Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

Teknik
Pemipaan

Analysa Pipe Stress

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

08
Teknik Teknik Mesin 13037 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng
Abstract Kompetensi
Uraian ini membahas tentang analisa dan Setelah memahami materi yang disajikan
perhitungan tegangan axial, tegangan pada modul ini Anda diharapkan mampu
circumferensial,regangan,dan deformasi memahami bahwa berdasarkan ASME,maka
akibat beban aksial, thermal expansi tidak semua pipa harus dianalisa.Ada tiga
termasuk beban moment torsi pada batang katagori pipa yang boleh dan tidak harus
pipa. Pembahasan meliputi axial load dan dianalisa,yaitu:
normal stress,problema-problema dalam  Katagori A: harus dilakukan formal
tegangan normal dan geser,serta Allowable stress analysis atau analsis formal.
Stress;Factor of Safety,juga dibahas  Katagori B: sistim pemipaan yang
hubungan antara tegangan dan srain suatu tidak memerlukan analisis resmi
material. yang menggunakan program
Pembahasan Pipe Stress Analysis komputer, tetapi bisa dilakukan
disini,dibahas baik berdasarkan ASME dengan menggunakan metode
maupun berdasarkan theoretical Strength of pendekataa tabel, atau
Material. diagram,dan
Hal yang perlu perlu diketahui dan dipahami  Katagori C: sistim pemipaan ini
dalam menganalisa pipe stress disini adalah cukup dilakukan pemeriksaan
bahwa berdasarkan ASME,maka tidak dengan cara inspeksi visual.
semua pipa harus dianalisa.Ada tiga
katagori pipa yang boleh dan tidak harus
dianalisa,yaitu:
 Katagori A: harus dilakukan formal
stress analysis atau analsis formal.
 Katagori B: sistim pemipaan yang
tidak memerlukan analisis resmi
yang menggunakan program
komputer, tetapi bisa dilakukan
dengan menggunakan metode
pendekataa tabel, atau
diagram,dan
 Katagori C: sistim pemipaan ini
cukup dilakukan pemeriksaan
dengan cara inspeksi visual.

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
Pipe Stress Analysis

1. Pendahuluan
Dengan mengerti dan memahami teori dasar, maka di-harapkan seorang stress engineer
akan mengerti apa yang akan dikerjakan, mengetahui apa yang harus disiapkan ketika akan
memulai pekerjaan, tahu persyaratan-persyaratan apa saja yang harus dipenuhi sebelum
mulai menganalisis, dan mampu melakukan perhitungan dengan benar sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.

Sehingga ketika menghadapi dan mengatasi setiap permasalahan yang muncul pada saat
melakukan analisis, maka ada kepercayaan diri yang tinggi di dalam mengambil keputusan
untuk mencari solusi atas permasalahan yang dia hadapi.
Teori dasar yang dipandang perlu untuk diketahui dan dipahami dan akan dituliskan di
dalam Modul VIII – XIV , Analisis Pipe Stress disini, adalah sebagai berikut:

 Analisis Strength Material:


1.Teori Dasar Stress-Strain- Deformasi
2.Teori Dasar Bending Moment,Torsi,dan Defleksi
 Perhitungan Berdasarkan ASME:
1.Ketebalan pipa berdasarkan ASME B31.3
2.Ketebalan pipa berdasarkan ASME B31.4 dan B31.8
3.Pressure Vessel
Berikut ini ditampilkan beberapa ASME Code yang sering digunakan oleh Piping
Engineering di dalam menjalankan tugas-nya, walaupun Code ini juga digunakan oleh
disiplin lain, adalah sebagai berikut:

B16.1 Cast Iron Pipe Flanges


B16.3 Valve-Flanged, Threaded, and Welded
B16.4 Cast Iron Threaded Piping
B16.5 Pipe Flanges and Flanged Fittings, NPS 1/ 2 Sampai NFS
B16.9 Factory made wrought steel buttwelding fittings

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
B16.10 Face to Face and End to End Dimension of Valves
B16.11 Socket-Welding and Threaded Forged Steel Fittings
B16.12 Cast Iron threaded drainage fittings
B16.14 Ferrous Pipe plug, bushings and locknuts with pipe Thread
B16.20 Metallic Gaskets for pipe flanges - ring joint, spiral Wound,and jacketed
B16.21 Non Metallic Flat Gaskets for Pipe Flanges
B16.25 Buttwelding ends
B16.28 Wrought steel buttwelding short radius elbows and Return
B16.33 Manually operated metallic gas valves for use in gas Piping systems up to
125
psig, size 1/2 through 2.
B16.34 Valves, Flanged, Threaded and Welding Ends
B16.36 Orifice Flanges
B16.38 Large metallic valves for gas distributioamanually operated, NPS 2 1/2
through 12, 125 psig maximum.
B16.40 Manually operated thermoplastic gas shutoffs and Valves in gas
distribution
systems
B16.47 Large Diameter Steel Flanges NPS 26-60
B16.48 Steel line blinds
B18.2.1 Square and Hex Bolts and Screws (inch series)
B18.2.2 Square and Hex Nuts (inch series)
B18.2.2.1 Plain Washer
B31.1 Power Piping
B31.3 Process Piping
B31.4 Liquid Transportation System for Hydrocarbons, Liquid Petroleum Gas,
Anhydrous Ammonia and Alcohol.
B31.8 Gas Transmission and Distribution Systems
B36.10 Welded and Seamless Wrought Steel Pipe
B36.19 Stainless Steel Pipe

2. Tujuan Analisis
Tujuan dilakukannya perhitungan analisis tegangan atau piping stress analysis adalah untuk
memeriksa dan memastikan bahwa sebuah piping system sudah didisain se-flexible
mungkin demi menghindari pergerakan pipa (movement) akibat eskpansi pipa karena
temperatur tinggi atau kontraksi pipa akibat temperatur dingin, yang bisa menyebabkan:

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
 Kegagalan pada piping material karena terjadi tegangan yang berlebihan atau
overstress yang melewati batas yang diizinkan oleh Codes dan Standards.
 Terjadinya tegangan yang berlebihan (excessive stress) pada pipe support atau titik
tumpuan.
 Kejadian terangkatnya pipa dari titik tumpuannya (lift off).
 Terjadinya kebocoran pada sambungan flanges maupun di Valves.
 Terjadi kerusakan material di Nozzle Equipment (Pump,Tank, Pressure Vessel, Heat
Exchanger, etc) akibat gaya dan moment yang berlebihan akibat expansion atau
contraction pipa.
 Resonansi akibat terjadi Vibration, baik karena pengaruh dari luar (externally
imposed vibrations) maupun akibat dari dalam (fluid induced vibrations).
 Defleksi yang berlebihan pada sistim pemipaan.
 Kegagalan karena fatigue (lelah).
3. Metode Analisis
Pada sebuah pabrik petrokirnia misalnya, akan kita temukan ratusan jaringan pemipaan,
mulai dari pipa yang berukuran kecil dan bertemperatursedang, sampai ke pipa yang
berukuran besar dengan variasi temperatur tertentu.
Semua jaringan pipa tersebut merupakan tanggung jawab Piping stress engineering grup
untuk memastikan bahwa setiap sistim pemipaan sudah didisain dan dipasang sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Qcl
Lalu jika melihat begitu banyaknya sistim pemipaan yang a bagaimanakah caranya
seorang piping stress engineer ^slakukan perhitungan analisis tegangan atau stress
analysis PQda seluruh jaringan pemipaan tersebut?
Apakah metode yang digunakan serta bagaimana cara perhitungan tersebut dilakukan?
Apakah semua jaringan pipa tersebut mesti dihitung analisis tegangannya tanpa
mempedulikan besarnya ukuran diameter pipa dan jenis fluida yang mengalir di dalamnya
maupun temperatur?
Kalau memang harus dihitung atau dilakukan analisis untuk semua sistim pemipaan tanpa
memperhitungkan temperatur maupun ukuran pipanya, maka bisa dipastikan akan super
sibuk-nya sang Piping Stress Engineer.
Tentu saja tidak semua sistim pemipaan tersebut yang perlu dilakukan analisis tegangan
atau stress analysis.
Pada ASME B31.3 para 31.4.1 dituliskan dengan jelas bahwa sistim pemipaan di bawah ini
tidak memerlukan perhitungan analisis tegangan secara formal atau formal analysis, yaitu:
 Sistim pemipaan yang merupakan duplikasi dari sistim pemipaan pada pabrik yang
sudah beroperasi dengan sukses.

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
 Sistim pemipaan yang bisa dianggap tidak perlu dianalsis dengan cara
membandingkan dengan sistim yang sebe-lumnya sudah di analisis.
 Sistim pemipan yang mempunyai konfigurasi yang mempunyai tidak lebih dari dua
anchor point tidak ada pipe support di antara kedua anchor tadi, serta termasuk di
dalam batasan dari persamaan di bawah ini:
Dy
K
L  U 2 1
Di mana:
D = diameter luar dari pipa, in (mm).
Y = resultant dari total regangan atau displacement yang diserap pipa, in (mm).
L = panjang total antara dua buah anchor, in (mm).
U = jarak garis lurus dari satu anchor ke anchor lainnya, in (mm).
K1 = 30 Sa/Ea untuk sistim Amerika Serikat (in/ft)2;208000 Sa/Ea untuk Sistim SI (mm/m)2.
Ea = referensi Modulus Elastisitas pada temperatur 70°F atau 21°C, ksi (Mpa).
Namun mesti diperhatikan bahwa walaupun formula sederhana di atas sangat berguna,
tetapi dia juga mempunyai keter-batasan, yaitu dalam hal tidak adanya bukti secara umum
bahwa penggunaan formula tersebut akan mendapatkan hasil akhir yang akuratdan
konservatif. Karenanya menggunakannya mesti dengan penuh kehati-hatian, terutama untuk
sistim pemipaan dengan konfigurasi yang unik di mana perbandingan antara U dengan L
lebih besar daripada 2.5, untuk pipa yang berdinding tipis (SIF lebih dari 5), dan untuk sistim
di mana adanya pergerakan dari luar yang sangat besar.
Dengan demikian, untuk sistim pemipaan yang mempunyai karakteristik tidak termasuk atau
diluar kategori di atas, maka pada sistim pemipaan tersebut haruslah dilakukan analisis
tegangan atau stress analysis.
Secara umum ada tiga metode analisis tegangan yang sudah dikenal oleh piping stress
engineer, yaitu:
3.1 Metode Formal Analysis yang komprehensif: Metode ini adalah metode yang
menggunakan Program Komputer, seperti CAESAR II atau Autopipe, dan program lainnya.
3.2 Menggunakan metode pendekatan: Metode ini juga dikenal dengan nama
Approximate Methode dan merupakan metode perhitungan secara manual baik dengan
menggunakan simple beam formula, tabulation, charts, atau nomograph. Namun per-
untukannya hanyalah untuk bentuk piping yang sederhana.
3.3 Menggunakan metode inspeksi secara visual: Metode ini hanyalah dilakukan khusus
untuk sistim pemipaan yang dianggap tidak kritis dan umumnya hanya untuk sistim
pemipaan yang dalam "stress critical line list" jatuh dalam kategori C, seperti yang akan
disampaikan pada bagian setelah ini.

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
Dalam menentukan jenis metode mana yang digunakan untuk sistim pemipaan tertentu,
maka perlu dibuat sebuah daftar yang menunjukkan metode apa yang harus dilakukan
terhadap suatu sistim pemipaan. Daftar tersebut dikenal dengan nama "Stress Critical Line
List".
3.4 Analisis Formal
Formal Analysis atau analisis formal adalah suatu analisis yang komprehensif, khusus
dilakukan pada sistim pemipaan yang termasuk ke dalam kategori A dalam "Critical Line
List".
Metode ini menggunakan program komputer sebagai alat bantu di dalam melakukan
perhitungan.
Pada saat ini sudah banyak merek dan jenis dari program komputer yang biasa dipakai oleh
piping stress engineer, seperti CAESAR II dan Autopipe.
Pada prinsipnya, ada dua jenis analisis komprehensif atau analisis formal yang biasa
dilakukan oleh Piping Stress Engineer dengan menggunakan program komputer tersebut di
atas, yaitu:
3.5 Analisis Statis atau Static Analysis: Analisis statis adalah analisis yang paling umum
dan standard dilakukan pada setiap perhitungan piping stress analysis.
Secara definisi, analisis statis pada piping sistim adalah suatu perhitungan dan analisis
sistim pemipaan yang mendapat atau menerima beban statis. Pada perhitungan ini
diasumsikan beban yang terjadi pada sistim pemipaan adalah bersifat statis dan
berlangsung dalam kondisi yang stabil dan terus-menerus tanpa adanya beban kejut.
3.6 Analisis Dinamis atau Dynamic Analysis: Sedangkan analisis dina-mis adalah suatu
analisis yang memperhitungkan beban berulang yang menimpa sistim pipa. Beban dinamis
ini bisa mengakibatkan terjadinya kegagalan karena faktor lelah atau fatigue.
Namun perhitungan jenis analisis dinamis ini adalah suatu perhitungan yang jarang
dilakukan pada masa engineering suatu proyek.
Dynamic Analysis hanya perlu dilakukan jika dipandang perlu seperti pada masa
commissioning atau antisipasi terjadinya beban dinamis selama masa operasi, atau juga jika
client mensyaratkan adanya perhitungan tersebut.
Selain melakukan perhitungan analisis tegangan pada sistim pemipaan dengan
menggunakan program komputer, grup Piping Stress Engineering ini juga melakukan
perhitungan yang khusus atau spesial kalkulasi dengan menggunakan program lainnya atau
juga dengan melakukan perhitungan secara manual.
Beberapa spesial kalkulasi yang sering dilakukan oleh Piping Stress Engineer adalah
sebagai berikut:
 Branch Reinforcement Calculation
 Trunnion Calculation

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
 Gaya dan Momen pada Nozzle
 Perhitungan Gaya Reaksi pada Relieve Valve
 Slug Load Calculation
 Water Hammer Calculation
 Flange Leak Calculation
 Wind Load Calculation
 Seismic Load Calculation
 Special Support Calculation
3.7 Stress Critical Line List
Stress Critical Line list adalah dokumen yang sangat penting bagi suksesnya pekerjaan
Piping Stress Analysis.
Adalah merupakan tugas seorang Lead Piping Stress Engineer untuk menyiapkan daftar
tersebut yang mempunyai tujuan sebagai berikut:
 Menentukan sistim pemipaan mana yang perlu dilakukan analisis dengan
menggunakan metode formal analysis yang komprehensif atau cukup dengan
metode pende-katan.
 Memonitor perkembangan kemajuan pekerjaan piping stress analysis pada suatu
proyek.
Di dalam memperisapkan "Critical Line List", maka Lead Piping Stress Engineer akan
berpegang kepada aturan yang ter-dapat dalam ASME B31.3 paragaraph 31.4.1, yang
secara jelas telah dinyatakan sistim pemipaan mana saja yang tidak perlu dilakukan analisis
tegangan atau stress analysis dan mana yanq harus dilakukan.
Pada dokumen "Stress Critical Line List" yang disiapkan dan aibuat oleh Lead Piping Stress
Engineer sistim pemipaan dibagi atas tiga kategori, yaitu:

Kategori A: Sistim pemipaan yang masuk dalam kategori ini harus dilakukan formal stress
analysis atau analsis formal. Di beberapa Perusahaan, kategori ini biasanya dibagi lagi atas
dua, yaitu kategori yang paling penting dan yang tidak begitu penting. Namun pada
prinsipnya sama saja, yaitu sama-sama harus dilakukan perhitungan dengan menggunakan
program komputer. Hanya saja masalah prioritas yang membedakan keduanya.

Kategori B: Ini adalah sistim pemipaan yang tidak memerlukan analisis resmi yang
menggunakan program komputer, tetapi bisa dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan tabel, atau diagram.

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
Kategori C: yaitu untuk sistim pemipaan yang sama sekali tidak perlu dilakukan analisis
baik formal analisys maupun metode pendekatan ataupun metode grapfik. Untuk sistim
pemipaan ini cukup dilakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi visual.

4. Perhitungan Tebal Pipa Berdasarkan ASME B31.3


Formula untuk menghitung ketebalan pipa berdasarkan tekanan dalam (internal pressure) ini
merujuk kepada ASME B31.3.
Tugas utama dari sistim pemipaan adalah menghantarkan fluida dari satu tempat ke
teampat lain atau ke tujuan lain.
Selama menjalankan tugas utamanya tersebut sang pipa mengalami banyak kejadian yang
diharapkan bisa ditahan dan dihadapinya, tanpa harus mengalami kegagalan atau failure.
Dimulai dari saat menerima fluida yang mempunyai beraneka ragam tekanan dan
temperature untuk mengalir di dalamnya, kemudian harus menerima beban luar karena
angin dan salju.
Belum lagi kalau karena sesuatu hal sistim secara keseluruhan tiba-tiba harus dihentikan
dari operasinya, sehingga menimbulkan gaya kejut dari fluida yang sedang mengalir yang
tentu saja harus mampu diterima oleh pipa.
Namun parameter yang paling menjadi perhatian, sehingga dengan demikian menjadi basis
perhitungan dan perencanaan pipa adalah tekanan dalam atau juga disebut dengan internal
pressure.
Pipa yang mengalami tekanan dalam atau internal pressure pada prinsipnya mengalami tiga
jenis stress utama yang sudah kita kenal dengan baik dan bekerja pada dinding pipa, yaitu:

 Hoop Stress, juga sering disebut dengan Circumferential atau Tangential Stres
Pada kondisi di mana perbandingan antara diameter luar dengan tebal pipa atau D/t lebih
daripada 20, maka pipa dikategorikan pada pipa berdinding tipis (thin wall pipe).

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
Pada kondisi itu, hoop stress dianggap konstan sepanjang pipa dan mempunyai persamaan
sebagai berikut:
D
h  P t
2
Di mana, P = Design Pressure, psi
D = Outside pipe diameter, in t = pipe wall thickness
 Longitudinal Stress atau juga disebut Axial Stress
Stress jenis ini juga mempunyai nilai yang konstan sepanjang dinding pipa dan besarnya
adalah setengah daripada Hoop Stress, yaitu:

D
l  P t
4

 Radial Stress:

Stress jenis ini mempunyai nilai yang bervariasi sepanjang dinding pipa mulai permukaan
pipa paling dalam sampai sisi paling luar pipa, jika dilihat dari penampangnya.
5.Perhitungan Tebal Pipa Berdasarkan ASMEB31.4dan B31.8
Pada sistim pemipaan yang digunakan untuk distribusi gas maupun liquid, maka
perhitungan tebal pipa menggunakan formula yang terdapat pada ASME B31.4 dan B31.8.
Pemilihan ketebalan pipa untuk pipeline juga menggunakan formula yang sama dengan pipa
pada Process Plant, yaitu yang dikenal dengan nama Hoop Stress.
Hanya saja dalam hal ini nilai PD/2t-nya harus berada di bawah nilai Allowable Stress atau
S.
S=PD/2t
Menurut ASME B31.4 yang mengatur tentang liguid pipeline, mengatakan bahwa nilai S,
Allowable Stress-nya, adalah sebagai berikut:
S = 0.72 Sy E
Di mana,
0.72 = Design Factor.
E = Longitudinal Weld Joint factor, seperti dapat dilihat pada label 1 di bawah
ini.
Sy = Specified minimum yield strength, psi.
Tabel 1. Longitudinal Weld Joint Factors E dari ASME B31.8

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
Khusus untuk daerah tertentu, seperti untuk pipa yang berada di bawah jalan utama atau
pipa di daerah kompresor, maka fack-tor yang digunakan biasanya adalah lebih kecil
daripada faktor di atas. Namun adalah merupakan tugas dari pipeline engineer untuk
merujuk kepada code dan regulasi yang berlaku untuk menentukan berapa design faktor
yang digunakan.

Di dalam melakukan analisis tegangan pada sistim pe-mipaan, maka biasanya ada
persyaratan yang umum dilakukan pada perusahaan EPC, sebagai berikut:
 Untuk perhitungan stress analysis yang mempunyai tem-peratur tinggi (hot), maka
untuk perhitungan Thermal Load, harus menggunakan Modulus Elastisitas pada
maksimum temperatur.
 Sebaliknya untuk pipa dengan fluida bertemperatur rendah atau dingin, maka
perhitungan thermal load harus menggunakan Modulus Elastisitas pada minimum
temperatur.
 Untuk perhitungan Thermal Stress, maka harus menggunakan Modulus Elastisitas
pada temperatur ambient 21.1 C untuk pipa berfluida panas, atau menggunakan
modulus elastisitas pada temperatur minimum untuk pipa berfluida dingin.
5. Thermal Expansion
Secara definisi, Thermal expansion adalah fenomena di mana material logam mengalami
perpanjangan atau peregangan ketika terjadi peningkatan temperatur yang diberikan kepada
material logam tersebut.
Kebanyakan material logam akan memanjang secara propo-sional pada segala arah secara
linear ketika diberi panas. Dengan kata lain, jika pemberian panas tersebut berlaku secara
merata di seluruh bagian, maka perpanjangan dimensi akan berlangsung secara sama pada
seluruh arah.
Perubahan dimensi pada material logam tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
  Le

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
Di mana, e adalah koefisien thermal expansion. Nilai e untuk
hampir seluruh material yang digunakan pada piping industry dapat dilihat Appendix C
ASME Code B31.3.
Diagram di atas adalah diagram yang sangat terkenal, yang disebut dengan kurva
tegangan—regangan, yang mengambil contoh untuk material Low Carbon Steel.
Pada diagram di atas ditunjukkan bawa pada saat stress yang terjadi mencapai suatu titik
tertentu yang disebut juga dengan "Yield Point", ketika tegangan mencapai titik luluh (yield
point) maka deformasi plastis akan segera terjadi.
Fenomena luluh ini mempunyai dua titik luluh, yaitu "Upper Yield Point" dan "Lower Yield
Point", seperti pada diagram di atas.
Bagi Stress Engineer, yang menjadi perhatian adalah besarnya stress pada kondisi
terjadinya maksimum regangan plastis yang diizinkan.

Itulah kondisi yang ditunjukkan pada garis hampir lurus pada kurva di atas, setelah
mencapai titik atas luluh, maka turun drastis menuju titik rendah luluh. Dalam hal ini adalah
titik luluh rendah (lower yield point) yang menjadi Yield Strength atau juga sering disebut
dengan "Proof Stress" dan sering dijadikan basis dalam hal mendapatkan Working Stress
atau Design Stress.
Sedangkan Tensile Strength adalah besarnya stress yang terjadi pada sebuah material
pada "breaking points" atau ada titik di mana material mengalami kegagalan.
Pada beberapa material tensile strength juga adalah ultimate strength, namun pada lain
material ultimate strength tidak selalu ultimate strength.
6.Stress Categories
 Longitudinal Stress
Yaitu Stress yang terjadi akibat Gaya Dalam (Axial Force) + Gaya Tekanan Dalam (Internal
Pressure) + Tegangan Lentur (Bending Stress).
S L  S L1  S L 2  S L3
< SLI=Tegangan Longitudinal akibat Gaya Aksial
FAX
S L1  (PSI)
Am
< SL2 =Tegangan Longitudinal akibat Tekanan Dalam
P  Do
SL2  (PSI)
4t
< SL3 =Tegangan Longitudinal akibat Momen Lentur
Db
S L3  (PSI)
Z

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
Besarnya Longitudinal Stress yang terjadi dibandingkan dengan Code Allowable Stress atau
juga dikenal dengan nama Basic Allowable Stress pada temperatur operasi.
 Hoop Stress (Circumferential Stress)
Yaitu stress yang terjadi akibat gaya yang bekerja tegak lurus terhadap dinding pipa.
Pd o
SH  (PSI)
2t
Formula Hoop Stress ini bisa dikatakan sama untuk sepanjang dinding pipa.
Sama halnya dengan Longitudinal Stress, Hoop Stress ini juga dibandingkan dengan Basic
Allowable Stress pada Temperature Operasi.

Secondary Stress ini disebut juga dengan Expansion Stress atau Displacement Stress
Range, SE Komponen dari Expansion Stress ini adalah Bending Stress (Sb) dan Torsional
Stress (St).

SE  S b
2
 4St
2

Persamaan ini adalah berdasarkan teori geser maksimum (maximum shear theory),
sedangkan besarnya Expansion Stress yang terjadi dibandingkan dengan apa yang disebut
dengan Allowable Stress Range.
Adapun formula untuk masing-masing komponen adalah:

l1M 1 2  lo M 2
Sb  ( psi)
Z
Mt
Sb  ( psi)
2Z
7. Classifications of Loads:

7.1 Primary Loads:


 (i).Sustained Loads,yang timbul terus menerus (continue) selama normal plant
operation.Typical sustained loads yaitu pressure dan weight loads selama normal
operating conditions.
 (ii).Occasional Loads yang kadang kala timbul selama plant operation,misalnya
earthquake,wind,fluid transient seperti water hammer dan relief valve discharge.

Expansion Loads karena displacement of piping seperti thermal expansion,seismic anchor


movement,thermal anchor movement.

7.2 Static loadings:

 1.Weight effect (live and dead loads)


 2.Thermal expansion and contraction effects

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id
 3.Effects of support,anchor,and thermal movements
 4.Internal or external pressure loadings

Daftar Pustaka

1.Sam Kannappan,P.E.,”Introduction to Pipe Stress Analysis”,Publisher John Wiley &


Sons,New York-Chichester-Brisbane-Toronto –Singapore,1986

2.Dony Agustinus ,” Pengantar Piping Stress Analysis dengan CAESAR II”,Entry Augustini
Publisher,London-Jakarta.

3.Popov E.P.,Alih Bahasa :Zainal Astamar Tanisan ,”Mekanika Teknik (Mechanics of


Material) ”,Penerbit Erlangga,1989.

4.Timoshenko,S.,Young D.H.,” Elements of Strength of Materials”,Publisher D.van Nostrad


Company,Maruzen Company,Ltd,1982.

2015 Getaran Mesin Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai