengatakan: “Apa-apa yang datang dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wasallam berupa dalil-dalil syariat, yang bukan dibaca (maksudnya bukan Al-Qur`an) dan
bukan mu’jizat.” (Al-Ihkam 1/169)

4. As-Sunnah menurut istilah ahli fiqih (fuqaha’)


Ialah segala sesuatu yang sudah tetap dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dan hukumnya
tidak fardhu dan tidak wajib, yakni hukumnya sunnah.
(Fat-hul Baari (XIII/245-246)

5
5. As-Sunnah menurut istilah ulama Salaf
Para ulama Salaf mengatakan bahwa As-Sunnah artinya mengamalkan Al Qur`an dan
hadits serta mengikuti para pendahulu yang shalih serta ber-ittiba’ (berteladan) dengan jejak
mereka. (Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah, 2/428, Ta’zhimus Sunnah, hal. 18)

Ibnu Rajab radhiyallahu ‘anhu menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan As Sunnah pada asalnya adalah
jalan yang ditempuh, dan itu meliputi sikap berpegang teguh dengan apa yang dijalani oleh Nabi
shollallohu ‘alaihi wasallam dan para khalifahnya baik berupa keyakinan, amalan, maupun ucapan.
Dan inilah makna As Sunnah secara sempurna. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hadits no. 28)

“Sunnah adalah Jalan yang Dilalui, mencakup berpegang teguh dengan sesuatu yang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khulafa’ Rasyidun berada di atasnya dari perbuatan, ucapan dan
keyakinan. Demikianlah para salaf tidaklah menetapkan makna sunnah kecuali dengan hal-hal tersebut.
Diriwayatkan makna ini dari Al-Hasan, Al-Auza’i, dan Fudhail bin ‘Iyadh”. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)
6
6. Sunnah menurut istilah ulama ahli hadits.
Yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, baik berupa perkataan,
perbuatan,taqriir (ketetapan) beliau shollallohu ‘alaihi wasallam, sifat jasmani, atau sifat
akhlak, perjalanan setelahbi’tsah (diangkat sebagai Nabi), dan terkadang masuk juga

2. Hakikat Golongan Jin


sebagian sebelum bi`tsah. Sehingga arti as-Sunnah di sini semakna dengan al-Hadits.

SUNNAH QAULI SUNNAH FI’LI SUNNAH TAQRIRI


(Sunnah dalam bentuk ucapan) ialah (Sunnah yang berupa perbuatan) ialah ialah segala perbuatan
segala ucapan Nabi ‫ ﷺ‬yang ada segala perbuatan Nabi ‫ ﷺ‬yang Shahabat yang diketahui oleh
hubungannya dengan tasyri’, diberitakan oleh para Nabi ‫ ﷺ‬dan beliau
Shahabatnya radhiyallahu ‘anhum tentang
‫ ﷺ‬membiarkannya (sebagai
Hadis/sunah qauliyah memiliki kedudukan wudhu’, shalat, haji, dan selainnya.
pada posisi pertama dalam pembagian tanda setuju) dan tidak
hadis/sunah. Urutan tersebut menunjukkan Hadis/sunnah fi’liyah menduduki posisi mengingkarinya.
bahwa kualitas hadis qauliyah berada di kedua setelah hadis/sunnah qauliyah dan
atas hadis/sunah fi’liyah maupun taqririyah. berada di atas hadis taqririyah. Mengenal Sunnah 7
Termasuk hadits-hadits apakah ini?
Hadis tentang do’a Nabi bagi orang yang mendengarkan, menghapal dan
mendengarkan ilmu:
ِ ِ ِ ً ِ
‫َض اهللُ ا ْم َرأ َسم َع منَّا َحد ْي ًثا َف َح َف َظ ُه َو َب َّل َغ ُه َغ ْ َْي ُه‬
َ َ ‫َن‬
“Semoga Allah memberi kebaikan kepada orang yang mendengarkan suatu hadis dari kami,
kemudian ia hafal dan menyampaikannya kepada orang lain” (HR. Abu Dawud)

Hadis tentang bacaan atau ucapan ringan yang disukai Allah:

ِ ‫ان اهللِ ْال َِظِ ْي‬


َ ‫ان اهللِ َوبِ َح ْم ِد ِه ُس ْب َج‬
َ ‫ ُس ْب َح‬:‫ْح ِن‬ ِ ِ ِ ِ ْ ِ ِ َ ِ َ ِ ِّ ِ َ ِ ِ ِ
َّ ‫َكل َم َتان َخف ْيف َتان َع ََل الل َسان ثق ْبل َتان ِف امل ْي َزان َحب ْي َب َتان َع ََل‬
َ ْ ‫الر‬
“Dua kalimat yang ringan diucapkan, tetapi berat timbangan (kebaikannya), keduanya
disukai Allah Yang Maha Penyayang: “subhanallahi wa bihamdihi, subhanallahil ‘azhim”
(HR. Bukhari-Muslim)
8
Termasuk hadits-hadits apakah ini?
Hadis tentang keutamaan belajar al-Qur’an

‫آن َو َع َّل َم ُه‬


َ ‫َخ ْ ُْي ُك ْ َم ْن َت َِ َّل َ ْال ُق ْر‬
“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang
lain” (HR. Bukhari)

Hadis tentang persatuan umat Islam


ِ ِ ِ ِ ِ
‫ْاملُ ْؤم ُن ل ْل ُم ْؤمن َك ْال ُبنْ َيان َي ُش ُّد َب ِْ ُض ُه َب ِْ ًضا‬
“Hubungan seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat satu bangunan, sebagian yang
setu mendukung/menguatkan bagian yang lainnya”(HR. Bukhari-Muslim)

9
Termasuk hadits-hadits apakah ini?
Hadis tentang shalat nabi di atas kendaraan
ِ
‫اس َت ْق َب ََ ْالف ْب َل َة‬‫ف‬َ ‫ل‬َ ‫ز‬ ‫ن‬ َ
‫ة‬ ‫ض‬ ‫ي‬ ِ
‫ر‬ َ
‫ف‬ ‫ل‬‫ا‬ْ ‫د‬‫ا‬ ‫ر‬‫ا‬َ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ِ ‫إ‬ َ
‫ف‬ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫و‬‫ت‬ ُ
‫ث‬ ‫ي‬‫ح‬ ِ
‫ه‬ ِ ‫ت‬‫ل‬َ ِ
‫اح‬ ‫ر‬ َ
‫َل‬ ‫ع‬ ِّ
‫َل‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫هلل‬
ُ ‫ا‬ ‫ل‬ُ ‫و‬ ‫س‬ ‫ر‬ َ
‫ان‬‫ك‬َ َ
‫ال‬ َ
‫ق‬ ‫هلل‬
ِ ‫ا‬ ِ
‫د‬ ‫ب‬ ِ ٍ ِ
ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ
َ َّ َ ْ َ َ َ َ ُ ‫ﷺ‬ ْ ُ َ ْ ْ ‫َع ْن َجاب‬
‫ع‬َ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ر‬
“Dari Jabir berkata, bahwasanya Rasulullah pernah shalat di atas tunggangannya, kemana
saja tunggangannya itu menghadap. Apabila beliau hendak (melaksanakan shalat) fardhu,
ia turun dan menghadap ke kiblat” (HR. Bukhari-Muslim)

Hadis tentang shalat Rasulullah menjelang wafatnya


ِ‫ان َق ْب ََ َو َفاتِ ِه بِ َِا ٍم َأ ْو َعا َم ْي‬ ِ
َ ‫َأ َّن َح ْف َص َة َز ْو َج النَّبِ ِّي ﷺ ََ َقا َل ْت َما َر َأ ْي ُت َر ُس ْو َل اهللِ ﷺ ُي َص ِِّّل َجال ًسا َح َّتى َك‬
“Sesungguhnya Khafsah, istri Nabi SAW berkata: “Saya tidak pernah melihat Rasulullah
melakukan shalat sambil duduk sehingga ia melakukannya menjelang wafatnya setahun
atau dua tahun”.
10
Termasuk hadits-hadits apakah ini?
Hadis tentang daging Biawak
Dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW disuguhi
makanan, diantaranya daging “dhab” (sejenis biawak). Beliau tidak memakannya sehingga
Khalid bin Walid bertanya:

ِ ِ
‫ض َق ْوم ْي ُك ُل ْوا َفإ َّن ُه َح ََل ٌل َق َال‬ َ ِ ِ
ِ ‫ب َيا َر ُس ْو َل اهللِ َق َال ََل َو َلك ْن ََل َي ُك ْن بأ ْر‬ ‫الض‬
َ ‫م‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ح‬‫أ‬َ
ْ ُّ ٌ ََ
ِ َ
‫َت ْر ُت ُه َفأ َك ْل ُت ُه َو َر ُس ْو ُل اهللِ ﷺ َينْ ُظ ُر إ َ َّل‬ ِ
ْ ‫َخال ٌد َف‬
َ َ ‫اج‬
“Apakah biawak ini haram? Nabi menjawab: “tidak, hanya saja (binatang ini) tidak ada di
daerah kaumku. Makanlah, karena itu halal”. Khalid berkata: “Segera aku memotongnya
dan memakannya, sedangkan Rasulullah menyaksikanku”. (HR. Bukhari-Muslim)

11
Termasuk hadits-hadits apakah ini?
Hadis tentang Tayamum

َُّ ‫الص ََل ُة َو َل ْي َس َم َِ ُه ََم َما ٌء َف َت َي َّم ََم َص ِِ ْي ًدا َط ِّي ًبا َف َص َّل َيا ث‬
َّ
ِ‫َعن َابِى س ِِي ِد ْاخل ْد ِري َق َال َخرج رج ََل ِن ِِف س َف ٍر َفح ََضت‬
َ َ َ ْ ُ َ َ َ ِّ ُ ْ َ ْ
ِ ِ ِ
‫الص ََل َة َو ْا ُلو ُض ْو َء َو ََل ْ ُيِد ْاَلَ َخ ُر ُث َّ َا َت َيا َر ُس ْو َل اهللِ َص ََّل اهللُ َع َل ْيه َو َس َّل َ َف َذ َك َرا‬ ‫ا‬ ُ
‫ُه‬ ‫د‬
ُ ‫ح‬ َ
‫ا‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ع‬
َ َ
‫ا‬ ‫ف‬ َ ‫ت‬ ِ ْ
‫ق‬ ‫لو‬‫ا‬ْ ‫ِف‬ِ ‫َو َج َدا ْاملَا َء‬
َّ َ َ َ َ
ِ‫السنَّ َة َو َا ْج َز َأ ْت َك َص ََل ُت َك َو َق َال لِ َّل ِذ ْي َت َو َض َّأ َو َأ َعا َد َل َك ْاَلَ ْج ُر َم َّر َت ْي‬ ِ ِ ِ
ُّ ‫َذل َك َل ُه َف َق َال ل َّلذ ْي ََل ْ ُيِ ْد َا َص ْب َت‬
ِ

“Dari Abu Sa’ad al-Khudriyi berkata: “Dua orang laki-laki pergi melakukan perjalanan. Ketika
sampai waktu shalat, keduanya tidak mendapatkan air. Mereka (berdua) bertayamum
dengan debu yang bersih, lalu keduanya mendirikan shalat. Setelah itu mereka menemukan
air. Salah seorang dari keduanya berwudhu dan mengulangi shalatnya, sedangkan yang
lain tidak. Lalu keduanya datang menghadap Rasulullah dan menceritakannya. Kepada
yang tidak mengulangi shalat, Rasulullah bersabda: “Engkau telah mengerjakannya sesuai
sunnah”. Kepada yang lainnya, beliau bersabda: “Engkau mendapatkan pahala dua kali”
(HR. Abu Dawud)
12
Termasuk Sunnah: Sunnah Hammiyah
ialah: suatu yang dikehendaki Nabi Saw. tetapi belum dikerjakan. Sebagian ulama hadis ada yang
menambahkan perincian sunnah tersebut dengan sunnah hammiyah.

Adapun himmah (hasrat) beliau misalnya ketika beliau hendak menjalankan puasa pada tanggal 9
‘Asyura, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra: “Saya mendengar Abdullah bin Abbas ra.
berkata saat Rasulullah saw. berpuasa pada hari ‘Asyura`dan juga memerintahkan para sahabatnya
untuk berpuasa; Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh
kaum Yahudi dan Nashrani.” Maka Rasulullah saw. bersabda: “Pada tahun depan insya Allah, kita
akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram).” Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga
Rasulullah saw. wafat..” (HR Muslim) Menurut Imam Syafi’i dan rekan-rekannya hal ini termasuk sunnah
hammiyah. Sementara menurut Asy Syaukani tidak demikian, karena hamm ini hanya kehendak hati
yang tidak termasuk perintah syari’at untuk dilaksanakan atau ditinggalkan. Dari sifat-sifat, keadaan-
keadaan serta himmah tersebut yang paling bisa dijadikan sandaran hukum sebagai sunnah adalah
hamm. Sehingga kemudian sebagian ulama fiqh mengambilnya menjadi sunnah hammiyah.
13
Wajib atas kalian berpegang
teguh dengan Sunnahku &
Sunnah Khulafa-ur Rasyidin yg
telah mendapatkan petunjuk

Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wajib atas Mentaati Rasul shollallohu ‘alaihi wasallam maka menjadi
kalian berpegang teguh dengan Sunnahku & Sunnah bagian mentaati Allah subhanahu wa ta’ala.
Khulafa-ur Rasyidin yg telah mendapatkan petunjuk (HR.
Ahmad: IV/126-127 dan Abu Dawud: 4607)
Maka dari itu untuk mengikuti sunnah Rasul shollallohu Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
‘alaihi wasallam adalah kewajiban bagi umat ini tanpa Artinya : “Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu,
adanya pengurangan atau melebih-lebihkan maknanya. sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” [An-Nisaa : 80]

Mengenal Sunnah 14
Biasanya, para ahli dalam ilmu fiqih mencari
hukum fiqih itu dari Al-‘Qur’an terlebih
dahulu, baru kemudian diperkuat dengan
sunnah.
 Dari Muaz bin Jabal radhiyallahuanhu berkata bahwa Nabi bertanya
kepadanya,” Bagaimana engkau memutuskan perkara jika diajukan
orang kepada engkau? Muaz menjawab, saya akan putuskan
dengan kitab Allah. Nabi bertanya kembali, bagaimana jika tidak
engkau temukan dalam kitab Allah? Saya akan putuskan dengan
sunnah Rasulullah, jawab Muaz. Rasulullah bertanya kembali, jika
tidak engkau dapatkan dalam sunnah Rasulullah dan tidak pula
dalam Kitab Allah? Muaz menjawab, saya akan berijtihad dengan
pemikiran saya dan saya tidak akan berlebih-lebihan. Maka
Rasulullah SAW menepuk dadanya seraya bersabda,”Segala puji
bagi Allah yang telah menyamakan utusan dari utusan Allah sesuai
dengan yang diridhai Rasulullah (HR Abu Daud)

Mengenal Sunnah 15
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya
nomor 3592 dan 3593 dengan sanad-sanad sebagai berikut :
Sanad yang Pertama :

َ‫حدثنا حفص بن عمر عن شِبة عن أيب عون عن احلارث بن عمرو بن أخي املغْية بن شِبة عن أناس من أهَ ْحص من أصحاب مِاذ بن جب‬
1. Hafsh bin ‘Umar (‫)حفص بن عمر‬
2. Syu’bah (‫)شعبة‬
3. Abi ‘Aun (‫)أبي عون‬
4. Harits bin ‘Amr, anak saudara Mughirah bin Syu’bah (‫)الحارث بن عمرو بن أخي المغيرة بن شعبة‬
5. Shahabat Mu’adz dari kalangan penduduk kota Himsh (‫)أناس من أهل حمص من أصحاب معاذ بن جبل‬.
6. Mu’adz bin Jabal (‫)معاذ بن جبل‬.

Sanad yang Kedua :

َ‫حدثنا مسدد ثنا حييى عن شِبة حدثني أبو عون عن احلرث بن عمرو عن ناس من أصحاب مِاذ عن مِاذ بن جب‬
1. Musaddad (‫)مسدد‬
2. Yahya (‫)يحيى‬
3. Syu’bah (‫)شعبة‬
4. Abu ‘Aun (‫)أبو عون‬
5. Al-Harits bin ‘Amr (‫)الحرث بن عمرو‬
6. Beberapa orang shahabat Mu’adz (‫)ناس من أصحاب معاذ‬
7. Mu’adz bin Jabal (‫)معاذ بن جبل‬.
16
Status Hadits
Didalamnya terdapat nama Al-Harits bin ‘Amr yang oleh Imam Bukhari dikatakan tidak sah haditsnya.
Bahkan At-Tirmidzi mengatakan bahwa sanad hadits ini adalah tidak muttashil (bersambung) dengan
perkataannya :

‫هذا حديث َل نِرفه إَل من هذا الوجه وليس إسناده عندي بمتصَ وأبو عون الثقفي اسمه حممد بن عبيد اهلل‬
“Hadits ini tidak kami ketahui kecuali dari jalan ini. Dan menurut pandangan kami, sanadnya tidaklah
muttashil (bersambung). Abu ‘Aun yang dimaksud dalam hadits bernama Muhammad bin ‘Ubaidillah”
(lihat perkataan ini pada Sunan At-Tirmidzi nomor 1328).
Kelemahan berikutnya adalah adanya perawi-perawi majhul dari kalangan shahabat Mu’adz dari
penduduk kota Himsh.
Kesimpulan : Hadits ini dla’if/sangat dla’if lagi tidak bisa dipakai sebagai hujjah.

17
Penjelasan
 Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan satu kesatuan. Tidak mungkin memahami Al-Qur’an tanpa As-Sunnah.
As-Sunnah tidaklah digunakan setelah satu hukum tidak ditemukan dalam Al-Qur’an sebagaimana tartib dalam
hadits dla’if di atas. Akan tetapi, satu hukum dapat diambil dari Al-Qur’an dengan penjelasannya yang terdapat
dalam As-Sunnah. Adapun untuk masalah-masalah kontemporer yang mungkin tidak disebutkan perinciannya
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka ijtihad baru dipergunakan. Penjelasan mengenai permasalahan ini
pernah ana tuliskan dalam Manzilatus-Sunnah fil-Islam (Kedudukan As-Sunnah dalam Islam –
http://myquran.org/forum/index.php/topic,843.0.html).

 Syaikh Al-Albani mengatakan : Maka aku (Syaikh Al-Albani) katakan : “Hadits Mu’adz ini memberikan manhaj
bagi seorang hakim dalam berhukum dengan tiga marhalah ( = yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ra’yu). Tidak
boleh mencari hukum dengan ra’yu kecuali setelah hukum itu tidak ditemukan dalam As-Sunnah, dan tidak
boleh pula mencari hukum suatu hukum dari As-Sunnah kecuali jika tidak ditemui dalam Al-Qur’an. Manhaj ini
jika dilihat dari sisi ra’yu adalah benar menurut seluruh ulama’. Mereka berkata juga,”Jika telah ada atsar, maka
batallah nadhar (penyelidikan)”. Tetapi (manhaj ini) jika dilihat dari sisi As-Sunnah, tidaklah benar. Karena As-
Sunnah adalah hakim atas Al-Qur’an. Maka wajib membahas/mencari hukum dalam As-Sunnah walaupun
disangka ada hukum tersebut dalam Al-Qur’an.
18
kisah dua Shahabat yang melakukan safar, keduanya tidak
menemukan air (untuk wudhu’) sedangkan waktu shalat sudah tiba,
lalu keduanya bertayammum dan mengerjakan shalat, kemudian
setelah selesai shalat mereka menemukan air sedang waktu shalat
masih ada, maka salah seorang dari keduanya mengulangi wudhu’
dan shalatnya
kemudian keduanya mendatangi Rasulullah shollallohu
‘alaihi wasallam dan menceritakan kejadian itu. Lalu
beliau shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda kepada
Shahabat yang tidak mengulangi shalatnya, “Engkau telah
berbuat sesuai dengan Sunnah.” Dan kepada yang lain
(Shahabat yang mengulangi shalatnya), beliau shollallohu
‘alaihi wasallam bersabda, “Engkau mendapatkan dua
ganjaran.” (HR. Abu Dawud: 338-339, an-Nasa-i: I/213 dari
Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)
Mengenal Sunnah 19
‫اَ ِإل ْْيَا ُن ِ ِِ‬ ‫س ْو ِل ‪‬‬
‫الر ُ‬
‫اجبُنَا ن َْح َو َّ‬
‫َو ِ‬
‫‪Kewajiban Kita Terhadap Rasulullah‬‬
‫َُمَبَّ تُُِ‬
‫تَ ْع ِظ ْي ُم ُِ‬ ‫ب‬ ‫خ‬‫َ‬‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ي‬‫ِ‬
‫ف‬ ‫ِ‬‫ق‬
‫ص ْ ُ ُ ْ َ ْ ََ‬‫ي‬ ‫ِ‬
‫د‬ ‫تَ ْ‬
‫ص ََرتُُِ َوتَ ْع ِزيْ َُرهُ‬
‫نُ ْ‬ ‫اعتُُِ فِ ْي َما أ ََم ََر‬
‫طَ َ‬
‫الَر ُس ْو ِل‬
‫َو ُ َ ْ َ َّ‬
‫و‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ِ‬
‫اج‬ ‫ُُمَ َّمد ‪‬‬
‫َحبَُِّ‬
‫َُمَبَّةُ َم ْن أ َ‬
‫اب َما ََنَى َع ْنُِ َوَز َج ََر‬‫اِ ْجتَِ‬
‫ن‬
‫إِ ْحيَاءُ ُسنَّتِ ِِ‬ ‫ُ‬
‫‪Rasm‬‬
‫الصوَلَوا ِ‬
‫ت‬ ‫َّ‬ ‫ار‬ ‫ث‬‫ك‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫الَ نَ ْعبُ ُد للاَ إ َ َ َ َ‬
‫َر‬ ‫ش‬ ‫ا‬ ‫ِب‬ ‫ال‬
‫اِتِباَُ م ْن َ ِجِِ‬
‫َ ََ‬
‫َوَراثَةُ ِر َسالَتِ ِِ‬
‫‪Mengenal Sunnah‬‬ ‫‪20‬‬

Anda mungkin juga menyukai