Anda di halaman 1dari 15

GERAKAN JAMA’AH ISLAMIYAH

DI KECAMATAN KUTA, KABUPATEN BADUNG, BALI


PADA TAHUN 2002-2005 M
Absrak

Di tahun-tahun awal reformasi, berbagai kelompok Islam garis keras semakin menunjukkan
eksistensinya, seiring dengan proses transisi demokrasi yang semakin terseok-seok, masyarakat yang
kurang kondusif, menguatnya tuntutan pemberlakuan syariat Islam serta pecahnya konflik keagamaan
di beberapa daerah telah memberikan peluang bagi kelompok-kelompok Islam garis keras memainkan
peran dominan dalam isu-isu nasional. Berbagai gerakan teror dengan mengatasnamakan agama
menjadi persoalan penting bangsa Indonesia di awal reformasi.
Dalam konteks Indonesia, gerakan teror sudah ada pada awal masa pemerintahan Soekarno,
berupa gerakan pemberontakan-pemberontakan yang ingin mengganti negara nasional sekuler menjadi
Negara Islam atau yang dikenal NII/DI. Mulai dari Kartosuwiryo, Daud Beureueh, sampai Kahar
Muzakar dan dalam perjalanannya gerakan ini tidak hanya berakhir masa Orde baru, warisan gerakan
ini juga terus berkembang pada masa reformasi ditandai dengan booming-nya kelompok Jama’ah
Islamiyah yang bertanggung jawab atas peristiwa bom Bali I yang merupakan aksi teror bom terbesar
sepanjang sejarah Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial dengan jenis penelitian deskriptif-kualitatif,
yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena gerakan teror Jama’ah Islamiyah melalui pengumpulan
data sedalam-dalamnya. Teori yang digunakan adalah teori gerakan sosial oleh Borgatta dan Marie
yang akan bersentuhan langsung dengan obyek yang diteliti, memberikan gambaran utuh fenomena
gerakan teroris, terkhusus kelompok Jama’ah Islamiyah yang bermotif agama dan memahami proses
dinamika dan tujuan dari perubahan sosial yang hendak mereka wujudkan. Adapun penelitian ini
adalah penelitian sejarah yang menggunakan empat langkah dalam metode penelitian sejarah, yaitu
heurestik (pengumpulan data). verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran) dan histiografi
(penulisan sejarah)

Kata Kunci : Gerakan Teror, Jama’ah Islamiyyah


A. Latar Belakang

Serangkaian aksi teror dan tindak kekerasan oleh sekelompok organisasi Islam

yang terjadi kurang lebih satu dasawarsa terakhir telah menjadikan Indonesia sebagai

salah satu negara yang mendapatkan kecaman dunia internasional. Akibatnya timbul

semacam islamphobia dan pandangan bahwa Indonesia adalah negara sarang teroris.

Di kawasan Asia, Indonesia menjadi salah satu wilayah penting dalam studi terorisme

dan radikalisme keagamaan. Merujuk kepada Global Terrorism Database (2007), dari

total 421 tindak terorisme di Indonesia yang tercatat sejak 1970 hingga 2007, lebih

90% tindak terorisme terjadi pada kurun tahun-tahun mendekati Soeharto lengser

hingga memasuki era demokrasi.1

Setelah kepemimpinan Presiden Soeharto berakhir pada Mei 1998, Indonesia

memasuki periode transisi menjadi salah satu negara demokratis yang memiliki

jumlah penduduk terbesar. Fakta tersebut dipilihnya pasangan Susilo Bambang

Yudoyono dengan Yusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden melalui

pemilihan umum yang paling demokratis sejak yang terjadi pada tahun 1955. Akan

tetapi, masa reformasi ini juga ditandai dengan aksi kekerasan, demontrasi, dan bom

di sejumlah kota di Indonesia.2

1
M. Zaki Mubarak, “DARI NII KE ISIS Transformasi Ideologi dan Gerakan dalam Islam
Radikal di Indonesia Kontemporer” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Vol. 10 No. 1, Juni 2015, hlm.
78
2
Muhammad Nursalim, “DERADIKALISASI TERORISME: Studi Atas Epistemologi,
Model Interpretasi dan Manipulasi Pelaku Teror” IAIN Raden Intan Lampung. Vol. 08 No. 2,
Desember 2014, hlm. 330.
Permasalahan Indonesia pada tahun 2000 – an merupakan untuk memerangi

terorisme dan pemerintahan Indonesia telah mengikuti bagian dari komunitas

Internasional yang menyatakan perang terhadap teroris. Negara Indonesia juga telah

memiliki perangkat undang – undang untuk memerangi kejahatan terorisme yang

berfungsi sebagai melindungi masyarakat dan bangsa Indonesia dari aksi – aksi

terorisme, sebagaimana diatur dalam UU RI Nomor 15 Tahun 2002, tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Gerakan teror yang mengatasnamakan agama dalam wujud yang paling

ekstrem seperti teror bom sebenarnya bukanlah hal yang baru di Indonesia, sudah

dimulai sejak era tahun 1950-an. Fase pertama dimulai dengan munculnya gerakan

DI/TII Kartosoewirjo. Fase kedua, munculnya gerakan Komando Jihad 1970-an

hingga 1980-an yang beberapa aktor utamanya adalah mantan anggota DI/TII era

Kartosoewirjo. Nama Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, yang kemudian

dikenal luas sebagai amir Jamaah Islamiyah (JI), telah mulai menyeruak pada masa

itu. Fase ketiga, berbagai gerakan teror dan kekerasan yang terjadi saat dan pasca

reformasi, akhir 1990-an hingga saat ini. Dan fase keempat, ditandai dengan

berkembangnya kelompok-kelompok Islam radikal baru, terutama dari kelompok

muda, yang sebetulnya masih mempunyai keterkaitan dengan para tokoh generasi

sebelumnya.

Di era reformasi, para pelaku pengeboman tidak hanya berasal dari dalam

negeri, namun didukung dengan adanya keterlibatan pihak asing secara langsung.
Mereka tergabung dalam suatu organisasi yang menginduk kepada organisasi besar

yang berada di luar Indonesia, menunjukkan pelaku teror di Indonesia telah berafiliasi

dengan jaringan terorisme dari luar negeri yang memiliki cita-cita yang sama.

Pembahasan ini sangat menarik selain apa yang telah dipaparkan di atas,

penulis berupaya memotret gerakan teror di Indonesia secara kasuistik dan historis.

Mengingat perjuangan NII/DI hingga saat ini belum berakhir, selama obsesi

mewujudkan Negara Islam Indonesia belum terwujud. Diantara kelompok eksklusif

yang masih melanjutkan cita-cita leluhurnya adalah kelompok Al-Jama’ah Al-

Islamiyah yang berafiliasi dengan Al-Qaedah, organisasi ekstrim yang

mengatasnamakan Islam dan sering bertanggung jawab dalam berbagai aksi teror di

berbagai belahan dunia. Hal ini mengingat bahwa gejala Islam radikal di Indonesia

bukanlah gejala baru, sebab gerakan ini mempunyai ikatan historis muslim di negeri

ini dan mendapat pengaruh dari gerakan fundamentalisme Islam dan terorisme global.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dirumuskan pokok masalah yaitu

bagaimana “Gerakan Jama’ah Islamiyah di kecamatan Kuta, Provinsi Badung, Bali

pada masa Reformasi (Tahun 2002 - 2005)”. Alokasi waktu yang dipilih pada masa

Reformasi karena pada masa tersebut ditandai dengan terbukanya kran demokratisasi

telah menjadi lahan subur tumbuhnya Jama’ah Islamiyah. Dan pembahasan ini

mengerucut pada tahun 2000-2005 karena pada tahun tersebut ditandai dengan
gerakan teror terbesar dan terburuk sepanjang sejarah Indonesia yang berlokasi di

Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, yang mengakibatkan ratusan jiwa

meninggal dan melibatkan lebih dari 20 Negara sebagai korban dari peristiwa tersebut.

Kemudian alasan peneliti memfokuskan kepada gerakan teror Jama’ah

Islamiyah karena kelompok tersebut yang bertanggung jawab atas gerakan teror Bom

Bali. Untuk lebih fokus dalam pembahasan maka pokok permasalahan tesebut

diuraikan dalam beberapa sub, antara lain :

1. Latar Belakang Gerakan Jama’ah Islamiyah di Kecamatan Kuta, Bali.

2. Gerakan Jama’ah Islamiyah di Kecamatan Kuta, Bali pada 2002 -2005.

3. Dampak Gerakan Jama’ah Islamiyah di Kecamatan Kuta, Bali.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengungkap secara historis dan kasuistik latar belakang Gerakan

Jama’ah Islamiyah

b. Menjelaskan Gerakan Jama’ah Islamiyah di Kecamatan Kuta, Bali pada

tahun 2002-2005

c. Mengungkapkan dampak Gerakan Jama’ah Islamiyah di Kecamatan

Kuta, Bali
2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk perkembangan keilmuan,

memberikan bahan referensi bagi penulis sejarah selanjutnya tentang

kelompok Islam radikal, terkhusus Jama’ah Islamiyah sekaligus mengisi

kekosongan penelitian yang menelaah tentang Jama’ah Islamiyah yang

sering bertanggung jawab atas aksi terorisme di Indonesia.

b. Memberikan manfaat bagi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

terutama bagi program studi Sejarah Kebudayaan Islam sebagai

sumbangan pengetahuan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan

sejarah.

c. Memberi manfaat pada kalangan akademisi ataupun masyarakat yang

memiliki perhatian terhadap fenomena radikalisme di Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

Maksud dari tinjauan pustaka ini adalah untuk membedakan perbedaan antara

penelitian satu dengan yang lainnya, agar kebenaran penelitian dapat

dipertanggungjawabkan serta terhindar dari duplikatif. Berdasarkan pengamatan

peneliti, sampai saat ini belum ada penelitian yang secara khusus dan spesifik

membahas tentang “Gerakan Jama’ah Islamiyah di Bali pada masa Reformasi”


Untuk mendukung penelitian ini, maka penulis mengambil beberapa sumber

ilmiah baik dari buku maupun jurnal yang terkait dengan permasalahan yang dibahas,

sebagai bahan pertimbangan untuk membedakan penelitian yang telah ada. Adapun

beberapa buku dan jurnal tersebut adalah:

Buku :

Nasir Abas (2005). Membongkar Jama’ah Islamiyah : Pengakuan Mantan

Anggota JI. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.

Buku ini ditulis langung oleh mantan anggota Jama’ah Islamiyah yang pernah

duduk sebagai pimpinan Mantiqi Tsalis (III) dalam struktur Jama’ah Islamiyah. Di

dalamnya penulis menjawab berbagai pertanyaan seputar keberadaan Jamaah

Islamiyah, kapan didirikan, siapa pendirinya dan apa yang diperjuangkan. Selain itu

penulis juga mengungkapkan sel-sel Jamaah Islamiyah dan jaringannya. Bedanya

dengan penelitian ini, bahwa penelitian ini lebih spesifik dan mengerucut membahas

Jama’ah Islamiyah dalam hal gerakannya di Bali dan apa yang melatarbelakangi

gerakan tersebut.

Selanjutnya buku yang ditulis oleh Imam Samudra yang merupakan anggota

simpatisan Jama’ah Islamiyah yang terlibat pelaku bom Bali 2002. Buku ini diberi

judul Aku Melawan Teroris. Diterbitkan Sukoharjo: Jazeera tahun 2006.


Buku ini berisi tentang perjalanan hidup seorang Imam Samudra atau Abdul

Azis hingga akhirnya memasukkan diri ke dunia yang dianggap teroris dan

fundamentalis pemikiran Imam Samudra. Ia mengulas berbagai dalil yang menjadi

pijakan halalnya seorang muslim memerangi atau melakukan aksi bunuh diri terhadap

Barat. Dalam pandangan Imam Samudra, yang layak untuk disebut teroris adalah

orang-orang Barat karena selalu melakukan pelanggaran dan senantiasa memerangi

orang-orang muslim.

Buku ini berkaitan erat dengan penelitian ini karena akan membantu peneliti

dalam mengungkapkan fundamentalis pemikiran anggota simpatisan JI.

M. Zaki Mubarak (2008). Genealogi Islam Radikal di Indonesia: Gerakan,

Pemikiran dan Prospek Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka LP3ES.

Buku ini mencoba memotret satu dinamika penting yang berlangsung di masa

transisi demokrasi, yakni pertumbuhan dan perkembangan elemen-elemen Islam

radikal di Indonesia, khususnya sejak 1998 hingga 2008. buku ini tidak berpretensi

menyingkap secara menyeluruh (holistic) segi-segi perkembangan Islam radikal di

Indonesia, tetapi mencoba menelusuri apa dan bagaimana gerakan (actions) serta

mainstream pemikiran yang mereka kembangkan dalam masa transisi demokrasi.

