SKRIPSI
Oleh:
Widyaningrum Daria Vacawati
NIM 082210101017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
SKRIPSI
diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana Farmasi (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Farmasi
Oleh:
Widyaningrum Daria Vacawati
NIM 082210101017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
ii
PERSEMBAHAN
1.
Ayahanda Tarum Hadi Purnomo dan Ibunda Winarni tercinta atas curahan kasih
sayang, bimbingan yang telah diberikan, segala doa yang engkau panjatkan dan
jerih payahmu demi kebahagiaan dan kesuksesanku;
2.
Adikku Indro Witayuda Prawira dan Rofiy Aziz Pantarwijaya tercinta atas
semangat, kasih sayang, dukungan, hiburan dan doanya;
3.
Para pahlawan tanpa tanda jasa yang telah menyalurkan ilmunya tanpa pamrih
dari TK hingga Perguruan Tinggi.
iii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(QS. Alam Nasyrah : 6-8) *)
*)
iv
PERNYATAAN
NIM
: 082210101017
SKRIPSI
Oleh :
Widyaningrum Daria Vacawati
NIM 082210101017
Pembimbing
PENGESAIIAN
Halal" telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Farmasi Universitas Jember pada:
Hari
:Jumat
Tanggal
: 15 Februari 2013
Tempat
Tim Penguji
Dosen Pembimbing Utama,
NrP. 1 96902011994031002
NIP. 1 9750309200tt2t001
ffiA
6*,L
NIP.
I 98
T2272006042003
engesahkan
iUniversitas Jember,
a,
u
ul
.o_ff'
,ftQ{srR
vii
ABSTRACT
viii
RINGKASAN
100% yang artinya bahwa semua sampel masuk dalam klasifikasi kategori yang
sesuai. Hasil tersebut diperoleh dari spektrum pada daerah bilangan gelombang 1600600 cm-1 dengan perlakuan pendahuluan dan komponen utama sebesar 4.
Pada penerapan model PLS dan DA pada sampel, dimana sebelum dianalisis,
data sampel yang digunakan berupa lemak dari sampel sosis. Proses ekstraksi sosis
dilakukan menggunakan soxhlet dengan pelarut petroleum eter selama 6 jam suhu 75
o
sampel yang digunakan terdapat 1 sampel yang terdeteksi adanya lemak babi dengan
konsentrasi sebesar 55.7388%. Sebagai uji pembanding digunakan metode ELISA
yang telah tervalidasi sebelumnya, dari uji tersebut juga memberikan hasil yang sama
yaitu dari 10 sampel yang digunakan hanya 1 sampel yang terdeteksi mengandung
lemak babi yang ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning.
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Deteksi Lemak Babi
dalam Lemak Ayam menggunakan Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared)
dan Kemometrik sebagai Verifikasi Halal. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Farmasi
Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Drs. Bambang Kuswandi, M.Sc. Ph. D selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Dosen Pembimbing Utama dan Lestyo Wulandari, S.Si., M.Farm., Apt selaku
Dosen Pembimbing Anggota yang telah meluangkan waktu, pikiran dan dengan
sabar memberikan bimbingan;
2. Yuni Retnaningtyas, S.Si., Apt., M.Si selaku Dosen Penguji I dan Moch. Amrun
H, S.Si., Apt., M.Farm selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia menjadi
Dosen penguji dan memberikan saran serta kritik membangun;
3. Papa, Mama, Adek, Ipan, Kakek, Alm. Nenek tersayang dan seluruh keluarga
besar untuk doa, dukungan, motivasi dan segala kesabaranya hingga
terselesaikannya skripsi ini;
4. Ibu Wayan dan Mbak Hani selaku teknisi Laboratorium Kimia Farmasi yang
telah membantu dan memberikan masukan selama penelitian;
5. Agnes, Eko Is, Hajar, Dimaz serta Nere, sahabat yang sudah banyak membantu,
memberikan support, doa, dan banyak perhatian untuk menyelesaikan skripsi;
6. Keluarga Besar KD 69: Mbak Andri, Mbak Citra, Mbak Eko, Vega, Ucil, Alen,
Nanda, Tata, Via yang membagi suka duka bersama selama di Jember;
xi
7. April yang telah membantu dalam pembuatan sampel dan mencari jurnal-jurnal
terkait dan Reny 07, Wahyuni 07, Wenny 09 untuk bantuanya selama proses
skripsi serta Fitra dan Putri K sebagai rekan kerja yang banyak memberi
masukan selama menyelesaikan skripsi;
8. Putri A, Sherla, Ifa, Indri yang selalu menemani selama melakukan penelitian
dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi serta Tyta, Ulva, Izzi,
Niken, Septi dan seluruh teman-teman angkatan 2008 yang ikut membantu
selama proses seminar hingga sidang.
9. Teman-teman KKT 59 : Esha, Yuli, Nurfatimah, Agung, Desi, Dimas, dan Didin
yang selalu membantu, menghibur, memberikan doa, dan dukungan;
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
diterima dan bermanfaat.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
vi
ix
PRAKATA ..........................................................................................................
xi
1.2
1.3
1.4
Manfaat ......................................................................................................
1.5
2.2
2.3
2.4
xiii
2.6
2.7
2.8
2.9
3.2
3.3
3.4
4.2
4.3
4.4
4.5
BAB 5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan ................................................................................................ 55
5.2
Saran .......................................................................................................... 56
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
3.1
3.2
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
xviii
DAFTAR SINGKATAN
ATR
HRP
ELISA
EIA
: Immunoenzyme Assay
FTIR
IR
: Infra Red
LDA
LOOCV
PLS
RMSEC
xix
GLOSSARY
BUF WASH
DIL
CONJ HRP
LARUTAN STOP : Reagen penghenti reaksi untuk mencegah reaksi enzimatis dalam
ELISA
SUBT TMB
xx
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keberadaan lemak babi dalam beberapa makanan merupakan masalah yang
serius menurut pandangan agama, karena beberapa agama terutama Islam melarang
pengikutnya untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung babi dan turunannya
termasuk lemak babi. Indonesia juga merupakan negara dengan penduduk yang
mayoritas menganut agama Islam yaitu sebesar 87,2 % (Badan Pusat Statistik, 2010).
Bahan makanan yang diharamkan dalam Islam sangat sedikit, namun produk
turunan dari bahan haram serta aplikasinya dalam teknologi pengolahan pangan yang
menyebabkan banyak beredarnya makanan yang haram di pasaran (Saputra, 2006).
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, perkembangan
produk juga semakin meningkat termasuk dalam bidang produk makanan.
Keragaman produk terus meningkat dengan berbagai inovasi dan kreasi. Akibatnya,
konsumen sering tidak mengetahui isi sebenarnya dari apa yang mereka konsumsi
dalam hal bahan baku dan pengolahan (Mursyidi, 2012).
Penggunaan hewan babi pada pangan bukan hanya sebagai bahan tambahan
pangan untuk menambah cita rasa, tetapi juga dipakai sebagai bahan utama. Bagian
tubuh dari babi yang sering digunakan sebagai bahan utama adalah daging. Harga
daging babi yang lebih murah dibandingkan dengan daging hewan lainnya
menyebabkan produsen menggunakan daging babi sebagai bahan utama. Namun
terkadang penggunaan daging babi ini tidak diinformasikan kepada konsumen.
Akibatnya, konsumen tidak mengetahui daging yang digunakan pada makanan yang
mereka konsumsi. Masalah ini sering terjadi di tengah masyarakat (Yuningsih, 2010).
Misalnya, daging babi digunakan bersama dengan daging ayam dalam menghasilkan
produk pangan seperti sosis yang dijual di pasaran (Lensa Indonesia, 2012).
Metode yang pernah dikembangkan untuk menganalisa kehalalan produk
pangan yang mengandung lemak hewani khususnya lemak babi adalah dengan
melihat komposisi asam lemak yang terkandung di dalamnya (Rohman et al, 2011).
Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah asam lemak tersebut menjadi derivat
esternya yang selanjutnya dianalisa dengan alat GC-MS (Gas Chromatography Mass
Spectrofotometry) (Janusz, 2003). Analisis lain yakni dengan Differential Scanning
Calorimetry (Marikkar et al, 2001), Kromatografi Cair (Saeed, 1989), Electronic
Nose (Nurjuliana et al, 2009), dan Polymerase Chain Reaction (Hazim et al, 2009).
Spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR) banyak digunakan dalam
analisis kuantitatif lemak dan minyak (Che Man dan Mirghani, 2001). Spektroskopi
FTIR merupakan pilihan yang sangat efektif karena metode ini merupakan teknik
analisis yang cepat dan non-destruktif, sensitif dan memerlukan preparasi sampel
yang sederhana, serta penggunaan reagen kimia dan pelarut dalam jumlah sedikit.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa spektrometer FTIR Nicolet 6700
dengan asesoris ATR ZnSe dapat digunakan sebagai teknik yang sederhana dan cepat
dalam mendeteksi lemak babi dalam campuran dengan lemak hewan lain, yaitu ayam,
sapi dan domba (Che Man dan Rohman, 2010).
Salah satu teknik untuk menganalisis hasil menggunakan FTIR adalah dengan
teknik kalibrasi multivariat yang merupakan bagian dari kemometrik. Kemometrik
merupakan alternatif yang sangat cocok untuk prosedur pemisahan dan deteksi dalam
analisis senyawa kimia. Analisis kemometrik dengan teknik kuadrat terkecil parsial
(Partial Least Square, PLS) dan (Discriminat Analysis, DA) merupakan teknik
kalibrasi multivariat yang bisa digunakan untuk penentuan multikomponen.
Keuntungan teknik ini ialah dapat mengeliminasi spektrum pengganggu dalam
kuantifikasi, meningkatkan selektivitas, dan tidak memerlukan pemisahan atau
prakonsentrasi terlebih dahulu (Lopez-de-Alba et al, 2006).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diperoleh
1.3
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.4
Manfaat
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa:
1.5
Batasan Masalah
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan untuk sampel olahan daging ayam
khususnya sosis.
2.1
Daging Ayam
Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang baik, karena
mengandung asam amino esensial, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral yang
baik untuk kebutuhan gizi manusia. Daging ayam menghasilkan jumlah kalori yang
rendah apabila dibandingkan dengan nilai kalori dari daging sapi (Muchtadi et al,
1992). Komposisi kimia dari daging ayam dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Komponen
Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Ca (mg)
P (mg)
Fe (mg)
Vitamin A (IU)
Kalori (kal)
Vitamin B1 (mg)
Sumber : Departemen Kesehatan, R.I. (1996)
2.2
Kadar
55.9
18.2
25.0
14
200
1.5
810
302
0.08
Daging Babi
Babi adalah sejenis hewan ungulata merupakan hewan yang berasal dari
Eurasia. Babi adalah jenis hewan omnivora yang mengkonsumsi baik daging maupun
tumbuh-tumbuhan. Daging babi memiliki tekstur empuk, serat halus, tersedia di
pasaran dengan harga sangat murah, rasanya lezat sebagai sumber protein hewani.
Komposisi kimia daging babi dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Komponen
Air (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Ca (mg/gram)
P (mg/gram)
Besi (mg/gram)
Vitamin A (SI)
Vitamin B (mg/gram)
Sumber: Muchtadi (1992).
Jumlah
42.0
11.9
45.0
7.0
117.0
1.8
0.58
Secara umum daging babi memiliki lapisan lemak yang tebal dengan serat yang
cukup halus (Jannah, 2008). Daging babi termasuk daging yang sulit dicerna, karena
kandungan zat lemaknya yang sangat tinggi dibandingkan dengan hewan ternak
lainnya. Kandungan lemak babi bahkan mencapai tiga kali kandungan lemak sapi
(Wijaya, 2009). Tabel 2.3 menjelaskan kadar lemak yang terdapat dalam daging babi
dan hewan lainnya.
Hewan
Babi
Kambing
Sapi
Sumber : Wijaya (2009)
Gemuk
91
56
30
Kurus
29
20
6
2.3
Selain masalah halal dalam perilaku yang menjadi standar minimal perilaku seorang
muslim, Allah SWT juga mengatur halal dalam masalah makanan maupun minuman.
Di dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 3, Allah SWT berfirman bahwa Telah
diharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, binatang yang disembelih bukan
karena Allah, yang (mati) karena dicekik, yang (mati) karena dipukul, yang (mati)
karena jatuh dari atas, yang (mati) karena ditanduk, yang (mati) karena dimakan
oleh binatang buas, kecuali yang dapat kamu sembelih dan yang disembelih untuk
berhala.
Makanan halal adalah makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi menurut
syariat Islam begitu sebaliknya untuk makanan dan minuman haram. Syariat Islam
adalah tata aturan agama Islam yang berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadist yang
berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri
dan manusia dengan sesama. Di samping Al-Quran dan Al-Hadist, sumber syariat
Islam yang lainnya adalah Ijma Sahabat dan Qiyas. Makanan dan minuman yang
termasuk halal adalah (1) bukan terdiri dari atau mengandung bagian atau benda dari
binatang yang dilarang oleh syariat Islam untuk memakannya atau yang tidak
disembelih menurut syariat Islam, (2) tidak mengandung sesuatu yang dihukumi
sebagai najis menurut syariat Islam, (3) tidak mengandung bahan penolong dan atau
bahan tambahan yang diharamkan menurut syariat Islam, (4) dalam proses,
menyimpan dan menghidangkan tidak bersentuhan atau berdekatan dengan makanan
yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatas atau benda yang dihukumkan
sebagai najis menurut syariat Islam (Tim Penerbit Buku Pedoman Pangan Halal,
2001).
Babi adalah hewan yang kotor, jorok dan rakus. Hidupnya seringkali di tempattempat kotor. Terkadang babi berjalan di belakang ternak atau binatang lain untuk
memakan kotoran yang ditinggalkannya. Babi juga gemar memakan bangkai, seperti
bangkai tikus bahkan yang sudah berulat sekalipun, bahkan dibeberapa daerah
pedesaan di Indonesia, serta babi menjadi agen pengelola limbah untuk WC alam
(Jannah, 2008).
Islam telah mengharamkan dengan tegas konsumsi daging babi dan dalil-dalil
tentang pengharaman hal itu saling menguatkan (Ahmad dalam Habsari, 2011). Bagi
orang yang sedang sangat membutuhkan dan khawatir akan binasa dan mati bila tidak
memakan semua itu maka dibolehkan baginya untuk memakannya sekedarnya saja
yakni hanya sebatas untuk bertahan hidup saja atau dengan catatan tidak sengaja
mencari yang haram ketika masih ada yang halal atau melewati batas dalam
memakanya.
Haramnya hewan babi bagi manusia adalah disebabkan karena banyaknya
parasit dan kotoran dalam babi (Jannah, 2008). Babi tergolong hewan paling
berpotensi membawa virus dan bakteri yang membahayakan tubuh manusia. Adapun
penyakit-penyakit yang bisa ditimbulkan akibat mengkonsumsi daging babi antara
lain:
1.
2.
3.
4.
Penyakit-penyakit
kuman,
seperti
kuman
toksoplasmagondi
yang
5.
2.4
Tinjauan Lemak
10
dikenal sebagai lemak tersembunyi (invisible fat). Sedangkan lemak dan minyak yang
telah diekstraksi dari ternak atau bahan nabati dan dimurnikan dikenal sebagai
minyak biasa atau lemak kasat mata (visible fat) (Ketaren, 1986).
11
Untuk menganalisa lemak babi adalah dengan melihat komposisi asam lemak
yang dilakukan dengan mengubah asam lemak yang terkandung di dalamnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengubah asam lemak tersebut menjadi derivat esternya
(Janusz, 2003).
2.5
Ekstraksi Lemak
Ekstraksi minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat
ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang
efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan
kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih
basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan
mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren, 1986).
Pemilihan pelarut yang digunakan dalam proses pengambilan minyak secara
ekstraksi harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu:
1) Bersifat selektif
Pelarut harus dapat melarutkan semua zat wangi dengan cepat dan
sempurna serta sesedikit mungkin melarutkan bahan seperti lilin, pigmen
dan senyawa albumin.
2) Mempunyai titik didih yang cukup rendah
Hal ini supaya pelarut mudah dapat diuapkan tanpa menggunakan suhu
tinggi, namun titik didih pelarut tidak boleh terlalu rendah karena akan
mengakibatkan kehilangan akibat penguapan.
3) Bersifat inert.
Artinya pelarut tidak bereaksi dengan komponen minyak.
4) Murah dan mudah didapatkan
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang memenuhi
syarat-syarat diatas. Namun tidak ada pelarut yang benar-benar ideal. Jenis-
12
jenis bahan pelarut yang banyak dipakai antara lain : petroleum eter yang
merupakan minyak hasil penyulingan dengan titik didih 30-70oC, bersifat
stabil dan mudah menguap maka sangat baik untuk proses ekstraksi.
Penggunaan petroleum eter sangat menguntungkan karena bersifat selektif
dalam melarutkan zat, tetapi mempunyai kelemahan yaitu kehilangan
pelarut cukup besar selama proses berlangsung (Irawan, 2010).
Prinsip penetapan kadar lemak pada bahan pakan menurut Woodman (1941)
adalah dengan mengekstraksi lemak dengan petroleum benzen atau petroleum eter,
setelah itu benzen atau eter diuapkan maka kadar lemak bahan pakan dapat diketahui
beratnya. Analisis kadar lemak kasar yang dilakukan adalah dengan menggunakan
metode soxhlet yang dimodifikasi. Bahan yang akan dianalisis harus dapat mewakili
(representative) dan homogen dengan ukuran butiran 1 mess. Secara lengkap cara
kerja penetapan kadar lemak adalah sebagai berikut :
a.
b.
Masukkan dalam kantong kertas saring bebas lemak (7x3 cm) dan kuatkan
dengan staples,
c.
d.
e.
f.
Isi labu penyari dengan 180 ml larutan petroleum benzen pa (A) dan 180
ml larutan bensin hasil penyulingan (B),
g.
h.
i.
Hentikan ekstraksi, bungkusan dikeluarkan dari tabung soxhlet, anginanginkan sampel sampai petroleum benzen dan bensin hasil suling
menguap,
13
j.
k.
Perhitungan : ( Y Z ) x 100%
X
(Pusat penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2007).
2.6
atau diolah menjadi produk lain. Produk olahan daging antara lain kornet, sosis,
dendeng, bakso dan abon (Soeparno, 1992).
Sosis berasal dari bahasa latin salsus yang berarti daging yang disiapkan
dengan penggaraman, karena pada awalnya sosis dibuat melalui proses penggaraman
dan pengeringan. Sosis daging adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran
daging halus (kandungan daging minimal 75%) dengan tepung atau pati dan dengan
atau tanpa penambahan bumbu dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dan
dimasukkan ke dalam selubung sosis. Kadar protein (% b/b) sosis minimal sebesar
13% (Badan Standardisasi Nasional, 1995).
Sosis dibuat dengan beberapa macam bahan tambahan. Hamdani (2005)
membuat sosis dengan bahan tambahan 30% minyak, 30% es batu, 5% tepung
tapioka, 10% susu skim, 0.5% bawang putih, 0.3% STPP, 2.5% garam, 0.5%
ketumbar, 2% gula pasir, 0.5% merica, 0.5% jahe dan 0.5% pala. Proses pembuatan
sosis dimulai dengan menggiling daging bersama minyak dan 15% es batu selama 30
detik. Penggilingan kedua dilakukan selama 90 detik dengan ditambahkan 15% es
batu, tepung tapioka, susu skim, bawang putih, STPP, garam, ketumbar, gula pasir,
merica, jahe dan pala. Adonan yang telah terbentuk kemudian diisikan ke dalam
selongsong. Sosis kemudian direbus pada suhu 60-65C selama 45 menit.
14
2.7
Spektrofotometer Inframerah
Spektrofotometer Infra Red (IR) merupakan salah satu teknik analisis yang
sangat penting dimana merupakan teknik analisis yang berdasarkan pada vibrasi atom
pada molekul. Spektrum IR sering dihasilkan dengan cara melewatkan radiasi IR
pada sampel dan menentukan radiasi yang diabsorpsi pada energi tertentu (Stuart,
2004).
Daerah radiasi IR berkisar pada bilangan gelombang 1288-10 cm-1, atau
panjang gelombang 0,78-1000 m. Umumnya daerah radiasi IR terbagi dalam daerah
IR dekat (12800-4000 cm-1), daerah IR tengah (4000-200 cm-1), dan daerah IR jauh
(200-10 cm-1). Daerah yang paling banyak digunakan untuk berbagai keperluan
praktis adalah 4000-690 cm-1. Daerah ini biasa disebut sebagai daerah IR tengah
(Khopkar, 1990).
Menurut Stuart (2004), spektra IR dapat dibagi dalam tiga daerah utama, yaitu
IR jauh (<400 cm-1), IR tengah (4000-400 cm-1) dan IR dekat (13000-4000 cm-1).
Dari ketiga daerah inframerah tersebut, IR tengah merupakan daerah yang paling
banyak digunakan untuk analisis karena semua molekul mempunyai absorbansi
karakteristik dan vibrasi molekul utama dalam daerah ini (Davis dan Mauer, 2010).
Diagram pembagian spektrum elektromagnetik dapat dilihat pada Gambar 2.1.
15
Daerah IR tengah (4000-400 cm-1) dapat dibagi dalam empat daerah dan
karakter frekuensi gugus umumnya ditentukan berdasar daerah frekuensi yang
dihasilkan. Empat daerah tersebut adalah daerah X-H stretching (4000-2500
cm-1),
daerah ikatan rangkap tiga (2500-2000 cm-1), daerah ikatan rangkap dua (2000-1500
cm-1) dan daerah sidik jari atau fingerprint (1500-600 cm-1). Pada daerah sidik jari,
pita-pita absorpsi berhubungan dengan vibrasi molekul secara keseluruhan. Setiap
atom dalam molekul akan saling mempengaruhi sehingga dihasilkan pita-pita
absorpsi yang khas untuk setiap molekul (Stuart, 2004).
Spektroskopi inframerah tengah merupakan metode yang didasarkan pada
interaksi radiasi inframerah dengan sampel. Radiasi inframerah dilewatkan melewati
sampel, panjang gelombang yang spesifik diserap karena ikatan kimia pada material
yang
menyebabkan
vibrasi
seperti
peregangan
(stretching),
pemendekan
(contracting), dan pembengkokan (bending). Gugus fungsi yang ada dalam suatu
molekul cenderung menyerap radiasi inframerah pada kisaran bilangan gelombang
yang sama terlepas dari struktur lain dalam molekul. Puncak spektrum juga
diturunkan dari absorbsi perubahan energi vibrasi pada daerah inframerah. Jadi, ada
hubungan antara posisi pita inframerah dan struktur kimia dalam molekul (Davis dan
Mauer, 2010).
Daerah spektrum inframerah dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Mudasir dan
Candra, 2008):
a. Daerah frekuensi gugus fungsional
Terletak pada daerah radiasi 40001400 cm-1. Bagian dari spektrum ini
menunjukkan absorbsi yang timbul karena ikatan dan gugus. Kebanyakan
puncak absorbsi dalam daerah spektrum ini dengan mudah dikenal berasal dari
gugus fungsional yang khas.
b. Daerah sidik jari (fingerprint)
Yaitu daerah yang terletak pada 1400400 cm-1. Pita-pita absorpsi pada
daerah ini berhubungan dengan vibrasi molekul secara keseluruhan. Setiap
16
Gugus fungsi
O-H
Alifatik dan aromatik
NH2
Amina sekunder dan tersier
C-H
Aromatik
C-H
Alifatik
-C=N
Nitrit
-C=CAlkuna
COOR
Ester
COOH
Asam karboksilat
C=O
Aldehid dan keton
CONH2
Amida
C=CAlkana
C-O-C
Eter
C-N
Amina
R-O-R
Alifatik
Sumber: Skoog (1991)
Komponen spektrofotometer IR terdiri dari lima bagian pokok yaitu (1) sumber
radiasi, (2) wadah sampel, (3) monokromator, (4) detektor dan (5) rekorder (Nur,
1989). Mula-mula sinar inframerah dilewatkan melalui sampel dan larutan
pembanding, kemudian dilewatkan pada monokromator untuk menghilangkan sinar
yang tidak diinginkan. Berkas ini kemudian didispersikan melalui prisma atau
grating. Dengan melewatkannya melalui slit, sinar tersebut dapat difokuskan pada
detektor. Alat IR umumnya dapat merekam sendiri absorbansinya secara tepat
(Khopkar, 1990).
17
Jenis Vibrasi
Uluran CH
Uluran asimetrik CH3
Uluran asimetrik CH2
Uluran simetrik CH3
Uluran simetrik CH2
Uluran CO
Tekukan asimetrik (CH3)3N+
Guntingan (scissoring) CH2
Tekukan asimetrik CH3
Tekukan simetrik (CH3)3N+
Tekukan simetrikCH3
Kibasan (wagging) dan progression CH2
Uluran asimetrik PO2Uluran asimetrik COOC
Uluran simetrik PO2Uluran simetrik COOC
Uluran COP
Uluran asimetrik (CH3)3N+
Uluran asimetrik PO
Goyangan (rocking) CH2
18
dispersif dan radiasi dimana yang terdispersi akan direfleksi kembali menuju celah
keluar. Radiasi terdispersi menjadi dua berkas, yaitu sinar menuju sampel dan sinar
menuju larutan pembanding. Informasi dari berkas tersebut menghasilkan spektrum
sampel. Spektrum terdispersi tersebut discan melalui celah keluar dalam
monokromator (Stuart, 2004).
Masalah essensial dari spektrometer dispersif terletak pada monokromator.
Pada monokromator spektrometer dispersif terdapat celah masuk dan keluar yang
sempit dimana akan membatasi jangkauan daerah bilangan gelombang radiasi
terhadap detektor (Stuart, 2004).
19
dengan hasil pengukuran laser dari kaca bergerak, linearitas absorban karena tidak
ada penghamburan cahaya, dan penyimpanan serta mutu data melalui peningkatan
resolusi atau koreksi garis dasar (Naumann, 1998).
Gambar 2.2. Skema Alat Spektroskopi FTIR. (1) Sumber Inframerah (2) Pembagi Berkas
(Beam Spliter) (3) Kaca Pemantul (4) Sensor Inframerah (5) Sampel dan (6) Display (Stchur,
2002)
20
berguna untuk sampling permukaan bahan yang halus, dimana bahan tersebut sangat
tebal atau buram untuk pengukuran IR dengan transmisi. Teknik ATR bersifat nondestruktif, preparasi sampel sedikit atau tidak memerlukan preparasi sampel, dan
cepat. ATR dapat mengukur padatan (seperti kertas, kaca, keju, daging, serbuk dan
bahan yang berwarna gelap) dan cairan termasuk larutan non-aqueous (seperti
minyak dan pasta), polimer dan bahan organik lain (Sun, 2008).
Pada penggunaan ATR, sampel akan bersentuhan dengan kristal dengan indeks
reflaksi yang tinggi. Kristal ATR dapat terbuat dari
Zinc Selenide
(ZnSe),
Germanium (Ge) atau berlian dimana dapat mengabsorbsi energi pada tingkat energi
yang rendah dan sebagian besar kristal tersebut memiliki batasan nilai pH. Kontak
antara sampel dan kristal ATR harus baik agar data yang dihasilkan bersifat akurat.
Sistem ATR mengukur perubahan yang terjadi pada berkas IR yang direfleksikan
secara keseluruhan saat berkas bersentuhan dengan sampel (Sun, 2008).
Radiasi yang berasal dari beam-splitter akan mengalami refleksi beberapa kali
di dalam permukaan kristal. Berkas menembus fraksi panjang gelombang diluar
permukaan yang terefleksi. Ketika sampel mengabsorpsi berkas secara selektif,
berkas akan kehilangan energi pada panjang gelombang tersebut. Berkas reflektan
yang
21
Gambar 2.4. Spektrum IR lemak babi (lard), domba (LBF), ayam (Ch-BF) dan sapi (CowBF) (Rohman dan Che Man, 2010)
22
2.8
Analisis Kemometrik
Kemometrik adalah seni mengekstraksi informasi kimia dari data yang
23
kolinearitas tinggi, sejumlah besar variabel x, dan beberapa variabel respon y (Wold
et al, 2001).
Regresi PLS meningkatkan kemampuan dari model PCA dengan menggunakan
variabel respon secara aktif dalam dekomposisi bilinier prediktor. PCA terfokus pada
keragaman di dalam prediktor, sedangkan PLS fokus pada kovarian diantara respon
dan prediktor-prediktor. Dengan jalan menyeimbangkan informasi antara prediktor
dan respon, PLS mereduksi dampak dari banyaknya prediktor yang tidak relevan
dengan keragaman data. Estimasi kesalahan prediktor ditingkatkan dengan cara
validasi silang. PCA yang dilanjutkan dengan membentuk model regresi dan PLS-R
dapat diterapkan untuk kalibrasi yang melibatkan dimensi prediktor relatif besar
dengan respon yang relatif sedikit (Amin, 2011).
PLS-R adalah sama dengan PCR yang bertujuan untuk mengestimasi koefisien
regresi dalam model regresi linier dimana terdapat jumlah variabel x dengan
multikolinieritas yang tinggi. Dalam tahap pertama PCR, skor diperoleh dengan
mengekstraksi informasi yang ada di dalam variabel x dengan menerapkan analisis
komponen utama (PCA) tanpa menggunakan informasi apapun mengenai variabel y.
Sebaliknya, skor dalam PLS-R dihitung dengan memaksimalkan kriteria kovarian
antara variabel x dan y sehingga dalam teknik ini respon telah dilibatkan dalam
analisis sejak awal. PLS dapat menangani multikolinieritas, jumlah prediktor yang
banyak, dan terfokus pada prediksi. Keunggulan utama dari metode PLS-R
didasarkan pada proses dekomposisi matrik konsentrasi C dan matrik absorbansi A
yang saling berhubungan, sehingga dengan algoritma ini dapat diperoleh model
kalibrasi yang sempurna (Amin, 2011).
Parameter yang dapat dilihat dari suatu model antara lain PRESS dimana,
selisih antara nilai aktual dan dugaan dari peubah penjelas (Y) dihitung, dan jumlah
kuadrat dari selisih tersebut dikumpulkan untuk mendapatkan nilai Prediction
Residual Error Sum Of Square (PRESS) dimana PRESS = ( yi i )2 dengan, i =
respon dugaan, yi = respon aktual (Naez et al, 2002).
24
Selain dari nilai PRESS, parameter lainnya dapat dilihat dari nilai R 2, Root
Mean Square Error Of Calibration (RMSEC), dan Root Mean Square Error Of
Prediction (RMSEP). R2 mengindikasikan mutu data antara konsentrasi yang
sebenarnya dan konsentrasi yang diperkirakan. R2 menunjukkan kemampuan suatu
metode untuk menghasilkan angka analisis yang proporsional terhadap konsentrasi
misalnya pada interval konsentrasi tertentu. RMSEC digunakan untuk menghitung
galat dugaan. RMSEP digunakan untuk data yang dibagi menjadi dua bagian, satu
untuk model kalibrasi dan yang lainnya untuk validasi. RMSEP = ( yi i )2 / Np.
dengan, i
= respon dugaan
yi
Np
= jumlah data
25
2.9
Validasi Silang
Metode validasi silang (Cross Validation) adalah metode untuk menguji
validitas model regresi dengan menggunakan data uji di luar data yang digunakan
dalam fitting regresi (Pranowo et al., 2006). Validasi silang merupakan teknik untuk
menilai suatu hasil analisis statistik seberapa jauh dapat diimplementasikan ke dalam
set data independen. Hal ini terutama digunakan untuk tujuan prediksi, yaitu untuk
memperkirakan seberapa akurat model prediksi yang dibuat untuk dapat
diimplementasikan. Satu putaran cross-validation melibatkan partisi sampel data ke
dalam himpunan bagian komplementer, lalu melakukan analisis terhadap satu subset
(set kalibrasi), dan memvalidasi analisis terhadap subset lain (set validasi). Untuk
mengurangi variabilitas, beberapa putaran validasi silang dapat dilakukan dengan
menggunakan partisi yang berbeda, dan hasil validasi adalah rata-rata selama putaran.
Menurut Wikipedia (2012), beberapa tipe dan cara validasi silang yaitu (a)
Leave-One-Out, (b) K-Fold Cross Validation, dan (c) 2-Fold Cross-Validation adalah
sebagai berikut:
a. Leave-One-Out
Seperti diketahui dari namanya, Leave One Out Cross Validation
(LOOCV) yang berarti meninggalkan satu untuk validasi silang, yaitu
dengan melibatkan sampel pengamatan tunggal dari sampel asli digunakan
sebagai validasi data, dan sampel pengamatan yang tersisa digunakan
sebagai set kalibrasi. Hal ini dilakukan berulang pada setiap observasi dalam
sampel yang digunakan sekaligus sebagai data validasi. LOOCV akan
menjadi sama dengan k-fold, bila jumlah k-lipatannya sama dengan jumlah
sampel asli pengamatan.
b. K-Fold Cross Validation
Di dalam validasi silang k-fold, seluruh sampel asli dibagi secara acak
ke dalam k-subsampel. Dari sebanyak k-subsampel, sebuah subsampel
tunggal dipertahankan sebagai validasi data untuk pengujian model, dan
26
sisanya k-1 subsampel digunakan sebagai set kalibrasi. Proses validasi silang
yang kemudian berulang k-kali (lipatan), dengan masing-masing ksubsampel digunakan tepat satu kali sebagai validasi data. Hasil k-kali dari
lipatan kemudian didapat rata-rata (atau dikombinasi) untuk menghasilkan
estimasi tunggal. Keuntungan dari metode ini adalah seluruh sampel
pengamatan digunakan secara acak dan berulang sebagai data pelatihan dan
validasi.
c. 2-Fold Cross-Validation
Tipe ini merupakan variasi k-fold cross-validation yang paling
sederhana. Pada pelaksanaannya, metode ini biasanya dilakukan dengan
membagi data sampel menjadi dua bagian yang sama yaitu set kalibrasi yang
digunakan untuk membuat model, sedangkan bagian yang lain untuk set
validasi yang berfungsi untuk memvalidasi model yang telah terbentuk.
Immunosorbent
Assay
(ELISA)
merupakan
metode
27
terjadi akibat hidrolisa enzimatik substratnya sehingga hasil ELISA lebih peka dan
dapat dikuantifikasi.
ELISA Sandwich atau ELISA penangkap antigen seperti pada Gambar 2.5
merupakan salah satu konfigurasi dari metode ELISA yang diterapkan pada produk
ELISA KIT dari XEMA. Sampel atau standar ditempatkan di dalam sumuran mikro
yang telah terlapisi oleh antibodi anti-daging babi. Antigen dari sampel atau standar
akan berikatan dengan antibodi yang sesuai. Material yang tidak berikatan akan
dihilangkan melalui proses pencucian. Antibodi kedua yang terlabel enzim
peroksidase ditambahkan ke dalam sumuran mikro. Setelah prosedur pencucian
berikutnya, aktivitas enzimatik yang terdapat di dalam sumuran mikro dideteksi
dengan penambahan campuran substrat-kromogen dan larutan penghenti reaksi
(XEMA, tanpa tahun).
28
adalah :
Sodium klorida
<1%
Sodium fosfat
<1%
<1%
Potasium klorida
<1%
Air
96%
Penyimpanan
: suhu kamar
Aplikasi
2)
Natrium Klorida
Kelarutan
: sedikit larut dalam etanol, larut dalam 250 bagian etabol 95%, larut
dalam 10 bagian gliserin, larut dalam 2,8 bagian air (Rowe, Sheskey
dan Quinn, 2009).
29
3)
4)
Tetrametilbenzidin (TMB)
Nama kimia
: 3,3,5,5-Tetrametilbenzidin
Formula
: C16H20N2
: 166-170oC
Pemerian
Kelarutan
: tidak larut air, larut dalam pelarut organik (DMSO, etanol 96%,
aseton, kloroform dan toluen)
Penyimpanan
Struktur
30
TMB merupakan turunan benzidin dan tidak bersifat karsinogenik. TMB dapat
digunakan sebagai substrat untuk immunoassays enzim menggunakan antibodi
horseradish peroksidase terkonjugasi. TMB sensitif terhadap cahaya dan seharusnya
dikemas dalam botol yang dapat melindungi TMB dari sinar matahari secara
langsung. TMB digunakan sebagai substrat untuk sinyal pendeteksi pada ELISA.
Reaksi antara substrat TMB dan peroksidase seperti HRP akan menghasilkan
perubahan warna. TMB ditemukan sebagai substrat yang baik untuk deteksi
elektrokimia HRP dalam jumlah rendah. TMB dioksidasi selama degradasi enzimatik
H2O2 oleh horseradish peroksidase. Produk oksidasi TMB berwarna biru tua. Warna
kuning cerah dibentuk setelah penambahan larutan penghenti bersifat asam, misal
H2SO4 (AppliChem, 2010).
5)
Asam Sulfat
Pada perangkat ELISA dari XEMA, larutan asam sulfat digunakan sebagai
larutan penghenti reaksi dengan konsentrasi 5,0% (v/v). Reagen penghenti reaksi
digunakan untuk mencegah reaksi enzimatik dalam ELISA lebih lanjut. Penghentian
reaksi biasanya dibuat pada waktu tertentu ketika terdapat hubungan yang linier
antara enzim-substrat-produk. Konsentrasi larutan yang sangat asam atau sangat basa
dapat menghentikan aktivitas enzimatik dengan denaturasi enzim secara cepat
(Ferencik, 1993).
31
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Spektrometer FTIR
(Alpha Bruker) dengan asesoris ATR Ge yang terhubung dengan komputer dengan
sistem operasi Windows XP dan piranti lunak OPUS (Versi 7.0) digunakan selama
akuisisi spektrum FTIR, piranti lunak Unscrambler X 10.2 (Camo), timbangan neraca
32
analitik, mikropipet dan tip, pipet tetes, vial, corong gelas, soxhlet, kertas saring,
beaker glass, batang pengaduk, oven, kertas tisu, blender, media sumuran mikro (8 x
12) ELISA KIT (XEMA), inkubator.
set kalibrasi
validasi
Pengukuran spektrum
menggunakan FTIR
Pengukuran spektrum
menggunakan FTIR
Pembentukan
Validasi
Analisis Kuantitatif
menggunakan PLS
Metode ELISA
digunakan sebagai
Uji Pembanding
33
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
Nomor
8
9
10
11
12
13
14
34
Nomor
1
2
3
4
5
6
Nomor
7
8
9
10
11
12
35
6) Data spektrum yang diperoleh selanjutnya akan dibedakan berdasarkan ada atau
tidaknya perlakuan pendahuluan (normalize, dimana serapan terkecil diatur
menjadi 0 dan serapan terbesar diatur menjadi 2, baseline sebagai koreksi garis
dasar dan smoothing sebagai koreksi untuk spektrum yang tidak berpengaruh.
36
37
3.4.4.1 Sampling
Teknik sampling yang dipilih adalah metode purposif dimana teknik ini
didasarkan pada sampel dengan tujuan tertentu yang dianggap memiliki informasi
yang diperlukan bagi penelitian (Mustafa, 2000). Langkah awal dalam penentuan
sampel yaitu dilakukan survei. Survei dilakukan di supermarket dan minimarket yang
ada di Jember (Golden Market, Foodmart, Carefour, Roxy Mall, Indomaret, dan
Alfamart) dan di pasar tradisional Pasar Tanjung dan Pasar Kepatihan. Survei
dilakukan dengan mendata semua produk yang terbuat dari olahan daging ayam (sosis
ayam) dengan diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu berlabel halal dan tidak
berlabel halal. Sampel yang digunakan untuk analisis adalah semua sampel yang ada
dipasaran berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan
38
ELISA (XEMA) yang telah tervalidasi sebelumnya. Prosedur yang dilakukan dalam
pengujian menggunakan ELISA dengan melibatkan kontrol positif (lemak babi),
kontrol negatif (lemak ayam dan aquadest), dan larutan sampel. Preparasi sampel
dilakukan dengan cara menimbang sampel makanan lalu diekstraksi selama 6 jam
dengan menggunakan soxhlet dengan pelarut petroleum eter dan dirotavapor untuk
memisahkan antara minyak dengan pelarut. Minyak yang diperoleh akan digunakan
sebagai larutan uji sampel.
Tahapan pengujian menggunakan ELISA adalah sebagai berikut : menyiapkan
sumuran mikro, dimasukkan 25 L larutan dapar DIL (buffer EIA) kedalam sumuran,
dipipet 25 L larutan uji (lemak ayam, lemak babi, larutan sampel dan aquadest).
Sumuran ditutup dengan tip lalu diinkubasi pada suhu 37 C selama 60 menit. Tip
dibuka, sumuran dicuci dengan larutan pencuci encer sebanyak 3 kali dengan volume
125 L dimana preparasi larutan pencuci dilakukan dengan cara mengencerkan
larutan BUF WASH pekat dengan aquades menggunakan perbandingan sebesar 1:21.
Dipipet 50 L larutan CONJ HRP (konjugat) lalu sumuran ditutup kembali dengan
tip, inkubasi pada suhu 37 C selama 60 menit. Tip dibuka, sumuran dicuci dengan
larutan pencuci encer sebanyak 3 kali dengan volume 125 L. Dipipet 50 L larutan
SUBS TMB (substrat) kedalam sumuran, ditutup dengan tip lalu inkubasi pada suhu
18-25 C selama 10-20 menit selanjutnya ditambahkan 50 L larutan STOP (larutan
akhir) kedalam sumuran untuk mencegah reaksi enzimatik lebih lanjut. Interpretasi
hasil dapat diamati secara visual dengan melihat perubahan warna yang terjadi.
Perubahan warna yang terjadi akibat adanya reaksi enzimatis antara enzim HRP
(Horsedish Peroksidase) dengan substrat TMB (Tetra Metil Benzidin). Apabila
berwarna kuning menunjukkan bahwa sampel positif terkontaminasi babi sedangkan
bila tidak berwarna (bening) artinya sampel tidak terkontaminasi.
39
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan deteksi lemak babi dalam lemak ayam
menggunakan spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) dan kemometrik
sebagai verifikasi halal. Tahap pertama yang dilakukan yaitu pembuatan dan
preparasi sampel simulasi yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan FTIR untuk
mengkarakterisasikan pola spektrum lemak ayam dan lemak babi. Data spektrum
yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan teknik kemometrik yang terdiri
dari analisis secara kuantitatif dengan PLS dan analisis secara kualitatif menggunakan
Analisis Diskriminan.
4.1
terdapat pada kedua sampel lemak. Data spektra IR masing-masing sampel diperoleh
dari hasil scanning sampel lemak murni dengan alat FTIR Bruker Alpha dengan
asesoris ATR Ge pada daerah inframerah pada frekuensi 4000-600 cm-1 dengan
resolusi 4 cm-1. Spektrum lemak ayam dan lemak babi yang ditampilkan (Gambar
4.1) adalah spektrum yang telah diberi perlakuan pendahuluan berupa smooth,
baseline, mormalize agar spektrum yang dihasilkan lebih seragam dan mudah
diamati.
Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa kedua spektrum lemak terlihat
memiliki pola spektrum yang mirip, hal ini disebabkan karena kedua spektrum
40
tersebut merupakan spektrum khas untuk lemak dan minyak edible oil pada
umumnya. Namun, pada pola serapan daerah 3400 cm-1 untuk sampel lemak babi
menunjukkan puncak yang relatif lebih tinggi jika dibanding dengan sampel lemak
ayam. Tingginya puncak serapan untuk lemak babi pada daerah tersebut
menunjukkan adanya kandungan asam lemak tak jenuh dimana asam lemak tak jenuh
tersebut berkonstribusi pada tingginya nilai absorbansi yaitu daerah C-H stretching
vibration dari ikatan rangkap cis. Sehingga, dapat diketahui bahwa lemak babi
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh terutama asam linoleat yang lebih tinggi
dibanding lemak ayam (Che Man dan Mirgani, 2001).
41
Pada spektrum inframerah diketahui memiliki dua daerah yang memiliki ciri
khas yaitu pada daerah gugus fungsi dan fingerprint. Daerah gugus fungsi
menunjukkan adanya puncak absorbsi yang timbul karena ikatan dan gugus, dimana
puncak absorbsi dalam daerah spektrum tersebut mudah dikenali. Pada lemak,
sebagian besar puncak spektrum merupakan konstribusi gugus fungsi dari trigliserida.
Trigliserida merupakan komponen utama dari lemak sehingga senyawa ini
mendominasi spektrum dari lemak. Daerah fingerprint menunjukkan hubungan
dengan vibrasi molekul dimana setiap atom dalam molekul akan saling
mempengaruhi sehingga dihasilkan pita-pita absorpsi yang khas untuk setiap molekul
(Mudasir dan Candra, 2008). Untuk daerah gugus fungsi yang ditampilkan
menunjukkan adanya gugus fungsi O-H (alifatik dan aromatik) pada daerah bilang
gelombang 3600-3000 cm-1, pada daerah bilangan gelombang 3050-3010 cm-1
menunjukkan adanya C-H stretching, dan pada bilangan gelombang 1730-1600 cm-1
menunjukkan adanya gugus C=O dari aldehid. Untuk pola serapan daerah fingerprint
1050-750 cm-1 menunjukkan adanya gugus alifatik R-O-R (Skoog, 1991).
4.2
data spektrum menggunakan data set kalibrasi. Dari data spektrum yang terkumpul,
dilakukan
pembentukan
model
dengan
mengkalibrasikan
data
spektrum
42
43
RMSECV (Root Mean Square Error Cross Validation) dengan nilai yang paling
rendah.
Berikut adalah daerah yang dipilih untuk membentuk model kalibrasi yang
ditampilkan pada Tabel 4.1.
Set
Data
A
B
C
A
B
C
Parameter
Perlakuan
Pendahuluan
ADA
TIDAK
Keterangan :
Set data A
Set data B
Set data C
R
kalibrasi
0.994
0.993
0.991
0.999
0.996
0.978
R
validasi
0.869
0.873
0.927
0.876
0.889
0.934
RMSEC
RMSECV
3.080
3.528
3.903
1.146
2.542
6.116
13.384
15.430
11.552
14.824
14.404
11.374
%
Akurasi
100%
100%
100%
100%
100%
96.15%
Komponen
Utama
7
6
4
7
6
5
Tabel 4.1. diketahui bahwa model kalibrasi terbaik adalah dengan spektrum
pada set data C dengan perlakuan yaitu daerah bilangan gelombang 1500-600 cm-1
atau daerah fingerprint karena berdasarkan parameter R2 atau koefisien determinasi,
pada daerah tersebut memberikan nilai yang paling baik yaitu untuk R2 kalibrasi
sebesar 0.9913285 dan R2 validasi sebesar 0.9272438 dibanding dengan model
kalibrasi menggunakan spektrum lainnya. Hal ini membuktikan bahwa model
tersebut mempunyai tingkat linieritas yang paling baik dibanding set data lain.
Namun, untuk nilai galat yang ditampilkan dari model tersebut menunjukkan
kesalahan yang cukup besar, artinya dimungkinkan bahwa model yang terbentuk
44
Keterangan :
: Kurva RMSECV
: Kurva RMSEC
45
46
Keterangan :
: Murni
: Campuran
Gambar
4.3.
menunjukkan
hasil
klasifikasi
dimana
sampel
yang
terkontaminasi dengan lemak babi terletak dibagian kanan sedangkan sampel yang
tidak terkontaminasi dengan lemak babi mendekati jarak sumbu dengan kategori
murni. Metode DA yang baik, bila model tersebut mampu mengklasifikasikan
sampel secara akurat. % akurasi yang diperoleh dari model DA adalah sebesar 100%
artinya bahwa model DA dapat memisahkan kelompok sampel murni dengan
campuran secara akurat sehingga tidak ada satupun sampel yang dikelompokkan
dalam kelompok yang salah.
47
4.3
validasi silang. Teknik validasi silang bermanfaat untuk melakukan tes secara
independen (Stchur et al, 2002). Set validasi terdiri dari 12 sampel dengan rentang
konsentrasi antara 3-75% dengan konsentrasi 0% ditandai sebagai murni untuk lemak
ayam dan konsentrasi 100% ditandai sebagai campuran untuk lemak babi dimana set
validasi ini juga akan diukur spektrumnya menggunakan FTIR yang kemudian data
spektrum dimasukkan kedalam model kalibrasi yang telah terbentuk dari data set
kalibrasi.
Validasi silang yang dilakukan, yaitu Leave One Out Cross Validation
(LOOCV) dan 2-Fold Cross Validation. LOOCV digunakan untuk mengevaluasi data
dengan mengambil satu data dari set kalibrasi dimana data tersebut digunakan sebagai
set validasi, sedangkan data yang tersisa digunakan untuk membentuk model baru,
begitu seterusnya hingga semua data kalibrasi digunakan sebagai set validasi.
Parameter yang digunakan adalah R2 LOOCV. Hasil validasi LOOCV pada penelitian
ini sebesar 0.947 dimana model dugaan yang baik memiliki nilai korelasi antara y
dugaan dengan y sebenarnya yang tinggi yaitu mendekati 1 (Naez et al, 2002) dapat
dilihat pada Gambar 4.4.
48
49
50
Sampel
Murni 1 - 0%
Murni 2 - 0%
Murni 3 - 0%
Murni 4 - 0%
Murni 5 - 0%
Murni 6 - 0%
Campuran 3%
Campuran 7%
Campuran 13%
Campuran 17%
Campuran 28%
Campuran 35%
Campuran 45%
Campuran 55%
Campuran 65%
Campuran 75%
Campuran 1 100%
Campuran 2 100%
Campuran 3 100%
Campuran 4 100%
Campuran 5 100%
Campuran 6 100%
Klasifikasi
Murni
Murni
Murni
Murni
Murni
Murni
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
4.4
4.4.1
Sampling
Teknik sampling yang dipilih adalah teknik purposif yang merupakan teknik
pengambilan data dengan maksud atau tujuan tertentu yang dianggap memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitian (Mustafa, 2000).
Sebelum dilakukan pengambilan sampling, dilakukan survei pada merk
sampel daging olahan ayam khusus untuk sosis pada empat supermarket, dua
minimarket dan dua pasar tradisional. Hasil pendataan merk sosis dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu produk yang berlabel halal dengan logo resmi MUI, label halal
tanpa MUI dan tidak berlabel halal. Daftar merk sosis dapat dilihat pada Tabel 4.3.
51
Tempat
Carefour
Roxi
Foodmart
Golden
Market
Alfamart
Indomaret
Pasar
Tanjung
Pasar
Kepatihan
Merk Sosis
No.Reg.
So Good
Bernardi
So Good
Champ
Bernardi
So Good
Kimbo
Vigo
Champ
Besto
Champ
Abbys
So Good
So Good
Champ
Abbys
Okey
Oye
Champ
Aroma
Okey
Champ
Oye
MD 215910022414
MD 215913080138
MD 215910022414
MD 215913004627
MD 215913080138
MD 215910022414
MD 215910133264
MD 215910044264
MD 215913004627
MD 215910020640
MD 215913004627
MD 215913068138
MD 215910022414
MD 215910022414
MD 215913004627
MD 215913068138
MD 215913001627
MD 215913056364
MD 215913004627
MD 215022011904
MD 215913056364
MD 215913004627
MD 215913056364
Halal MUI
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Logo
Halal
Tidak ada
X
X
X
X
X
X
Berdasarkan hasil survei tersebut, diambil 8 sampel sosis yang berlabel halal
MUI dan 1 sampel berlabel halal tanpa MUI serta 1 sampel dengan label yang tertera
mengandung lemak babi. Sehingga dalam penelitian ini, sampel yang digunakan
berjumlah 10 sampel dengan merk bernardi, so good, champ, kimbo, vigo, abbys,
besto, okey, oye, aroma.
52
4.4.2
konsentrasi dari lemak babi yang tercampur pada lemak ayam pada model kalibrasi
yang terbentuk sebelumnya. Hasil dari analisis menggunakan PLS dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Sampel
Okey
Oye
Aroma
Kimbo
Champ
So good
Besto
Vigo
Abbys
Bernardi
Konsentrasi
-40.8068
-36.4895
55.7388
-32.8372
-30.1211
-33.5455
-39.3411
-39.0916
-1.4057
-0.2510
Keterangan
Negatif
Negatif
Positif mengandung Lemak Babi
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Tabel 4.4 diketahui bahwa sampel nomor 3 memiliki konsentrasi yang lebih
besar dibanding konsentrasi lainnya yaitu sebesar 55.7388. Hal ini menunjukkan
bahwa konsentrasi lemak babi yang terdapat dalam sampel sejumlah 55.7388%,
sedangkan yang lain menghasilkan nilai negatif yang artinya sampel tersebut tidak
terdapat campuran dari lemak babi.
Analisis sampel untuk membentuk model klasifikasi adalah analisis DA.
Model yang telah terpilih akan digunakan untuk memprediksi sampel yang belum
diketahui klasifikasinya dimana hasil dari analisis klasifikasi ini dapat dilihat pada
Tabel 4.4. Berdasarkan hasil prediksi menggunakan DA, dapat diketahui bahwa pada
sampel sosis 1,2,4-10 masuk dalam kategori murni artinya sampel tidak
terkontaminasi dengan lemak babi. Sedangkan, sampel nomor 3 masuk dalam
kategori campuran yang artinya sampel tersebut positif mengandung lemak babi.
53
4.5
Keterangan :
1 : Larutan standart ELISA konsentrasi 0, 10, 30, 100, dan 300 U/mL
2 : Aquadest
3 : Lemak ayam
4 : Lemak babi
5 : Okey
6 : Aroma
7 : Abbys
8 : Bernardi
9 : Kimbo
10 : So Good
11 : Champ
12 : Besto
13 : Vigo
14 : Oye
54
negatif. Dari hasil pengujian hanya 1 sampel yang terdeteksi adanya lemak babi
sedangkan yang lain tidak mengandung lemak babi.
Dari hasil ELISA yang diperoleh ini memiliki kesamaan dengan hasil prediksi
menggunakan teknik kemometrik menggunakan analisis secara kualitatif yaitu
analisis diskriminan dengan kadar sampel dapat diketahui dengan menggunakan
metode PLS.
Tabel 4.5. Hasil Klasifikasi Sampel menggunakan Model DA dan Uji Pembanding
Sampel
Klasifikasi Model DA
Okey
Oye
Aroma
Kimbo
Champ
So good
Besto
Vigo
Abbys
Bernardi
Murni
Murni
Campuran
Murni
Murni
Murni
Murni
Murni
Murni
Murni
55
BAB 5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Spektrum FTIR dari lemak babi dan lemak ayam mempunyai pola yang mirip
namun spektrum dari lemak babi lebih tinggi dibanding dengan lemak ayam hal
ini dikarenakan lemak babi memiliki kandungan asam linoleat yang lebih tinggi
dibanding lemak lainnya.
2.
3.
Dari model PLS dan LDA yang terbentuk dapat diaplikasikan untuk mendeteksi
adanya campuran lemak babi pada sampel sosis ayam yang beredar di pasaran.
Untuk sampel yang berlabel halal baik berlabel halal MUI maupun berlabel halal
tanpa MUI tidak ditemukan adanya campuran lemak babi, namun pada sampel
yang tidak berlabel halal terdeteksi adanya campuran lemak babi sebesar
55.7388%.
56
5.2
1.
Saran
Perlu dikembangkan lagi analisis kontaminasi lemak babi dalam lemak ayam
menggunakan piranti lunak lain dan teknik kemometrik yang berbeda dengan
menggunakan rentang konsentrasi yang lebih luas.
2.
3.
Perlu diperhatikan mengenai nilai galat kalibrasi dan nilai galat validasi dimana
nilai galat validasi tidak lebih besar dari nilai galat kalibrasi yang dapat
menyebabkan overfitted.
4.
Perlu diperhatikan mengenai penetesan sampel pada plat ATR harus sepresisi
mungkin yaitu dengan menggunakan kompartemen sampel.
57
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. S. 2011. Pengkajian Metode Near Infrared (NIR) untuk Evaluasi Mutu
Pakan Ayam Broiler secara Cepat dan Akurat. Bogor : IPB.
Badan Pusat Statistik. 2010. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa
Sehari-hari penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010.
http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indon
esia/index.html. [25 Desember 2012].
Che Man, Y. B. & Mirghani, M. E. S. (2001). Detection of Lard Mixed with Body
Fats of Chicken, Lamb, and Cow by Fourier Transform Infrared
Spectroscopy. Journal of American Oil Chemists' Society, 78: 753761.
58
Che Man, Y.B. & Rohman, A. 2010. FTIR Spectroscopy Combine with
Chemometrics for Analysis Of Lard In The Mixture with Body Fats of Lamb,
Cow, and Chicken. International Food Journal, 17 : 519-526.
Davis, R., dan Mauer, L. J. 2010. Fourier Transform Infrared (FT-IR) Spectroscopy:
A Rapid Tool for Detection and Analysis of Foodborne Pathogenic Bacteria.
Formatex J. p 1582-1594.
Griffth, L.L. & Summer, J.D. 1978. Studies on Abdominal Fat with Four Commercial
Strain of Male Broiler Chicken. Poultry Sci.
Habsari, L. 2011. Identifikasi Pola Khas Spektra Inframerah Protein Daging Sapi
dan Babi Rebus Menggunakan Metode Second Derivative (2D). Skripsi.
Malang: UIN.
Hamdani, D. 2005. Sifat Fisik dan Kimia Sosis Ayam yang Menggunakan Minyak
Jagung sebagai Subtitusi Lemak Ayam. Bogor : IPB.
Harjono. 2008. Aplikasi PCR dan PLS dalam Kalibrasi data Spektrofotometrik.
Bogor : Journal of Educational Chemistry.
Hazim, M.Y., Che Man, Y.B. & Shuhaimi, M. 2009. Detection of Pork in Pastry
Products for Halal Verification via Polymerase Chain Reaction (PCR)
Techniques. Proceeding of the 3rd IMT-GT International Symposium on
Halal Science and Management 2009. Hal 19-23.
59
Irawan, B. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi
pada Berbagai Komposisi Pelarut. Semarang : Universitas Diponegoro.
Jannah, A. 2008. Gelatin Tinjauan Kehalalan dan Alternatif Produksi. Malang : UINPress.
Janusz. C. 2003. GC/MS Analysis for Unsaturated Fat Content in Animal Feed.
Switzerland : Nafag Company Gossau.
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UIPress.
Korossi, A.T. & Pudjiraharti, S. 2010. Isolasi Enzim Horseradish Peroksidase (HRP)
dari Kultur Sel Daun Armoracia Lapatifolia dengan cara Fraksinasi
menggunakan Amonium Sulfat. Bandung : Pusat Penelitian Kimia-LIPI.
Lensa Indonesia. 2012. Sidak Pasar, Disperindag Jatim Temukan Sosis Babi Ilegal.
http://www.lensaindonesia.com/2012/07/13/sidak-pasar-disperindag-jatimtemukan-sosis-babi-ilegal.html. [11 Januari 2013].
Lopez-de-Alba, Pedro, L., Leticia, L., Vctor, C. & Judith, A. 2006. Simultaneous
Determination And Classification of Riboflavin, Thiamine, Nicotinamide and
Pyridoxine
in
Pharmaceutical
Formulations,
by
UV-Visible
Spectrophotometry
and
Multivariate
Analysis.
http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S010350532006000400012&script=sci_arttext. [20 September 2012].
60
Marikkar, J. M. N., Lai, O. M., Ghazali, H. M. & Che Man, Y. B. 2001. Detection of
Lard and Randomized Lard as Adulterants in Refined-Bleached-Deodorized
Palm Oil by Differential Scanning Calorimetry. http://lib3.dss.go.th/fulltext/
Journal/J.AOCS/J.AOCS/2001/no.11/v.78n11p1113-1119.pdf.[28
Agustus
2012].
Muchtadi, Tien. R. & Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
MUI. 2008. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM-MUI. Jakarta: Majelis
Ulama
Indonesia.
http://jambi.kemenag.go.id/file/dokumen
/pedomansistemjaminanhalal.pdf/ [9 September 2012].
Naez, T., Issakson, T., Fearn, T. & Davies, T. 2002. A User Friendly Guide to
Multivariate Calibration and Classification. Chichester : NIR Publication.
Nurjuliana, M., Che Man, Y. B,. Hashim, D. & Mohamed, A. K. 2009. Rapid
Detection of Pork in Food Products by Electronic Nose for Halal
Authentication. Proceeding of the 3rd IMT-GT International Symposium on
Halal Science and Management 2009. Hal 7-13.
61
Pranowo. H., Tahur, I., dan Widiatmoko, A. 2006. Hubungan Kuantitatif Struktur
Elektronika dan Aktivitas Inhibisi Senyawa Kurkumin pada Reaksi
Etoksiresorufin O-Dealkilasi (EROD). Indo. J. Chem., Vol. 7, No. 1, p 78-82.
Qardhawi, Y. 2000. Halal dan Haram dalam Islam. Jakarta : Robbani Press.
Rohman, A., Sismindari., Erwanto, Y. B. & Che Man, Y. B. 2011. Analysis of Pork
Adulteration in Beef Meatball using Fourier Transform Infrared (FTIR)
Spectroscopy. Meat Science. Hal 91-95.
Saeed, T., Ali, S. G., Rahman, H. A. dan Sawaya, W. N. 1989. Detection of Pork and
Lard as Adulterants in process meat: liquid chromatographic analysis of
derivatized
triglycerides.
Pubmed,
72
(6):921-5.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2592314. [17 Desember 2012].
62
Stchur, P., Cleveland, D., Zhou, J., Michel, R. G. 2002. A Review of Recent
Applications of Near Infrared Spectroscopy and of The Characteristics of
Novel Pbs CCD Arraybased NIR Spectrometers. App Spect Rev 37:383-428.
Summer, D. J. 1995. The Effect of Dietary and Protein in Carcas Compasition with A
Methode For Estimating Carcas. Poultry Sci.
Sun, D. 2008. Modern Technique for Food Authentication. Kanada : Elsevier Inc.
Tim Penerbit Buku Pedoman Halal. 2001. Pedoman Halal bagi Produsen, Importir
dan Konsumen di Indonesia. Jakarta : Tim Penerbit Buku Pedoman Halal.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
63
Woodman, A. G., 1941. Food Analysis 4th Edition. New York : Mc.Graw Hill Book
Company, Inc.
Xema, Tanpa Tahun. Instruction for Use: A Solid-phase Enzyme Immunoassay for the
Quantitative Determination of Pork in Human Food. Rusia : Xema
Corporation.
64
A.2. Rotavapor
65
66
Keterangan :
67
Bobot Sampel
82.4741 g
75.5546 g
75.6415 g
82.7768 g
80.3550 g
74.8309 g
77.4462 g
72.5594 g
70.4934 g
73.9766 g
Bobot Lemak
0.2201 g
0.2366 g
1.4154 g
0.2942 g
0.3128 g
0.4112 g
0.3793 g
0.6402 g
0.5021 g
0.4627 g
68
69
70
71
LAMPIRAN E. PLOT
HASIL
KALIBRASI
MULTIVARIAT
TEKNIK PLS
E.1. Kalibrasi PLS spektrum utuh dengan perlakuan pendahuluan
DENGAN
72
E.3. Kalibrasi PLS spektrum daerah 4000-2900 cm-1, 1750-1450 cm-1, 1050-750
cm-1 dengan perlakuan pendahuluan
E.4. Kalibrasi PLS spektrum daerah 4000-2900 cm-1, 1750-1450 cm-1, 1050-750
cm-1 tanpa perlakuan pendahuluan
73
74
LAMPIRAN F. HASIL
PEMBENTUKAN
DAN
KALIBRASI TERPILIH
F.1. Kurva kalibrasi model PLS terpilih
VALIDASI
MODEL
75
76
77
78
79
LAMPIRAN H. HASIL
PEMBENTUKAN
DAN
KLASIFIKASI TERPILIH
H.1. Cooman plot Analisis Diskriminan
VALIDASI
MODEL
80
81
LAMPIRAN J. TAHAPAN
PENGOLAHAN
DATA
DENGAN
UNSCRAMBLER X 10.2
J.1. PARTIAL LEAST SQUARE (PLS)
1. Import data hasil scan FTIR yang akan diolah melalui opus dengan klik tab File
Import data OPUS. Kemudian klik tombol browse untuk mencari folder FTIR
lalu centang data yang akan diolah, klik OK.
2. Aktifkan kolom pertama dengan klik kolom nomor 1 untuk menambah kolom
sehingga kolom pertama sebagai kolom konsetrasi. Klik tab edit insert
82
Aktifkan
kolom pertama, klik kanan Change Data Type Numeric kemudian isikan
kolom baru tersebut dengan konsentrasi sampel yang diketahui.
3. Klik edit define range untuk mendefinisikan kolom dan baris. Klik kolom
konsentrasi dan isikan nama konsentrasi pada tab column ranges, klik create.
konsentrasi
83
4. Lakukan hal yang sama seperti nomor 3 untuk mendefinisikan daerah bilingan
gelombang yang dipakai dengan cara blok kolom yang diingikan kemudian isi
nama daerah bilangan gelombang absorbansi dan klik create, klik OK.
5. klik Task Analyze Partial Least Square Regression. Isikan X dan Y dengan
memilih nama set data dari data kalibrasi. Pada Cols dari Predictors, pilih range
dari spektrum yang dipakai. Pada Cols data Responses, pilih range dari
konsentrasi, klik OK.
84
6. Tunggu saat sistem memproses data hingga muncul jendela baru. Klik Yes.
Rename model yang terbentuk untuk memberi nama. Misal Hasil uji PLS.
7. Untuk validasi model dengan set validasi, lakukan tahapan yang sama seperti
nomor 1 -4 . klik Task Predict Regression. Pada Select Model, pilih model
yang akan divalidasi. Pada Matrix Data, pilih set data dari set validasi tersebut dan
pilih rentang spektrum pada Cols. Centang include Y reference, dan pilih data
konsetrasi pada Cols, klik OK.
85
8. Tunggu saat sistem memproses data hingga muncul jendela baru. Klik Yes. Untuk
mengubah plot menjadi Predicted vs Reference, klik kotak Predicted vs Deviation,
kemudian klik Plot Prediction Prediction vs Reference.
86
87
3. Aktifkan kembali kolom pertama dengan klik salah satu kolom tersebut, lalu
klik kanan Change Data Type Category OK. Isikan semua data sesuai
klasifikasinya dengan klik masing-masing sampel pada kolom pertama sesuai
kategori yang ditentukan.
88
5. Klik Task Analyze Linear Discriminant Analysis. Pilih set data dari
Descriptors dan Category dengan nama set data klasifikasi yang telah di
define sebelumnya. Pada Cols Predictor, pilih range kolom spektrum
sedangkan pada Cols Category pilih kolom kategori.
89
6. Klik tab Options, kemudian centang pada kotak use PCA scores dan isikan
score atau komponen utama optimum pada analisis PLS, klik OK.
7. Tunggu saat sistem memproses data hingga muncul jendela baru, klik Yes.
Rename model yang terbentuk untuk memberi nama.
90
8. Untuk memprediksi klasifikasi dari suatu sampel menurut model ini, import
data spektrum sampel seperti pada nomor 1 lalu Define Range dari bilangan
gelombang spektrum yang dipilih.
9. Klik Task Predict Classification LDA. Pada select model, pilih model
dari LDA. Pada Data Matrix pilih set data dari sampel kemudian pilih Cols
dengan range spektrum yang telah di define sebelumnya, klik OK.
91
10. Tunggu saat sistem memproses data hingga muncul jendela baru. Klik Yes.