Anda di halaman 1dari 12

PETA GERAKAN ISLAM

Disampaikan di Pelatihan Kader Dasar (PKD)


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Komisariat Trunojoyo IAINATA Sampang
Minggu 26 Juni 2022

Oleh: Ali Mahfud Fauzi, S.Pd.


PRAWACANA
Peta Gerakan Islam adalah bagian dari kajian historis gerakan
Islam di Indonesia
Peta Gerakan Islam juga wahana edukasi dalam memahami
term gerakan dan ajaran Islam yang ada di Indonesia
URGENSITAS
Sebagai wahana edukasi dalam memahami dan mempelajari
historisasi gerakan Islam di Indonesia
Sebagai wahana dalam mengidentifikasi term gerakan dan
ajaran Islam di Indonesia
Sebagai ibrah atau refleksi terminologis gerakan Islam Indonesia
dimasa yang akan datang
Genealogi Gerakan Islam Indonesia
Scara khusus Islam di Indonesia di transmisikan melalui beberapa gerakan
yang terangkum dalam beberapa kerangka teoritik, diantaranya:
 Teori Arab (Mekah) dibawa oleh saudagar Arab pada masa khalifah Usman
bin Affan (7 M). Teori dibuktikan dengan adanya pemukiman Arab-Muslim
di pesisir barat Sumatera (Thomas W. Arnold & Buya Hamka)
 Teori Mesir/Hadramaut Yaman yang mengatakan ada kesamaan madzhab
yang dianut masyarakat Mesir-Yaman-Nusantara yaitu madzhab Syafii
(Kajizer, Niemman, Hollander)
 Cina lewat daerah Barus Sumatera Utara pada Abad 625 M
 Persia (Iran) dibawa oleh Syaikh Syamsuddin al-Baqir al-Farsi yang dikenal
dengan nama Syaikh Subakir pada sekitar abad 13 M. (makamnya di Wajo
Sulawesi Selatan). Teori ini dibuktikan dengan madzhab masyarakat muslim
Jawa-Sumatera yang cenderung mirip dengan corak madzhab Syiah (Snouck
Hurgronje)
 Gujarat India pada abad 13. Teori ini dibuktikan dengan: (1) adanya Batu
nisan yang mirip dengan model nisan yang ada di Gujarat (2)
kecenderungan masyarakat muslim Indonesia yang bermadzhab Syafii
(Snouck Hurgronje)
Embrio Munculnya Gerakan Islam Indonesia

Embrio yang melatar belakangi munculnya gerakan-gerakan Islam di Indonesia secara umum
dapat dirangkum ke dalam dua faktor (Ali Sodiqin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
1. Faktor Internal
Sosio-historis Islam di Indonesia yang sudah mengakar dari sejak awal Islam
masuk ke Indonesia hingga hari ini kemudian berimplikasi pada gelora semangat Islam
Komposisi Umat Islam di Indonesia yang mayoritas yang kemudian menyulut
pergeseran identitas keislaman yang terrepsentasi dalam gerakan formalisasi Islam
Buruknya sistem pemerintahan Indonesia khususnya dalam penegakan hukum
yang kemudian melahirkan alternatif Islam sebagai solusi
1. Faktor Eksternal
Transformasi pemikiran fundamintalis dari Timur Tengah
Gerakan trans-nasional yang mengusung penegakan Syari’ah dan Khilafah
Term Gerakan Islam Indonesia
Term Gerakan Islam Indonesia tidak lepas dari embrio yang melatar belakangi
munculnya gerakan Islam di Indonesia (Faktor Internal dan Eksternal) sebagaimana
disebutkan. Dari dua dimensi ini yang kemudian bermetamorfosis dan
terpersonifikasi dalam beragam aliran dan gerakan, antara lain;
1. Tajdidi (Modernis Klasik)
Gerakan pembaharuan Islam secara akomodatif. Artinya Gerakan ini berpandangan
bahwa Islam bukanlah agama yang bersifat pribadi dan statis sebagaimana
dipraktikkan oleh kaum tradisionalis, melainkan merupakan agama yang dinamis
dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya oleh
sebab itu gerakan ini mengandaikan bahwa pintu ijtihad masih terbuka dan fikih
perlu diseleksi dan dikembangkan (reinterpretasi) sesuai dengan perkembangan
kondisi sosial budaya masyarakat. Kelompok ini menerima konsep demokrasi,
kesetaraan gender, dan pembahar pendidikan

Di Indonesia kelompok ini bermula semenjak akhir abad 19 memiliki basis massa di
area perkotaan yang secara garis besar berafiliasi dengan ormas Muhammadiyah.
2. Fundamentalis (Neo-Revivalis)
Corak pemikiran neo-revivalis tidak jauh berbeda dengan revivalis klasik (rigid dan
literal) hanya saja berbeda dalam platform gerakan. Gerakan ini sedikit berbeda
dengan gerakan revivalis klasik (Wahabisme) yang lebih menekankan aspek
keagamaan di kalangan grass root dari pada visi politik gerakan tersebut. Gerakan ini
memiliki kecenderungan ke arah mobilitas struktural untuk merebut kekuasaan politik.
Dengan kata lain kelompok ini cenderung melakukan formalisasi agama. Kelompok ini
lahir sebagai respon dari modernis klasik yang menghendaki tafsir sosial seperti
demokrasi dsb.

Gerakan kelompok ini dinilai sebagai reinkarnasi sublimatif (sempalan) dari gerakan
revivalis dengan model gerakan yang lebih agresif, vulgaris, bahkan subversif.

Di Indonesia gerakan ini terfragmentasi dalam wujud ormas HTI.


Kantong massa gerakan ini ialah dari masyarakat muslim anyaran (abangan) yang
sebagian besar ada di perkotaan.
3. Neo-Modernis
Suatu pemahaman keislaman yang lebih menekankan pada aspek nilai (value) yang
terdapat dalam ajaran Islam seperti; persamaan, keadilan dan kemerdekaan dsb.

Gerakan kelompok ini mencoba merekonstruksi pemikiran Islam secara radikal-


universal dengan menawarkan metode baru dalam memaknai Al-Qur’an, yaitu
melalui pendekatan-pendekatan filsafat hermeneutika (tafsir).

Gerakan ini banyak di anut oleh para pemikir dan cendikiawan muslim yang ada di
NGO atau ruang-ruang akademik perguruan tinggi. Eksponen gerakan ini ialah
seperti Dawam Rahardjo, Nurcholish madjid, Gusdur, Gus Ulil, Johan Efendi
4. Revivalis Klasik
Suatu gerakan pembaharuan pasif yang lahir akibat keprihatinan atas keterpurukan
kaum muslimin yang terlena pada hal-hal yang berbau mistis-irasional. Gerakan ini
bertujuan untuk penyegaran kembali ajaran Islam (puritanisme). Ciri gerakan ini
adalah gerakan anti TBC (Tahayul, Bid’ah, Churafat) dan anti madzhab
(Demadzhabisasi/kembali kepada Al-Quran dan Hadits (monoteisme murni) yang
mereka tafsirkan secara rigid dan literal)

Eksponen (tokoh sentral) gerakan ini adalah Muhammad Ibnu Abdul Wahab (1703-
1787) yang pada fase selanjutnya dikenal dengan sebutan Salafi-Wahabi
(Mutasallif). Ciri gerakan ini ialah 4T (Tasyrik, takfir, tabdi’, dan Taskik)
Gerakan ini lahir semenjak Haramain ditaklukkan oleh Ibnu Saud pda 17-18 M.

DI indonesia masuk pada akhir abad 19 yang ditandai dengan berdirinya organisasi
Jamatul Khair Khair
5. Islam Tradisionalis
Suatu gerakan yang memiliki hubungan erat dengan ulama-ulama Islam abad
pertengahan (Abad X- XVI M. Ciri pemikiran kelompok ini ialah: (1) COCI; Closed
Official Corpus Ijtihad (pintu ijtihad telah tertutup)". Mereka menilai bahwa ulama
saat ini tidak mampu melakukan ijtihad dikarenakan keterbatasan pengetahuan
yang mereka miliki. (hiper fanatik terhadap ulama madzhab). (2) bersikap adaptif-
akomodatif terhadap tradisi-tradisi lokalyang ada di tengah masyarakat sehingga
impact daripada hal ini ialah timbulnya sikap mistifikasi dan idolatri dengan berbagai
ketentuan agama.

Basis massa mereka di Indonesia kebanyakan terdiri dari kalangan pesantren dan
pedesaan yang berafiliasi dengan organisasi Nahdlatul Ulama.

Dikatakan tradisional dikarenakan kelompok ini terindikasi kuat memiliki


kecenderungan mempertahankan tradisi yang ada dan atau mengintegrasikannya
(custom) dengan hal baru secara adaptif-akomodatif (proporsional) . Corak gerakan
Islam tradisional ini dilakukan dengan model persuasive source (sinkretis).
Penutup

‫ِب‬‫ا‬‫َب‬ ‫ْل‬‫َأْل‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫و‬‫ُأِل‬


‫َلَقْد َك اَن ِفي َقَص ِص ِهْم ِع ْبَر ٌة ِل‬
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (Nabi Yusuf dan
saudara-saudaranya) itu terdapat pelajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal (Yûsuf/12:111)
Thanks For Reading
Wallahul Muwafieq Ilaa Aqwamith Tharieq
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai