Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting
dalam perekonomian Indonesia terutama dalan pembentukan Produk Domestik
Bruto (PDB) (Handyoko, 2011). Hortikultura sebagai salah satu subsector
pertanian, menempati urutan kedua setelah tanaman pangan dalam struktur
pembentukan PDB sektor pertanian. Petani sebagai pelaksana mengharap
produksi yang lebih besar lagi agar memperoleh pendapatan yang besar pula.
Untuk itu, petani menggunakan tenaga, modal dan sarana produksinya sebagai
umpan untuk mendapatkan produksi yang diharapkan. Ada kalanya produksi yang
diperoleh justru lebih kecil dan sebaliknya ada kalanya produksi yang diperoleh
lebih besar.
Menurut Mulyadi (2015) dan Usman (2011), struktur biaya adalah
komposisi biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi barang atau jasa.
Pengelolaan struktur biaya berkaitan dengan bagaimana mengefisiensikan semua
biaya dalam usahatani sehingga biaya yang dikeluarkan petani tidak besar.
Efisiensi biaya perlu dilakukan agar penerimaan, produksi, dan harga lebih besar
dari titik impas sehingga usahatani menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan.
Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat
memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan upah
tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak
ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan struktur biaya dan pendapatan usahatani?
2) Bagaimana pendekatan analisis biaya dan pendapatan?
3) Bagaimana cara menghitung pendapatan?
4) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pendapatan?

1
C. TUJUAN
1) Memahami tentang struktur biaya dan pendapatan usahatani
2) Mengetahui tentang pendekatan analisis biaya dan pendapatan
3) Mengetahui cara menghitung pendapatan usahatani
4) Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pendapatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. STRUKTUR BIAYA
Konsep biaya memiliki hubungan yang sangat erat dengan konsep
produksi. Biaya dalam pengertian ekonomi produksi adalah beban atau
pengorbanan yang harus ditanggung oleh produsen untuk menyelenggarakan
proses produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang. Pengertian beban yang harus
ditanggung meliputi semua bentuk pengeluaran uang maupun yang bukan
pengeluaraan uang nyata. Menurut Mulyadi (2005) dan Usman (2011) dalam
Asmara, Purnamadewi, dan Meiri (2014), struktur biaya adalah komposisi biaya
yang dikeluarkan dalam memproduksi barang atau jasa. Struktur biaya
berdasarkan perilaku biaya dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak berubah secara total seiring
berubahnya produk. Biaya variabel adalah biaya yang totalnya berubah-ubah
dengan berubahnya produk.
Menurut Rahardja dan Manurung (2008), perilaku biaya produksi
dibedakan menjadi prilaku biaya jangka pendek (short run) dan biaya jangka
panjang (long run). Pada biaya jangka pendek dikenal pemisahan biaya tetap dan
biaya variabel sedangkan pada biaya jangka panjang semua biaya merupakan
biaya variabel. Sebelum melakukan investasi, dalam situasi jangka panjang ia
dapat memilih salah satu dari sekian banyak kemungkinan investasi yang berbeda-
beda. Setelah investasi tersebut ditentukan oleh produsen dan dana telah
ditanamkan ke dalam suatu peralatan capital tetap maka produsen tersebut berada
dalam situasi jangka pendek. Kondisi ini mengakibatkan produsen akan
berproduksi dalam jangka pendek dan merencanakan dalam jangka panjang.
Menurut Nicholson (1995), perluasan skala usaha akan selalu disertai dengan
penurunan biaya rata-rata per unit atau disebut skala usaha ekonomis sehingga
skala usaha yang paling efisien akan memiliki struktur biaya terendah.
Menurut Case dan Ray (2007), semua perusahaan baik itu kompetitif
maupun non kompetitif membutuhkan biaya yang harus ditanggung. Biaya

3
tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (Fix Cost) adalah
segala biaya yang tidak tergantung pada tingkat output perusahaan. Biaya ini tetap
timbul meskipun perusahaan tidak memproduksi apapun. Tidak ada biaya tetap
dalam jangka panjang. Biaya variabel (Variabel Cost) adalah biaya yang
tergantung pada tingkat produk yang dipilih. Biaya total (Total Cost) adalah biaya
tetap ditambah dengan biaya variabel.
Fungsi biaya menggambar hubungan antara besarnya biaya dengan
tingkat produksi (Gambar 7.1.a) yang digambarkan dengan garis TC (total cost).

Biaya (C) dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC = fixed cost), yaitu
biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi (y), dan biaya variabel
(VC = variable cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya
produksi. Seperti pada fungsi produksi, pada biaya ini dikenal konsep biaya
marjinal (MC = Marjinal cost) yaitu perubahan biaya per kesatuan perubahan
produksi, dan biaya rata-rata (AC = averge cost) yaitu biata per kesatuan produksi
(Gambar 7.1.b).
TC = TFC + TVC..................................................(1)
Pada biaya tetap terdapat biaya tetap total (TFC = Total Fixed Cost) dan
biaya tetap rata-rata (AFC = Averable Fixed Cost). Biaya tetap total (TFC) adalah
total semua biaya yang tidak berubah sesuai output, meskipun outputnya nol.
Biaya tetap rata-rata (AFC) adalah biaya tetap total dibagi dengan jumlah unit
output; suatu ukuran biaya tetap per unit.
AFC = TFC/q.........................................................(2)
Biaya variabel total (TVC = Total Variabel Cost) yaitu total semua biaya
yang beragam sesuai output dalam jangka pendek.

4
AVC = TVC/q.......................................................(3)
Biaya marjinal (MC = Marginal Cost) yaitu peningkatan biaya total
karena produksi satu unit output tambahan, biaya marjinal mencerminkan biaya
variabel. Biaya variabel rata-rata (AVC) yaitu biaya variabel total dibagi dengan
jumlah unit output
AVC = TVC/q.......................................................(4)
Biaya total (TC) yiatu jumlah dari biaya tetap total dan biaya variabel
total
TC = TFC + TVC..................................................(5)
Biaya total rata-rata (ATC) yaitu biaya total dibagi dengan jumlah unit
output (q).
ATC = TC//q..........................................................(6)
Berikut adalah contoh biaya usahatani di Kabupaten Bantul pada tahun 2003.
Tabel 7.1 Biaya Usahatani Tahun 2003 di Kabupaten Bantul Dengan Luas Lahan
0, 1

HA Biaya (Rp)
Produksi Biaya Rata- Biaya Rata- Total
No Komoditi
(kg) Tetap Rata Variabel Rata Biaya
(FC) (AFC) (VC) (AVC) (TC)
Padi Sawah
1 (MK I) 639,26 33,333 52,39 366.100 636,33 399.433
2 Jagung 201,55 7,550 37,46 160.770 379,86 168.320
3 Kedelai 91,47 15.013 164,13 66.473 660,64 81.486
4 Kacang tanah 395,52 39.706 100,39 553.019 776,78 592.725
5 Bawang merah 802,91 170,633 212,51 1.390.303 1.154,40 1.560.936

Menurut Hanafie (2010), struktur biaya dapat dibedakan menjadi:


1) Biaya Uang dan Biaya In-Nature
Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya yang berupa uang
tunai, dan biaya yang dibayarkan dalam bentuk in-nature (misalnya, biaya
panen, bagi hasil, sumbangan dan pajak). Besar kecilnya biaya yang
berupa uang tunai sangat mempengaruhi pengembangan usahatani.

5
2) Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Pada jangka pendek, biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah semua jenis biaya yang besar
kecilnya tidak bergantung dengan besarnya produksi. Misalnya sewa tanah
yang berupa uang atau pajak, yang penentuannya berdasarkan luas lahan.
Jumlah biaya tetap adalah konstan. Biaya variabel adalah biaya yang
besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi.
3) Biaya Rata-Rata, Biaya Marjinal, dan Pendapatan Marjinal
Biaya rata-rata adalah biaya produksi total dibagi dengan jumlah produksi.
Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produksi. Biaya total sering kali belum memasukkan nilai tenaga kerja
keluarga dan lain lain dalam keluarga sendiri yang dimasukkan dalam
proses produksi yang sukar ditafsir nilainya. Biaya batas adalah tambahan
biaya yang harus dikeluarkan petani untuk menghasilkan satu kesatuan
tambahan nilai produksi. Tambahan biaya untuk memproduksi tambahan
satu unit disebut biaya marjinal.
Menurut Sugiarto et al (2007), perhitungan biaya total dan biaya per unit
yang dikeluarkan dalam suatu produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
TC = TFC + TVC ………………………….........(8)
AC = TC/Q.......…………………………………..(9)
AFC =TFC/Q ……………………………..…......(10)
AVC =TVC/Q..... ..…………………………..…(11)
Keterangan :
TC = Total biaya produksi (Rp)
TFC = Total biaya tetap (Rp)
TVC = Total biaya variabel (Rp)
AC = Biaya total rata-rata (Rp/unit output)
AFC = Biaya tetap rata-rata (Rp/unit output)
AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp/unit output)
Q = Output

6
Menurut Suripatty (2011), untuk mencari persentase dari setiap struktur
biaya digunakan rumus :
P = NTFC x NTVC/NTC  100 % .....................(11)
Keterangan :
P = Persentase dari struktur biaya produksi (persen)
NTFC = Nilai dari tiap komponen biaya tetap (Rp)
NTVC = Nilai dari tiap komponen biaya variabel (Rp)
NTC = Nilai dari total biaya produksi (Rp)

B. PENDAPATAN USAHATANI
Menurut Subandriyo (2016), pendapatan kotor merupakan seluruh
pendapatan yang diterima dari semua cabang usahatani yang dapat diperhitungkan
dari hasil penjualan. Pendapatan hasil adalah sebagian dari pendapatan kotor yang
dianggap sebagai bunga seluruh modal dipergunakan dalam usahatani, pendapatan
hasil dapat diperhitungan dengan mengurangkan pendapatan kotor dengan biaya
pengusahaan. Pendapatan petani adalah sebagian dari pendapatan kotor yang
karena tenaga keluarga dan kecukupannya memimpin usaha dari kekayaan sendiri
yang digunakan dalam usahatani menjadi hak keluarga yang dapat dikonsumsi
petani tanpa mengurangi kekayaan.
Pendapatan keluarga besarnya dinyatakan dalam jumlah uang dalam satu
hari kerja, ukuran ini biasanya digunakan dalam memenuhi keberhasilan usahatani
yang menghasilkan jenis produk yang tidak dipergunakan untuk kepentingan
rumah tangga tetapi dijual. Menurut Wahyudi, dkk (2008), penerimaan bersih
usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaraan. Penerimaan
bersih ini menunjukkan besarnya uang yang diterima petani setelah semua biaya
dibiarkan dan pinjaman dilunasi. Hal ini menunjukkan besarnya imbalan yang
diterima setelah diterima setelah jasa sumber daya keluarga dicurahkan untuk
mengelola proyek usahatani.
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan merupakan selisih antara
penerimaan dengan biaya produksi. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara
jumlah produksi dengan harganya (harga produk tersebut), sedangkan biaya

7
produksi merupakan hasil perkalian antara jumlah faktor produksi dengan
harganya (harga faktor produksi tersebut). Secara matematis keuntungan
dirumuskan :
π = PT – BT = y . py – X . pX................................(19)
Keterangan:
Π = Pendapatan (keuntungan)
PT = Penerimaan total
BT = Biaya total
y = Produksi
Py = Harga satuan produksi
X = Faktor produksi
Px = Harga faktor produksi
Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus (Soekartawi, 1995):
П = TR-TC..........................................................(20)
Keterangan:
П = Pendapatan (Rp)
TR = Penerimaan (Rp)
TC = Biaya Total (Rp)
Usahatani dapat diketahui menguntungkan atau tidak secara ekonomi
melalui analisis Return Cost Ratio (R/C rasio). R/C merupakan perbandingan
(nisbah) antara penerimaan dan biaya. Usahatani dikatakan menguntungkan jika
penerimaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan biaya produksi,
dimana perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi selalu lebih besar
dari satu.

C. PENDEKATAN ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN


Pendekatan menghitung biaya dan pendapatan dalam usahatani dapat
digunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan nominal (nominal approach),
pendekatan nilai yang akan datang (future value approach), dan pendekatan nilai
sekarang (present value approach),

8
1. Pendekatan nominal
Pendekatan nominal tanpa menghitungkan nilai uang menurut waktu
(time value of money) tetapi yang dipakai adalah harga yang berlaku,
sehingga dapat langsung dihitung jumlah pengeluaran dan jumlah
penerimaan dalam suatu periode proses produksi. Formula menghitung
pendapatan nominal adalah sebagai berikut.
Penerimaan – Biaya Total = Pendapatan
Penerimaan = Py.Y
Py = Harga produksi (Rp./kg)
Y = Jumlah produksi (kg)
Biaya total = Biaya tetap + biaya variabel
(TC) = (FC) + (VC)
Tabel 7.2 adalah contoh kasus usahatani dalam menghitung
pendapatan nominal. Usahatani kacang tanah seluas 0,1 ha dalam satu
musim tanam (4 bulan), biaya-biaya yang dikeluarkan, dan penerimaan
tersaji sebagai berikut.

Tabel 7.2 Biaya, Penerimaan, Dan Pendapatan Satu Periode Usahatani


Kacang Tanah Di Kabupaten Bantul 0,I Hektar
No Uraian Bulan (Rp)
1 2 3 4 Total
1 Pengeluaran 290.725 75.000 75.000 152.000 592.725
2 Penerimaan - - - - 1.300.830
3 Pendapatan - - - - 708.105

Dari Tabel 7.2 dapat dihitung biaya dan pendapatan usahatani


tanpa memperghitungkan nilai waktu uang (time value of money).
Pendekatan nominal menganggap nilai uang kapan pun dikeluarkan atau
diterima sama.
Pendekatan nominal sangat sederhana dan mudah tetapi mengandung
kelemahan, jika pada kenyataannya petani memanfaatkan modal luar berupa
pinjaman atau kredit maka atas pinjaman tersebut pasti dikenakan bunga.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat digunakan pendekatan yang
memperhatikan nilai uang yaitu future value approach dan present value

9
approach. Jika dipakai nilai uang atau time value of money maka besarnya
tingkat bunga akan berpengaruh pada nilai uang terkait dengan waktu
contoh perhitungannya adalah sebagai berikut :
a. Metode present value

PV = Po = Pt gunakan discounting tables


b. Metode furure value
FV = (1 + i)t Pt = Po (1 + i)t gunakan coumpounding tables

Dari rumus tersebut dapat dilihat ketiga perbedaan sebagai berikut :

Nominal (Harga yang Future Value (Nilai yang Present Valus (Nilai
berlaku) akan datang) sekarang)
(i + 0%) (1 + i)t (1+ i)t

(1+0)0=10 (1+0)0=1 1
1+0)1 = 11 1+0)1 = 1,01 0,99
1+0)2 = 12 1+0)2 = 1,02 0,98
1+0)3 = 13 1+0)3 = 1,03 0,97
dst Dst Dst

2. Pendekatan Future value


Pendekatan ini memperhitungkan semua pengeluaran dalam proses
produksi dibawa ke nanti pada saat panen atau saat akhir proses produksi.
Serta tingkat bunga sangat berpengaruh pada besarnya biaya dan pendapatan
yang diperhitungkan.
3. Pendekatan present value
Pendekatan ini memperhitungkan semua pengeluaran dan penerimaan
dalam proses produksi di bawah ke saat awal atau sekarang saat dimulainya
proses produksi.

Dari ketiga pendekatan tersebut dapat dipilih pendekatan yang akan


dipakai dalam menghitung biaya dan pendapatan usahatani. Pendekatan nominal
memang sederhana dan mudah, tetapi mengabaikan nilai waktu uang. Bagi
usahatani yang menggunakan modal sendiri, pendekatan nominal tidak

10
bermasalah karena pada dasarnya memang tidak memperhitungkan bunga modal
sendiri, tetapi bagi usahatani yang menggunakan modal luar (kredit usahatani dan
kredit yang lain) nilai waktu uang sangat penting karena uang sekarang mempuyai
kelebihan dapat menghasilkan bunga. Kesemuanya itu dipakai sebagai bahan
pertimbangan dalam penggunaan modal.

