Anda di halaman 1dari 18

I 2023

Transnational

Islam in

Global and

Local PENGKAJIAN ISLAM | ANTROPOLOGI DAN


Aisah |21221200000015 SOSIOLOGI AGAMA
Pengertian

Islam

Transnasional
Pada awal 1990-an, istilah transnasionalisme
SENTRA ZAMRUD | RAPAT TERBUKA

diperkenalkan dalam kajian antropologi, sosiologi dan


budaya untuk menggambarkan fenomena yang terkait
dengan transformasi global yang terjadi di seluruh
dunia (Vertovec. 2003, 2009).
RT
III

Pengertian umum
Agama selalu memiliki kecenderungan universal untuk beroperasi di luar batas
negara.

Transnasionalisme
Komunitas Pandangan yang mencakup orang dan organisasi yang berbagi pandangan, tujuan,
kepentingan, dan praktik dunia yang sama yang mereka komunikasikan dan bertindak
melintasi batas negara dan yurisdiksi" (Juergensmeyer, 2005,)
Tiga Fenomena Islam
IV

Transnasional
Istilah 'Islam transnasional menurut Bowen (2004, hlm. 880) mengacu pada tiga fenomena, yaitu:

Fenomena Pertama, pergerakan demografis, institusi keagamaan transnasional, dan bidang


referensi dan debut Islam. Dalam fenomena pertama, Islam transnasional dapat didefinisikan
sebagai 'Umat Islam dapat bergerak melintasi batas negara untuk alasan sosial dan ekonomi'
(hal.880).

Fenomena kedua dari Islam transnasional berarti bahwa "sebagian Muslim termasuk dalam
lembaga keagamaan yang mempromosikan gerakan lintas-nasional sebagai bagian dari praktik
keagamaan mereka atau mencakup dan mempromosikan lintas-nasional. komunikasi dalam
hirarki agama mereka (hal. 881).
IV

fenomena Islam transnasional yang ketiga lebih terfokus pada


penciptaan jaringan, konferensi dan institusi tanah air yang semakin
diformalkan untuk refleksi sistematis di kalangan ulama' . Dua fenomena
terakhir saling terkait karena pergerakan lembaga keagamaan yang
melibatkan transfer
V
Islam Transnasional

Indonesia
Kajian Islam dan politik di Indonesia, termasuk Islam radikal, berkembang pesat pasca
tumbangnya rezim Orde Baru Suharto pada 1998 (van Bruinessen, 2002).

Munculnya liberalisasi politik pada Era Reformasi (1998 dan seterusnya) membuka jalan
bagi munculnya kelompok-kelompok Islam radikal yang sempat terbengkalai pada Era Orde
Baru.
VI
Munster (2013) menyebutkan keberadaan
kelompok Islam transnasional memiliki semacam
struktur jaringan; Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin,
gerakan Fethullah Galen, dan lain-lain menunjukkan

Islam

bahwa globalisasi memfasilitasi pembentukan


kelompok transnasional yang terorganisir.

Transnasional di
Kajian Islam dan politik di Indonesia, termasuk Islam
radikal, berkembang pesat pasca tumbangnya rezim
Orde Baru Suharto pada 1998. Orde Baru tidak

Indonesia
mentolerir kelompok Islam radikal yang bercita-cita
membangun negara Islam. Munculnya liberalisasi
politik pada Era Reformasi (1998 dan seterusnya)
membuka jalan bagi munculnya kelompok-
kelompok Islam radikal yang sempat terbengkalai
pada Era Orde Baru.
VII
dua jenis kelompok Islam radikal muncul pada era Kategori kedua terdiri dari gerakan tertutup atau
pasca Reformasi 1998 : bawah tanah organisasi Kelompok ini sulit untuk
diidentifikasi dan mereka merekrut anggota secara
Pertama adalah organisasi yang terbuka dan diam-diam termasuk Jamaah Islamiyah.
terlihat. Gerakan-gerakan ini mudah diidentifikasi
karena pendiri, anggota, dan pusat kegiatannya
transparan.

Kelompok Islam Transnasional Lokal diantaranya RT


Laskar Jihad Forum Komunikasi Ahhes-Sunnah wal-
Jama'ah (LJ-FKAWJ), Front Pembela Islam (FPI),
Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), dan kelompok
radikal kecil lainnya yang memiliki ikatan Timur
Tengah antara lain Jama' ah Ikhwanul Muslimin
(JAMI) berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin
(Persaudaraan Muslim) di Mesir, dan Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) cabang Hizbut Tahrir, yang didirikan
oleh Syaikh Tagiyuddin Nahbani di Yerusalem pada
tahun 1953.
VIII salah satu penyebab lahir banyaknya gerakan
transnasional Islam saat reformasi yaitu
pemerintahan baru yang berada dalam proses
transisi demokrasi dari sistem pemerintahan
otoriter ke sistem pemerintahan demokratis
cenderung tidak memiliki stabilitas dengan
legitimasi yang kuat di masyarakat
VIII Perkembangan Islam Transnasional juga di
pengaruhi bagaimana fase-fase politik identitas
di Indonesia.

Politik identitas Islam pasca Orde Baru ini


sebenarnya dapat
dibaca dalam tiga fase utama, yaitu “konflik
antaragama” di Maluku dano Poso, proyek
Islamisasi ruang publik kebangsaan, dan
penyeranganr terhadap aliran sesat dan anti
kristenisasi
IV

Konflik antarumat beragama di Maluku dan Poso merupakan faser pertama


politik identitas Islam pasca Orde Baru. Konflik horizontal bernuansa agama
yang terjadi sepanjang tahun 1997 hingga berpuncak dia Maluku dan Poso
yang berakhir tahun 2002. Konflik ini telah mengubaha cara pandang
keagamaan dan ketegangan masyarakat di seluruh Indonesia, sehingga
melegitimasi muncul sejumlah organisasi Islam beralirana radikal. Diawalii
oleh Front Pembela Islam (FPI) yang berdiri tahun 1998 Jakarta,
bermunculan organisasi Islam lainnya
IV

fase kedua politik identitas Islam pasca Orde Baru adalaha Islamisasi ruang
publik bangsa dalam bentuk penegakan Syari’at Islam.a Upaya Islamisasi
ruang publik bangsa tampak secara kasat mata dalamkonstelasi politik
pasca runtuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998 yang di tandai
munculnya partai politik berbagai aliran.
IV

Fase ketiga dari politik identitas Islam pasca Orde Baru adalah penyerangan
terhadap aliran sesat, anti kristenisasi, dan anti maksiat.a Sasaran utama
yang dituju adalah Jemaat Ahmadiyah dan aliran sesat lainnyai (Lia Eden
dan Mushaddiq), tempat-tempat ibadah umat Kristen, dan
tempat-tempat serta praktik yang dianggap maksiat.
IV

Munculnya gerakan radikalisme Islam di ranah kebangsaan kita ini


sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehadiran ideologi Islam beraliran
salafisme khas abad 20. yaitu suatu aliran gerakan Islam yang tidak hanya
menekankan pemurnian keagamaan semata, tapi menjadi ideologi
perlawanan dan terhadap berbagai paham yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai agama,s eperti modernisme, sekularisme, kapitalisme, dan lain-lain.
Tokoh-tokohnya antara lain, Hasan al-Banna, Sayyid Quthb (Ihkwânul
Muslimîn) dan Abu al-A’lâ al-Maududî (Jama’ati Islami)
IV

Sementara dalam konteks Indonesia pasca kemerdekaan, gerakana Islam ini


hadir sebagai respon terhadap buruknya pola relasi negaraa terhadap
masyarakat. Pasca era reformasi perpindahan gerakan aktivis dakwah dari
masjid kepada gerakan penegakana Syari’at Islam di ruang publik bangsa
Indonesia.
RT
XI

Pemerintah dan sikap dalam Islam Transnasional

Pada tahun 2017 pemerintah menbubarkan HTI karena di nilai sebagai organisasi kemasyarakatan yang berbadan
hukum. Namun organisasi ini tidak melakukan peran positif guna mencapai tujuan nasional.

HTI juga terindikasi kuat bertentangan dengan tujuan asas, dan ciri berdasarkan Pancasila dan UU nagara.
Sebagaimana UU ormas No. 17 tahun 2003. Sehingga aktivitas HTI juga di wanti dapat mengancam dan
menimbulkan benturan bagi masyarakat.
XII

Referensi
Anthony Bubalo and Greg Fealy 2005 “Between the Global and the Local; Islamism, the
Middle East, and Indonesia” Analysis Paper no. 9.

Ridwan, Transnationalism and transnational Islam in IndonesiaWith Special emphasis


on Papua, Centre for Muslim States and Societies (CMSS,)The University of Western
Australia : 2019
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai