Di tahun-tahun awal reformasi, berbagai kelompok Islam garis keras semakin menunjukkan
eksistensinya, seiring dengan proses transisi demokrasi yang semakin terseok-seok, masyarakat yang
kurang kondusif, menguatnya tuntutan pemberlakuan syariat Islam serta pecahnya konflik keagamaan
di beberapa daerah telah memberikan peluang bagi kelompok-kelompok Islam garis keras memainkan
peran dominan dalam isu-isu nasional. Berbagai gerakan teror dengan mengatasnamakan agama
menjadi persoalan penting bangsa Indonesia di awal reformasi.
Dalam konteks Indonesia, gerakan teror sudah ada pada awal masa pemerintahan Soekarno,
berupa gerakan pemberontakan-pemberontakan yang ingin mengganti negara nasional sekuler menjadi
Negara Islam atau yang dikenal NII/DI. Mulai dari Kartosuwiryo, Daud Beureueh, sampai Kahar
Muzakar dan dalam perjalanannya gerakan ini tidak hanya berakhir masa Orde baru, warisan gerakan
ini juga terus berkembang pada masa reformasi ditandai dengan booming-nya kelompok Jama’ah
Islamiyah yang bertanggung jawab atas peristiwa bom Bali I yang merupakan aksi teror bom terbesar
sepanjang sejarah Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial dengan jenis penelitian deskriptif-kualitatif,
yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena gerakan teror Jama’ah Islamiyah melalui pengumpulan
data sedalam-dalamnya. Teori yang digunakan adalah teori gerakan sosial oleh Borgatta dan Marie
yang akan bersentuhan langsung dengan obyek yang diteliti, memberikan gambaran utuh fenomena
gerakan teroris, terkhusus kelompok Jama’ah Islamiyah yang bermotif agama dan memahami proses
dinamika dan tujuan dari perubahan sosial yang hendak mereka wujudkan. Adapun penelitian ini
adalah penelitian sejarah yang menggunakan empat langkah dalam metode penelitian sejarah, yaitu
heurestik (pengumpulan data). verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran) dan histiografi
(penulisan sejarah)
Serangkaian aksi teror dan tindak kekerasan oleh sekelompok organisasi Islam
yang terjadi kurang lebih satu dasawarsa terakhir telah menjadikan Indonesia sebagai
salah satu negara yang mendapatkan kecaman dunia internasional. Akibatnya timbul
semacam islamphobia dan pandangan bahwa Indonesia adalah negara sarang teroris.
Di kawasan Asia, Indonesia menjadi salah satu wilayah penting dalam studi terorisme
dan radikalisme keagamaan. Merujuk kepada Global Terrorism Database (2007), dari
total 421 tindak terorisme di Indonesia yang tercatat sejak 1970 hingga 2007, lebih
90% tindak terorisme terjadi pada kurun tahun-tahun mendekati Soeharto lengser
memasuki periode transisi menjadi salah satu negara demokratis yang memiliki
Yudoyono dengan Yusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden melalui
pemilihan umum yang paling demokratis sejak yang terjadi pada tahun 1955. Akan
tetapi, masa reformasi ini juga ditandai dengan aksi kekerasan, demontrasi, dan bom
1
M. Zaki Mubarak, “DARI NII KE ISIS Transformasi Ideologi dan Gerakan dalam Islam
Radikal di Indonesia Kontemporer” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Vol. 10 No. 1, Juni 2015, hlm.
78
2
Muhammad Nursalim, “DERADIKALISASI TERORISME: Studi Atas Epistemologi,
Model Interpretasi dan Manipulasi Pelaku Teror” IAIN Raden Intan Lampung. Vol. 08 No. 2,
Desember 2014, hlm. 330.
Permasalahan Indonesia pada tahun 2000 – an merupakan untuk memerangi
Internasional yang menyatakan perang terhadap teroris. Negara Indonesia juga telah
berfungsi sebagai melindungi masyarakat dan bangsa Indonesia dari aksi – aksi
ekstrem seperti teror bom sebenarnya bukanlah hal yang baru di Indonesia, sudah
dimulai sejak era tahun 1950-an. Fase pertama dimulai dengan munculnya gerakan
hingga 1980-an yang beberapa aktor utamanya adalah mantan anggota DI/TII era
Kartosoewirjo. Nama Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, yang kemudian
dikenal luas sebagai amir Jamaah Islamiyah (JI), telah mulai menyeruak pada masa
itu. Fase ketiga, berbagai gerakan teror dan kekerasan yang terjadi saat dan pasca
reformasi, akhir 1990-an hingga saat ini. Dan fase keempat, ditandai dengan
muda, yang sebetulnya masih mempunyai keterkaitan dengan para tokoh generasi
sebelumnya.
Di era reformasi, para pelaku pengeboman tidak hanya berasal dari dalam
negeri, namun didukung dengan adanya keterlibatan pihak asing secara langsung.
Mereka tergabung dalam suatu organisasi yang menginduk kepada organisasi besar
yang berada di luar Indonesia, menunjukkan pelaku teror di Indonesia telah berafiliasi
dengan jaringan terorisme dari luar negeri yang memiliki cita-cita yang sama.
Pembahasan ini sangat menarik selain apa yang telah dipaparkan di atas,
penulis berupaya memotret gerakan teror di Indonesia secara kasuistik dan historis.
Mengingat perjuangan NII/DI hingga saat ini belum berakhir, selama obsesi
mengatasnamakan Islam dan sering bertanggung jawab dalam berbagai aksi teror di
berbagai belahan dunia. Hal ini mengingat bahwa gejala Islam radikal di Indonesia
bukanlah gejala baru, sebab gerakan ini mempunyai ikatan historis muslim di negeri
ini dan mendapat pengaruh dari gerakan fundamentalisme Islam dan terorisme global.
pada masa Reformasi (Tahun 2002 - 2005)”. Alokasi waktu yang dipilih pada masa
Reformasi karena pada masa tersebut ditandai dengan terbukanya kran demokratisasi
telah menjadi lahan subur tumbuhnya Jama’ah Islamiyah. Dan pembahasan ini
mengerucut pada tahun 2000-2005 karena pada tahun tersebut ditandai dengan
gerakan teror terbesar dan terburuk sepanjang sejarah Indonesia yang berlokasi di
meninggal dan melibatkan lebih dari 20 Negara sebagai korban dari peristiwa tersebut.
Islamiyah karena kelompok tersebut yang bertanggung jawab atas gerakan teror Bom
Bali. Untuk lebih fokus dalam pembahasan maka pokok permasalahan tesebut
1. Tujuan Penelitian
Jama’ah Islamiyah
tahun 2002-2005
Kuta, Bali
2. Kegunaan Penelitian
sejarah.
D. Tinjauan Pustaka
Maksud dari tinjauan pustaka ini adalah untuk membedakan perbedaan antara
peneliti, sampai saat ini belum ada penelitian yang secara khusus dan spesifik
ilmiah baik dari buku maupun jurnal yang terkait dengan permasalahan yang dibahas,
sebagai bahan pertimbangan untuk membedakan penelitian yang telah ada. Adapun
Buku :
Buku ini ditulis langung oleh mantan anggota Jama’ah Islamiyah yang pernah
duduk sebagai pimpinan Mantiqi Tsalis (III) dalam struktur Jama’ah Islamiyah. Di
Islamiyah, kapan didirikan, siapa pendirinya dan apa yang diperjuangkan. Selain itu
dengan penelitian ini, bahwa penelitian ini lebih spesifik dan mengerucut membahas
Jama’ah Islamiyah dalam hal gerakannya di Bali dan apa yang melatarbelakangi
gerakan tersebut.
Selanjutnya buku yang ditulis oleh Imam Samudra yang merupakan anggota
simpatisan Jama’ah Islamiyah yang terlibat pelaku bom Bali 2002. Buku ini diberi
Azis hingga akhirnya memasukkan diri ke dunia yang dianggap teroris dan
pijakan halalnya seorang muslim memerangi atau melakukan aksi bunuh diri terhadap
Barat. Dalam pandangan Imam Samudra, yang layak untuk disebut teroris adalah
orang-orang muslim.
Buku ini berkaitan erat dengan penelitian ini karena akan membantu peneliti
Buku ini mencoba memotret satu dinamika penting yang berlangsung di masa
radikal di Indonesia, khususnya sejak 1998 hingga 2008. buku ini tidak berpretensi
Indonesia, tetapi mencoba menelusuri apa dan bagaimana gerakan (actions) serta
Buku ini juga memberikan deskripsi tentang tantangan umat Islam moderat, terkait
dengan agenda utama kelompok radikal berupa formalisasi syariat dalam negara.
Mbai, Ansyaad. 2014. Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia, Jakarta:
AS Production Indonesia.
kelompok-kelompok teror yang saling berkaitan ini cukup adaptif terhadap berbagai
situasi represif. Satu waktu mereka bisa berkoalisi namun ketika tekanan meningkat
mereka akan memecah diri menjadi sel-sel jihad dan ketika ada kesempatan lagi
mereka akan balik berkoalisi. Pemahaman soal jaringan masa lalu dan kaitannya
dengan jaringan terorisme saat ini, menjadi penting karena akan memberikan
pemahaman yang lebih utuh soal seluk beluk terorisme di Indonesia, serta menambah
Jurnal :
diterbitkan MKU - UNY tahun 2012. Dalam jurnal tersebut penulis mengungkapkan
membantah penisbatan teroris yang disematkan orang Barat terhadap Islam, karena
menurut penulis Islam sendiri adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang membawa
kedamaian adapun aksi kekerasan yang dilakukan sekelompok orang yang
Ahmad Ansori yang diterbitkan IAIN Raden Intan Lampung tahun 2015. Jurnal ini
berbagai gerakan radikalisme ditinjau dari historisnya dan faktor pendorong dari
gerakan tersebut.
E. Landasan Teori
oleh Borgatta dan Marie. Menurut Borgatta dan Marie, Gerakan Sosial adalah
Gerakan sosial juga diartikan sebagai sebuah gerakan yang dilakukan secara
bersama-sama demi mencapai tujuan yang sama-sama diinginkan oleh kelompok atau
dengan kata lain gerakan sosial adalah tindakan kolektif untuk mencapai keinginan
yang menjadi cita-cita bersama. Gerakan ini lahir dari reaksi terhadap sesuatu yang
tuntutan atas perubahan dalam institusi maupun kebijakan dari pemerintah yang
dirasa sudah maupun tidak sesuai lagi dengan kehendak sebagian masyarakat.
pendekatan ini akan bersentuhan langsung dengan obyek yang diteliti. Memberikan
gambaran utuh fenomena gerakan Jama’ah Islamiyah yang bermotif agama dan
memahami proses dinamika dan tujuan dari perubahan sosial yang hendak mereka
wujudkan.
F. Metode Penelitian
sehingga dengan data yang ada dapat mencapai hakekat sejarah. Sejarah adalah suatu
tempat, waktu objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu
ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana,
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data yang sesuai dengan objek
penulisan ini bersifat kualitatif dengan jenis penulisan library research (kepustakaan),
maka dalam proses pengumpulan data ini, penulis melakukan dengan cara mencari
informasi dari berbagai literatur seperti Jurnal, buku5 atau tulisan ilmiah lainnya,
penulisan.
3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 38
4
Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta,
2003), hlm. 31.
5
Sustrisno hadi, Metodologi research (Yogyakarta : Andi Offset, 1990), hlm., 9.
Verifikasi adalah pengujian mengenai keaslian sumber. Keaslian sumber
didapatkan melalui kritik sumber, yang terdiri dari kritik ekstern dan kritik intern.
Kritik ekstern dilakukan dengan menilai sumber dari segi fisiknya. Berdasarkan kritik
3. Interpretasi (Analisis)
juga dengan analisis sejarah. Analisis sumber atau interpretasi atau dalam penelitian
mendapatkan data yang akurat, penulis mulai menganalisis data untuk lebih
4. Historiografi
sejarah aspek kronologis sangat penting. Historiografi ini merupakan hasil penelitian
yang dilakukan berdasarkan sistematika yang telah dibuat oleh penulis. Setiap
haruslah runtut.
G. Sistematika Pembahasan
penelitian yang digambarkan secara sekilas dalam bentuk bab per bab sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh. Tujuannya supaya lebih sistematis dan mudah
dipahami oleh pembaca. Karya ilmiah ini terdiri dari lima bab yang semuanya saling
berkaitan. Untuk memperoleh suatu karya ilmiah yang sistematis dan konsisten maka
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Pada bagian ini menjadi acuan atau
kerangka kerja dalam proses penelitian, sehingga dalam penyusunan dapat dijelaskan
Bab II, dalam bab ini membahas tentang sejarah dan perkembangan Jama’ah
Islamiyah di Indonesia. Pembahasan ini sangat penting oleh seorang peneliti, dengan
terhadap objek yang dikaji, dan juga mengetahui sisi mata rantai atau genealogi
jawab atas pengeboman di Bali berikut dengan latar belakang gerakan, alasan Bali
sebagai target teror, Tujuan atau misi dari gerakan dan dampak dari gerakan tersebut,
secara keseluruhan yang disertai saran-saran akademis yang berguna bagi penulis