Mdl.08-Pipe Stress - Catagories.v PDF
Mdl.08-Pipe Stress - Catagories.v PDF
Teknik
Pemipaan
08
Teknik Teknik Mesin 13037 DR.Ir.Abdul Hamid,M.Eng
Abstract Kompetensi
Uraian ini membahas tentang analisa dan Setelah memahami materi yang disajikan
perhitungan tegangan axial, tegangan pada modul ini Anda diharapkan mampu
circumferensial,regangan,dan deformasi memahami bahwa berdasarkan ASME,maka
akibat beban aksial, thermal expansi tidak semua pipa harus dianalisa.Ada tiga
termasuk beban moment torsi pada batang katagori pipa yang boleh dan tidak harus
pipa. Pembahasan meliputi axial load dan dianalisa,yaitu:
normal stress,problema-problema dalam Katagori A: harus dilakukan formal
tegangan normal dan geser,serta Allowable stress analysis atau analsis formal.
Stress;Factor of Safety,juga dibahas Katagori B: sistim pemipaan yang
hubungan antara tegangan dan srain suatu tidak memerlukan analisis resmi
material. yang menggunakan program
Pembahasan Pipe Stress Analysis komputer, tetapi bisa dilakukan
disini,dibahas baik berdasarkan ASME dengan menggunakan metode
maupun berdasarkan theoretical Strength of pendekataa tabel, atau
Material. diagram,dan
Hal yang perlu perlu diketahui dan dipahami Katagori C: sistim pemipaan ini
dalam menganalisa pipe stress disini adalah cukup dilakukan pemeriksaan
bahwa berdasarkan ASME,maka tidak dengan cara inspeksi visual.
semua pipa harus dianalisa.Ada tiga
katagori pipa yang boleh dan tidak harus
dianalisa,yaitu:
Katagori A: harus dilakukan formal
stress analysis atau analsis formal.
Katagori B: sistim pemipaan yang
tidak memerlukan analisis resmi
yang menggunakan program
komputer, tetapi bisa dilakukan
dengan menggunakan metode
pendekataa tabel, atau
diagram,dan
Katagori C: sistim pemipaan ini
cukup dilakukan pemeriksaan
dengan cara inspeksi visual.
1. Pendahuluan
Dengan mengerti dan memahami teori dasar, maka di-harapkan seorang stress engineer
akan mengerti apa yang akan dikerjakan, mengetahui apa yang harus disiapkan ketika akan
memulai pekerjaan, tahu persyaratan-persyaratan apa saja yang harus dipenuhi sebelum
mulai menganalisis, dan mampu melakukan perhitungan dengan benar sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
Sehingga ketika menghadapi dan mengatasi setiap permasalahan yang muncul pada saat
melakukan analisis, maka ada kepercayaan diri yang tinggi di dalam mengambil keputusan
untuk mencari solusi atas permasalahan yang dia hadapi.
Teori dasar yang dipandang perlu untuk diketahui dan dipahami dan akan dituliskan di
dalam Modul VIII – XIV , Analisis Pipe Stress disini, adalah sebagai berikut:
2. Tujuan Analisis
Tujuan dilakukannya perhitungan analisis tegangan atau piping stress analysis adalah untuk
memeriksa dan memastikan bahwa sebuah piping system sudah didisain se-flexible
mungkin demi menghindari pergerakan pipa (movement) akibat eskpansi pipa karena
temperatur tinggi atau kontraksi pipa akibat temperatur dingin, yang bisa menyebabkan:
Kategori A: Sistim pemipaan yang masuk dalam kategori ini harus dilakukan formal stress
analysis atau analsis formal. Di beberapa Perusahaan, kategori ini biasanya dibagi lagi atas
dua, yaitu kategori yang paling penting dan yang tidak begitu penting. Namun pada
prinsipnya sama saja, yaitu sama-sama harus dilakukan perhitungan dengan menggunakan
program komputer. Hanya saja masalah prioritas yang membedakan keduanya.
Kategori B: Ini adalah sistim pemipaan yang tidak memerlukan analisis resmi yang
menggunakan program komputer, tetapi bisa dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan tabel, atau diagram.
Hoop Stress, juga sering disebut dengan Circumferential atau Tangential Stres
Pada kondisi di mana perbandingan antara diameter luar dengan tebal pipa atau D/t lebih
daripada 20, maka pipa dikategorikan pada pipa berdinding tipis (thin wall pipe).
D
l P t
4
Radial Stress:
Stress jenis ini mempunyai nilai yang bervariasi sepanjang dinding pipa mulai permukaan
pipa paling dalam sampai sisi paling luar pipa, jika dilihat dari penampangnya.
5.Perhitungan Tebal Pipa Berdasarkan ASMEB31.4dan B31.8
Pada sistim pemipaan yang digunakan untuk distribusi gas maupun liquid, maka
perhitungan tebal pipa menggunakan formula yang terdapat pada ASME B31.4 dan B31.8.
Pemilihan ketebalan pipa untuk pipeline juga menggunakan formula yang sama dengan pipa
pada Process Plant, yaitu yang dikenal dengan nama Hoop Stress.
Hanya saja dalam hal ini nilai PD/2t-nya harus berada di bawah nilai Allowable Stress atau
S.
S=PD/2t
Menurut ASME B31.4 yang mengatur tentang liguid pipeline, mengatakan bahwa nilai S,
Allowable Stress-nya, adalah sebagai berikut:
S = 0.72 Sy E
Di mana,
0.72 = Design Factor.
E = Longitudinal Weld Joint factor, seperti dapat dilihat pada label 1 di bawah
ini.
Sy = Specified minimum yield strength, psi.
Tabel 1. Longitudinal Weld Joint Factors E dari ASME B31.8
Di dalam melakukan analisis tegangan pada sistim pe-mipaan, maka biasanya ada
persyaratan yang umum dilakukan pada perusahaan EPC, sebagai berikut:
Untuk perhitungan stress analysis yang mempunyai tem-peratur tinggi (hot), maka
untuk perhitungan Thermal Load, harus menggunakan Modulus Elastisitas pada
maksimum temperatur.
Sebaliknya untuk pipa dengan fluida bertemperatur rendah atau dingin, maka
perhitungan thermal load harus menggunakan Modulus Elastisitas pada minimum
temperatur.
Untuk perhitungan Thermal Stress, maka harus menggunakan Modulus Elastisitas
pada temperatur ambient 21.1 C untuk pipa berfluida panas, atau menggunakan
modulus elastisitas pada temperatur minimum untuk pipa berfluida dingin.
5. Thermal Expansion
Secara definisi, Thermal expansion adalah fenomena di mana material logam mengalami
perpanjangan atau peregangan ketika terjadi peningkatan temperatur yang diberikan kepada
material logam tersebut.
Kebanyakan material logam akan memanjang secara propo-sional pada segala arah secara
linear ketika diberi panas. Dengan kata lain, jika pemberian panas tersebut berlaku secara
merata di seluruh bagian, maka perpanjangan dimensi akan berlangsung secara sama pada
seluruh arah.
Perubahan dimensi pada material logam tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Le
Itulah kondisi yang ditunjukkan pada garis hampir lurus pada kurva di atas, setelah
mencapai titik atas luluh, maka turun drastis menuju titik rendah luluh. Dalam hal ini adalah
titik luluh rendah (lower yield point) yang menjadi Yield Strength atau juga sering disebut
dengan "Proof Stress" dan sering dijadikan basis dalam hal mendapatkan Working Stress
atau Design Stress.
Sedangkan Tensile Strength adalah besarnya stress yang terjadi pada sebuah material
pada "breaking points" atau ada titik di mana material mengalami kegagalan.
Pada beberapa material tensile strength juga adalah ultimate strength, namun pada lain
material ultimate strength tidak selalu ultimate strength.
6.Stress Categories
Longitudinal Stress
Yaitu Stress yang terjadi akibat Gaya Dalam (Axial Force) + Gaya Tekanan Dalam (Internal
Pressure) + Tegangan Lentur (Bending Stress).
S L S L1 S L 2 S L3
< SLI=Tegangan Longitudinal akibat Gaya Aksial
FAX
S L1 (PSI)
Am
< SL2 =Tegangan Longitudinal akibat Tekanan Dalam
P Do
SL2 (PSI)
4t
< SL3 =Tegangan Longitudinal akibat Momen Lentur
Db
S L3 (PSI)
Z
Secondary Stress ini disebut juga dengan Expansion Stress atau Displacement Stress
Range, SE Komponen dari Expansion Stress ini adalah Bending Stress (Sb) dan Torsional
Stress (St).
SE S b
2
4St
2
Persamaan ini adalah berdasarkan teori geser maksimum (maximum shear theory),
sedangkan besarnya Expansion Stress yang terjadi dibandingkan dengan apa yang disebut
dengan Allowable Stress Range.
Adapun formula untuk masing-masing komponen adalah:
l1M 1 2 lo M 2
Sb ( psi)
Z
Mt
Sb ( psi)
2Z
7. Classifications of Loads:
Daftar Pustaka
2.Dony Agustinus ,” Pengantar Piping Stress Analysis dengan CAESAR II”,Entry Augustini
Publisher,London-Jakarta.