Octafika Hairlina Ayu Latifa-Fkik
Octafika Hairlina Ayu Latifa-Fkik
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
Octafika Hairlina Ayu Latifa
NIM: 1112103000052
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
Octafika Hairlina Ayu Latifa
1112103000052
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
v
6. Teman-teman seperjuangan penelitian, Zulfikar Tria Raharja, Nindya Permata Y.,
dan Naftalena Dwi Putri yang sudah menemani dan membantu serta
menyemangati selama penelitian ini.
7. Sahabat-sahabat saya di kampus, Putri Junitasari, Firda Fakhrena, Fiizhda,
Binayu, Galang, Reza, Nuraisah, Ega, Fakhri, Rasyid, dan Adlina yang selalu
menyemangati untuk menyelesaikan penelitian ini.
8. Teman-teman seperjuangan saya di organisasi, Nadiyah Zhafirah, Putri Auliya,
Melia Fatrani, Sari Dewi, Noor Shabrina, Nadya, Adichita, Ifah, Reni, Petra,
Linda, dan Hylman yang selalu menyemangati untuk menyelesaikan penelitian
ini.
9. Sahabat-sahabat SMA saya, Ajeng Tri dan Rizky Ovianti, yang selalu
memberikan semangat, doa, dan saran dalam menyelesaikan penelitian ini.
10. Keluarga angkat saya, kak Nikken Rima, Safira Indriakasia, Riza Mawaddatar,
Widiya Wati, Tiara Bayyina, Clarissa Maharani, Alissa Rifa, dan anggota
keluarga lainnya yang selalu menyemangati untuk menyelesaikan penelitian ini
11. Seluruh teman-teman sekaligus saudara saya, mahasiswa-mahasiswi PSPD 2012
yang berjuang bersama meraih mimpi untuk menjadi dokter muslim-muslimah
kebanggaan UIN Syarif Hidayatullah.
12. Kepada Mba Novi dan Pak Bacok selaku Laboran, serta OB Laboratorium
Mikrobiologi dan satpam kampus 2 yang sangat membantu berlangsungnya
penelitian ini.
Saya sangat menerima segala kritik dan saran untuk penelitian yang masih
jauh dari sempurna ini, untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya. Saya berharap
penelitian ini dapat terus dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak. Demikian
laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
para pembaca.
Jakarta, 9 Oktober 2015
vi
ABSTRAK
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................v
viii
2.3 Kerangka Konsep ......................................................................................... 28
4.2 Identifikasi Bakteri pada Susu Sapi Cair UHT Kemasan ............................ 55
5.2 Saran............................................................................................................. 63
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4 Batas Maksimum Cemaran Mikroba Susu Segar SNI 7388-2009 ..................26
Tabel 2.6 Batas Maksimum Cemaran Mikroba Susu UHT (SNI 01-6366-2000) ...........28
Tabel 4.1 Hasil Uji Penduga pada Sampel Susu Segar ...................................................41
Tabel 4.2 Hasil Uji Penegasan pada Sampel Susu Segar ................................................42
Tabel 4.3 Hasil Uji Pelengkap pada Sampel Susu Segar ................................................44
Tabel 4.6 Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat pada Sampel Susu Segar ...........................48
Tabel 4.8 Hasil Uji Penduga pada Sampel Susu Sapi Cair Kemasan UHT ....................55
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bentuk Escherichia coli di bawah mikroskop dengan pewarnaan Gram .....5
Gambar 2.4 Berbagai macam pathovar Escherichia coli yang menginfeksi usus..........11
Gambar 2.6 Hasil uji indole yang positif dan negatif .....................................................14
Gambar 2.7 Hasil uji Methyl Red yang positif dan negatif.............................................15
Gambar 2.8 Hasil uji Voges-Proskauer yang negatif dan positif ...................................16
Gambar 2.13 Mesin pemerah susu sapi portable dan permanen ....................................22
Gambar 4.1 Pemerahan susu sapi di salah satu peternakan dan pengepakannya ...........40
Gambar 4.2 Salah satu sampel susu sapi segar sebelum diuji dan uji penduganya ........41
Gambar 4.3 Uji penegas pada sampel susu sapi segar sebelum dan sesudah inokulasi .43
Gambar 4.4 Media EMBA & pewarnaan Gram pada salah satu sampel susu segar ......44
Gambar 4.6 Uji IMViC pada salah satu sampel susu segar dan hasilnya.......................49
Gambar 4.8 Hasil Uji Penduga pada Sampel Susu Sapi UHT Kemasan........................55
Gambar 4.9 Proses sterilisasi alat dan bahan, serta proses uji di dalam laminar flow ...56
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
°C : Derajat Celcius
µg : Miugram
Atm : Atmosfer (satuan tekanan)
BGLB : Brilliant Green Lactose Broth
BPW : Buffer Peton Water
cAMP : cyclic adenosine monophosphate
CFA : Colonizing Factor Antigens
CFU : Colony Forming Unit
DAEC : Diffusely Adherent Escherichia coli
DKI : Daerah Khusus Ibukota
DPP4 : Dipeptidilpeptidase IV
E. Coli : Escherichia coli
EAEC : Escherichia coli Enteroagregasif
EB : Escherichia coli Broth
