Anda di halaman 1dari 14

Journal of Indonesian History 8 (2) (2019)

Journal of Indonesian History

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih

Sejarah Pengeboman Candi Borobudur Tahun 1985: Tinjauan Sejarah Sosial


Politik di Indonesia

Angga Novian Pratama , Ibnu Sodiq, dan Andy Suryadi

Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang, Semarang-Indonesia


Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Sejarah Perpolitikan di Indonesia khususnya Orde Baru memang tidak terlepas dari konflik antara
Diterima September 2019 Islam dan negara terutama masalah ideologi. Hal tersebut terlihat ketika pemerintahan Orde Baru
Disetujui Desember 2019 menerapkan strategi politik yang tidak aspiratif terhadap Islam, salah satunya asas tunggal
Dipublikasikan Desember Pancasila. Ketidaksamaan pandangan politik dengan pemerintah menimbulkan berbagai reaksi dan
2019 perlawanan dari kalangan Islam radikal. Salah-satunya peristiwa pengeboman Candi Borobudur
________________ tahun 1985. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yaitu (1)
Keywords: Heuristik, (2) Kritik Sumber, (3) Interpretasi, dan (4) Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan
Bombing, Borobudur Tem- bahwa terdapat faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa pengeboman Candi
ple, Social History. Borobudur, yaitu (1) Faktor politik, yang mana pengeboman tersebut merupakan bentuk reaksi dari
____________________ berbagai kebijakan Orde Baru yang dianggap meminggirkan Islam, (2) Faktor sosial, munculnya
rasa ketidakadilan yang dilakukan pemerintah dalam tragedi Tanjung Priok 1984, (3) Faktor emosi
keagamaan dan ideologi, yaitu keinginan melakukan revolusi seperti di Iran dengan cara balas
dendam melakukan aksi pengeboman. Penanganan pemerintah terhadap kasus ini membutuhkan
waktu selama dua bulan, hingga terjadi peristiwa meledaknya Bus Pemudi Ekspres yang berujung
penangkapan pelaku. Pengeboman ini mengakibatkan rusaknya sembilan stupa Candi Borobudur
yang berujung pada pemugaran dan peningkatan sistem keamanan kawasan candi. Peristiwa ini juga
berdampak pada bidang ekonomi pariwisata, sosial, dan politik di Indonesia.

Abstract
___________________________________________________________________
The history of politics in Indonesia, especially Orde Baru is indeed inseparable from the conflict between Islam
and the state, especially the problem of ideology. This was seen when the Orde Baru applied a non-aspirational
political strategy to Islam, one of them is asas tunggal Pancasila. The inequality of political views with the
government caused various reactions and resistance from radical Islamists. One of the incidents is the Borobudur
Temple bombing in 1985. The methods used in this study were historical research methods, this is: (1) Heuristics,
(2) Source Criticism, (3) Interpretation, and (4) Historiography. The results of this study indicate that there are
factors underlying the occurrence of the Borobudur Temple bombing, this is: (1) Political factors, the reactions of
various Orde Baru policies which were considered to marginalize Islam, (2) Social factors, the emergence of a
sense of injustice conducted by the government in the Tanjung Priok tragedy 1984, (3) Religious and ideological
emotional factors, the desire to carry out a revolution like in Iran by revenge for bombing. The handling of the
government in this case took two months, until the incident of Pemudi Express Bus exploded which resulted in
the arrest of the perpetrators. This bombing resulted in the destruction of nine Borobudur Temple stupas which
led to the restoration and improvement of the temple area security system. This incident also had an impact on
the tourism, social and political economy in Indonesia.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6633
Ruang Jurnal Sejarah, Gedung C5 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: angganovian24@gmail.com

121
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

PENDAHULUAN Bandung dan pembajakan pesawat Garuda, DC-


Sejarah Perpolitikan di Indonesia khususnya 9, Wolya (Tim LIPI, 2001:110).
Orde Baru memang tidak terlepas dari konflik Perlawanan terhadap Soeharto muncul
antara Islam dan negara terutama masalah ketika pemerintah Orde Baru mengeluarkan
ideologi. Ketidaksamaan pandangan politik berbagai kebijakan yang dianggap anti-Islam
dengan pemerintan menimbulkan berbagai reaksi seperti masuknya Aliran Kepercayaan ke dalam
dari umat Islam. Salah satunya adalah GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara), dan
radikalisme agama yang dilakukan oleh gerakan rencana penetapan Pancasila sebagai asas
Islam garis keras. Gerakan ini telah muncul pada tunggal bagi partai politik dan organisasi
masa kemerdekaan Indonesia, bahkan dapat kemasyarakatan. Gagasan untuk menjadikan
dikatakan sebagai akar gerakan Islam garis keras Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
era Orde Baru dan reformasi. Gerakan dimaksud kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
adalah Darul Islam (DI) atau Negara Islam bernegara ini dilontarkan Presiden Soeharto
Indonesia (NII). DI adalah sebutan terhadap dalam pidatonya diberbagai acara ataupun
pemberontakan kelompok Islamis pada 1950-an kegiatan-kegiatan kenegaraan. Kelompok Islam
yang basis perlawanannya terutama di Jawa oposisi terus melanjutkan perlawanan terhadap
Barat. Gerakan ini kemudian menyebar ke rezim Orde Baru yang akan membuat Undang-
beberapa daerah seperti Aceh dan Sulawesi Undang (UU) yang memaksakan Pancasila
Selatan dengan tokoh utamanya Sekarmadji sebagai satu-satunya asas bagi partai politik dan
Maridjan Kartosoewirjo. Gerakan ini berhasil organisasi masyarakat. Kekacauan politik terjadi
ditaklukkan oleh pemerintah Indonesia pada pada paruh terakhir 1984. Puncaknya, terjadi
1962. (Solahudin, 2011: 2). insiden Tanjung Priok dimana umat Islam yang
Pada dasarnya perkembangan yang anti-asas tunggal ditembaki tentara. Perlawanan
berlangsung di dalam gerakan-gerakan ini berujung pada pemberontakan antara aparat
keagamaan radikal semakin kompleks. Seiring keamanan dengan massa anti-asas tunggal
dengan berjalannya waktu maka dinamika didaerah Tanjung Priok yang memakan korban
gerakan Islam radikal juga semakin bervariasi. ratusan jiwa. Namun, pada pengumuman yang
Terdapat berbagai gerakan sempalan yang dilakukan pemerintah pasca tragedi Tanjung
memiliki karakteristik pemikiran dan orientasi Priok ini menjadi kontoversial.
gerekan yang berbeda-beda. Selain basis Upaya pemerintah menutup-nutupi
sosialnya juga beragam, mulai yang berkembang insiden berdarah ini bukannya meredakan
di tengah masyarakat umum sampai yang kemarahan orang, malahan makin menyulut
tumbuh di lingkungan kaum terpelajar, terutama kemarahan dan kebencian para aktifis muslim
di perguruan tinggi (Mubarak, 2008:71). kepada pemerintah. Beberapa pekan setelah
Pada tahun 1976-1981-an, terjadilah tragedi berdarah Tanjung Priok tepatnya awal
berbagai aksi teror yang dilakukan gerakan Islam Oktober 1984, tiga bom meledak dikawasan
radikal yang terjadi di berbagai wilayah di bisnis yang didominasi etnis Cina di Jakarta,
Indonesia. Periode ini dikenal dengan sebutan yang merusak dua bank BCA (Bank Central
Periode Komando Jihad. Tujuan kelompok ini Asia) milik liem Sioe Liong, salah seorang sekutu
adalah membentuk “Dewan Revolusi Islam bisnis Soeharto yang terkaya dan paling
Indonesia”, menentang pancasila dan UUD 1945 dipercaya. Belakangan aparat bisa membongkar
dan berkeinginan untuk membentuk Negara bahwa pelaku pengeboman adalah para aktivis
Islam Indonesia. Selain Komando Jihad, GPK (Gerakan Pemuda Kabah) (Solahudin,
kelompok lain yang dianggap ekstrim adalah 2011: 186).
teror Warman yang melakukan 16 aksi Kemarahan serupa dirasakan oleh para
perampokan dan pembunuhan. Kelompok yang aktivis Ikhwanur muslimin. Apalagi mereka
lainnya adalah Kelompok Imran yang pernah mendengar isu bahwa tragedi Tanjung Priok
menyerang Pos Polisi Pasir Kaliki, Cicedo, didesain oleh Pak Harto untuk memancing

122
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

kemarahan warga muslim untuk berbuat anarkis, yang ditimbulan pengeboman ini juga sangat
sehingga ada alasan untuk membantainya. menarik untuk dibahas. Maka atas dasar itu,
Mereka juga mendengar isu bahwa tragedi ini penulis tertarik untuk mengangkat tema ini untuk
adalah bagian dari proyek besar kristenisasi dan dijadikan penelitian.
mayoritas tentara-tentara yang menembak warga
Priok adalah tentara Kristen yang dipimpin oleh METODE
jenderal Benny Moerdani (Solahudin, 2011: 186). Metode yang digunakan adalah metode
Aksi kekerasan aparat keamanan tragedi Tanjung penelitian sejarah. Terdapat empat langkah
Priok tersebut, dibalas oleh beberapa kelompok dalam prosedur penelitian sejarah yaitu heuristik,
termasuk kelompok Syi’ah di Malang dengan kritik sumber, interpretasi dan historiografi atau
berbagai aksi teror seperti pengeboman Candi penulisan sejarah (Gottschlak, 1986:32). (a)
Borobudur dan beberapa Gereja di Malang. Aksi Heuristik, dalam hal ini penulis menggunakan
ini dibalas lagi dengan aksi represif aparat dua sumber yaitu sumber primer dan sumber
keamanan. Para tokoh oposisi dari berbagai skunder. Sumber primer penulis menggunakan
kelompok diciduk aparat keamanan (Solahudin, sumber dokumen yang diperoleh dari Pengadilan
2011: 5). Negeri Malang dan Kejaksaan Negeri Malang
Kelompok Syi’ah tersebut bekerjasama berupa arsip Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
dengan para aktivis kelompok pesantren kilat pelaku dan saksi pengeboman Candi Borobudur
yang dipimpin oleh Mursalin Dahlan, seorang serta putusan pengadilan pelaku pengeboman.
tokoh DI, untuk melakukan berbagai aksi teror Selain itu, penulis juga menggunakan arsip yang
sebagai aksi balas dendam. Mereka mengebom diperoleh dari Balai Konservasi Borobudur dan
beberapa gereja dan Candi Borobudur. Sasaran berita se-zaman yang diterbitkan oleh surat kabar
terhadap gereja ini merupakan ekspresi Kompas, Suara Merdeka, Jawa Pos, dan Majalah
kemarahan mereka terhadap orang Kristen, yang Tempo.
dianggap bersekutu dengan Soeharto menindas Penulis juga melakukan wawancara
umat Islam (Solahudin, 2011: 160). Keberhasilan kepada para informan yang sudah ditentukan.
revolusi Iran telah menginspirasi kelompok Sumber sekunder yang digunakan oleh penulis
ini.Pengeboman Candi Borobudur juga memiliki dalam penelitian ini yaitu buku-buku, artikel, dan
kaitan dengan pengeboman Gedung Seminari jurnal berkaitan dengan pengeboman Candi
Alkitab Asia Tenggara (SAAT) dan Gereja Borobudur dan gerakan-gerakan Islam radikal di
Sasana Budaya Katolik di Malang yang meledak Indonesia yang diperoleh dalam studi pustaka
sebelumnya, serta meledaknya Bus Pemudi yang telah dilakukan; (b) Kritik Sumber, Dalam
Express di Banyuwangi pada tanggal 16 Maret penelitian ini semua sumber dipilih melalui kritik
1985. ekstern dan intern, sehingga diperoleh fakta-fakta
Ada beberapa penelitian terdahulu seperti yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji
karya Solahudin (2011) dan M. Zaky Mubarak dalam penelitian ini. Kritik ekstern dilakukan
(2008) yang sama-sama membahas gerakan Islam peneliti dengan melihat tanggal dan tahun yang
radikal pada masa Orde Baru hingga reformasi. dicantumkan, kertas, stempel yang digunakan
Akan tetapi dalam buku-buku tersebut tidak dalam data maupun dokumen yang didapatkan.
dijelaskan secara rinci mengenai peristiwa Kemudian dalam kritik intern penulis melakukan
Pengeboman Candi Borobudur. Penelitian penilaian dengan membandingkan isi atau
mengenai sejarah gerakan Islam radikal di informasi yang terdapat di dalam sumber primer
Indonesia khusus nya masa Orde Baru tergolong dengan hasil wawancara dengan narasumber; (c)
masih sedikit dan penting untuk dipelajari. Interpretasi, pada tahap ini data yang diperoleh
Peristiwa pengeboman Candi Borobudur sangat diseleksi, dimana penulis menentukan data mana
menarik untuk dikaji, apalagi memiliki kaitan yang harus ditinggalkan dalam penulisan sejarah
dengan dinamika sosial politik Indonesia pada dan dipilih mana yang relevan. Fakta-fakta
masa itu. Penanganan pemerintah dan dampak sejarah yang telah melalui tahap kritik sumber

123
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

dihubungkan atau saling dikaitkan sehingga pada satu partai saja. Ketiga, mendorong
akhirnya akan menjadi suatu rangkaian yang perkembangan institusi-institusi keagamaan
bermakna; (d) Historiografi, adalah rekonstruksi melalui perbaikan departemen agama.
yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan Perkembangan selanjutnya, rezim Orde
data yang diperoleh dengan menempuh proses Baru yang telah kuat kedudukannya
(Gottschlak, 1986:32). Historiografi, tahap ini mengeluarkan kebijakan baru untuk
adalah tahap akhir dari kegiatan penelitian menyeragamkan ideologi negara. Pada tahun
sejarah. Di sini peneliti menyajikan hasil 1982, Presiden Soeharto mengeluarkan isu
penelitian dalam bentuk cerita sejarah dengan pergantian asas bagi partai politik dan organisasi
penggambaran yang jelas dari hasil yang kemasyarakatan (Ormas). Rencana pemerintah
diperoleh selama melakukan penelitian tentang untuk menjadikan Pancasila sebagi asas tunggal
pengeboman Candi Borobudur. merupakan keinginan Presiden Soeharto dan
didukung oleh hasil seminar II Angkatan Darat
HASIL DAN PEMBAHASAN pada tanggal 2 April 1981 dan pidato-pidato
Kondisi Politik Islam Pada Masa Orde Baru kepresidenan antara lain tanggal 16 Agustus 1982
Belajar dari pengalaman Orde lama yang lebih dan 01 Oktober 1982 (Feiliard, 2008: 213).
menekankan kepada politik sebagai kegiatan Kebijakan politik Orde Baru ini bukan
kenegaraan, Orde Baru lebih menekankan pada tanpa reaksi biasa. Sejauh menyangkut umat
bidang ekonomi pembangunan yang pragmatis, Islam, paling tidak sejak tahun 1982, mereka
nonsektarian, dan memberikan komitmen pada telah menunjukan reaksi terhadap usulan
ideologi resmi negara “Pancasila” (Nugroho, pemerintah mengenai Pancasila sebagai asas
2003: 13). Adapun salah satu kebijakan politik tunggal bagi semua ormas. Sejumlah ormas Islam
penting pemerintahan Orde Baru ketika memulai keberatan terhadap gagasan pemerintah karena
memegang tampuk kekuasaan adalah dipilihnya takut dengan menerima Pancasila sebagai asas
modernisasi sebagai titik tolak dan kerangka tunggal berarti Pancasila akan menggantikan
kerangka landasan pembangunan bangsa Islam, atau bahwa Pancasila akan disamakan
(Anwar, 1995: 17). Mensukseskan kebijakan dengan agama (Ismail, 1999: 230). Reaksi umat
modernisasi pembangunan, pemerintahan Islam terhadap asas tunggal Pancasila ini
memiliki elite rezim yang didominasi oleh menimbulkan perbedaan serius. Bahkan, umat
mayoritas dari kalangan ABRI abangan, Islam telah mengalami konflik yang paling rumit
teknokrat sosialis dan Kristen (Karim, 1999: 118). dan menghabiskan masa paling lama dalam
Posisi politik umat Islam setelah Orde memperdebatkan pergantian asas ini. Dari
Baru berkuasa tidak banyak mengalami pertengahan 1982 sampai 1985, perdebatan
perubahan yang signifikan. Seperti halnya yang terjadi dan disertai oleh konflik internal dan
dilakukan oleh rezim Orde lama, Orde Baru pun konflik dengan pemerintah (Karim, 1999: 184).
menerapkan strategi politik yang tidak aspiratif Merespon kebijakan orde baru, kalangan
terhadap Islam, atau dengan kata lain menekan Islam politik mengalami polarisasi
potensi politik umat Islam. Hal ini dilakukan menyikapinya, ada yang melakukan konfrontasi
untuk mempersempit kekuatan politik Islam terhadap orde baru dan sementara yang lain,
yang dianggap sebagai ancaman terhadap mengambil langkah adaptasi serta responsif
kelangsungan rezim Orde Baru. Watson sesuai dengan menafsirkan teologi Islam selaras dengan
yang dikutip oleh M, Rusli Karim (1999: 119) kebijakan modernisasi orde baru (Simorangkir,
menyebutkan tiga langkah yang diambil oleh 2015: 205). Berbagai reaksi keras muncul dari
Orde Baru sebagai strategi mengurangi pengaruh gerakan Islam radikal atau fanatik menentang
Islam di dalam politik. Pertama, menghancurkan berbagai kebijakan Orde Baru tersebut. Akibat
pengaruh anggota politik Masyumi. Kedua, dari reaksi organisasi masyarakat (ormas) Islam,
penyederhanaan struktur partai dengan pemerintah menganggap bahwa gerakan-gerakan
menggabungkan partai-partai Islam ke dalam ini adalah penolakan terhadap ideologi Pancasila

124
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

dan membahayakan bagi persatuan negara. Salah Hal tersebut senada dengan analisis Vedi
satu bentuk dari aksi reaksi antara pemerintah R, Hadiz mengenai “Islamic Populism” sebagai
dengan ormas-ormas Islam mengenai kebijakan basis dari ideologi Islam Radikal menandakan
pemerintah ini adalah meledaknya peristiwa bahwa adanya ketimpangan kelas sebagai akar
Tanjung Priok 1982. Peristiwa Tanjung Priok dari fenomena radikalisme. Hal ini tidak hanya
terjadi pada tanggal 12 September 1984. terjadi pada skala nasional, tetapi juga
Peristiwa ini merupakan peristiwa berdarah yang internasional. Adanya proses aktivisme
memakan banyak korban. Peristiwa Tanjung transnasional menyebabkan kesadaran kelas
Priok adalah wujud tindak kekerasan yang umat Islam dapat dibangkitkan. Akibatnya,
dilakukan pemerintah terhadap rakyatnya radikalisme yang pada awalnya hanya
(Fatwa, 2006: vii). Tindakan pemerintah dalam merupakan gejala di Timur Tengah, kini menjadi
peristiwa Priok 1984 direspon dan dikecam oleh gejala yang ada di Indonesia. Pada titik ini,
kalangan Islam radikal. kemunculan gerakan “Islam Radikal” tidak lagi
Serangkaian penanganan yang kita pahami sebagai “Talibanisasi”, “Wahabi”,
diperlihatkan aparatus negara dengan atau “Islam Transnasional”, tetapi berakar dari
pendekatan kekerasan terhadap kelompok- represivisme Orde Baru yang membungkam
kelompok militan keagamaan ini menimbulkan Islam sebagai sebuah kekuatan politik. Islam
beberapa implikasi dikalangan para eksponen Radikal hanya simbol ketidakpercayaan terhadap
gerakan Islam, khususnya mereka yang secara sebuah rezim yang otoriter dan membungkam
intensif terlibat kedalam gerakan-gerakan yang suara rakyat (Umar, 2010: 180).
dapat diidentifikasi sebagai suatu aliran dengan
kumpulan militan tersebut (Mubarak, 2008: 69). Pengeboman Candi Borobudur Tahun 1985
Pemerintah bertindak sangat represif dan sangat Persekutuan Pesantren Kilat LP3K dengan
otoriter. Dengan sistem totaliter seperti ini semua Kelompok Syi’ah Malang
aktifitas organisasi dikontrol dibawah Awal 1980-an gerakan oposisi Soeharto,
pengawasan pemerintah sehingga tidak ada terutama berkaitan dengan rencana penerapan
organisasi sosial politik yang diperbolehkan asas tunggal semakin menguat. Tak hanya
memakai asas selain Pancasila. Oleh karena itu kelompok Islam, tapi kelompok oposisi juga
siapa saja yang menentang kebijakan pemerintah datang dari tokoh-tokoh nasionalis serta para
maka akan dituduh dengan tuduhan melakukan purnawirawan ABRI. Bersama dengan mereka,
tindakan subversive (Sodiq, 2010: 28). DI bekerjasama merencanakan sebuah revolusi
Pasca meletusnya peristiwa Tanjung di Indonesia. Mereka mengadopsi cara revolusi
Priok, terjadi pengeboman Bank Central Asia Iran untuk mencoba menggulingkan
dan pengeboman Candi Borobudur di Magelang. pemerintahan Orde Baru. Revolusi Iran secara
Pengeboman tersebut merupakan reaksi balas psikologis memotivasi para aktivis muslim
dendam terhadap terjadinya peristiwa Tanjung termasuk orang-orang DI, dan meyakinkan
Priok. Munculnya gerakan Islam radikal masa mereka bahwa mereka bisa melakukan revolusi
Orde Baru merupakan sebuah reaksi terhadap serupa di Indonesia. Seperti para aktivis DI di
berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Yogya dan Solo bekerjasama dengan Mursalin
Orde Baru yang dirasa merugikan seperti difusi Dahlan, orang DI yang juga aktivis BPMI (Badan
partai, deideologi, depolitisasi, dan Pembangunan Muslimin Indonesia), dan Ir.
pemberlakuan asas tunggal Pancasila. Selain itu, H.M. Sanusi, tokoh oposisi dari Petisi 50,
mulai munculnya gerakan Islam radikal pada Kelompok oposisi di Indonesia untuk
masa Orde Baru merupakan bentuk frustasi dan merencanakan sebuah revolusi di Indonesia.
tindakan alternatif lain karena upaya secara (Solahudin, 2011: 159).
politik praktis atau parlemen yang dilakuakn oleh Untuk mempersiapkan rencana revolusi
politisi Islam selalu dihiraukan dan gagal. ini, Sanusi meminta orang-orang DI dan
Mursalin Dahlan, menggiatkan pembinaan,

125
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

pencetakan kader-kader militan, yang akan menggulingkan pemerintahan. Mereka bersekutu


memperkuat setiap poros revolusi. Meskipun dengan kelompok Syi’ah di Malang yang
Mursalin Dahlan orang DI, namun proses dipimpin oleh Husein Ali Al-Habsyi dan Ibrahim
pengkaderan yang Ia lakukan adalah melalui Djawad (Solahudin, 2011: 184) . Kelompok ini
BPMI. BPMI sendiri mempunyai program yang sering mengadakan pengajian yang dihadiri oleh
disebut pesantren kilat, sebuah kegiatan agama berbagai kalangan di Malang. Pengajian ini
dalam waktu singkat (Solahudin, 2011: 170). diadakan seminggu sekali setiap Jum’at malam di
Awalnya, kegiatan pesantren kilat hanya Jalan Prof. Moh. Yamin Gang V/2 Malang
difokuskan pada kota-kota di Jawa Barat seperti (Putusan Pengadilan Perkara No.
Bandung, Cirebon, Kuningan, Tasikmalaya dan 1/Pts.Pid.B/1986 P.N.Mlg, 1986).
Garut. (Solahudin, 2011: 172). Program inilah
yang menjadi akar atau awal adanya pereskutuan Kronologi Pengeboman Candi Borobudur
antara aktivisnya dan kelompok syi’ah di Kekacauan politik terjadi pada paruh terakhir
Malang. 1984. Terjadilah Insiden Tanjung Priok dimana
Mulai awal 1981, BPMI kemudian umat Islam yang anti-asas tunggal ditembaki
melebarkan sayap hingga ke Jawa Timur. tentara. Aksi ini kemudian memancing
Terbukanya jaringan ke Jawa Timur ini tak lepas kemarahan yang luas termasuk dari kalangan
dari jasa Enceng Syarif yang pindah ke Malang Ikwanul Muslimin buatan Husein dan Ibrahim.
mengikuti saudaranya Kurnia. Di sana mereka Mereka bekerjasama untuk melakukan berbagai
berkenalan dengan Muhammad Achwan, yang aksi teror sebagai aksi balas dendam. Sasaran
kemudian menjadi tokoh penting MMI (Majelis yaitu gereja, gereja dipilih sebagai ekspresi
Mujahidin Indonesia) yang juga aktivis kemarahan mereka terhadap orang Kristen yang
Muhammadiyah. Enceng Syarif kemudian dianggap bersekutu dengan Soeharto yang
menawarkan kepada Muhammad Achwan untuk menindas umat Islam.
membuka cabang BPMI di Malang (Solahudin, Keinginan untuk aksi balas dendam itu
2011: 172). berawal setelah beberapa saat terjadinya
Ia kemudian mencari kawan untuk peristiwa Tanjung Priok, pemerintah melakukan
bergabung dengan BPMI. Sepanjang 1981, BPMI konferensi pers diwakili Pangab/Pangkopkamtib
Malang berhasil mengadakan tiga kali program Jendral L.B. Moerdani yang menyatakan bahwa
pesantren kilat bertempat di Masjid Mujahidin kerusuan tersebut sudah dapat diatasi dan
Jalan Ir. Juanda Malang, yakni: Angkatan menghimbau kepada masyarakat untuk tetap
pertama dilaksanankan pada sekitar bulan Juli waspada dan jangan terpancing. Pada
tahun 1981 peserta sebanyak 43 orang. Materi kesempatan itu L.B. Moerdani juga menyatakan
pelajaran yang diberikan adalah menanamkan bahwa akibat dari Insiden tersebut menimbulkan
rasa fanatisme terhadap Islam untuk dapat korban sebanyak sembilan orang tewas dan 53
dilaksanakannya Syariat Islam, secara Kafah lainnya luka-luka (Pangab/ Pangkopkamtib
atau dalam segala aspek kehidupan (Putusan Jendral L.B. Moerdani: Kerusuhan Minta
Pengadilan Perkara No. 45/Pid.B./1986 Korban di Tanjung Priok Jakarta, 14 September
P.N.Mlg, 1986). 1984). Pada konferensi pers tersebut terlihat
Namun aksi revolusi yang dicanangkan upaya pemerintah khususnya aparat keamanan
awal 1983 ini berakhir anti klimaks, Apel akbar untuk menutupi insiden tersebut dan agar terlihat
yang direncanakan untuk memobilisasi umat dan terkesan sebagai insiden kecil saja.
Islam dan usaha melenyapkan Soeharto gagal Akhirnya Husein Ali Al-Habsyi dan
dilaksanakan. Sementara DI lebih fokus kawan-kawan sepakat untuk melakukan
melakukan perekrutan, pembinaan anggota, serta pembalasan. Aksi teror menjadi pilihan untuk
penyempurnaan ajaran, para aktifis LP3K aksi pengeboman. Bahan- bahan peledak mereka
mengambil jalan yang berbeda. Pada 1984, dapatkan asal mulanya dari perkenalan Husein
mereka melanjutkan agenda politik untuk Ali Al-Habsyi dengan Abdulkadir Braja. Husein

126
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

yang pada waktu itu tahu bahwa Braja berasal penjagaan. Setelah tidak ada reaksi, barulah
dari Lampung, kemudian menanyakan mereka menerobos kawat berduri untuk
ketersediaan bahan peledak. Braja kemudian memasuki candi (Majalah Tempo No. 48 Thn.
menginformasikan bahwa di Teluk Betung XV, 25 Januari 1986).
banyak bahan peledak dan Mudah didapat Tiba diatas Candi Borobudur jam 20.00
(Berita Acara Pemeriksaan Abdulkadir Braja, 15 WIB, selanjutnya Ibrahim mengeluarkan peledak
Juni 1985). Husein kemudian memberitahukan dan melakukan pengetesan ulang, bahan peledak
kepada Mohammad Achwan bahwa Braja yang sudah dites oleh Ibrahim diserahkan kepada
sanggup mencarikan bahan peledak atau yang Achmad Muladawila untuk diletakan ke stupa-
diberi istilah dengan “Telur Asin” yang selama stupa sebanyak 12 buah. Sedangkan Ibrahim
ini dicari (Berita Acara Pemeriksaan Mochamad memasukan ke dalam stupa 1 buah (Putusan
Achwan, 28 Juni 1985). Pengadilan Perkara No.1/Pts.Pid.B/1986
Setelah meledakan gereja di Malang, P.N.Mlg, 1986). Lokasi yang ditaruh bom adalah
sasaran berikutnya adalah Candi Borobudur. di teras atas sebanyak empat buah bom, teras II
Alasannya karena candi yang baru dua tahun sebanyak lima buah bom, dan teras III sebanyak
selesai dipugar pemerintah dan dijadikan empat buah bom (Berita Acara Lanjutan
monumen nasional ini dianggap sebagai lambang Achmad Muladawila, 10 Februari 1986). Satu
pemujaan alias berhala. “Dalam salah satu buah bom macet dan ikut dibawa pulang. Total
ceramahnya, Ibrahim pernah menyebut, keseluruhan bom yang dipasang sebanyak 13
pemugaran Borobudur sengaja dilakukan buah. Bom yang ditaruh di stupa-stupa Candi
pemerintah untuk menandingi kemurnian Islam. Borobudur itu menurut perhitungan waktu pada
Ada alasan lain yang lebih politis, yaitu sebagai jam yang ditaruh pada masing-masing bom akan
peringatan kepada Soeharto dan keluarganya, meledak lima jam kemudian terhitung sejak
karena Candi Borobudur akan dibisniskan oleh ditaruhnya bom tersebut. Perkiraan akan
Titiek Soeharto yang sudah dapat persetujuan meledak kira-kira mulai jam 01.00 WIB (Berita
dari Menteri Parpostel (Pariwisata, Pos, dan Acara Pemeriksaan Achmad Muladawila, 27
Telekomunikasi)” (Solahudin, 2011: 189). Kalau September 1985).
bom gereja menggunakan kata sandi Pesta Natal, Setelah ketigabelas bom itu dipasang,
rencana peledakan Borobudur menggunakan mereka langsung pergi meninggalkan Candi
kata sandi Camping. Ibrahim kemudian merakit Borobudur. Mereka berdua jalan kaki kurang
sisa bahan peledak yang digunakan untuk lebih sembilan kilometer ke jalan Yogya-
mengebom gereja-gereja saat malam natal yang Magelang, kemudian ikut naik colt pickup
dibeli dari Basirun. menuju Muntilan, sampai di Muntilan pindah
Sekitar pukul 19.00 WIB, mereka Colt Setition menuju Magelang, dari magelang
berangkan dengan bus dari lawang menuju ke pindah Cold lagi menuju Semarang. Sampai
Yogyakarta dengan membawa tas yang Semarang barulah mereka naik bus menuju
dipersiapkan (Berita Acara Pemeriksaan Achmad Surabaya (Berita Acara Pemeriksaan Achmad
Muladawila, 8 Oktober 1985). Malam setelah Muladawila, 27 September 1985). Kereka
sampai di losmen, tanggal 20 Januari sekitar kemudian mendengar peledakan Candi
pukul 19.00 WIB, Ibrahim bersama Achmad Borobudur dari berita yang disiarkan di TVRI.
Muladawila keluar dari losmen menuju ke lokasi Beberapa saat kemudian, dinamit itu memang
Candi Borobudur dengan membawa tas berisi 14 meledak-ledak, sejak pukul 1.30 sampai 3.30
buah bom yang sudah dirakit dengan melewati WIB beruntun berbunyi Sembilan ledakan. Pada
kebun menuju jalan khusus untuk karyawan waktu itu semua Satpam Borobudur yang minim
(Putusan Pengadilan Perkara No.1 peralatan tugasnya bingung setengah mati
/Pts.Pid.B/1986 P.N.Mlg, 1986). Tatkala akan (Untung Masih Bisa direkonstruksi, 25 Januari
memasuki lokasi candi lewat pintu selatan, lebih 1985). Sembilan stupa ambrol, dua patung
dulu mereka melemparkan batu ke atap pos hancur, dan dua patung lainnya rusak berat.

127
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

Ledakan yang diakibatkan bom yang Habsyi ditangkap ketika Bus Pemudi Ekspres
dipasang terdengar sampai dirasa oleh yang ditumpanginya menuju Denpasar meledak
masyarakat sekitar. Hal tersebut dirasakan oleh di Banyuwangi. Musibah ini menewaskan tujuh
kepala Satpam Candi Borobudur. “Rumah itu orang penumpang, tiga diantaranya adalah
sampai bergetar kaca-kaca, pintu, jendela dan teman Abdulkadir yang merencanakan
lain-lain. Saya langsung dapet laporan dari anak peledakkan pada tempat-tempat maksiat di pusat
buah saya kalau Candi Borobudur dibom. pariwisata Pantai Kuta, Bali (Kompas, 25
Kemudian kami menghubungi instansi terkait” Maret198).
(Wawancara dengan Basjuni Supriyadi, 12 April Proses pemeriksaan Abdulkadir Ali Al-
2018). Bom yang dipasang didalam stupa oleh Habsyi membuahkan hasil aparat kemudian
Ibrahim Jawad dan Achmad Muladawila menangkap Achmad Muladawila pada tanggal
sebenarnya total ada tiga belas, namun pada saat 19 April 1985 dalam tahanan Pulaksusda 083
itu yang meledak sembilan, dan dua berhasil Malang. Kemudian per-tanggal 20 April ditahan
diketemukan dan dijinakan. Baru tanggal 15 di Rutan oleh jaksa dalam rangka penyidikan.
Februari diketemukan dua bom lagi. Sedangkan Abdulkadir Braja dan Basirun Sinere
ditangkap pada tanggal 5 mei 1985. Selain
Penanganan Pemerintah Terhadap Kasus mereka, proses penyidikan pun dilakukan kepada
Pengeboman Candi Borobudur tokoh-tokoh yang terlibat pada kasus tersebut.
Setelah terjadinya peledakan Candi Borobudur, Seperti Mochamad Achwan yang lebih dulu di
aparat baik dari TNI maupun kepolisian tangkap setelah terjadinya peledakan gereja di
bertindak mengusut kasus pengeboman ini. Malang pada akhir bulan Desember (Solahudin,
Peristiwa ini menjadi PR besar bagi aparat untuk 2011:189).
segera dituntaskan karena tidak hanya menjadi Achmad Muladawila dan Abdulkadir Ali
sorotan nasional saja, tetapi telah merembet ke Al-Habsyi kemudian dihukum 20 tahun penjara
dunia internasional. Berbagai pemberitaan dari dipotong masa tahanan. Abdulkadir Braja yang
media cetak maupun televisi ramai menjadikan awalnya dituntut dengan tuduhan
peristiwa ini sebagai Headline. Aparat kemudian mengusahakan bahan peledak, divonis 13 tahun
segera mengusut dan memeriksa para saksi untuk penjara potong masa tahanan (Pelaku Peledakan
dimintai keterangan. “Peristiwa peledakan Candi Borobudur Dihukum 20 Tahun Penjara, 25
Borobudur ini ditangani oleh Laksusda Jateng Maret 1986). Husein diganjar hukuman penjara
dan semuanya sudah diserahkan Pangdam VII seumur hidup, yang sebelumnya dituntut oleh
Diponegoro. Mereka yang sudah didengar jaksa dengan hukuman mati. Mereka dibina di
keterangannya sudah sekitar 50 orang termasuk Lembaga Permasyarakatan Kelas I, Lowokwaru,
dua penduduk wonogiri kakak beradik yang Malang, Jawa Timur. “Semasa menjalani masa
ditangkap di Surabaya juga para Satpam. hukuman di lapas, Husein dan yang lainnya di
Berhubung tidak ada bukti mereka semua telah perlakukan seperti narapidana pada umumnya.
dibebaskan”( Peledakan Borobudur Terus Mereka menjalani kehidupan sehari-hari secara
Ditangani Laksusda Jateng, 23 Januari 1985). normal, mereka rajin beribadah dan mengikuti
Hampir dua bulan proses pemeriksaan dan program atau kegiatan yang diadakan oleh Lapas
penyelidikan yang dilakukan aparat pasca (Wawancara dengan Joko Waluyo, 22
terjadinya peledakan masih belum membuahkan November 2017). Mereka menjalani hukuman
hasil. Aparat mendapat titik terang tatkala sampai kemudian pada pemerintahan Habibie
terjadinya peristiwa kecelakaan tidak disengaja memberikan grasi sehingga Ia dapat menghirup
yaitu meledaknya Bus Pemudi Ekspres di udara bebas bersama narapidana politik lain, 23
Banyuwangi, yang kemudian berbuntut Maret 1999 (Majalah Tempo, Edisi 6-12 April
tertangkapnya Abdulkadir Ali Al-Habsyi. 1999). Setelah keluar dari LP tidak lama Husein
Abdulkadir menjadi kunci pertama dan keluarganya pindah ke daerah Jakarta
terbongkarnya jaringan ini. Abdulkadir Ali Al- (Wawancara dengan Husein Muladawila, 30

128
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

November 2017). Sedangkan Ibrahim termasuk keagamaan tersebut dirasakan oleh para anggota
yang bisa lolos dari penangkapan petugas. Pada Ikhwanul Muslimin Malang ketika mendengar
keterangan beberapa pelaku, Ia berhasil lari ke adanya peristiwa Tanjung Priok dan
luar negeri dan kembali ke Iran. menimbulkan banyak korban akibat tindakan
represif oleh aparat keamanan. Emosi
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya keagamaan tersebut diluapkan pada ceramah-
Pengeboman Candi Borobudur ceramah profokatif dalam pertemuan yang
Radikalisme tidaklah muncul begitu saja tanpa dilakukan kelompok ini. (d) Faktor Ekonomi,
adanya penyebab. Dalam teori sosial, Pada peristiwa pengeboman Candi Borobudur,
radikalisme adalah sebuah gerakan yang terkait faktor ekonomi juga menjadi latarbelakang
atau disebabkan oleh fakta lain. Penyebab walaupun faktor ini tergolong pada penyebab
tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi, tersier dan hanya faktor pendorong dari sebagian
baik secara langsung maupun tidak langsung. pelaku saja.
Begitupun juga dalam kasus pengeboman Candi
Borobudur yang dapat dilihat dalam beberapa Dampak Pengeboman Candi Borobudur
faktor penyebabnya yaitu: (a) Faktor Politik, di Peledakan Candi Borobudur yang terjadi pada
beberapa belahan dunia, termasuk Indonesia tanggal 21 Januari 1985 mengakibatkan rusaknya
sendiri fenomena radikalisme atau sembilan buah stupa candi. Kesembilan stupa
fundamentalisme muncul sebagai akibat yang rusak tersebut semuanya mempunyai arca
otoritarianisme (Azra, 1996: 18). didalamnya. Dari Sembilan arca, dua tak dapat
Pada masa Orde Baru, Sikap direkonstruksi karena hancur berkeping-keping.
otoritarianisme (dominan) yang dilakukan salah Namun goncangan secara beruntun akibat
satunya yaitu kebijakan politik yang dianggap ledakan bom itu ternyata tidak mengakibatkan
merugikan Islam dan menguntungkan elite terjadinya pergeseran pondasi candi. Hal tersebut
birokrasi. Hal tersebut menimbulkan reaksi disebabkan disetiap stupa terdapat lubang-lubang
penolakan dari berbagai kalangan termasuk cukup besar yang sedikit banyak bisa
gerakan Islam radikal. Begitupun dalam kasus melemahkan tekanan ledakan tersebut (Candi
pengeboman Candi Borobudur, pengeboman Borobudur Normal Kembali, 23 Januari 1985).
tersebut merupakan bentuk protes terhadap
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Orde Baru yang dianggap tidak
sesuai dengan syari’at Islam. Selain itu
pemerintah Orde Baru dianggap menggencet
umat Islam dengan memaksakan asas tunggal
Pancasila; (b) Faktor Sosial, faktor sosial dalam
hal ini adalah timbulnya rasa ketidakadilan atas
terjadinya peristiwa berdarah Tanjung Priok
yang dialami umat Islam Tanjung Priok pada 12
September 1984. Sesuai dengan pandangan teori
“identitas negatif” Jenne N. Knutson, terorisme
dapat muncul dari keingianan untuk membalas
dendam karena perasaan marah dan tidak
berdaya akibat tidak tersedianya pilihan
Gambar 1. Lokasi stupa-stupa yang runtuh
(Djelantik, 2010: 30). Perasaan ini timbul ketika
akibat pengeboman Candi Borobudur tahun
seseorang merasakan suatu ketidakadilan,
1985 (sumber: Arsip Balai Konservasi
penindasan, dan tindakan semena-mena
Borobudur)
terhadap diri atau kelompoknya; (c) Faktor
Emosi Keagamaan dan Ideologis, Emosi

129
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

Kerugian akibat rusaknya sembilan stupa keamanan teritorial lainnya. Mengingat sebelum
itu tidak dapat dinilai karena Candi Borobudur pengeboman Candi Borobudur dari 80 Satpam
merupakan sebuah warisan budaya, namun jika Proyek Konservasi Candi Borobudur baru
dilihat dari biaya perbaikan memakan biaya terdapat 26 orang tenaga Satpam yabg telah
sekitar Rp. 16.500.000,- . Biaya tersebut diambil dilatih di tingkat Pusdiklat Jakarta selama tiga
dari DIP Proyek Konservasi Candi Borobudur bulan” (Laporan Khusus Hasil Perbaikan
tahun anggaran 1984/1985. Sembilan stupa Kembali 9 Stupa Candi Borobudur, 1985: 32).
tersusun 2.749 blok sedang yang runtuh dan Selain itu, setelah terjadinya peledakan,
dapat dipasang kembali meliputi 372 blok (Berita untuk memasuki pintu masuk, pengunjung
Acara Pemeriksaan I.G.N. Anom, 14 September mendapatkan pengawasan yang ketat. Tidak ada
1986). Sekitar 60-70 % dari batu candi itu hanya yang diperbolehkan membawa tas. Di pintu
25 persen yang dapat dipakai lagi. (Pelaku masuk disediakan penitipan tas, begitupun juga
Peledakan Candi Borobudur Profesional: bus-bus wisatawan yang parkir, baik domestik
Sembilan Bom Meledak, 22 Januari 1985). maupun asing diperiksa dengan ketat (Candi
Setelah dicek kembali, perbaikan stupa-stupa Borobudur Normal Kembali, 23 Januari 1985).
Candi Borobudur itu dapat diselesaikan hanya Saat pengamanan Satpam Candi Borobudur
dalam waktu tiga bulan. Jadi berbeda dengan diberikan fasilitas peralatan yang lebih canggih
rencana semula yang akan diperkirakan daripada sebelumnya. Hal tersebut dilakukan
memakan waktu 5-6 bulan (Candi Borobudur untuk menunjang keamanan candi. Fasilitas
Normal Kembali, 23 Januari 1985). tersebut seperti pemasangan alat komunikasi HT
Stasioner, dan perlengkapan alat lain seperti,
lampu baterai, pentungan, dan borgol (Laporan
Khusus Hasil Perbaikan Kembali 9 Stupa Candi
Borobudur, 1985: 35).
Kedua, Berdampak Terhadap
Kepariwisataan Candi Borobudur. Peristiwa
hancurnya sembilan stupa di Candi Borobudur
yang menggegerkan dunia internasional, tidak
saja ditanggapi dalam kaitan sistem
pengamannanya saja, tetapi lebih banyak
dikaitan ke sektor business kepariwisataan.
Gambar 2. Bagian-Bagian stupa Candi
Berdasarkan berbagai pemberitaan, terdapat
Borobudur yang runtuh berserakan akibat
dampak positif dan negatifnya. Berbagai
ledakan bom (sumber: store.tempo.co)
kalangan pun memberikan tanggapan mengenai
pengaruh peristiwa peledakan tersebut terhadap
Selain kerusakan fisik, peledakan Candi
sektor ekonomi pariwisata Indonesia.
Borobudur juga berdampak pada beberapa
Kekawatiran muncul dari beberapa
bidang, antara lain: Pertama, Peningkatan Sistem
kalangan yang berkecimpung dalam usaha
Keamanan Candi Borobudur. Pasca peristiwa
kepariwisataan berpendapat sebaliknya. Sekjen
peledakan, berdampak pada peningkatan sistem
Asita (Asosiasi Biro Perjalanan Indonesia), Tjok
pengamanan. Hal tersebut untuk menghindari
Rorimpandey menyebutkan, aksi teror tersebut
terulangnya kembali gangguan ataupun bahaya
tentu berpengaruh negatif pada arus wisatawan
lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan dan
ke Borobudur. Wisnu Wardana, sekertaris
kerugian bagi candi. Upaya peningkatan
Himpunan Penulis Pariwisata (HPP) Bali
keamanan tersebut dibagi menjadi dua yaitu
menyebutkan, peristiwa Borobudur tentu
peningkatan perangkat lunak dan perangkat
menimbulkan dampak negatif bagi usaha
keras. “Peningkatan perangkat lunak meliputi
kepariwisataan Indonesia. Karena masalah
pembinaan personil, penyempurnaan cara kerja ,
keamanan merupakan suatu syarat penting untuk
dan peningkatan koordinasi kerja dengan aparat

130
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

meningkatkan arus wisatawan (Pengaruh yang dimagsud adalah Darul Islam yang berada
Peledakan Candi Borobudur Terhadap Usaha di Solo.
Kepariwisataan Kita, 27 Januari 1985). Keempat, Dampak politik. Dampak
Faktanya sehari setelah terjadinya politik, baik didalam negeri maupun luar negeri
peledakan bom yang menghancurkan Sembilan langsung dirasakan setelah peristiwa peledakan
stupa itu suasananya kembali normal. “Sekitar Candi Borobudur. Banyak sekali politikus-
3.000 pengunjung terutama yang berdatangan politikus nasional yang angkat bicara setelah
dari luar kota tampak memadati karena candi terjadinya peledakan. Secara resmi Presiden
kebanggaan nasional itu untuk melihat dari dekat Soeharto mengemukakan, peledakan Candi
reruntuhan bekas peledakan tersebut” (Candi Borobudur yang terjadi baru-baru ini dilakukan
Borobudur Normal Kembali, 23 Januari 1985). oleh orang-orang yang didorong oleh fanatisme
Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke suatu golongan dan tidak mempunyai
Indonesia pada tahun 1984-1986 mengalami kebanggaan nasional (Presiden Kepada Menteri
kenaikan dan kenaikan tersebut stabil setiap Pendidikan Thailand: Peledakan di Candi
tahunnya. Jumlah Wisman pada tahun 1985 Borobudur Dilakukan Orang-Orang yang
tepat terjadinya peristiwa pengeboman, sebanyak Didorong oleh Fanatisme Suatu Golongan, 24
749.351 wisman, atau naik 48.441 wisman dari Januari 1985).
tahun sebelumnya (Badan Pusat Statistik, 1974- Ledakan tersebut juga mendapat simpati
1990). Begitupun tahun-tahun setelahnya yang internasional yang didengar oleh beberapa
cenderung stabil kenaikannya. Oleh karena itu, pejabat luar negeri. Buktinya beberapa anggota
peristiwa Pengeboman Candi Borobudur tidak parlemen Prancis dan Presiden SEAMEC segera
signifikan berdampak negatif bagi industri mengunjungi Borobudur (Borobudur akan
pariwisata Indonesia. Dijaga Anjing Pelacak, 23 Januari 1985).
Ketiga, Dampak Sosial. Aksi peledakan Rombongan Parlemen Prancis itu juga meninjau
yang terjadi di Candi Borobudur berpengaruh stupa-stupa yang hancur, dan mereka merasa lega
terhadap kehidupan sosial masyarakatnya. dan kagum karena sebentar saja sudah berdiri
Pengaruh tersebut dianataranya adalah rasa takut lagi. Direktur Jendral UNESCO, Amadoo
(tidak aman) yang dirasakan oleh masyarakat Mohtar M’bow secara resmi juga telah
sekitar dan karyawan di tempat wisata Candi menawarkan bantuan badan dunia itu untuk
Borobudur. Selain rasa takut tersebut, memperbaiki Candi Borobudur yang rusak akibat
penanganan yang dilakukan aparat pun peledakan bom (UNESCO Tawarkan Bantuan
menimbulakan dampak di masyarakat. Mulai Perbaiki Candi Borobudur, 23 Januari 1985).
dari tindakan represif saat penyidikan dan Namun tawaran tersebut ditolak pihak
pemeriksaan bahkan sampai salah penangkapan. pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia
Adanya peristiwa peledakan tersebut juga sendiri merasa sanggup baik materil maupun non
menimbulkan sikap saling curiga antar materil untuk memperbaiki Candi Borobudur
masyarakat (konflik horisontal). Sikap tersebut yang rusak (UNESCO yang Sangat Simpatik, 24
timbul karena belum adanya titik terang siapa Januari 1985).
pelaku pengeboman tersebut. Kecurigaan juga Sedangkan pasca pengeboman Candi
ditujukan kepada orang-orang yang menentang/ Borobudur dan gagalnya aksi peledakan di Bali,
tidak setuju pada waktu pembebasan lahan untuk dampak politik yang dialami gerakan Islam
pembuatan taman wisata candi borobudur. radikal di Indonesia berbuntut aksi pencidukan
Namun setelah pemeriksaanpun mereka terhadap orang-orang yang dianggap punya
dinyatakan tidak terlibat. Kecurigaan tersebut kaitan dengan berbagai kasus pengeboman.
juga di tujukan kepada jaringan Islam radikal “Selain kelompok Syi’ah di Malang, Mursalin
yang berada di Ngruki. Kecurigaan tersebut Dahlan, Muhammad Achwan, Ir. Sanusi serta Ir.
karena kelompok tersebut terdekat dengan Candi Syahrul Alim adalah sebagian orang yang ikut
Borobudur dan sering melakukan aksi. Jaringan ditangkap. Belakangan tentara juga memburu

131
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir yang pencari dan penjual bahan peledak di hukum
kabur” (Solahudin, 2011:192). Sedangakan delapan tahun penjara. Sedangkan Mochamad
pemerintah tetap mengundangkan RUU tentang Achwan sebagai pendiri LP3K dan sebagai
Parpol dan Golkar serta RUU tentang Ormas utusan Husein Ali Al-Habsyi untuk menemui
kedalam UU No.5/1985 dan UU No.8/1985. Braja dan Basirun dihukum seumur hidup.
Hadirnya UU tersebut sebagai bentuk upaya Husein sendiri diganjar hukuman penjara seumur
pemerintah untuk pembatasan ruang dan gerak hidup, yang sebelumnya dituntut oleh jaksa
Ormas-ormas radikal yang ada di Indonesia. dengan hukuman mati.
Peristiwa pengeboman Candi Borobudur
SIMPULAN ini menimbulkan berbagai dampak yang
Pengeboman Candi Borobudur terjadi pada dirasakan. Dampak pertama, yaitu peledakan
tanggal 21 Januari 1985 yang dilakukan oleh tersebut mengakibatkan rusaknya sembilan buah
persekutuan Pesantren Kilat LP3K dengan stupa candi dan dua arca di dalamnya hancur.
Kelompok Syi’ah di Malang. Mereka membuat Dampak lain yaitu meningkatnya sistem
sebuah organisasi bernama Ikhwanul Muslimin keamanan candi, baik melalui peningkatan
dan melakukan pengeboman gereja di Malang, kemampuan (pembinaan) personil keamanan
Candi Borobudur, dan merencanakan maupun penyempurnaan sarana dan prasarana
pengeboman di Bali. Terdapat beberapa faktor keamanan candi. Pada bidang pariwisata,
yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa peristiwa ini ternyata mengakibatkan
tersebut, yakni faktor politik, yaitu mereka melonjaknya jumlah wisatawan Candi
menentang sikap otoritarianisme pemerintah Borobudur dari hari biasanya dikarenakan
yang dianggap membuat kebijakan merugikan banyak wisatawan yang penasaran dan ingin
umat Islam dan menguntungkan elite birokrasi. menyaksikan langsung keadaan candi tersebut.
Salah satunya adalah penerapan asas tunggal Sedangakan dampak Sosial yang dialami
Pancasila. masyarakat sekitar yaitu kekhawatiran peristiwa
Aksi Pengeboman tersebut juga dipicu dari yang sama terjadi lagi bahkan ditakutkan
faktor sosial, yaitu timbulnya rasa ketidakadilan menimbulkan korban jiwa, proses penyidikan
atas terjadinya peristiwa berdarah Tanjung Priok yang represif dilakukan aparat juga
yang dialami umat Islam pada 12 September ngengakibatkan dampak psikis para saksi.
1984. Hal tersebut kemudian di tambah dengan Adanya peristiwa peledakan tersebut juga
faktor solidaritas keagamaan dan keinginan menimbulkan sikap saling curiga antar
melakukan revolusi seperti di Iran dengan cara masyarakat. Sedangkan dampak politik dari
balas dendam melakukan aksi-aksi pengeboman. peristiwa tersebut adalah banyak sekali reaksi
Proses Penyidikan kasus ini memakan waktu dua simpati dari politikus nasional maupun
bulan. Hingga aparat mendapat titik terang ketika internasional. Sedangkan dampak politik yang
terjadinya peristiwa kecelakaan tidak disengaja dialami gerakan Islam radikal di Indonesia
yaitu meledaknya Bus Pemudi Ekspres di setelah peristiwa itu, berbuntut pada aksi
Banyuwangi tanggal 16 Maret 1985. Adanya pencidukan terhadap orang-orang yang dianggap
peristiwa tersebut berujung pada penangkapan punya kaitan dengan berbagai kasus pengeboman
para pelaku. Mereka diadili di Pengadilan Negeri dan dipersempitnya ruang gerak Islam radikal
Malang, Jawa Timur dan dianggap melanggar untuk berkembang.
undang-undang Nomor 11/PNPS/1963, yang
biasa disebut Undang-Undang Subversi. Achmad DAFTAR PUSTAKA
Muladawila dan Abdulkadir Ali Al-Habsyi Arsip Pengadilan dan Kejaksaan
kemudian dihukum 20 tahun. Abdulkadir Braja Pengadilan Negeri Malang, Putusan Pengadilan
yang awalnya dituntut dengan tuduhan Perkara No. 45/Pid.B./1986 P.N.Mlg,
mengusahakan bahan peledak, divonis 13 tahun terdakwa Mochamad Achwan.

penjara. Basirun Sinere yang berperan sebagai

132
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

Pengadilan Negeri Malang, Putusan Pengadilan Arsip Majalah


Perkara No. 1/Pts.Pid.B/1986 P.N.Mlg, Majalah Tempo, No. 48 Thn. XV, Tanggal 25 Januari
terdakwa Achmad Muladawila. 1986.
Kejaksaan Negeri Malang, Berita Acara Pemeriksaan Majalah Tempo, Edisi 6-12 April 1999.
“Abdulkadir Braja”, tanggal 15 Juni 1985.
Kejaksaan Negeri Malang, Berita Acara Pemeriksaan Buku
“Mochamad Achwan” , tanggal 28 Juni 1985. Anwar, M. Syafi’i. 1995. Pemikiran dan Aksi Islam
Kejaksaan Negeri Malang, Berita Acara Pemeriksaan Politik “Sebuah Kajian Politik Tentang
“Achmad Muladawila”, tanggal Cendekiawan Muslim Orde Baru. Jakarta:
8 Oktober 1985. Paramadina.
Kejaksaan Negeri Malang, Berita Acara Pemeriksaan Azra, Azyumardi. 1996. Pergolakan Politik Islam, dari
“Achmad Muladawila”, tanggal 27 September Fundamentalis, Modernisme hingga Post-
1985. Modernisme. Jakarta: Paramadina.
Pengadilan Negeri Malang, Berita Acara Lanjutan Djelantik, Sukarwasini. 2010. Terorisme: Tinjauan
“Achamd Muladawila” dalam persidangan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan
Achmad Muladawila, tanggal 10 Februari Keamanan Nasional. Jakarta: Yayasan Obor.
1986. Fatwa, A.M. 2005. Pengadilan HAM Ad Hoc Tanjung
Kejaksaan Negeri Mungkid, Berita Acara Pemeriksaan Priok: Pengungkapan Kebenaran untuk Rekonsiliasi
“I. Gusti Ngurah Anom”, tanggal 14 Nasional. Jakarta: Darmapena.
September 1986. Feiliard, Andree. 2008. NU Vis- a-Vis Negara.
Balai Konservasi Borobudur, Arsip Laporan Khusus Yogyakarta: LKIS.
Hasil Perbaikan Kembali 9 Stupa Candi Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah. Terjemahan
Borobudur dan Peningkatan Sistem oleh Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press.
Pengamanannya, tahun 1985. Ismail, Faisal. 1999. Ideologi Hegemoni dan Otoritas
Agama. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Arsip Surat Kabar Karim, M. Rusli. 1999. Negara dan Peminggiran Islam
Borobudur akan Dijaga Anjing Pelacak, Jawa Pos tanggal Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana.
23 Januari 1985. Mubarak, M Zaki. 2008 Genealogi Islam Radikal di
Pangab/ Pangkopkamtib Jendral L.B. Moerdani: Indonesia: Gerakan, Pemikiran dan Prospek
Kerusuhan Minta Korban di Tanjung Priok Demokras. Jakarta: LP3ES.
Jakarta, Suara Merdeka, 14 september 1984. Nugroho, Taufiq. 2003. Pasang Surut Hubungan Islam
Pelaku Peledakan Borobudur Dihukum 20 Tahun Penjara, Dan Negara Pancasila. Yogyakarta: Padma.
Koran Kompas, tanggal 25 Maret 1986. Sodiq, Ibnu. 2010. Bom J.W. Marriot. Semarang:
Pelaku Peledakan Candi Borobudur Profesional: Sembilan Widya Karya.
Bom Meledak, Jawa Pos, tanggal 22 Januari Solahudin. 2011. NII Sampai JII Salafy Jihadisme di
1985. Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu.
Peledakan Borobudur Terus Ditangani Laksusda Jateng, Tim LIPI. 2001. Militer & Politik Kekerasan Orde Baru
Sinar Harapan, tanggal 23 Januari 1985. Soeharto di Belakang Peristiwa 27 Juli. Jakarta:
Pengaruh Peledakan Candi Borobudur Terhadap Usaha Mizan.
Kepariwisataan Kita, Sinar Harapan, tanggal 27
Januari 1985. Jurnal
Untung Masih Bisa direkonstruksi, Koran Kompas, Simorangkir, Jungjungan, Terorisme: Antara Aksi dan
tanggal 25 Januari 1985. Reaksi. Jurnal Religia, Istinbath/ No.16/
Candi Borobudur Normal Kembali, Suara Merdeka, Th.XIV/ Juni 2015.
tanggal 23 Januari 1985. Umar, Ahmad Rizky Mardhatillah. Melacak Akar
UNESCO yang Sangat Simpatik, Suara Merdeka tanggal Radikalisme di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan
24 Januari 1985. Ilmu Politik (JSP), Universitas Gajah Mada,
UNESCO Tawarkan Bantuan Perbaiki Candi Borobudur, Volume 14 No.2, 2010.
Suara Merdeka, tanggal 23 Januari 1985.
Presiden Kepada Menteri Pendidikan Thailand: Peledakan Sumber Wawancara
di Candi Borobudur Dilakukan Orang-Orang yang Basjuni Supriyadi, tanggal 12 April 2018, di
Didorong oleh Fanatisme Suatu Golongan, Suara Kabupaten Magelang.
Merdeka, tanggal 24 Januari 1985.

133
Angga Novian Pratama, dkk/ Journal of Indonesian History 8 (2) (2019); pg. 121-134

Husein Muladawila, tanggal 30 November 2017 di


Malang.
Djoko Waluyo, tanggal 22 November 2017 di Malang.

134

Anda mungkin juga menyukai