Anda di halaman 1dari 12

MODUL

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

DENGAN TES IVA

Oleh :

GATOT N. A. WINARNO

MATERI AJAR

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................2

KATA PENGANTAR...............................................................................................3

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN IVA TES...................................4

I. PENDAHULUAN...........................................................................................4

II. ALAT DAN BAHAN......................................................................................6

III. PEMERIKSAAN IVA TEST......................................................................6

IV. ALUR PEMERIKSAAN IVA TES............................................................7

V. LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN IVA TES.................................7

VI. KRITERIA PEMERIKSAAN IVA.............................................................9

VII. TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN IVA..............................................11

VIII. DAFTAR PUSTAKA................................................................................11

2
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena berkat
pertolongan, serta rahma dan hidayah Nya lah penulis dapat menyelesaikan materi
ajar deteksi dini kanker serviks dengan tes iva sebagai bahan acuan dasar dalam
memberikan proses pembelajaran bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran.
Bahan materi ajar ini dibuat dalam rangka menjawab tantangan kebutuhan
masyarakat bahwa seorang dokter tidak hanya memahami teori namun juga dapat
melakukan pemeriksaan klinis yang baik dan benar kepada pasiennya. Dengan
adanya bahan acuan ini diharapkan mahasiswa lebih mudah dalam mempelajari dan
memahami bagaimana melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan
tes iva yang baik dan benar.
Makalah materi ajar deteksi dini kanker serviks dengan tes iva pendahuluan
kanker serviks, siapa saja yang boleh melakukan deteksi dini kanker serviks, dan
langkah-langkat melakukan deteksi dini kanker serviks dengan tes iva, dan hasil
pemeriksaan tes iva yang positif maupun negatif.
Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung pembuatan dan penyusunan materi ajar ini. Penulis pula menyari
bahwa materi bahan ajar ini masih banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik
dari pembaca sangat dibutuhkan dalam perbaikan materi ajar ini sangat penulis
harapkan dan untuk itu penulis ucapkan terima kasih.

Bandung, Juni 2019

Penulis

3
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN IVA TES

Tujuan pembelajaran :

1. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan

2. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan perisapan pemeriksaan iva tes yang

sistematis

3. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi

4. Mahasiswa diharpakan dapat menjelaskan hasil pemeriksaan iva test dan

rencana tindak lanjut

I. PENDAHULUAN

Kanker leher rahin merupakan jenis kanker dengan insidensi terbanyak

kedua setelah kanker payudara di dunia. Angka kejadian kanker serviks di Indonesia

ialah 16 per 100.000 perempuan, kasus baru yang ditemukan 9,7% dengan jumlah

kematian 9,3% per tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan di dunia.

Menurut WHO, 490.000 perempuan didunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker

serviks dan 80% berada di Negara Berkembang termasuk Indonesia. Setiap 1 menit

muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena

kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40- 45 kasus baru, 20-

25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan 170

meninggal dunia karena kanker serviks.

Indonesia memiliki lebih dari 13000 pulau, maka dibutuhkan banyaknya

fasilitas sitologi dan terapi pada kanker serviks. Namun dengan terbatasnya fasilitas

sitologi, sarana dan sumber daya manusia termasuk diantaranya kurangnya jumlah

dokter umum, dokter spesialis, dan bidan mengakibatkan pemeriksaan sitologi

4
menjadi sulit untuk dilakukan dibanyak tempat di Indonesia. Oleh karena itu

diperlukan alternatif pemeriksaan deteksi dini yang bersifat non-invasif, mudah,

murah, dapat dilakukan di puskesmas, hasil cepat, dengan sensitivitas dan

spesifisitas yang memadai. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam

deteksi kanker serviks ialah pemeriksaan iva tes. Pemeriksaan iva tes atau inspeksi

visual dapat dilakukan dengan bantuan asam asetat/cuka yang diencerkan.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam keadaan sedang tidak hamil maupun sedang

PERBANDINGAN SKRINING TES PAP DAN IVA

Uraian / Metode Skrining TES PAP IVA

Petugas kesehatan Sample takers Bidan


(Bidan/perawat/dokter umum/Dr. Perawat
Spesialis ) Dokter umum
Dr. Spesialis

Skrinner / Sitologist /
Patologist

Sensitivitas 70%--80% 65%-- 96%


Spesifisitas 90%-- 95% 54%-- 98%
Hasil 1 hari–1 bulan Langsung
Sarana Spekulum Spekulum
Lampu sorot Lampu sorot
Kaca benda Asam asetat
Laboratorium

Biaya Rp15.000,00–Rp.75.000,00 Rp3.000,00


Dokumentasi Ada (dapat dinilai ulang) Tidak ada

haid.

5
II. ALAT DAN BAHAN

1. Meja pemeriksaan

2. Sumber cahaya yang cukup

3. Asam asetat 3 - 5 %

Cara membuat asam asetat :

 Cuka dapur (mengandung asam asetat 20%)

 Asam asetat untuk IVA (3-5%)

 Untuk membuat asam asetat 5% dengan cara mengambil 1 bagian

cuka dapur ditambah dengan 4 bagian air

 Untuk membuat asam asetat 3% dengan cara mengambil 2 bagian

cuka dapur ditambah dengan 11 bagian air

4. Kapas lidi

5. Sarung tangan bersih ( lebih baik steril)

6. Spekulum vagina

III. PEMERIKSAAN IVA TEST

Pemeriksaan IVA memiliki pendekatan kunjungan tunggal / single visit

approach atau dilihat dan diobati / see and treat. Hal ini berarti bahwa pemeriksa

dapat melakukan pemeriksaan dan pengobatan pada pasien dalam waktu yang

sama saat kunjungan. Sehingga apabila seorang pasien dinilai memiliki IVA(+) maka

pasien akan mendapatkan tawaran untuk dilakukan pengobatan atau dirujuk pada

pelayanan lain. Sebelum dilakukan pemeriksaan ini seorang perempuan harus

memiliki persetujuan dari seuaminya.

6
Pemeriksaan iva tes ini dapat dilakukan oleh bidan, perawat terlatih, dokter

umum dan dokter spesialis. Sedangkan tempat pelayanannya dapat dilakukan di

rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, dan klinik dokter/bidan.

Pemeriksaan iva tes ini ialah melihat serviks dengan mata telanjang untuk

mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%). Daerah

yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas atau menjadi putih

(acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi prakanker.

IV. ALUR PEMERIKSAAN IVA TES

V. LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN IVA TES

1. Persiapan

Alur Pemeriksaan IVA tes

Memposisikan pasien dalam posisi lithotomi, berbaring lemas dan meletakkan

kakinya pada foot rest agar bagian panggul terasa lemas. Perineum harus berada

tepat di ujung meja pemeriksaan. Pemeriksaan menggunakan sarung tangan secara

aseptik. Kemudian melakukan toilet vulva dan vagina menggunakan kapas yang

direndam cairan disinfektan yang tidak iritatif, gerakan kapas di sekitar vulva dan

perineum dari medial ke lateral atau dari sentral ke prefier. Area rektal di bersihkan

paling akhir.

2. Inspeksi

7
 Pemeriksa akan menilai genitalia eksterna untuk menilai adakah

discharge pada mulut uretra. Pemeriksa juga dapat melihat adakah

pembesaran pada kelenjar skene atau bartholini. Kemudian pemeriksa

meminta izin kepada pasien untuk memasukan alat spekulum dan

akan terasa tidak nyaman.

 Pemeriksa dapat dengan hati-hati memasukan spekulum, buka bilah

spekulum untuk dapat melihat serviks pasien.

 Apabila serviks dapat terlihat dengan jelas, kunci spekulum dalam

posisi terbuka.

 Posisikan sumber cahaya agar dapat menyorot letak serviks, kemudian

gunakan kapas lidi bersih untuk membersihkan cairan yang baik darah

maupun mukosa dari bagian serviks.

 Pemeriksa harus dapat mengidentifikasi bagian ostium servikalis dan

SSK. Setelah dapat teridentifikasi, kapas lidi di masukan kedalam

cairan asam asetat. Selanjutnya oleskan kapas lidi yang memiliki

cairan asetat ke permukaan serviks secara merata. Kemudian buang

kapas lidi yang telah digunakan.

 Pemeriksa menunggu selama 1 menit cairan asam asetat untuk dapat

terserap dan memunculkan reaksi acetowhite. Amati SSK dengan teliti,

amati apakah permukaan serviks mudah berdarah. Apabila

pemeriksaan telah selesai gunakan kapas lidi baru untuk

menghilangkan sisa asam cuka dari permukaan serviks.

 Catat hasil pemeriksaan dan beritahu pasien hasil pemeriksaan.

Diskusikan tatalaksana apa yang sebaiknya diambil oleh pasien

apabila pemeriksaan positif.

8
VI. KRITERIA PEMERIKSAAN IVA

1. Normal

2. Radang = Atipik = Servisitis

3. Iva Positif : ditemukan bercak putih

4. Kanker Serviks

KATEGORI KLASIFIKASI IVA TES

9
10
VII. TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN IVA

Tindak lanjut pemeriksaan Iva tes ialah tergantung siapa yang menemukan. Pada

bidan dan perawat dapat merujuk atau melakukan pemeriksaan pap smear. Apabila

didapatkan lesi pra kanker dokter umum dapat melakukan tindakan krioterapi. Apabila dokter

spesialis yang menemukan pasien dengan IVA (+) dapat segera didiagnosis dan diberikan

terapi yang sesuai dengan keadaan serviksnya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

1. Hacker N, Vermorken J. Cervical Cancer. In: Berek JS, editor. Berek &

Hacker’s

Gynecologic Oncology. 6 ed: Wolters Kluwer; 2015

2. World Health Organization. Preparing for the introduction of HPV vaccines:

policy and programme guidance for countries. 2006Okechukwu A. Ibeanu.

Molecular pathogenesis of cervical cancer. Cancer Biology & Therapy. 2011;

11:3, 295-306.

3. InformationCentre on HPV and Cancer. Human Papillomavirus and Related

Diseases Report: World. 2016

11
4. Chauhan S, Jaggi M, Bell M, Verma M, Kumar D. Epidemiology of human

papillomavirus in cervical mucosa. Methods Mol Bio. 2009; 471:439-56.

5. Einstein M, Schiller J, Viscidi R, Strickler H, Coursaget P, Tan T, et al.

Clinician’s guide to human papillomavirus immunology: knowns and

unknowns. Lancet. 2009;9:347-56.

6. Hebner C, Laimins L. Human papillomaviruses: Basic mechanisms of

pathogenesis and oncogenicity. Rev Med Virol. 2006; 16:83-97.

7. Suwiyoga, K. Vaksin Human Papillomavirus Sebagai Upaya Pencegahan

Primer Kanker Serviks. Dalam: Suyasa Jaya, M., Mega Putra, G., penyunting.

PKB 5 Obgin: Update Obstetric and Gynecology in Practice. Denpasar. 2010;

hal. 148-64

8. Rasjidi, I., Sulistiyanto, H. Vaksin Human Papilloma Virus dan Eradikasi

Kanker Mulut Rahim. Edisi pertama. CV Sagung Seto: Jakarta. 2007; hal. 1-

67.

9. Andrijono. Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks.

Maj Kedokt Indon. IDI. Indonesia. 2007; 57: 153-8.

10. Park, T-W, Fujiwara, H, Wright, TC. Molecular biology of cervical cancer and

it’s precursors. Cancer. 1995; 76: 1902-13.

11. Southern, SA, Herrington CS. Disruption of cell cycle control by human

papilloma viruses with special reference to cervical carcinoma. Int J Gynecol

Cancer. 2000; 10: 263-74.

12

Anda mungkin juga menyukai