EHEC : Escherichia coli Enterohemoragik
EIEC : Escherichia coli Enteroinvasif
EMBA : Eosin Methylene Blue Agar
EPEC : Escherichia coli Enteropatogenik
ESL : Extended Shelf-Life
ETEC : Escherichia coli Enterotoksigenik
FDA : Food, Drugs, and Agriculture
Glu : Glukosa
GU : Growth Units
HUS : Hemolytic Uremic Syndrome
IgM : Immunoglobulin M
IMViC : Indole – Methyl Red - Voges Proskauer – Citrate
KCB : Koser Citrate Broth
KOH : Kalium Hidroksida
Lak : Laktosa
LB : Lactose Broth
LSTB : Lauryl Sulphate Tryptose Broth
LT : Heat-Labile Enterotoxin/ Termolabil
Mal : Maltosa
Man : Manitol
ml : mililiter
MPN : Most Probable Number
MR : Methyl Red
NA : Nutrient Agar
xiii
NFA : Nonfimbrial Adhesins
PAP : Pyelonephritis-associated-Pili
PCA : Plate Count Agar
SIM : Sulfide-Indole-Motility
SNI : Standar Nasional Indonesia
Spp. / Sp.: Species/ spesies
ST : Heat-Stabile Enterotoxin/ Termostabil
Suk : Sukrosa
TB : Tryptose Broth
TPC : Total Plate Count
UHT : Ultra High Temperature
UPEC : Uropathogenic Escherichia coli
VP : Voges Proskauer
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 10 Hasil Uji MPN – Susu Sapi Cair Kemasan UHT .....................................82
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang tidak kunjung henti
untuk dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu
penyakit menular yang angka kejadiannya masih cukup tinggi di Indonesia,
termasuk di DKI Jakarta. Provinsi ini menjadi salah satu provinsi dengan
prevalensi tertinggi yaitu 4,3% pasien semua umur dan 8,9% pasien balita
menunjukkan gejala diare atau sudah terdiagnosis diare oleh dokter.1 Pada
penelitian yang dilakukan di salah satu kawasan Jakarta Selatan, yaitu di
kecamatan Mampang Prapatan pada bulan Juni 2013, terdapat 117 balita dari
888 balita atau sekitar 13,2% balita yang datang ke Puskesmas Mampang
Prapatan mengidap diare akut selama bulan Juni hingga Juli 2013. 2
Diare bisa terjadi akibat mengalami keracunan makanan dan minuman,
dengan penyebab tertinggi yaitu akibat dari infeksi berbagai macam bakteri,
virus, ataupun parasit.3 Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit ini salah
satunya adalah bakteri Escherichia coli, yang diketahui masyarakat sebagai
bakteri baik yang hidup di saluran pencernaan. Namun kenyataannya dalam
ilmu mikrobiologi tidak semua jenis Escherichia coli merupakan bakteri baik,
salah satu jenis yang patogen yaitu Enterohemorrhagic Escherichia coli
(EHEC) yang dapat kita temukan pada air, makanan yang tercemar feses,
daging mentah, dan susu mentah.4
Susu mentah atau susu segar merupakan susu yang belum mendapatkan
proses pengolahan. Pemerintah menetapkan syarat mutu cemaran maksimum
mikroba pada susu segar agar aman dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu Total
Plate Count (TPC) 1x106 CFU/ml, Staphylococcus aureus 1x102 CFU/ml dan
Enterobacteriaceae 1x103 CFU/ml.5 Kenyataannya, tidak semua susu segar
memenuhi syarat mutu tersebut, seperti penelitian yang dilakukan oleh
Akhmad Yusuf (2011) yang hasilnya adalah pada susu sapi segar di kawasan
1
2
Apakah terdapat bakteri Escherichia coli pada susu sapi segar dan susu
sapi cair kemasan Ultra-High Temperature (UHT) yang diambil di
kecamatan Mampang Prapatan?
Apakah jumlah bakteri Escherichia coli pada susu sapi segar lebih banyak
daripada susu sapi Ultra-High Temperature (UHT)?
4
5
2.2). Bila ditanam pada media Agar Darah, ada beberapa strain yang
menunjukkan hemolisis tipe beta. E. coli juga dapat memecah laktosa
secara cepat.
a. Faktor adhesi
Melekatnya fimbrae E. coli ke sel atau jaringan host. Terdapat
dua tipe fimbrae yaitu tipe manosa sensitif (pili) dan tipe manosa
resisten (Colonizing Factor Antigens/ CFAs I dan II).
b. Enterotoksin
Mengganggu fungsi normal enterosit dengan menstimulasi
adenil ataupun guanil siklase, dan meningkatkan produksi cAMP
8
2. Pneumonia
11
berisi medium cair spesifik. Nilai MPN ini berdasarkan perkiraan unit
tumbuh (Growth Units/ GU) ataupun unit bentuk koloni (Colony
Forming Units/ CFU). Hasilnya reliabel bila semua tabung dengan
dilusi terendah positif sedangkan semua tabung dengan dilusi tertinggi
hasilnya negatif. Umumnya dilusi bertingkat yang digunakan adalah
MPN seri 3 tabung (gambar 2.5), 5 tabung, ataupun 10 tabung. Semakin
banyak jumlah tabung yang digunakan dalam satu seri, semakin
menyempit pula batas kepercayaan MPN. Namun bagaimanapun, MPN
hanya berguna untuk penghitungan jumlah mikroorganisme yang rendah
(<100/g) dalam suatu bahan minuman ataupun makanan. 14,15
1. Uji Indole
Uji ini dilakukan untuk membedakan bakteri yang mampu
memproduksi indole pada pemecahan asam amino trypthopan di
dalam media Tryptone ataupun media Sulfide-Indole-Motility
(SIM). Hasilnya akan dideteksi dengan reagen Kovac yang
hasilnya terlihat pada gambar 2.6. Warna merah pada lapisan
atas media bila hasil uji positif indole dan warna kuning bila
hasil uji negatif indole.
14
4. Uji Citrate
Uji ini dilakukan untuk membedakan bakteri yang mampu
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tunggal. Pada media
ini mengandung bromthymol blue sebagai indikator pH yang
akan merubah warna media dari hijau ke biru saat terjadi
alkalinisasi pH. Hasil uji ini dapat dilihat pada gambar 2.9.
16
2.1.4 Susu
Susu sapi segar diambil dari ambing sapi dengan cara diperah.
Sapi harus dimandikan terlebih dahulu terutama bagian ambingnya,
21
lalu dilap dengan air hangat (37°C) agar tidak tercemar oleh bakteri
dan merangsang keluarnya susu dari kelenjar susu. Setelah itu
ambing sapi dioleskan dengan vaseline agar tidak lecet. Pemerahan
dilakukan dengan cara menggunakan kelima jari tangan tanpa dipijit
ataupun ditarik. Pemerahan harus dilakukan sampai susu yang keluar
habis agar kelenjar-kelenjar susu dapat terangsang untuk
memproduksi susu kembali. Untuk menghindari kemungkinan
adanya mastitis, pada pemerahan pertama dan kedua air susu
ditampung dalam cangkir yang ditutup dengan kain hitam, kemudian
dilihat apakah susu bercampur dengan darah ataupun nanah. Bila
benar terjangkit mastitis pemerahan harus segera dihentikan, bila
tidak pemerahan bisa dilanjutkan. Susu yang sudah diperah segera
disaring dengan kain nilon yang halus. Setelah pemerahan, puting
ambing sapi dibilas dengan air hangat yang bersih lalu dicelup
dengan larutan biocid.21 Ilustrasi dari teknik pemerahan sapi ini dapat
dilihat pada gambar 2.12.
Tabel 2.5 Syarat Mutu Susu UHT (Ultra High Temperature) SNI 3950-2014.
Persyaratan
No. Jenis Uji Satuan Berlemak Rendah Bebas Lemak
(Full Cream) Lemak (Low (Free Fat
Fat Milk) Milk)
1. Keadaan
1.1 Warna - Khas, Khas, Khas,
normal normal normal
1.2 Bau - Khas, Khas, Khas,
normal normal normal
1.3 Rasa - Khas, Khas, Khas,
normal normal normal
2 Protein (N x %, b/b Min. 2,7 Min. 2,7 Min. 2,7
6,38) Min. 2,0*) Min. 2,0*) Min. 2,0*)
3 Lemak %, b/b Min. 3,0 / 0,6-2,9/ Maks. 0,5/
Min. 2,0*) 0,6-1,9*) Maks. 0,5*)
4 Total padatan %, b/b Min. 8,0 Min. 8,0 Min. 8,0
tanpa lemak
5 Cemaran
logam
5.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2
5.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,02 Maks. 0,02 Maks. 0,02
5.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 Maks. 40,0 Maks. 40,0
5.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03 Maks. 0,03 Maks. 0,03
6 Cemaran arsen mg/kg Maks. 0,1 Maks. 0,1 Maks. 0,1
(As)
7 Aflatoksin µg/kg Maks. 0,5 Maks. 0,5 Maks. 0,5
(M1)
8 Cemaran
Mikroba
8.1 Angka Koloni <10 <10 <10
Lempeng Total / 0,1
mL
Catam: *) untuk susu berperisa; b/b artinya adalah berat per berat
Sumber: BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2014.
28
Air untuk
membersihkan sapi
terkontaminasi E. coli
Susu terkontaminasi
E. coli
Terkontaminasi
feses sapi
Pemanasan suhu
tinggi (Ultra High
Temperature)
Menekan jumlah
Escherichia coli
Bagan 2.1 Kerangka Teori
29
Infeksi pada Kontaminasi feses sapi Kontaminasi feses sapi Pengolahan susu
ambing sapi saat pemerahan pasca pemerahan yang tidak optimal
Hasil uji:
Variabel bebas Escherichia coli
Variabel terikat
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Bakteri Bakteri Gram negatif 1. Tabel 1. Uji MPN 1. Jumlah Kategorik
Escherichia yang berbentuk batang MPN 2. Pewarnaan koliform dengan
coli pendek (kokobasil), 2. Kristal Gram koloni hijau
bersifat motil dengan Karbon 2.Uji IMViC kilap logam
flagel peritrik, anaerob, Fukhsin, 3.Uji fermentasi 2. Bakteri Gram
dan dapat Safranin karbohidrat negatif dengan
memfermentasikan 3. Indol – bentuk kokobasil
laktosa. MR – VP 3. Indol(+),
– Sitrat MR(+), VP(-),
4. Glukosa, sitrat(-)
Laktosa, 4. Warna
Maltosa, menjadi kuning,
Manitol, gas (+)
Sukrosa
2. Susu sapi Susu yang diperah dari Gelas ukur Diukur dengan 25 ml susu sapi Kategorik
segar peternakan sapi perah 100 ml, 10 ml, Beaker glass segar
kecamatan Mampang Beaker glass. hingga 25 ml.
Prapatan
3. Susu sapi Susu sapi UHT kemasan Gelas ukur Diukur dengan 25 ml susu sapi Kategorik
UHT yang dijual di warung, 100 ml, 10 ml, Beaker glass UHT
minimarket, dan Beaker glass. hingga 25 ml
supermarket kecamatan
Mampang Prapatan
4. Uji MPN Uji dengan media lactose Tabel MPN 1. Uji Penduga 1. Tabung LB Kategorik
broth (LB), brilliant Tabung reaksi 2. Uji positif keruh
green lactose broth dengan tabung Penegasan & gas
(BGLB), dan Eosyn Durham 3. Uji 2. Tabung BGLB
Methylen Blue Agar pelengkap positif keruh
(EMBA). & gas
3. Koloni hijau
kilap logam
pada agar
EMB
5. Pewarnaan Pewarnaan dengan KKU Mikroskop Pengamatan Warna merah, Kategorik
Gram (Kristal Karbol Ungu), morfologi bentuk
lugol, alkohol, dan bakteri kokobasil,
safranin. soliter.
6. Uji IMViC Uji dengan media Sulfide Tabung reaksi Pengamatan Indol(+), MR(+), Kategorik
Indole Motility, Methyl perubahan VP(-), sitrat(-)
Red-Voges Proskauer warna
broth, dan agar Citrate.
7. Uji Uji dengan media Tabung reaksi Pengamatan Warna menjadi Kategorik
Fermentasi glukosa, laktosa, dengan tabung perubahan kuning, gas (+)
Karbohidrat maltosa, manitol, dan Durham warna dan
sukrosa adanya gas
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2015 di
laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.1 Populasi
Populasi susu sapi segar adalah seluruh susu sapi segar yang
diperah di seluruh peternakan sapi kecamatan Mampang Prapatan.
3.3.2 Sampel
31
32
Sampel susu sapi segar adalah seluruh susu sapi segar yang
diperah di peternakan di sekitar kecamatan Mampang Prapatan.
Sampel diambil dengan metode purposive sampling.
Sampel susu sapi cair kemasan UHT adalah susu sapi UHT
rasa full cream semua merek lokal (Indonesia) dengan keadaan
kemasan yang masih baik dan belum melewati tanggal kadaluarsa.
Jumlah sampel ditentukan dari jumlah seluruh merk susu sapi
UHT yang berada di lokasi pengambilan sampel (total sampling).
- Susu sapi UHT produksi Indonesia atau susu yang berasal dari
sapi Indonesia.
- Susu sapi UHT import, baik pabrik luar Indonesia atau pabrik
Indonesia dengan susu sapi yang diimport ke Indonesia.
Pewarnaan Uji
Koliform Gram biokimia
>3 M PN/ml
IMVIC Gula-gula
Hasil: Hasil:
Indol (+/-) Glukosa (+)
Laktosa (+)
MR (+)
Maltosa (+)
VP (-) Manitol (+)
Citrate (-) Sukrosa (+)
A B C
Gambar 4.1 Pada gambar A menunjukkan proses pemerahan susu sapi oleh
pemerah pada salah satu tempat pengambilan sampel. Gambar B menunjukkan
tempat penyimpanan susu sapi segar yang akan dikirim. Pada gambar C
menunjukkan pembungkusan susu sapi segar ke dalam plastik non-steril untuk
dijual eceran.
Susu yang diperah ditampung di dalam ember non-steril kemudian
dimasukkan ke tempat penyimpanan susu berupa milkcan stainless untuk dikirim
kepada pembeli yang memesan dalam jumlah banyak ataupun ke koperasi daerah
41
42
DKI Jakarta. Bila akan dijual dalam bentuk eceran, susu akan dituang ke dalam
plastik bening non-steril. Peneliti membeli semua sampel dari susu yang
disimpan dalam plastik non-steril tersebut kemudian disimpan dalam thermos
bag untuk menyimpan susu dalam suhu dingin agar mutu susu terjaga hingga ke
laboratorium mikrobiologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Dapat disimpulkan
bahwa tahap pengambilan susu sapi segar pada penelitian ini tidak memakai
prinsip steril sama sekali. Hal ini bisa dilihat pada gambar 4.1. Kemudian
dilakukan uji MPN, dengan tahap pertama yaitu uji penduga menggunakan media
Lactose Broth (LB). Hasil dari tahap ini terlihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.2.
Tabel 4.1 Hasil Uji Penduga pada Sampel Susu Segar
No. Nama Sampel LB 10 -1 LB 10 -2 LB 10 -3 Interpretasi MPN
1. Segar A 2 2 2 35 MPN/ml
2. Segar B 3 3 2 1100 MPN/ml
3. Segar C 2 2 1 28 MPN/ml
4. Segar D 3 3 3 >1100 MPN/ml
5. Segar E 2 2 2 35 MPN/ml
Catam: LB = Lactose Broth
Gambar 4.2 Gambar A merupakan salah satu sampel susu segar sebelum diuji,
sedangkan gambar B adalah hasil uji penduga sampel dengan hasil beberapa
tabung menunjukkan positif bakteri koliform.
Hasil uji penduga dari lima sampel susu sapi segar pada LB menunjukkan
hasil tabung positif yang dibandingkan dengan kontrol positif maupun negatif.
Sesuai dengan SNI 7388-2009 yang menetapkan batas maksimum
Enterobacteriaceae di dalam susu sapi segar adalah 2 x 10 1 MPN/ml, artinya
lima sampel tersebut melebihi batas maksimum dalam SNI tersebut. Sampel D
43
Gambar 4.3. Gambar A merupakan uji penegas salah satu sampel sebelum
diinkubasi selama 48 jam, sedangkan gambar B setelah diinkubasi selama 48 jam
dengan beberapa tabung menunjukkan hasil positif bakteri koliform.
Hasil pada uji penegasan sampel susu segar ini juga menunjukkan hasil
yang sama positifnya pada uji penduga sebelumnya. Dengan demikian, untuk
menarik hasil interpretasi MPN dari jumlah koliform pada tiap sampel dapat
menggunakan tabel MPN berdasar kombinasi tabung BGLB yang postif. Jumlah
koliform pada lima sampel tersebut melebihi batas maksimum SNI 7388-2009
yaitu 2 x 101 MPN/ml. Sampel D menunjukkan jumlah koliform terbanyak dan
sampel C menunjukkan jumlah koliform terkecil karena jumlah sapi yang ada di
peternakan C lebih sedikit, sedangkan jumlah sapi yang ada di peternakan D
lebih banyak sehingga mempengaruhi keadaan kebersihan peternakan sapi perah
tersebut. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eulis
dkk. (2003) pada susu sapi segar di TPS (Tempat Pengumpul Susu)
Cimanggung, jumlah koliform pada sepuluh sampel yang dilakukan uji
penegasan dengan media BGLB masih di bawah batas maksimum mikroba SNI
tahun 2000 yaitu sebesar 2 x 101 MPN/ml dengan kisaran 7,317 hingga 13,567
MPN/ml.28 Dua penelitian ini memberikan hasil yang berbeda pada tempat yang
berbeda karena perbedaan penanganan saat pemerahan dan pengangkutan, serta
perbedaan penerapan sanitasi.
Setelah itu dilakukan uji pelengkap dengan mengisolasi bakteri pada
media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). Hasil menunjukkan tumbuhnya
45
bakteri Escherichia coli dengan koloni yang berwarna kilap logam atau hijau
metalik pada media EMBA, yang dapat dilihat pada gambar 4.4 (gambar A).
Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji pelengkap seluruh sampel susu sapi segar.
Gambar 4.4 Hasil dari uji pelengkap pada sampel yang berbeda-beda. Pada gambar
A, media EMBA menunjukkan gambaran koloni Escherichia coli berupa kilap
logam atau hijau metalik. Berbeda dengan gambar B dan C.
Nama
No. Gambaran Koloni Interpretasi Bakteri
Sampel
1. A1 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni 1. Enterobacter
mukoid, dan produksi asam aerogenes/ E.
2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam cloaceae
2. Escherichia coli
2. A2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni 1. Enterobacter
mukoid kecil, dan produksi asam aerogenes/ E.
2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam cloaceae
2. Escherichia coli
3. A3 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni 1. Enterobacter
mukoid, dan produksi asam aerogenes/ E.
2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam cloaceae
2. Escherichia coli
4. B1 Koloni berwarna pink mukoid, dan produksi Enterobacter aerogenes/
asam E. Cloaceae
5. B2 Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni Enterobacter aerogenes/
mukoid, dan produksi asam E. Cloaceae
6. B3 Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni Enterobacter aerogenes/
mukoid, dan produksi asam E. Cloaceae
7. C1 Koloni berwarna pink, koloni mukoid, dan Enterobacter aerogenes/
produksi asam E. Cloaceae
8. C2 Koloni berwarna pink, koloni mukoid, dan Enterobacter aerogenes/
produksi asam E. Cloaceae
9. C3 Koloni berwarna hitam dengan kilap logam Escherichia coli
10. D1 Koloni berwarna hitam dengan kilap logam Escherichia coli
11. D2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni 1. Enterobacter
mukoid, dan produksi asam aerogenes/ E.
2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam cloaceae
2. Escherichia coli
12. D3 Koloni berwarna hitam dengan kilap logam Escherichia coli
13. E1 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni 1. Klebsiella
kecil mukoid, dan produksi asam pneumoniae/ K.
2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam oxytoca
2. Escherichia coli
14. E2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni 1. Klebsiella
kecil mukoid, dan produksi asam pneumoniae/ K.
2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam oxytoca
2. Escherichia coli
15. E3 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni 1. Klebsiella
kecil mukoid, dan produksi asam pneumoniae/ K.
2. Koloni berwarna hitam dengan kilap logam oxytoca
2. Escherichia coli
47
Berdasarkan hasil uji IMViC pada tabel 4.5, hasil yang menunjukkan
bakteri Escherichia coli yaitu pada kelompok sampel A, C, D, dan E. Pada saat
dilakukan uji ini bakteri yang terambil bukan koloni Escherichia coli saja tetapi
bakteri yang masih tercampur dengan bakteri koliform lainnya, maka hasil uji
IMViC ini tidak spesifik Escherichia coli.
50
Tabel 4.6 Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat pada Sampel Susu Segar
Nama Interpretasi Suspek
No. Glu Lak Mal Man Suk
Sampel Bakteri
1. A1 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
2. A2 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
3. A3 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
4. B1 +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes/
E. cloaceae
5. B2 +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes/
E. cloaceae
6. B3 +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes/
E. cloaceae
7. C1 +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes/
E. cloaceae
8. C2 +gas +gas +gas +gas +gas Enterobacter aerogenes/
E. cloaceae
9. C3 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
10. D1 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
11. D2 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
12. D3 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
13. E1 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
14. E2 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
15. E3 +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
Catam: Glu = Glukosa; Lak = Laktosa; Mal = Maltosa; Man = Manitol; Suk = Sukrosa. +gas
berarti bakteri dapat memfermentasi karbohidrat tersebut dan menghasilkan gas
51
Untuk mengetahui hasil uji lebih lengkap maka dibuat tabel pada masing-
masing kelompok sampel dan dilakukan penggabungan interpretasi dari hasil uji
MPN, uji IMViC, dan uji fermentasi karbohidrat yang terdapat pada tabel 4.7.
52
Tabel 4.7 Interpretasi Bakteri Berdasarkan Hasil Uji MPN, IMViC, dan Fermentasi Karbohidrat
No. Nama Uji MPN tahapan Uji Pelengkap IMViC Uji Fermentasi Karbohidrat Interpretasi
Sampel (Gambaran Koloni) I MR VP C Glu Lak Mal Man Suk Bakteri
1. A1 1. Koloni berwarna ungu kehitaman,
koloni mukoid, dan produksi asam
+m + ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
2. Koloni berwarna hitam dengan kilat
logam
2. A2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman,
koloni mukoid kecil, dan produksi asam
+m + ̶ ̶ +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
2. Koloni berwarna hitam dengan kilat
logam
3. A3 1. Koloni berwarna ungu kehitaman,
koloni mukoid, dan produksi asam
+ + ̶ ̶ +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
2. Koloni berwarna hitam dengan kilat
logam
4. B1 Koloni berwarna pink, dan ada sedikit Enterobacter
produksi asam -m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas aerogenes/ E.
cloaceae
5. B2 Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni E. aerogenes/ E.
-m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas
mukoid, dan produksi asam cloaceae
6. B3 Koloni berwarna ungu kehitaman, koloni E. aerogenes/ E.
-m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas
mukoid, dan produksi asam cloaceae
7. C1 Koloni berwarna pink, dan ada sedikit E. aerogenes/ E.
+ ̶ ̶ ̶ +gas +gas +gas +gas +gas cloaceae
produksi asam
8. C2 Koloni berwarna pink, dan ada sedikit +gas +gas +gas +gas +gas E. aerogenes/ E.
-m ̶ ̶ +
produksi asam cloaceae
53
9. C3 Koloni berwarna hitam dengan kilat +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
+m ̶ ̶ +
logam
10. D1 Koloni berwarna hitam dengan kilat +m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
logam
11. D2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, +m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
koloni mukoid, dan produksi
asam
2. Koloni berwarna hitam dengan
kilat logam
12. D3 Koloni berwarna hitam dengan kilat +m ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
logam
13. E1 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, + ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
koloni kecil mukoid, dan
produksi asam
2. Koloni berwarna hitam dengan
kilat logam
14. E2 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, + ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
koloni kecil mukoid, dan
produksi asam
2. Koloni berwarna hitam dengan
kilat logam
15. E3 1. Koloni berwarna ungu kehitaman, + ̶ ̶ + +gas +gas +gas +gas +gas Escherichia coli
koloni kecil mukoid, dan
produksi asam
2. Koloni berwarna hitam dengan
kilat logam
54
Berdasarkan tabel 4.7, dari lima sampel susu segar yang mengandung
bakteri koliform terdapat empat sampel susu segar yang mengandung bakteri
Escherichia coli sehingga bertentangan dengan SNI 7388-2009, yaitu dalam susu
segar tidak boleh ada bakteri E. coli (<3 MPN/ml), baik yang akan diproses lebih
lanjut ataupun dikonsumsi langsung. Sedangkan satu sampel yang tidak
mengandung E. coli adalah sampel B tetapi terdapat bakteri koliform lain dengan
jumlah banyak (1100 MPN/ml), yang juga bertentangan dengan batas maksimum
cemaran mikroba SNI 2009. Dengan demikian, lima sampel susu segar yang
diujikan tidak ada yang layak untuk dikonsumsi.
sapi perah di Bogor, sampel yang mengandung koliform lebih dari batas
maksimum SNI adalah 33 sampel, dan 14 sampel mengandung E. coli melebihi
batas maksimum SNI.27 Penelitian ini juga dilakukan oleh Ratu dkk. (2003) pada
susu segar yang diambil dari PSP (Peternakan Sapi Perah) di Kukusan dan
Batutulis, Bogor, ternyata 11 dari 16 sampel tersebut terdapat koliform dan E.
coli melebihi batas maksimum SNI.29 Kedua penelitian terdahulu tersebut
memberikan hasil yang sama walaupun di tempat dan waktu yang berbeda karena
susu sapi segar yang diujikan sama-sama sudah tercemar dengan feses sapi
ataupun manusia ketika proses pemerahan susu sapi, akibat sanitasi kandang sapi
dan pemerah yang tidak terjaga dengan baik.
4.2 Identifikasi Bakteri pada Susu Sapi Cair UHT (Ultra High Temperature)
Kemasan
Tabel 4.8 Hasil Uji Penduga pada Sampel Susu Sapi Cair Kemasan UHT
No. Nama Sampel LB 10-1 LB 10-2 LB 10-3 Interpretasi MPN
1. UHT 1 0 0 0 < 3.6 MPN/ml
2. UHT 2 0 0 0 < 3.6 MPN/ml
3. UHT 3 0 0 0 < 3.6 MPN/ml
4. UHT 4 0 0 0 < 3.6 MPN/ml
5. UHT 5 0 0 0 < 3.6 MPN/ml
Gambar 4.8 Pada gambar A merupakan contoh salah satu sampel UHT dan
pengencerannya. Sedangkan gambar B adalah hasil dari uji penduga sampel
UHT tersebut yang menunjukkan hasil negatif.
Berdasarkan SNI 2897-2008 tentang metode pengujian cemaran mikroba
dalam susu, karena tidak ditemukan tabung LB yang positif maka tidak
diteruskan ke tahap selanjutnya yaitu uji penegasan, uji pelengkap, dan uji
biokimia. Hasil uji penduga pada susu sampel UHT dari tabel 4.8 sudah sesuai
dengan SNI 01-6366-2000 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada
susu sapi UHT, yaitu koliform harus berjumlah <3 MPN/ml. Pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Hamida Abid dkk. terhadap susu UHT kemasan
bermerek di Pakistan, tidak ditemukan koliform dengan uji MPN maupun bakteri
Escherichia coli pada empat merek susu UHT di Pakistan. Pada penelitian ini
pun juga tidak ditemukan koliform dengan uji MPN pada kelima merek susu
57
Melalui browsing dengan mesin pencari tidak ditemukan data yang diinginkan.
Data ini seharusnya ada pada KOPERDA (Koperasi Daerah) DKI Jakarta yang
berada di Poltangan, Jakarta Selatan, namun karena peneliti masih aktif kuliah
sangat susah mencari waktu yang tepat saat hari kerja untuk mengambil data.
Saat sudah ke KOPERDA, kepala koperasi yang ditemui peneliti hanya
memberikan data secara lisan dengan seingat beliau saja. Peneliti juga sudah ke
GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia) DKI Jakarta, namun kegiatan
koperasi ini sudah berhenti dan diserahkan ke KOPERDA. Pembina GKSI ini
mengaku hanya mempunyai data peternak sapi perah dalam skala provinsi saja,
bukan kecamatan. Saat peneliti survei ke tempat pengambilan sampel sangat
susah sekali menemukan peternakan sapi perah karena tidak ada petunjuk berupa
papan nama mengenai peternakan ini, kecuali pada dua peternakan yang ditemui
peneliti. Peternakan sapi perah di daerah ini juga terpencil di antara rumah
warga. Selain itu, saat pengambilan sampel susu sapi waktunya adalah pasca
lebaran, sehingga beberapa peternakan menolak menjual susu sapi perah karena
mengaku produksi susu sedang tidak efektif. Dengan demikian akhirnya peneliti
memilih untuk mengambil sampel dengan cara purposive sampling.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji pelengkap, uji IMViC, dan uji
fermentasi karbohidrat pada masing-masing pengenceran sampel sehingga
jumlah yang diuji terlihat banyak. Dengan keterbatasan waktu, biaya, alat, dan
59
bahan, peneliti tidak bisa melakukan pengulangan uji pada tiap sampel untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
"Setiap yang memabukkan itu khamr dan setiap yang memabukkan itu haram.
Barangsiapa minum khamr di dunia kemudian meninggal sementara ia
pecandu khamr serta tidak bertaubat maka ia tidak akan meminumnya nanti
di akhirat," (HR Muslim).
Pada surat al-Baqarah ayat 173, dijelaskan bahwa makanan yang haran
adalah bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih tanpa
mengucapkan nama Allah. Minuman yang haram adalah minuman dapat yang
memabukkan atau khamr, atau kita menyebutnya sebagai minuman
beralkohol, sesuai yang dicantumkan dalam HR. Muslim.
“Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW telah melarang Jallalah (hewan
yang makanan utamanya dari benda yang najis) dari kalangan unta, yaitu
(tidak boleh) menunggangnya atau meminum susunya” (HSR Abu Dawud)
سقي ُك ْم ِم َّما في بُ ُطونِها َو لَ ُك ْم فيها َمنافِ ُع ِ َو إِنَّ لَ ُك ْم فِي ْاْل َ ْن
ْ ُعام لَ ِع ْب َرةً ن
ََثيرةٌ َو ِم ْنها تَأ ْ ُكلُون
َ ك
“Dan sungguh, pada hewan-hewan ternak terdapat suatu pelajaran bagimu.
Kami memberi minum kamu dari (air susu) yang ada dalam perutnya, dan
padanya juga terdapat banyak manfaat untukmu, dan sebagian darinya
kamu makan.” (QS. Al-Mu’minun: 21)
“Tiga hal yang tidak boleh ditolak jika diberi: bantal, minyak wangi
dan susu.” (HR. At-Tirmidzi: 2734)
62
Dengan demikian, susu yang berasal dari hewan ternak seperti susu
sapi, dihalalkan dalam islam jika hewan tersebut tidak diberi makanan yang
najis. Oleh karena itu, selama masih ada minuman dan makanan yang halal,
sebaiknya kita sebagai umat Islam jangan mengkonsumsi minuman dan
makanan yang haram, kecuali bila dalam keadaan terpaksa.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
63
64
65
12. Kayser, FH., KA. Bienz, J. Eckert, et al. Medical Microbiology. New York:
Thieme; 2005.
13. Kaper, JB., JP. Nataro, HLT. Mobley. Pathogenic Escherichia coli. Dalam
Nature Reviews Microbiology, Vol.2, Februari 2004; 2004.
14. United States Department of Agriculture. Most Probable Number Procedure and
Tables. USA; 2013. http://www.fsis.usda.gov/wps/wcm/connect/8872ec11-d6a3-
4fcf-86df-4d87e57780f5/MLG-Appendix-2.pdf (diakses pada 25 Agustus 2015).
15. Pradhika, Indra. Most Probable Number (MPN)/ Angka Paling Mungkin (APM).
2014. http://mikrobiologipraktik.com/most-probable-number-mpn-angka-paling-
mungkin-apm/ (diakses pada 25 Agustus 2015).
16. Food and Agriculture Organization of the United Nations. BAM: Enumeration of
Escherichia coli and the Coliform of Bacteria. 2002.
http://www.fda.gov/Food/FoodScienceResearch/LaboratoryMethods/ucm064948.
htm (diakses pada 29 May 2015).
17. BSN (Badan Standardisasi Nasional). Metode Pengujian Cemaran Mikroba
dalam Daging, Susu, dan Telur. SNI 2897-2008, Jakarta; 2008.
18. Reiner, Karen. Carbohydrate Fermentation Protocol. 2015.
http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-test/3779-carbohydrate-
fermentation-protocol (diakses pada 29 Agustus 2015)
19. Public Health England. Oxidation/ Fermentation Glucose Test. London: PHE;
2015.
20. University of Idaho. Identification Flow Charts of Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology.
http://www.uiweb.uidaho.edu/micro_biology/250/IDFlowcharts.pdf (diunduh
pada 6 September 2015).
21. Suheri, G. Teknik Pemerahan dan Penanganan Susu Sapi Perah.
http://balitnak.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_phocadownload&vi
ew=category&id=71:3&download=1323:3&Itemid=1 (diunduh pada 25 Februari
2015).
66
22. Nurhasanah, Ana, Raffi P., Supriyanto, dkk. Rekayasa Alat Pemerah Susu
Kompatibel dengan Unit Penyimpanan Suhu Rendah.
http://km.ristek.go.id/assets/files/KEMTAN/657%20D/657.pdf. (diunduh pada 9
September 2015).
23. BSN (Badan Standardisasi Nasional). Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam
Pangan. SNI 7388-2009, Jakarta; 2009.
24. Food Standards Australia New Zealand. Microbiological Risk Assesment of Raw
Cow Milk. 2009.
https://www.foodstandards.gov.au/code/proposals/documents/P1007%20PPPS%
20for%20raw%20milk%201AR%20SD1%20Cow%20milk%20Risk%20Assess
ment.pdf (diunduh pada 10 Oktober 2015).
25. Ngadiani, Herlin S. Hubungan Antara Derajat Higienis Sanitasi Kandang
Terhadap Jumlah MPN Bakteri Koliform Pada Susu Sapi Perah. 2006; 01.
https://www.foodstandards.gov.au/code/proposals/documents/P1007%20PPPS%
20for%20raw%20milk%201AR%20SD1%20Cow%20milk%20Risk%20Assess
ment.pdf (diunduh pada 28 September 2015).
26. Hariyadi, Purwiyatno. Sterilisasi UHT dan Pengemasan Aseptik. Jakarta:
Yayasan Penerbitan IDI; 2010.
27. Kusumaningsih A, Ariyanti T. Cemaran Bakteri Patogenik pada Susu Sapi Segar
dan Resistensinya Terhadap Antibiotika. 2013; 12 (1): 9-17. http://e-
journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/download/513/328
(diunduh pada 3 Oktober 2015).
28. Marlina ET, Harlia E, Astuti Y. Evaluasi Jumlah Bakteri Kelompok Koliform
Pada Susu Sapi Perah di TPS Cimanggung Tandangsari. 2008.
http://digilib.litbang.pertanian.go.id/v2/repository/download/5938/2029 (diunduh
pada 28 September 2015).
29. Sartika RAD, Indrawarni YM, Sudiarti T. Analisis Mikrobiologi Escherichia coli
O157:H7 pada Hasil Olahan Hewan Sapi dalam Proses Produksinya. 2005: 9
(1): 23-28. http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/104.pdf (diunduh pada 28
September 2015).
67
LAMPIRAN 1
Gelas Ukur 10ml Tabung Reaksi Ose bulat & jarum Spatula
Micropippete
68
Vortex mixer
Timbangan Hot Plate Stirer
69
Autoclave Thermos Bag Shaker
70
LAMPIRAN 2
Ose bulat
lat
Bunsen
Pinset
NaCl
Staining Rack
Kaca preparat
71
LAMPIRAN 3
Bunsen
72
LAMPIRAN 4
Ose bulat
lat
Bunsen
73
LAMPIRAN 5
74
LAMPIRAN 6
1. Uji Penduga
2. Uji Penegasan
75
3. Uji Pelengkap
76
LAMPIRAN 7
77
(sambungan tahap pewarnaan Gram)
Bilas dengan air me- Teteskan lugol pada Bilas dengan air
ngalir hingga tidak kaca preparat, diam- mengalir hingga
ada lugol yang tersisa kan 1 menit KKU tak bersisa
78
LAMPIRAN 8
79
LAMPIRAN 9
Sampel A Sampel B
Sampel C Sampel D
Sampel E
80
Uji Penegasan
Sampel A Sampel B
Sampel C Sampel D
Sampel E
81
Uji Pelengkap
82
Sampel D 10-1 Sampel D 10-2 Sampel D 10-3
83
LAMPIRAN 10
Sampel 1 Sampel 2
Sampel 3 Sampel 4
Sampel 5
84
LAMPIRAN 11
HASIL UJI PEWARNAAN GRAM – SUSU SAPI
SEGAR
Sampel A Sampel B
Sampel C Sampel D
Sampel E
85
LAMPIRAN 12
HASIL UJI IMViC – SUSU SAPI SEGAR
86
Sampel C 10-1 Sampel C 10-2 Sampel C 10-3
87
LAMPIRAN 13
HASIL UJI FERMENTASI KARBOHIDRAT – SUSU SAPI SEGAR
88
Sampel D 10-1 Sampel D 10-2 Sampel D 10-3
89
LAMPIRAN 14
TABEL MPN
90
LAMPIRAN 15
Agama : Islam
Email : octahairlina@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
91