D. CARA MEMPERHITUNGKAN PENDAPATAN


Menurut Hadisapoetro (1973) untuk memperhitungkan biaya dan
pendapatan dalam usahatani diperlukan beberapa pengertian sebagai berikut.
1. Pendapatan kotor atau penerimaan
Adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu
periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali (Rp).
Pendapatan kotor = Jumlah produksi x Harga per kesatuan
(Y) x (Py)
a. Biaya alat-alat luar
Merupakan semua korbanan yang dipergunakan untuk menghasilkan
pendapatan kotor kecuali upah tenaga keluarga, bunga seluruh aktiva yang
dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha sendiri (Rp).
Biaya=biaya saprodi + biaya tenaga kerja luar + biaya lain-lain yang berupa
pajak (PBB), iuran air, selamatan, penyusutan alat-alat.
b. Biaya mengusahakan
Merupakan biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga keluarga sendiri
diperhitungkan berdasar upah pada umumnya (Rp).
c. Biaya menghasilkan
Merupakan biaya mengusahakan ditambahkan bunga dari aktiva yang
dipergunakan dalam usahatani.
d. Pendapatan bersih
Adalah selisih dari pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. (Rp)

e. Pendapatan petani

11
Meliputi upah tenaga keluarga sendiri, upah petani sebagai manajer, bunga
modal sendiri, dan keuntungan. Atau pendapatan kotor dikurangi biaya alat-
alat luar dan bunga modal luar (Rp).
f. Pendapatan tenaga keluarga
Merupakan selisih dari pendapatan petani dikurangi dengan bunga modal
sendiri (Rp/jam kerja orang).
g. Keuntungan atau kerugian petani
Merupakan selisih dari pendapatan petani dikurangi dengan upah keluarga
dan bunga modal sendiri (Rp).

Usahatani keluarga (family farms) bertujuan akhir pendapatan petani,


sehingga apabila pendapatan masih positif maka usahatani masih berjalan terus.
Hal ini disebabkan petani petani tidak mungkin mogok kerja. Petani pada
umumnya sulit memasuki dunia kerja yang serba teratur waktunya dan diperintah
oleh orang lain. Bagaimana pun petani adalah tuan lahan garapannya, tidak dapat
dan tidak terbiasa diperintah maupun diatur pihak lain. Inilah uniknya perhitungan
dengan memakai pendekatan pendapatan petani karena sepanjang semua normal
pendapatan petani pasti positif sehingga dapat dan mudah diterima. Sebaliknya,
jika pendekatan keuntungan maka belum tentu positif (rugi), meskipun demikian
kenyataannya usahatani tetap jalan terus.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA DAN


PENDAPATAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan
sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua
golongan sebagai berikut :
1. Faktor Internal dan eksternal
Faktor internal maupun faktor eksternal akan bersama-sama
mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani. Ditinjau dari segi umur,
semakin tua akan semakin berpengaruh biaya dan pendapatan usahatani.
Ditinjau dari segi umur, semakin tua akan semakin berpengalaman sehingga
semakin menurun kemampuan fisiknya sehingga semakin memerlukan bantuan

12
tenaga kerja, baik dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Pendidikan,
terutama pendidikan non-formal, misalnya kursus kelompok tani, penyuluhan,
demplot, stui banding, dan pertemuan selapanan (35 hari sekali di Jawa) akan
membuka cakrawala petani, menambah keterampilan dan pengalaman petani
dalam mengelola usahataninya. Hal ini sangat diperlukan mengingat sebagian
besar petani berpendidikan formal rendah.
Jumlah tenaga kerja dalam keluarga akan berpengaruh langsung pada
biaya. Semakin banyak menggunakan tenaga kerja keluarga maka semakin
sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja luar keluarga.
Namun demikian, tidak semua hal berlaku seperti ini. Ada pekerjaan atau
kegiatan tertentu mengejar waktu sehubungan dengan iklim maka harus
meminta bantuan tenaga kerja luar yang berarti haru mengeluarkan biaya.
Petani lahan sempit dengan tenaga kerja keluarga yang tersedia, dapat
menyelesaikan pekerjaan usahataninya tanpa menggunakan tenaga kerja luar
yang diupah. Dengan demikian, biaya per usahatani menjadi rendah. Namun
jika lahan garapan lebih luas belum tentu tenaga kerja keluarga mampu
mengerjakan semua. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor musim dan
tanam serempak sehingga segala kegiatan usahatani harus dapat diselesaikan
tepat waktu dengan tenaga kerja luar. Biaya usahatani menjadi lebih tinggi
karena harus memanfaatkan tenaga kerja luar yang ndiupah.
Modal yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani sebagai
manajer dan juru tani dalam mengelola usahataninya. Jenis komoditas yang
akan diusahakan tergantung modal karena ada komoditas yang padat modal
sehingga memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk mengusahakannya.
Demikian pula seberapa besar tingkat penggunaan faktor produksi tergantung
pada modal yang tersedia, Sebagai juru tani harus tahu persis banyaknya
masing-masing faktor produksi yang diperlukan. Oleh karena biasanya petani
sebagai manajer tidak dapat menyediakan dana maka terpaksa penggunaan
faktor produksi tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya. Akibatnya,
produktivitas rendah dan pendapatan juga rendah.

13
Faktor eksternal dari segi faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal,
yaitu ketersediaan dan harga. Lain halnya dengan faktor internal yang pada
umumnya dapat diatasi petani. Faktor ketersediaan dan harga faktor produksi
benar-benar tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai individu berapapun dana
tersedia. Namun, jika faaktor produksi berupa pupuk tidak tersedia atau
langkah di pasaran maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi.
Demikian pula jika harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau.
Semuanya itu pasti berpengaruh pada biaya, produktivitas, dan pendapatan dari
usahatani.
Demikian juga dari segi produksi (output). Jika permintaan akan
produksi tinggi maka harga di tingkat petani tinggi pula sehingga dengan biaya
yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Sebaliknya,
jika petani telah berhasil meningkatkan produksi, tetapi harga turun maka
pendapatan petani akan turun pula. Dari Gambar 7.2 tersebut jelas bahwa
secara bersama-sama faktor internal dengan faktor eketernal akan berpengaruh
pada biaya dan pendapatan usahatani.

2. Faktor Manajemen
Di samping faktor internal dan eksternaal maka manajemen juga sangat
menentukan. Dengan faktor internal tertentu maka petani harus dapat
mengantisipasi faktor eksternal yang selalu berubah-ubah dan tidak
sepenuhnya dapat dikuasai. Petani sebagai manajer harus dapat mengambil
keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil
yang memberikan pendapatan yang optimal. Sebagai juru tani harus dapat
melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya, yaitu penggunaan faktor
produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang
setinggi-tingginya.
Dalam pelaksanaannya sangat diperlukan berbagai informasi tentang
kombinasi faktor produksi dan informasi harga baik hargaa faktor produksi
maupun produk. Dengan bekal informasi tersebut petani dapat segera
mengantisipasi perubahan yang ada agar tidak salah pilih dan merugi.

14
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Menurut Mulyadi (2005) dan Usman (2011) dalam Asmara, Purnamadewi,
dan Meiri (2014), struktur biaya adalah komposisi biaya yang dikeluarkan
dalam memproduksi barang atau jasa.
2. Struktur biaya berdasarkan perilaku biaya dibedakan menjadi biaya tetap
dan biaya variabel.
3. Pendapatan petani adalah sebagian dari pendapatan kotor yang karena
tenaga keluarga dan kecukupannya memimpin usaha dari kekayaan sendiri
yang digunakan dalam usahatani menjadi hak keluarga yang dapat
dikonsumsi petani tanpa mengurangi kekayaan.

B. SARAN
Bagi petani dan kelompok tani diharapkan untuk lebih meningkatkan
kinerja usahatani dengan mengaktifkan kembali kelompok tani yang pasif dalam
kegiatan usahatani agar bisa menghasilkan pendapatan yang berguna untuk
keluarga.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ken Suratiyah. 2015. Ilmu Usahatani (Edisi Revisi). Penebar Swadaya.


Yogyakarta.

http://digilib.unila.ac.id/54738/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf

http://digilib.unila.ac.id/54738/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai