Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.

1, Maret 2014

PENGARUH PENGEMBANGAN CUFF ETT MENGGUNAKAN SPUIT DAN CUFF-


INFLATOR TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH PASIEN INTUBASI

Hikayati

Dosen PSIK Universitas Sriwijaya, Email: hikayati2002@gmail.com

ABSTRACT
The ETT cuff is used to prevent air leak and aspiration. A high compliance ETT cuff in adult
usually to prevent air leakage. ETT cuff should be inflated in the therapeutic range,
because as it may results underinflation and overinflation that will influence the
hemodynamic such as heart rate and blood pressure. This study is to assess the effect of
inflating ETT cuff using syringes and cuff inflator on the pulse rate and blood pressure
changes. This quasi-experiment study applied cross over design to 21 intubated patients.
The control group using syringe inflating ETT cuff, while the intervention group using a cuff-
inflator. Pulse rate and blood pressure changes at the first intervention and after 4-5 hours
were observed. Collected data were analyzed using paired t- test. The results show that
inflating of ETT cuff using a syringe and cuff inflator had no significant on both
measurements series to pulse rate (p=0.189), sistolic blood pressure (p=0.353), and
diastolic (p=0.180). Wheter cuff spuit or cuff inflator do not affect pulse rate and blood
pressure. ETT cuff inflation should be considered to maintain ideal pressure and to
minimize complication due to underinflation and overinflation.
Key words : ETT cuff, Cuff inflator, Heart Rate, Blood pressure

ABSTRAK
Cuff ETT compliance tinggi pada pasien dewasa bertujuan mencegah kebocoran udara.
Pengembangan cuff yang tidak optimal dapat menyebabkan underinflation dan
overinflation yang mempengaruhi hemodinamik antara lain denyut nadi dan tekanan darah.
Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengembangan cuff ETT menggunakan
spuit dan cuff inflator terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Penelitian kuasi-
eksperimen ini menggunakan crossover design pada 21 pasien terintubasi. Cuff ETT
kelompok kontrol dikembangkan menggunakan spuit sedangkan kelompok intervensi
menggunakan cuff inflator. Denyut nadi dan tekanan darah diamati pada perlakuan
pertama dan setelah 4-5 jam. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji t-paired.
Hasil penelitian menunjukkan pengembangan cuff ETT menggunakan spuit dan cuff
inflator tidak memberikan perbedaan bermakna pada kedua seri pengukuran denyut nadi
(p=0,189), tekanan sistolik (p=0,353), dan (p=0,180). Cuff Spuit dan cuff-inflator tidak
berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Sebaiknya pengembangan cuff
ETT menggunakan cuff inflator untuk dapat mengembangkan cuff pada tekanan ideal dan
meminimalkan komplikasi akibat underinflation dan overinflation
Keywords : Cuff ETT, cuff inflator, denyut nadi, tekanan darah

PENDAHULUAN adalah dengan intubasi endotracheal


tube (Chulay, 2006 Urden, 2006;
Salah satu tindakan jalan nafas buatan
Morgan, 2002). Intubasi endotracheal

26
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.1, Maret 2014

tube (ETT) bertujuan untuk memberikan bronkospasme (Fagan, 2000; Takashi,


bantuan jalan nafas buatan pada pasien 2002; Larson 2002; Safavi, 2008).
yang tidak dapat mempertahankan Pada kondisi patologis
sendiri jalan nafasnya secara adekuat. penekanan aliran darah arteri dan vena
ETT dewasa memiliki sistem trakea akibat pengembangan cuff
pengembangan cuff terdiri dari pilot menyebabkan gangguan ventilasi yang
balon dan cuff yang dapat serius sehingga beban kerja paru-paru
dikembangkan. Cuff ETT dikembangkan dan jantung meningkat. Peningkatan ini
melalui pilot balon menggunakan spuit akan berpengaruh terhadap
atau cuff inflator. Pengembangan cuff hemodinamik tubuh (Guyton, 1997;
setelah ETT terpasang pada pasien Guyton, 2008; Fagan, 2000). Fenomena
terintubasi bertujuan untuk mencegah yang didapat dari hasil studi
kebocoran O2 dan meminimalkan resiko pendahuluan bahwa pengembangan cuff
aspirasi pulmoner (Stewart, 2003; Sole, pada pasien terintubasi ETT
2009). menggunakan spuit dengan
menginflasikan 5 – 10 cc udara ke
Pengembangan awal cuff ETT
dalam cuff ETT secara perlahan
harus dalam batas ideal untuk
sampai dirasa cukup. Tekanan cuff ETT
mempertahankan transport O2 dan
diukur pada pilot balon dengan teknik
mengurangi aspirasi sekret yang
estimasi jari (finger palpation).
terkumpul di bagian atas cuff. Udara
yang diinflasikan ke dalam cuff tidak Secara teori metode ini tidak
boleh melebihi 25 – 30 cmH2O atau 18 – dapat mengetahui tekanan cuff secara
22 mmHg. tepat sehingga dapat terjadi
underinflation atau overinflation. Hal ini
Meskipun cuff ETT memiliki
dapat mempengaruhi perubahan denyut
compliance yang tinggi dengan ruang
nadi, tekanan darah (Al-Metwali, 2011;
volume besar bertekanan rendah (high-
Stewart, 2003; Sridermma, 2007;
volume low-pressure) tetapi jika tekanan
cuff melebihi batas ideal maka dapat Parwani, 2007, Sole, 2011).
menyebabkan gangguan pada perfusi Resiko komplikasi akibat
kapiler trakea (Al-Metwali, 2011; Herbert, tindakan intubasi ETT pada pasien kritis
2006; Stewart, 2003). Pengembangan sebesar 54% dan 28% terjadi di ruang
cuff yang tidak tepat dapat terjadi rawat intensif. Hal ini terjadi karena pada
underinflation atau bahkan overinflation ( pasien kritis mengalami kondisi yang
Stewart, 2003; Sridermma, 2007; tidak stabil dengan pemulihan fisiologis
Parwani, 2007; Sole, 2009). yang jelek (Griesdale, 2008). Oleh
karena itu kompetensi perawat di ruang
Stimulasi mukosa trakea secara
rawat intensif sangat diperlukan untuk
langsung dapat penyebabkan perubahan
memberikan perawatan secara
hemodinamik pada saat intubasi ETT.
komprehensif.
Reseptor di sekitar permukaan trakea
sangat sensitif sehingga saat respon Intervensi keperawatan pada
batuk muncul dapat menyebabkan pasien yang terintubasi ETT di ruang
terjadinya perubahan hemodinamik, rawat intensif meliputi humidifikasi, cuff
peningkatan tekanan intraokuler dan management, suctioning dan komunikasi
intrakranial, iskemik miokard dan keperawatan dengan memperhatikan

27
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.1, Maret 2014

prinsip patient safety, primum non ini berjumlah 21 responden yang telah
nocere, first do no harm. Berdasarkan memenuhi kriteria inklusi.
uraian diatas peneliti berminat untuk Instrumen penelitian ini adalah :
mengetahui pengaruh pengembangan Endotracheal tube, ukuran 6; 6,5; 7 dan
cuff endotracheal tube menggunakan 7,5. Tipe HVLP dengan berbagai merk,
spuit dan cuff inflator terhadap tekanan Disposible Spuit, Cuff inflator : endotest -
darah dan denyut nadi pada pasien Rusch Jerman dan lembar observasi.
terintubasi di Ruang Rawat Intensif Analisis data menggunakan uji t-paired
RSUP dr. Mohammad Hoesin test dengan syarat sebaran data normal
Palembang. dengan taraf kepercayaan 95% (p <
Tujuan dari penelitian ini untuk 0,05).
mengetahui pengaruh pengembangan
cuff ETT menggunakan spuit dan cuff HASIL DAN BAHASAN
inflator terhadap denyut nadi dan Penyakit pasien dalam penelitian ini
tekanan darah pada pasien terintubasi di terdiri dari 9 (42,86%) orang pasien
Ruang Rawat Intensif RSUP dr. dengan kasus bedah, 5 (23,81%) pasien
Mohammad Hoesin Palembang. dengan kasus kebidanan, 2 (9,52%)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat pasien dengan kasus luka bakar, 2
bermanfaat secara aspek teoritis (9,52%) pasien dengan kasus penyakit
diharapkan dapat mengembangkan saraf dan 3 (14,29%) pasien dengan
wawasan dan kajian secara ilmiah kasus penyakit dalam dan sepsis.
mengenai pentingnya pengembangan Sebelum dilakukan uji t paired test diatas
cuff pada pasien yang terintubasi ETT telah dilakukan uji normalitas data
secara optimal untuk meminimalkan menggunakan shapiro-wilk didapatkan
komplikasi yang ditimbulkan dan dapat nilai p = 0, 58. Artinya data terdistribusi
dilakukan penelitian lanjutan. Sedangkan normal. Dari tabel 1. tampak bahwa
secara aspek praktis diharapkan dapat pengembangan cuff ETT menggunakan
digunakan sebagai bahan pertimbangan spuit dan cuff inflator terhadap denyut
pada perawatan pasien terintubasi ETT nadi dan tekanan darah (sistolik dan
di ruang rawat intensif secara diastolik) pada kedua kelompok
komprehensif, untuk mempertahankan penelitian tidak menunjukkan nilai yang
pengembangan cuff dalam rentang ideal bermakna p > 0,05.
sehingga dapat mengurangi komplikasi.
Dari hasil penelitian yang telah
BAHAN DAN METODE dilakukan secara statistik tidak
didapatkan pengaruh pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi cuff ETT menggunakan spuit dan cuff
eksperimen dengan cross over design inflator pada pasien terintubasi terhadap
dilaksanakan di Ruang Rawat Intensif denyut nadi dan tekanan darah (p >
Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad 0,05). Nilai rerata denyut nadi pada
Hoesin Palembang. Penentuan pengembangan cuff ETT menggunakan
kelompok subjek perlakuan penelitian spuit adalah 111 dan 103 pada cuff
dipilih secara randomized control inflator. Secara statistik pengembangan
intervention untuk mengurangi seleksi cuff ETT menggunakan spuit dan cuff
bias dan confounding. Sampel penelitian inflator tidak bermakna, p = 0,163. Hal ini
berarti tidak ada pengaruh antara

28
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.1, Maret 2014

pengembangan cuff ETT menggunakan intubasi. Perubahan hemodinamik dapat


spuit dan cuff inflator terhadap denyut berupa hipertensi, hipotensi, takikardi,
nadi. bradikardi, cardiac dysritmia, myocardial
ischemia, hipotensi, hipercapnea pada
Akan tetapi bila dibandingkan
saat intubasi (Stoelting, 2006). Selain
secara klinis denyut nadi pada
itu karakteristik nilai normal hemodinamik
pengembangan cuff ETT menggunakan
pada laki-laki mempunyai angka yang
cuff inflator tampak lebih rendah dari
lebih tinggi dibandingkan dengan
spuit. Pada pengembangan cuff ETT
perempuan ditinjau dari aspek fisiologis.
menggunakan spuit didapatkan rerata
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa antara
tekanan darah sistolik adalah 133 mmHg
lain faktor anatomi dan fisiologi, aktivitas
dan diastolik 88 mmHg. Pengembangan
dan faktor lingkungan (Perry & Potter,
cuff ETT menggunakan cuff inflator

Tabel 1. Perbedaan Rerata Denyut Nadi, Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik antara
Pengembangan Cuff ETT dengan Spuit 10cc dan Cuff Inflator pada pasien Terintubasi di
Ruang Rawat Intensif RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Pengembangan Cuff
Spuit 10 cc Cuff Inflator
No. Variabel p*)
Mean Mean Rentan
Rentang
(+ SD) (+ SD) g

1. 111 67-176 102 65-147 0,189


Denyut nadi
(24,47) (19,23)

2. Tekanan 133 83-176 128 97–155 0,353


darah sistolik (22,2) (17,6)

3. Tekanan 88 58–123 82 56–104 0,180


darah (15,71) 13,26)
diastolik
*) berdasarkan uji t paired

memiliki rerata tekanan darah sistolik 2006; Guyton & Hall, 2008).
128 mmHg dan tekanan darah diastolik Tipe ETT yang digunakan adalah
82 mmHg. HVLP dengan ukuran dan merk ETT
yang bervariasi merupakan salah satu
Secara fisiologis perubahan nilai
faktor yang dapat mempengaruhi
denyut nadi dan tekanan darah
perubahan denyut nadi dan tekanan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah
darah. Selain itu diameter trakea juga
satunya adalah penyakit penyerta
didapat mempengaruhi perubahan
pasien. Selain itu dalam penelitian ini
tersebut. Ukuran ETT yang digunakan
pengukuran denyut nadi dan tekanan
pada responden adalah 6 pada 9
darah tidak dilakukan segera setelah
(43%), 6,5 pada 6 (28,5%) responden

29
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.1, Maret 2014

dan 7 pada 6 (28,5%) responden.


Perubahan denyut nadi dan tekanan SIMPULAN
darah antara kedua perlakuan juga dapat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dipengaruhi oleh faktor tekanan arteri, dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
curah jantung, tahanan pembuluh darah Tidak ada pengaruh pengembangan cuff
perifer, elastisitas arteri, volume darah, ETT menggunakan spuit dan cuff inflator
kekentalan darah, umur, berat badan, terhadap denyut nadi dan tekanan darah
emosi serta aktifitas yang mempengaruhi pada pasien terintubasi di ruang rawat
sistem hemodinamik tubuh (Jevon & intensif RSUP dr. Mohammad Hoesin
Ewens, 2007). Palembang, dengan nilai p = 0 > 0,005.
Dalam penelitian ini pengukuran
denyut nadi dan tekanan darah dilakukan DAFTAR PUSTAKA
setelah responden dalam kondisi stabil Al-Majed, S.I., Thompson, J. E., Watson,
dan terintubasi kurang dari 4-5 jam. K.F., Randolph, A. G; (2004). Effect
Rerata (+SD) pengembangan dengan of Lung Compliance and
cuff inflator setelah 4-5 jam adalah 28,1 Endotracheal Tube Leakage on
cmH2O (+21,0). Rerata volume udara Measurement of Tidal Volume.
pada pengembangan awal cuff ETT Critical Care. 8-R398-R402 (DOI 1 0.
menggunakan spuit adalah 6,05 cc. 1186/cc2954). Diunduh 29/09/2011
Setelah 4 – 5 jam turun menjadi 4,07 cc. dari http:
Penurunan ini dapat mempengaruhi www.ccforum.com/content/8/6/R398.
perubahan denyut nadi dan tekanan Al-Metwali, R.R., Al-Ghamdi, A.A.,
darah. Hasil penelitian ini sesuai dengan Mowavy, H.A., Sadek, S., Abdulshafi,
penelitian Sole (2011), secara statistik M., Mousa, W. F; (2011). Is Sealing
tidak didapatkan perubahan yang Cuff Pressure, Easy, Reliable and
bermakna, p > 0,05 tetapi secara klinis Sfe Technique for Endotracheal
ada perbedaan. Pada denyut nadi pada Tube Inflation? : A comparative
kelompok kontrol rerata (+SD) 91 mmHg Study. Saudi J Anaesth April-June 5
(+18) lebih rendah dari kelompok (2) p. 185-189. doi 104103/1658-
intervensi yaitu 95 mmHg (+21). Pada 354X 82795.
tekanan cuff terdapat perubahan Blanch, P.B; (2004). Laboratory
bermakna, p = -5.529 (P < 0,01). Evaluation of 4 Brands of E
Tekanan cuff dapat berubah setiap ndotracheal Tube Cuff Inflator.
waktu dengan atau tanpa intervensi. Gainesville, Florida : Respiratory
Perbedaan ini antara lain disebabkan Care. February 2004, Vol .49. No.2.
karena aktivitas batuk, suction dan letak Cagan, F., et all;(2000). The Effect Of
ETT yang berubah. Intracuff Lidocain On Endotracheal-
Pada penelitian ini terdapat Tube-Induced Emergence
beberapa keterbatasan yaitu : Penelitian Phenomena After General
yang telah dilakukan hanya Anasthesia. A & J Juli 2000.vol 91
membuktikan pengaruh pengembangan no.1 201-205 diunduh 4/12/2011 dari
cuff ETT menggunakan spuit dan cuff http : www.aesthesia-analgesia.org
inflator pada pasien terintubasi, tidak Chulay, M & Burns, S.M; (2006). AACN
dilakukan analisis multivariable dan tidak Essential of Critical Care Nursing.
meneliti faktor-faktor lain yang dapat New York : McGraw-Hill.
mempengaruhi pengembangan cuff ETT.

30
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.1, Maret 2014

Fagan, et.al. (2000)., The effect of Kasjono, H.S., dan Yasril; (2009). Teknik
Intracuff Lidocain on Endotracheal Sampling untuk Penelitian
Tube Induced Emergence Kesehatan. Yogjakarta : Graha Ilmu
Phenomena After General Lam, G.S.M & Lau, ACW; (2011).
Anasthesia. A & A Juli 2000. Vol 91 Prevention VAP by Novel ETT
no.1 201-205. Design. Departemen of ICU, Pamela
Griesdale, D.E.G., Bosma, T. L., Kurth, Younde Nethersole Eastern Hospital.
T., Isac, G., Chittock, D. R; (2008). Matew, P.J (2004). The Latest in
Complication of Endotracheal Respiratory Care. Nursing
Intubation in the Critically Ill. Management. Proquest Nursing &
Intensive Care Med. 34 : 1835-1842. Allied Health Source. Pg. 20.
Guyton, D. C., Barlow, M. R., Morgan, G.E., Mikhail, M.S., Murray,
Besselievre, T; (1997). Influence of M.J., Larson, C. P (2002). Clinical
Airway pressure on Minimum Anesthesiology. 3rd ed. NewYork :
Occlusive Endotracheal Tube Cuff Lange Medical Book.
Pressure. Critical Care Medicine. Nishikawa, K., Omote, K., Kawana, S.,
Januari – Vol.25-Issue 1 – pp 91-94. Namiki , A (2000). A Comparison of
Guyton, A.C., Hall, J.E; (2008). Buku Hemodinamic Changes After
Ajar Fisiologi Kedokteran. 11thed. Endotracheal Intubation by Using the
Jakarta : EGC, cetakan I. Lightwand Device and the
Herbert, V., Perrie, H., Scribante, J; Laringoscope in Normotensive and
(2006). Cuff Pressure. Departement Hypertensive Patients. Anaest
of Anesthesiology University of the Analog 2000-90;1203-7.
Witwatersrand. Parwani, V., Hoffman, R.J., Russell, A.,
Hofman, R.J., Dahlen, J.R., Lipovic, D., Bharel, C., Preblick., Hahn, In-Hei,
Sturmann, K. M; (2009). Linear (2007). Practicing Paramedics
Correlation of Endotracheal Tube Cannot Geneerate Or Estimate Safe
Cuff Pressure and Volume. Diunduh Endotracheal Tube Cuff Pressure
23/09/2011 dari http : Using Standard Techniques.
www.westjem.org. Prehospital Emergency Care; Juli-
Hofstetter, C., Scheller, B., Hoegl, S., September; 11,3; Proquest Nursing
Mack, M.G., Zwissler, B., Byhahn, C; & Allied Health Source.
(2010). Cuff Overinflation and Pitts, R., Fisher, D., Sulemanji, D.,
Endotracheal Obstruction : Case Kratohvii., Jiang, Y., Kacmareck, R
Report and Eksperiment Study. (2010). Variables Affecting Leakage
Scandinavia Journal of Trauma, Past Endotracheal Tube Cuff : a
Resucitation and Emergency Bench Study. Intensive Care Med. 36
Medicine : 18.18. :2066-2073. DOI 10.1007/s00134-
Ignativus, D.D., Workman, M.L., (2006). 010-2048-5.
Medical Surgical Nursing : Critichal
Thinking for collaborative approach.
5thed. St.Louis, Missouri : Elseviere.
Jevon, P., Ewens, B., (2007).
Pemantauan Pasien Kritis.2nd ed.
Jakarta : Erlangga.

31

Anda mungkin juga menyukai