Buku ini juga memberikan deskripsi tentang tantangan umat Islam moderat, terkait

dengan agenda utama kelompok radikal berupa formalisasi syariat dalam negara.
Mbai, Ansyaad. 2014. Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia, Jakarta:

AS Production Indonesia.

Buku ini mencoba memaparkan dinamika dan metamorfosis jaringan

terorisme di Indonesia pada periode 2001-2013. Karakter yang terlihat bahwa

kelompok-kelompok teror yang saling berkaitan ini cukup adaptif terhadap berbagai

situasi represif. Satu waktu mereka bisa berkoalisi namun ketika tekanan meningkat

mereka akan memecah diri menjadi sel-sel jihad dan ketika ada kesempatan lagi

mereka akan balik berkoalisi. Pemahaman soal jaringan masa lalu dan kaitannya

dengan jaringan terorisme saat ini, menjadi penting karena akan memberikan

pemahaman yang lebih utuh soal seluk beluk terorisme di Indonesia, serta menambah

pengetahuan untuk membaca jejaring teror di masa depan.

Jurnal :

Akar Radikalisme Islam di Indonesia ditulis oleh Sun Choirol Ummah,

diterbitkan MKU - UNY tahun 2012. Dalam jurnal tersebut penulis mengungkapkan

secara umum genealogi Islam radikal di Indonesia dan faktor-faktor yang

mempengaruhi suburnya radikalisme di Indonesia yang umumnya dilakukan

sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam. Meskipun penulis sendiri

membantah penisbatan teroris yang disematkan orang Barat terhadap Islam, karena

menurut penulis Islam sendiri adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang membawa
kedamaian adapun aksi kekerasan yang dilakukan sekelompok orang yang

mengatasnamakan Islam sejatinya karena ketidakpahaman terhadap Islam.

Radikalisme di Indonesia : Antara Historisitas dan Antropisitas ditulis oleh

Ahmad Ansori yang diterbitkan IAIN Raden Intan Lampung tahun 2015. Jurnal ini

menjelaskan pemahaman yang mendasar mengenai fundamentalisme Islam, dan

berbagai gerakan radikalisme ditinjau dari historisnya dan faktor pendorong dari

gerakan tersebut.

E. Landasan Teori

Dalam penelitian ini menggunakan teori gerakan sosial yang dikemukakan

oleh Borgatta dan Marie. Menurut Borgatta dan Marie, Gerakan Sosial adalah

tindakan kolektif yang mencoba untuk mempromosikan atau menentang perubahan di

dalam masyarakat atau kelompok.

Gerakan sosial juga diartikan sebagai sebuah gerakan yang dilakukan secara

bersama-sama demi mencapai tujuan yang sama-sama diinginkan oleh kelompok atau

dengan kata lain gerakan sosial adalah tindakan kolektif untuk mencapai keinginan

yang menjadi cita-cita bersama. Gerakan ini lahir dari reaksi terhadap sesuatu yang

tidak diinginkan suatu kelompok atau menginginkan perubahan kebijakan karena

dinilai tidak adil.


Secara teoritis, pengertian gerakan sosial adalah sebuah gerakan yang

terbangun berdasarkan prakarsa masyarakat dengan tujuan untuk melontarkan

tuntutan atas perubahan dalam institusi maupun kebijakan dari pemerintah yang

dirasa sudah maupun tidak sesuai lagi dengan kehendak sebagian masyarakat.

Dan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosial dengan

jenis penelitian deskriptif- kualitatif, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena

dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.”

pendekatan ini akan bersentuhan langsung dengan obyek yang diteliti. Memberikan

gambaran utuh fenomena gerakan Jama’ah Islamiyah yang bermotif agama dan

memahami proses dinamika dan tujuan dari perubahan sosial yang hendak mereka

wujudkan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah.

Suatu periodesasi atau tahapan-tahapan yang ditempuh dalam suatu penelitian,

sehingga dengan data yang ada dapat mencapai hakekat sejarah. Sejarah adalah suatu

ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur

tempat, waktu objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu
ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana,

apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut3

Pengertian metode sejarah secara umum adalah penyelidikan atas suatu

masalah dan mengaplikasikannya jalan pemecahannya dari perspektif historis.4

Dalam penerapannya metode ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Heuristik (Pengumpulan Data)

Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data yang sesuai dengan objek

penelitian. Kegiatan pengumpulan data sejarah dilakukan dengan melakukan

pengkajian terhadap sumber-sumber yang berkaitan objek kajian. Oleh karena

penulisan ini bersifat kualitatif dengan jenis penulisan library research (kepustakaan),

maka dalam proses pengumpulan data ini, penulis melakukan dengan cara mencari

informasi dari berbagai literatur seperti Jurnal, buku5 atau tulisan ilmiah lainnya,

seperti artikel-artikel, dan sumber-sumber internet yang berkaitan dengan objek

penulisan.

2. Verifikasi (Kritik Sumber)

3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 38
4
Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta,
2003), hlm. 31.

5
Sustrisno hadi, Metodologi research (Yogyakarta : Andi Offset, 1990), hlm., 9.
Verifikasi adalah pengujian mengenai keaslian sumber. Keaslian sumber

didapatkan melalui kritik sumber, yang terdiri dari kritik ekstern dan kritik intern.

Kritik ekstern dilakukan dengan menilai sumber dari segi fisiknya. Berdasarkan kritik

ekstern ini penulis mendapatkan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kritik intern dilakukan dengan membandingkan beberapa buku yang didapatkan

sebagai acuan untuk memperoleh data yang valid.

3. Interpretasi (Analisis)

Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai bidang subjektivitas disebut

juga dengan analisis sejarah. Analisis sumber atau interpretasi atau dalam penelitian

terdapat unsur penafsiran terhadap sumber yang dinilai kebenarannya. Setelah

mendapatkan data yang akurat, penulis mulai menganalisis data untuk lebih

memahami isinya dari informasi yang diperoleh sumber yang tepat.

4. Historiografi

Setelah tahap heuristik, verifikasi, dan interpretasi tahap selanjutnya dalam

penyelesaian penelitian ini adalah historiografi (penulisan). Sebuah penelitian ilmiah

itu mempunyai kesulitan tersendiri dalam tahap penulisannya. Dalam penulisan

sejarah aspek kronologis sangat penting. Historiografi ini merupakan hasil penelitian

yang dilakukan berdasarkan sistematika yang telah dibuat oleh penulis. Setiap

pembahasan ditempuh melalui deskriptis dan analisis dengan selalu memperhatikan


aspek kronologis dari suatu peristiwa, dalam tahap historiografi ini penulisan

haruslah runtut.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan deskripsi tentang urutan-urutan

penelitian yang digambarkan secara sekilas dalam bentuk bab per bab sehingga

menjadi satu kesatuan yang utuh. Tujuannya supaya lebih sistematis dan mudah

dipahami oleh pembaca. Karya ilmiah ini terdiri dari lima bab yang semuanya saling

berkaitan. Untuk memperoleh suatu karya ilmiah yang sistematis dan konsisten maka

perlu adanya pembahasan yang dikelompokkan menjadi beberapa bagian sehingga

mudah untuk dipahami oleh pembaca.

Bab I pendahuluan, membahas tentang : latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Pada bagian ini menjadi acuan atau

kerangka kerja dalam proses penelitian, sehingga dalam penyusunan dapat dijelaskan

sesuai yang direncanakan.

Bab II, dalam bab ini membahas tentang sejarah dan perkembangan Jama’ah

Islamiyah di Indonesia. Pembahasan ini sangat penting oleh seorang peneliti, dengan

mengetahui sejarah dan perkembangannya menjadikan pengetahuan kita utuh

terhadap objek yang dikaji, dan juga mengetahui sisi mata rantai atau genealogi

sesuatu yang dikaji.


Bab III, dalam bab ini membahas tentang Fundamentalisme pemikiran

Jama’ah Islamiyah di Indonesia, pembahasan ini dimaksudkan untuk mengungkapkan

pemikiran-pemikiran yang mendasar dari kelompok Jama’ah Islamiyah terkait

ideologi dan negara.

Bab IV memaparkan Gerakan Jama’ah Islamiyah di Bali yang bertanggung

jawab atas pengeboman di Bali berikut dengan latar belakang gerakan, alasan Bali

sebagai target teror, Tujuan atau misi dari gerakan dan dampak dari gerakan tersebut,

baik dampak dari sosial, ekonomi, budaya, pariwisata dan agama.

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari hasil pembahasan

secara keseluruhan yang disertai saran-saran akademis yang berguna bagi penulis

secara pribadi maupun bagi para pembaca pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai