Anda di halaman 1dari 16

SUFISME VERSUS ISLAM PURITAN

(KONSTRUKSI IDENTITAS DAN NEGOSIASI KELOMPOK TAREKAT


NAQSYBANDI HAQQANI DI INDONESIA)

Oleh
Ronggo Utomo Hardyanto
Pascasarjana Prodi Kajian Budaya dan Media UGM Yogyakarta
Email: ronggoutomo4@gmail.com
 

Abstract: This article aims to find out the history and development of the Tarekat Naqshbandi
Haqqani in Indonesia to date so that it can describe the narrative of the existence of the Tarekat
Naqshbandi Haqqani in constructing its religious identity as a new Islamic movement. Sufism
and tasawuf are one of the main issues that are often faced by the tarekat. Their teachings are
often accused by many, especially from the Puritan movement. This puritan group considers the
teachings practiced by the Sufis to deviate from the provisions of Shari'a and Tawheed in Islam.
This group of Tarekat Naqshbandi Haqqani is considered as a problem that must be resolved
because its teachings contain a lot of heresy, bid'ah, khurafat and others. The focus of the
discussion of this paper is on how to uncover the tactics and negotiations used by the Naqshbandi
Haqqani group in constructing their group identity towards puritanical Islamic groups in the scope
of a strict Islamic discourse. This article is the result of qualitative research conducted on the
Tarekat Naqshbandi Haqqani in Yogyakarta with the cultural studies paradigm. Important issues
related to the process of constructing identities formed by the Tarekat Naqshbandi Haqqani are
inseparable from influences such as social, cultural, economic and political aspects.

Keywords: Construction of identity, naqshbandi haqqani, puritan, negotiation

Abstrak. Artikel ini bertujuan bertujuan untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Tarekat
Naqsybandi Haqqani di Indonesia hingga saat ini, sehingga dapat menguraikan narasi tentang
keberadaan kelompok Tarekat Naqsybandi Haqqani dalam mengkonstruksikan identitas
keagamaannya sebagai sebuah gerakan Islam baru. Sufisme dan tasawuf merupakan salah satu
isu utama yang sering dihadapi oleh kaum tarekat. Ajaran mereka sering dituduh oleh banyak
pihak, khususnya datang dari kelompok gerakan pemurnian Islam (puritan). Kelompok puritan
ini menganggap ajaran yang dipraktekkan oleh para kaum sufi ini telah menyeleweng dari
ketentuan ajaran syariat dan tauhid dalam Islam. Kelompok Tarekat Naqsybandi Haqqani ini
dianggap sebagai sebuah masalah yang harus diselesaikan karena ajarannya banyak mengandung
kesesatan, bid’ah, khurafat dan lain sebagainya. Fokus pembahasan tulisan ini tertuju pada
bagaimana mengungkap taktik dan negosiasi yang digunakan oleh kelompok Naqsybandi
Haqqani ini dalam mengkonstruksikan identitas kelompoknya terhadap kelompok Islam puritan
pada lingkup diskursus Islam yang kaffah. Artikel ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang
dilakukan pada kelompok Tarekat Naqsybandi Haqqani di Yogyakarta dengan paradigma cultural
studies. Isu penting yang terkait dengan proses konstruksi identitas yang dibentuk oleh kelompok
Tarekat Naqsybandi Haqqani tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh seperti sosial, budaya,
ekonomi, dan politik di dalamnya.

Kata kunci: Konstruksi identitas, naqsybandi haqqani, puritan, negosiasi

106 Vol. XIII, No. 1, Juni 2020


107 Vol. XIII, No. 1, Juni 2020

PENDAHULUAN dimulai dari pusat kota. Setelah itu baru


Ajaran sufisme memang cenderung menyebar ke kawasan pinggiran kota, lalu
menjadi gerakan esoteris yang menjurus kemudian ke wilayah pedalaman dan pedesaan.
kepada panteisme (paham keserbatuhanan) Para ulama-ulama sufi ini menemui para
yang kemudian memperoleh pijakannya bangsawan, saudagar, serta orang-orang di
melalui tarekat. Sejauh ini belum ada sumber pinggiran kota dan pedesaan untuk
yang secara pasti menyebutkan kapan menyerukan kebenaran di jalan Islam. Tidak
persisnya istilah sufi secara konvensional sedikit pula di antara mereka dikenal sebagai
dilekatkan pada orang-orang yang telah ahli falsafah, cendikiawan, sastrawan, dan
menekuni ajaran yang berasal dari tasawuf ini. pemimpin gerakan sosial keagamaan yang
Secara sosiologis tampak ada hubungan antara populer. Dengan memanfaatkan jaringan-
latar belakang lahirnya trend pola hidup jaringan pendidikan, intelektual, dan
sufistik dengan perubahan dan dinamika keagamaan yang tersebar di seantero dunia
kehidupan masyarakat. Gerakan-gerakan sufi Islam seperti Istanbul, Damaskus, Baghdad,
yang muncul merupakan reaksi terhadap pola Mekkah, Yaman, Delhi, Gujarat, Bengala,
hidup materialistik yang semakin hari semakin Samudra Pasai, Malaka dan lain sebagainya
tidak terbendung dan mereduksi segala aspek mereka tidak memperoleh kesulitan dalam
moral kemanusiaan. menyebarkan ajaran tasawuf.1
Selama ini sufisme sering dikaitkan Dalam menyampaikan ajaran tasawuf,
dengan praktik-praktik keagamaan yang para sufi ini mengedepankan unsur-unsur
identik dengan kehidupan statis, tradisional ajaran yang toleran, yang lebih mementingkan
dan mengandung corak mistis dalam solidaritas, persahabatan dan kedekatan antara
pelaksanaan ibadahnya. Anggapan tersebut Syekh (guru) dengan murid-muridnya melalui
kiranya perlu ditinjau ulang dengan melihat pembelajaran perilaku yang sangat
aspek-aspek ajaran sufisme yang sebenarnya menjunjung tinggi moral dan nilai-nilai
sangatlah dinamis, sehingga dalam sejarahnya kemanusiaan. Tujuan ini merupakan
yang panjang tidak jarang gerakan sufisme karakteristik yang selalu dipraktikkan dalam
yang menjelma melalui institusi tarekat kehidupan beragama kaum sufi. Figurasi
muncul sebagai gerakan yang memotivasi mengenai sufisme ini bisa dipakai oleh
semangat umat Islam untuk berjuang melawan kelompok keagamaan manapun sesuai dengan
segala bentuk ketidakadilan yang terjadi di selera pengamalan ajarannya masing-masing.
segala aspek kehidupan. Seperti pada varian agama lain, kaum
Jika kita menilisik sejarah Islam yang tarekat atau kaum sufi secara bertubi-tubi
masuk ke Nusantara sejak awal perkembangan seringkali ditentang dan diserang oleh gerakan
Islam pada abad ke 13-15, tasawuf bukanlah Islam pembaharuan. Menguatnya
fenomena yang baru dalam kehidupan marginalisasi atas eksistensi keberadaan
beragama kaum Muslim di Indonesia. Islam sufisme di Indonesia terjadi terutama dalam
dengan corak sufi yang mewarnai penyebaran konteks peralihan abad ke-20 ketika terjadi
Islam di Nusantara dalam perkembangannya penguatan gerakan ‘revitalisasi agama’ atas
telah memberikan bangunan spiritualitas yang pengaruh kaum pembaharu Islam di Timur
dapat menuntun para pengikutnya menuju Tengah. Di Indonesia sendiri, kasus mengenai
pemahaman yang mendalam tentang tauhid. pertarungan antara kelompok Islam
Islam yang demikian dapat dengan mudah pembaharuan dengan kaum tarekat pernah
diterima dan diserap kedalam kebudayaan terjadi di Sumatera Barat, ulama pembaharuan
masyarakat setempat. Penyebaran ajaran yang diwakili Thawalib, sedangkan kaum
tasawuf di Indonesia tidak terlepas dari dakwah tarekat diwakili oleh organisasi PERTI.2
yang dilakukan oleh para ulama dan wali yang Pergolakan yang terjadi berupa perdebatan

1
 Lihat tulisan dari Abdul hadi; “Tasawuf islam/tasawuf/11/07/07/lnz1ti-tasawuf-indonesia-
Indonesia, Dulu dan Sekarang” dulu-dan-sekarang.
https://www.republika.co.id/berita/dunia- 2
 PERTI adalah Persatuan Tarbiyah Islamiyah.
Organisasi ini berdiri pada tahun 1930, dan
Ronggo Utomo Hardiyanto │Sufisme Versus Islam Puritan… …. 108
mengenai penulisan buku, ceramah-ceramah atas kelahiran ekspresi-ekspresi keagamaan
agama, dan bahkan juga dalam bentuk baru dalam Islam.
kekerasan terhadap kaum tarekat.3 Sufisme Era globalisasi telah menciptakan arena
dituduh menjadi penyebab kemunduran umat produksi kultural yang memungkinkan bagi
Islam karena bertentangan dengan etos pembentukan identitas baru di kalangan umat
peribadatan umat Islam bagi sebagian muslim. Termasuk memberikan perubahan
kelompok Muslim yang menganggap sufisme yang signifikan terhadap cara pandang
tidak relevan dengan kemodernan dan sangat manusia di segala aspek kehidupan, yang pada
mengandung unsur sesat dalam praktek akhirnya berdampak pada sebuah perebutan
pengamalannya. arena produksi kultural dan hubungan tarik
Berlainan dengan tuduhan negatif menarik antara paham kelompok satu dengan
tersebut, sebaliknya sufisme justru mengalami kelompok lainnya. Hal semacam ini senantiasa
kebangkitan pada era modernisasi yang diikuti mendorong kelompok-kelompok tarekat
dengan gejala globalisasi akibat perubahan sufisme, salah satunya Tarekat Naqsybandi
dinamika kehidupan yang mengakibatkan Haqqani, untuk beradaptasi sekaligus
munculnya problem-problem baru, seperti menyusun strategi untuk tampil kembali
gaya hidup materialistik, hedonistik, sampai sebagai “narasi besar” (grand narrative) yang
kepada disorientasi dan dislokasi sosial, politik terus mencari wilayah baru. Hal inilah yang
serta budaya. Oleh karena itu, sufisme bisa akan penulis lihat dalam artikel ini untuk
dilihat sebagai sebuah ideologi keagamaan menelusuri bentuk narasi seperti apakah
yang sifatnya universal, karena gagasan yang dibalik menguatnya kembali praktik-praktik
berkembang dalam pemahaman ini tidak kegamaan dari kelompok tarekat ini. Karena
terlepas dari proses negosiasi yang terjadi dalam prosesnya, kelompok tarekat ini
secara terus-menerus antara substansi dalam berusaha menggambarkan usaha mereka untuk
ajaran Islam dengan ide-ide mistisisme yang bernegosiasi dan mengintegrasikan ajaran
dihasilkan dari perkembangan budaya suatu Islam yang universal yang sesuai dengan jati
masyarakat untuk sampai pada kemapanan diri yang mereka bayangkan (imagined).
yang bersifat sementara. Oleh karena itu, yang menjadi fokus dari
Dari perpaduan itulah meyebabkan masalah yang akan dikaji dalam artikel ini
mulai bermunculan berbagai jenis pengamalan antara lain adalah: Bagaimana konstruksi
ajaran tasawuf dalam bentuk tarekat-tarekat identitas yang dibentuk oleh kelompok Tarekat
yang berkembang. Selanjutnya, perkembangan Naqsybandi Haqqani dalam perjumpaannya
tarekat-tarekat yang mewadahi komunitas dengan kelompok-kelompok Islam puritan
tasawuf akan selalu mengalami perubahan dari (formalis)? Lalu, taktik dan negosiasi seperti
masa ke masa mengikuti konteks zaman. apa yang digunakan oleh kelompok tarekat ini
Kajian terhadap tarekat dalam dalam mengartikulasikan keislamannya
mengkonstruksikan keidentitasan mereka terhadap kelompok yang menentangnya.
menarik untuk diangkat dalam artikel ini Pendekatan yang digunakan dalam penulisan
dikarenakan: 1) Sufisme muncul dan artikel ini adalah pendekatan secara deskripstif
berkembang seiring dengan perkembangan analitis, yaitu dengan mengaitkan paradigma
dari dinamika Islam itu sendiri, termasuk cultural studies dalam melihat proses
kemunculan Tarekat Naqsybandi Haqqani konstruksi identitas yang dibentuk oleh
yang merupakan cabang dari tarekat besar kelompok Tarekat Naqsybandi Haqqani, seta
Naqsyabandiyah beserta dinamikanya. 2) didukung melalui pengumpulan data secara
Gelombang modernisasi yang dikhawatirkan kualitatif. Dalam proses analisis artikel ini,
akan melibas setiap ekspresi yang tidak sejalan penulis bertindak sebagai penafsir dari data
dengan logika berpikir modern (yang serba yang didapat.
universal) ternyata justru memberi sumbangsih

merupakan salah satu organisasi massa Islam 3


 Lihat Azyumardi Azra, Surau Pendidikan Islam
nasional yang berbasis di Sumatera Barat yang Tradisional Dalam Tradisi Dan Moderniasasi,
berakar dari para ulama Ahlussunnah wal jamaah. (Jakarta: Logos, 2003), h. 17.
109 Vol. XIII, No. 1, Juni 2020

PEMBAHASAN Naqsyabandiyah. Tarekat ini mempunyai


Sejarah dan Perkembangan Tarekat karakteristik khusus dibanding tarekat-tarekat
Naqsybandi Haqqani di Indonesia lainnya diluar Naqsybandi. Tarekat
Tarekat merupakan salah satu ajaran Naqsybandi didirikan oleh Muhammad
pokok dalam tasawuf, karena ilmu tarekat Baha’udin Naqsybandi (717 H/1318 M-791
sama sekali tak dapat dipisahkan dengan H/1389 M). Menurut Syekh Najmuddin Amin
tasawuf. Tarekat adalah tingkat ajaran pokok al-Kurdi dalam kitabnya “Tanwir Qulub”
dalam tasawuf, sedangkan ajaran tasawuf Naqsybandi diambil dari kata
adalah ajaran yang diamalkan oleh para suf “Naqsybandiyah” yang berasal dari dua buah
(pengamal tasawuf) untuk mendekatkan diri kata bahasa arab, “Naqsy” artinya ukiran atau
kepada Allah SWT (Khalili, 1990 : 10). Pada gambar dan “band” artinya bendera atau layar
masa awal kemunculannya, hanya terdapat dua besar. Dinamakan dengan Naqsybandi karena
macam tarekat, yaitu tarekat Nabawiyah dan Syekh Bahauddin pendiri tarekat ini senantiasa
tarekat Salafyah. Namun, setelah abad ke-2 selalu berdzikir mengingat Allah sehingga
Hijriah tarekat Salafyah mengalami lafadz Allah selalu terukir melekat dalam
perkembangan yang cukup pesat. Hal ini kalbunya.4
sebagai imbas dari berkembangnya alam pikir Identitas persaudaraan yang
flsafat dan berbagai macam alirannya yang dikembangkan oleh Tarekat Naqsybandi
mengalir memasuki negara-negara Arab. pernah melalui tiga periode sejak kemunculan
Pengaruh filasat Yunani dan praktek-praktek tarekat ini. Periode pertama mencakup apa
aliran kebatinan telah memberikan warna baru yang disebut oleh Hamid Algar sebagai
dalam dunia tasawuf Salafyah. prasejarah berdirinya Tarekat Naqsybandi ini.
Perkembangan lebih lanjut adalah Periode ini dimulai dari masa Abu Bakar,
lahirnya berbagai macam metode atau teknik dimana pada periode ini Tarekat Naqsybandi
tertentu dalam tarekat. Maka muncullah belum mempunyai identitas sendiri, dan
tarekat sufyah yang diamalkan oleh kaum sufi, disamping itu tokoh-tokoh yang tercantum
yang bertujuan untuk mensucikan diri melalui dalam garis silsilah Naqsybandi tidak dengan
empat tingkatan yaitu syariat, tarekat, hakikat sendirinya dianggap sebagai ekslusif milik
dan marifat. Dari tarekat sufyah inilah Naqsybandi.5
bermunculan para sufi yang mengajarkan Pada periode kedua, yang merupakan
tarekat yang berbeda-beda seperti tarekat fase formasi tarekat ini adalah fase dimana
Syaziliyah, Tijaniyah, Sanusiyah, Rifa’iyah, tarekat memperoleh identitasnya sendiri. Pada
Syuhrawardiyah, Ahmadiyah, Mulawiyah, periode ini terdapat beberapa guru yang terdiri
Naqsyabandiyah, Qadiriyah, Hadadiyah dan dari tujuh Syekh utama berkebangsaan Asia,
lain sebagainya (Fuad, 2003). Demikian juga dan yang menjadi figur utama pada periode ini
halnya dengan di Indonesia, sebagai negara adalah Muhammad bin Baha’uddin al-Uwaisi
dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, al-Bukhari.6 Pada periode ini telah ada sistem
tentunya memiliki banyak bentuk dan aliran yang sudah ditetapkan dengan baik dalam hal
tarekat di berbagai daerah. Tarekat yang teknik, yang dipakai oleh para guru
terdapat di Indonesia yang terbesar adalah Naqsybandi. Dalam periode ini juga para
Tarekat Naqsyabandiyah, tetapi kemudian murid tidak lagi terikat pada sumpah setia pada
tarekat ini mulai terpecah-pecah ke dalam gurunya saja, tetapi juga kepada tarekatnya dan
berbagai macam cabangnya sejak Syekh Abdul silsilah menjadi lebih penting. Sejak
Karim al-Banten yang merupakan mursyid digunakannya nama Naqsybandi sebagai nama
terakhirnya wafat. (Bruinessen, 1992: 93) dan identitasnya, tarekat ini semakin dikenal
Tarekat Naqsybandi Haqqani sendiri oleh banyak orang yang mendalami dunia
merupakan alur cabang dari Tarekat tasawuf dan memiliki pengaruh yang luas dari

4
 A. Fuad Said, Hakikat Tarekat Naqsybandi 5
 Leonard Lewishon, Et. al. Warisan Sufi, Warisan
(Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996), h.7. Sufisme Persia Abad Pertengahan (1150-1500).
(Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), h. 540-541
6
Ibid.
Ronggo Utomo Hardiyanto │Sufisme Versus Islam Puritan… …. 110
masa ke massa. Pada periode yang ketiga pertama kali, kendatipun mungkin bentuk
mencakup sejarah perkembangan sejak tarekat Naqsybandi yang muncul pada waktu
Bahauddin Naqsybandi hingga generasi itu berbeda-beda. Perkembangan Tarekat
sesudahnya. Pada periode ini kurang lebih Naqsybandi Haqqani sampai ke Indonesia
berkenaaan dengan penyebaran Tarekat dibawa oleh Syekh Hisham Kabbani, yaitu
Naqsybandi. Dalam periode ini Tarekat khalifah dari Tarekat Naqsybandi Haqqani.
Naqsybandi menjadi suatu gerakan massa, dan Diawali dengan banyaknya kalangan pelajar
bagi kebanyakan pengikutnya, ritus-ritus maupun elit profesioal Muslim Indonesia yang
tarekat tidak lain dari pada bentuk-bentuk tinggal di Eropa dan Amerika Utara pada tahun
peribadatan. Baiat kepada seorang Syekh 1990-an bergabung dengan tarekat ini.
cenderung berkembang menjadi kultus wali. Menurut beberapa sumber informasi dari
Pada masa ini tarekat telah menjadi informan, ada beberapa orang Indonesia yang
sebuah organisasi, dengan hierarkinya sendiri turut andil dalam mempopulerkan tarekat ini di
dan kecenderungan pada rutinitasnya. Ada Indonesia. Seorang jurnalis bernama Asniar
khanqah7 pusat dan ada khanqah bawahan yang Sahab menjadi salah satu orang Indonesia
patuh pada khanqah pusat. Pada masa ini pula pertama yang tinggal di Belanda dan
percabangan tarekat mulai terjadi kedalam bergabung dengan Tarekat Naqsybandi
beberapa jalur; yang diantaranya adalah Haqqani pada saat itu. Lalu, orang Indonesia
Mujaddidiyah, Khalidiyah, dan Mazhariyah. lainnya yang turut bergabung dengan tarekat
Nama-nama tarekat tersebut mengacu kepada ini ialah Hadid Subki, seorang insinyur nuklir
perkembangan dalam hal metode teknik dan yang bekerja di General Company di San Jose,
doktrin. Setelah ketiga cabang itu muncul, California. Beliau menjadi seseorang yang
pada abad ini barulah muncul Tarekat telah menghubungkan dan mengenalkan
Naqsybandi Haqqani yang didirikan oleh tarekat ini dengan Mustafa Mas’ud, salah
Syekh Muhammad Nizam al-Haqqani (23 seorang ulama NU yang saat ini juga telah
April 1922/28 Sya’ban 1340 H) di Cyprus, menjadi mursyid dari Tarekat Naqsybandi
Turki tahun 1973. 8 Haqqani di Indonesia.
Nama “Haqqani” sendiri diambil dari Orang-orang inilah yang nantinya sangat
nama Syekh Nazim al-Haqqani, karena beliau berpengaruh dalam membawa segala informasi
sudah mendapatkan ijazah dari sang guru mengenai tarekat ini, serta turut andil dalam
Syekh Abdullah Faiz Ad-Daghestani yang juga menyebarkan ajaran tarekat ini. Secara
merupakan murid dari Muhammad Baha’udin. kejamaahan, Tarekat Naqsybandi Haqqani di
Syekh Muhammad Nazim al-Haqqani diangkat Indonesia secara resmi mulai tergelar
menjadi mursyid dalam mata rantai Tarekat kebersamaannya sejak ditunjuknya K.H.
Naqsybandi setelah Syekh Abdullah Faiz Ad- Mustafa Mas’ud sebagai representatif pertama
Daghestani wafat pada tanggal 30 September dari Syekh Nazim Haqqani untuk Indonesia
1973 (4 Ramadhan 1393 H). Syekh Abdullah pada 5 April 1997.10 Penunjukkan dan baiat
Faiz telah memberikan wewenangnya kepada bagi para pengikut barunya dilaksanakan oleh
Syekh Nazim untuk bertindak sebagai Syekh Syekh Hisham Kabbani sendiri pada
dan mengambil baiat atas calon murid dengan kunjungan pertamanya di Indonesia. Melalui
nama sendiri. Sejak saat itu tarekat ini dikenal Syekh Hisham Kabbani masyarakat Indonesia
dengan Tarekat Naqsybandi Haqqani.9 mulai mengenal Tarekat Naqsybandi Haqqani
Tarekat Naqsybandi Haqqani dalam ini. Tarekat ini dapat dikatakan sebagai tarekat
perkembangannya di Indonesia mendapatkan yang paling transparan untuk semua kalangan
sambutan yang baik, karena seperti diketahui yang dapat menerimanya, karena seseorang
bahwa Tarekat Naqsybandi sudah ada sejak dapat masuk ke dalam tarekat ini dengan syarat
dua abad sebelum Belanda mengenalnya untuk yang mudah, serta ajarannya yang terbilang

7
 Khanqah merupakan sebuah bangunan yang 8
 Yayasan Haqqani Indonesia, Ahl Haq V. 4
dirancang khusus sebagai tempat perkumpulan (Jakarta: Yayasan Haqqani Indonesia), hal. 7.
Thariqoh Sufi. 9
 Ibid
10
 Profil Yayasan Haqqani Indonesia, h. 6
111 Vol. XIII, No. 1, Juni 2020

cukup sederhana untuk di praktekkan dan pengawasan seorang mursyid. Sebagaimana


paling ringan diamalkan. layaknya sebuah organisasi modern,
Tarekat Naqsybandi Haqqani sudah keorgarnisasian Tarekat Naqsybandi Haqqani
berkembang luas di berbagai kota di Indonesia sendiri terdiri dari seorang ketua yang
mulai dari wilayah Barat sampai Timur. Untuk mengepalai dan memegang peranan penting
terus dapat melaksanakan tujuan tersebut dalam organisasi, wakil, sekretaris, bendahara,
dibangunlah zawiyah-zawiyah yang tersebar di dan beberapa anggota staf pembantu umum
seluruh Indonesia untuk dapat yang masing-masing mempunyai fungsi sesuai
mengembangkan ajaran dari tarekat ini. dengan jabatan yang diembannya. Struktur
Zawiyah ini sendiri merupakan sebuah tempat organisasi dan pengurus Tarekat Naqsybandi
yang mewadahi keberadaan dari pusat-pusat Haqqani ini dinaungi oleh Yayasan Haqqani
dzikir kaum tarekat yang banyak berada di Indonesia yang didirikan oleh Syekh
wilayah urban. Hal ini menandakan bahwa Muhammad Hisham Kabbani. Walaupun
tarekat ini memang merupakan firkah dari kegiatan tarekat sudah berlangsung sejak tahun
kelompok masyarakat urban. Di antara daerah- 1997, tetapi secara hukum Yayasan Haqqani
daerah yang sudah mempunyai zawiyah ini Indonesia baru diresmikan pada akhir tahun
antara lain, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, 2000 sebagai cabang Haqqani Foundation
Aceh, Jawa Barat, Aceh, Kalimantan Barat dan International yang sudah tersebar di beberapa
Timur serta sebagian wilayah Sumatera seperti negara.
Aceh, Padang, dan Medan. Dalam struktur kepengurusan Yayasan
Secara organisasi, aspek penting dari Haqqani, para jama’ah Tarekat Naqsybandi
tarekat ini adalah afiliasi utama spiritualnya Haqqani merupakan orang-orang yang terlibat
yang mengacu kepada khalifah pertama Abu langsung dalam kepengurusan organisasi ini.
Bakar.11 Sebagaimana organisasi tarekat yang Mereka secara terbuka membuka peluang
tumbuh dan hidup subur sampai abad ke-21 ini, untuk para muslim/muslimat yang tidak
kelompok tarekat ini juga telah mempunyai mengikuti tarekat untuk ikut berpartisipasi
unsur-unsur pokok sebagai kriteria suatu dalam organisasi ini. Karena pada prinsipnya
organisasi secara umum yang sekiranya jelas organisasi ini mempunyai pola dasar
menunjukkan bahwa di dalam organisasi keorganisasian yang tidak jauh berbeda dengan
tarekat ini telah terdapat kelompok orang yang kelompok-kelompok Tarekat Haqqani yang
terdiri dari seorang guru dan wakil-wakilnya, ada selain di Indonesia. Yayasan Haqqani
serta para anggota atau murid-muridnya yang mempunyai fungsi sebagai payung kegiatan
jumlahnya beratus-ratus bahkan beribu-ribu yang bersifat spiritual dan non-spiritual. Dalam
orang. Diketahui bahwa dalam organisasi bentuk kelembagaannya, Yayasan Haqqani
tarekat Naqsyabandiyah terdapat tarekat induk diharapkan mampu memiliki peran yang
dan tarekat cabang sehingga tetap membentuk strategis dan berkesinambungan dalam
hubungan yang vertikal. Dengan demikian melaksanakan tujuan utamanya yaitu syiar
organisasi tarekat merupakan alat perjuangan Islam kepada sesama umat manusia.13
yang penting, efektif dan efesien. Sewaktu- Usaha-usaha yang dilakukan oleh
waktu potensi yang ada itu dapat digerakkan kelompok Tarekat Naqsyabandi Haqqani
dan dimanfaatkan untuk suatu perjuangan dalam bidang keagamaan mempunyai
kelompok tarekat sufi.12 pengaruh yang sangat luas terhadap
Struktur organisasi Tarekat Naqsybandi perkembangan tarekat di Indonesia. Salah
Haqqani di Indonesia sendiri telah satunya ialah usaha memurnikan keyakinan
menggunakan struktur organisasi modern. umat Islam di Indonesia dari bahaya syirik dan
Sistem itu tetap berada di bawah kontrol dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari Islam

11
 Wawancara dengan Pak Joko, beliau merupakan Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia,
salah satu pengikut Tarekat Naqsybandi Haqqani Thn. 1974/75). (Yogyakarta). h. 1-2.
13
di Jogja. Yayasan Haqqani Indonesia, Profil Yayasan, h.
12
Chumaidy Syamsuddin, Organisasi Tarekat dan 6.
Pengaruhnya (Paper Wajib Peserta Studi Purna
Ronggo Utomo Hardiyanto │Sufisme Versus Islam Puritan… …. 112
seperti ajaran-ajaran kebatinan dan praktek- cara ini, tarekat yang semula merupakan ikatan
praktek perdukunan serta klenik yang sederhana dan bersahaja antara guru dan murid
mengatasnamakan Islam. Artikulasi identitas berpotensi berkembang secara struktural
merupakan cara yang bisa ditempuh oleh maupun fungsional.
kelompok Tarekat Naqsybandi Haqqani ini Secara struktural, misalnya, kelompok
agar kepentingan dan kebutuhan dakwahnya Tarekat Naqsybandi Haqqani ini telah
dapat terpenuhi sesuai dengan tujuannya. mengembangkan sistem dakwah dengan pola
Berbagai macam kepentingan atau kebutuhan jaringan-jaringan seperti ekonomi melalui
masyarakat mungkin dapat terpenuhi oleh bisnis dagang batik sogan yang telah
sistem dakwah bilamana ia dikemukakan disebutkan di atas. Struktur tarekat tersebut
secara nyata, baik melalui organisasi maupun diprediksi mampu bermanifestasi dalam
lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat. sebuah asosiasi-asosiasi yang pada akhirnya
Tarekat Naqsybandi Haqqani memperbesar tubuh kelompok tarekat yang
mengartikulasikan kepentingan para bersangkutan. Sebagai contoh dari
pengamalnya melalui sistem dakwah perkembangan institusi Tarekat Naqsybandi
kelompok mereka yang sifatnya non- Haqqani yang terlembagakan ini ialah
asosiasional. Kelompok kepentingan non- banyaknya cabang zawiyah Tarekat
asosiasional merupakan kelompok Naqsybandi Haqqani yang nampak sebagai
kepentingan yang kurang terorganisir secara model dari sistem pendidikan layaknya
rapi dan kegiatannya masih kadangkala saja pesantren di Nusantara. Dengan demikian,
tetapi mempunyai fungsi sebagai organisasi tarekat yang semula sebagai lembaga doktrin
yang dibutuhkan oleh para pengikutnya. kesalihan yang bersifat eksklusif, berubah
Keanggotaan kelompok kepentingan ini dapat menjadi inklusif dan dapat berkembang
diperoleh berdasarkan atas kepentingan- menjadi sebuah institusi keagamaan yang
kepentingan yang serupa karena persamaan kompleks, yang dapat muncul darinya faksi-
dalam hal-hal tertentu, seperti keluarga, status, faksi (substruktur-substruktur) baru sesuai
kelas, kedaerahan, keagamaan, keturunan atau dengan kebutuhan aktualisasi dari zawiyah-
etnis. zawiyah yang ada tersebut.
Selain membangun zawiyah, tarekat ini Proses Konstruksi Identitas Kelompok
juga mengembangkan dakwahnya dalam Naqsybandi Haqqani
bidang ekonomi dan kegiatan-kegiatan politik. Organisasi tarekat sangat potensial
Dalam bidang ekonomi contohnya, kelompok untuk digunakan oleh kepentingan tertentu.
tarekat ini mengembangkan usaha di bidang Dalam konteks ini, kelompok tarekat tidak
jasa pelatihan agen untuk para pemilik toko jarang digunakan untuk menjawab berbagai
batik yang ada di Jogja. Kelompok tarekat ini macam tantangan dan masalah yang muncul
membiayai segala kebutuhan infrastruktur dan sebagai akibat yang tidak diharapkan dari
pelatihan agen dan menggaji para agen. Hasil perkembangan dan tantangan dunia
dari keuntungan yang didapat dari bisnis ini kontemporer. Dalam jangka waktu terakhir ini
100% keuntungannya dialokasikan untuk jika kita menilik kembali Orde Baru, masa
kepentingan para jamaah Tarekat Naqsybandi tersebut dapat dilihat sebagai periode di mana
Haqqani. Islam ortodoks secara bertahap mulai
Sebagai sebuah institusi tarekat, menggantikan keberagamaan sinkretistik.
kelompok tarekat ini mampu memberi Sufisme yang berorientasi syariah mengalami
seperangkat wahana sosialisasi dan aktualisasi lonjakan popularitas yang luar biasa, pertama-
doktrin sufi yang dapat dimodifikasi dan tama di kalangan penduduk pedesaan di mana
dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip para Syekh sufi menjadi tokoh yang
organiasasi modern terkait dengan upaya berpengaruh dan kuat secara politis, dan
kontekstualisasi agar kelompok Tarekat kemudian berimbas ke kalangan kelas
Naqsybandi Haqqani ini menjadi sebuah ikatan perkotaan yang beragam. Struktur informal
sosial-organis sufistik yang memungkinkan tarekat, yang awal mulanya lebih didasarkan
kelangsungan eksistensi kelompok mereka dan pada kesetiaan antara guru dan murid, akhirnya
perkembangannya ke depan. Karena dengan berkembang menjadi perkumpulan yang lebih
113 Vol. XIII, No. 1, Juni 2020

formal, yang dipimpin sebuah sistem sesuai dengan karakteristik perilaku sosial-
kepengurusan yang dipilih, dan bertanggung kultural pengikutnya.
jawab kepada, muktamar nasional. Walaupun begitu, bagi mereka yang
Gagasan sufi, terutama gagasan tentang telah masuk dalam kelompok tarekat ini,
dunia sebagai sebuah emanasi dari Tuhan yang mereka telah membawa satu visi misi tujuan
mewujud dalam bentuk hubungan antara yang sama, yaitu mengamalkan apa yang
mikrokosmos (badan manusia) dan diperintahkan oleh mursyid (guru) mereka.
makrokosmos (alam semesta) dengan mudah Kelompok tarekat ini sangatlah akomodatif
diasimilasikan ke dalam sistem pengendalian terhadap cara pandang dari masing-masing
magis atas dunia. Dalam gerakan kebatinan jamaahnya, kalaupun masih ada jamaah yang
‘abangan’ misalnya, sudah sangat terlihat jejak membawa pemahaman dari tradisi lama
dari gagasan-gagasan sufi yang telah diadopsi mereka yang tidak berdasarkan nilai-nilai
ke dalam berbagai rumusan sinkretistik. Tidak Islam, asalkan itu tidak bertentangan dengan
mengherankan jika kita menemukan banyak aqidah, bagi mereka itu tidak menjadi masalah,
dari Syekh dan kiai dari tarekat berhubungan karena seiring berjalannya waktu mereka juga
dengan, atau bahkan terlibat aktif dalam akan mengerti bagaimana berislam yang
gerakan nasionalis Indonesia yang awal. sebenarnya. Kelompok tarekat ini sangat
Kemudian para pengikut tarekat beserta para fleksibel dalam memahami persoalan agama,
mursyidnya dapat berperan sebagai anggota khususnya mengenai Islam sendiri.
dari perkumpulan sosial dan politik dan Dalam mengkonstruksikan identitasnya,
dipandang sebagai sebuah aset untuk kelompok Tarekat Naqsybandi Haqqani
berafiliasi melahirkan kepercayaan sosial yang menggunakan pendekatan yang menekankan
saling menguntungkan. Hal ini membuktikan landasan pemikiran kepada dasar-dasar
bahwa tasawuf dan tarekat tidak hanya tetap keagamaan Islam yang mampu melakukan
relevan dengan peningkatan spiritual, tetapi adaptasi dan memiliki keterbukaan yang besar
juga dengan usaha perbaikan dan peningkatan terhadap modernitas tanpa kehilangan inti dari
kualitas hidup, dan bahkan eksistensi kaum ajarannya sendiri. Yang dilakukan oleh
muslim itu sendiri.14 kelompok ini tidak begitu saja menyalahkan,
Tradisi tasawuf yang dijalankan oleh mengkafir-kafirkan ataupun menjudge bahwa
kelompok Haqqani ini mengacu berdasarkan berbagai pemahaman yang ada diluar selain
tradisi yang biasa dilakukan oleh sebagian Islam itu keliru. Justru yang mereka lakukan
besar masyarakat Nahdliyin yang merupakan ialah dengan cara mendomestifikasikannya.
reprsentasi dari salah satu organisasi kelompok Artinya, identitas Islam yang melekat tetap
keagamaan Islam terbesar di Indonesia, yaitu menunjukkan sebagai Islam yang hidup di
Nahdlatul Ulama (NU). Pada umumnya wilayah kebudayaan yang ditempatinya. Hal
mereka mengacu pada tradisi bertasawufnya ini tentu saja sangat bersifat relasional, seperti
Imam Al-Ghazali. Tasawuf yang yang apa diungkapkan oleh salah satu informan
dikembangkan oleh Imam Al-Ghazali penulis berikut ini:
menekankan pada jalan sufi dalam mencari “Namanya tradisi itu kan prodak,
kebenaran yang hakiki. Jalan sufi ini dianggap penciptanya kan wali, beliau
sebagai pembelajaran tasawuf yang paling menciptakan prodak itu kan pake
relevan bagi kelompok Haqqani karena metode, nah wali jaman dulu ini
memadukan antara ilmu dan amal, dan akan produsen untuk memasukkan Islam ke
menghasilkan sebuah moralitas yang baik, masyarakat, karena masyarakat ini kan
khususnya untuk umat Muslim. Karena itulah sudah berbudaya, harus diciptakan.
pandangan ini dipakai oleh kelompok Tarekat Kemudian mereka pakai metode yang
Naqsybandi Haqqani dalam membentuk namanya manhaj, entah apa itu
identitas para pengikutnya dalam menanamkan namanya. Kemudian terciptalah prodak.
pentingnya ajaran dan nilai-nilai agama yang Kita ini hanya memakai prodak yang
sudah jadi, entah suatu saat nanti

14
Ibid, hal. 397.
Ronggo Utomo Hardiyanto │Sufisme Versus Islam Puritan… …. 114
dimasa depan atau masa kini tergantung terdahulu yang tergabung dalam ordo sufi
bagaimana kita mensikapi environment terlibat dalam perlawanan terhadap bentuk
yang berbeda ini. Contoh saja, ada kolonialisme, maka sekarang ini bentuk
environment ni misal di dunia informasi perlawanan mereka ialah dengan melakukan
seperti sekarang ini, ya harusnya orang- revitalisasi terma-terma sufisme, seperti
orang jaman sekarang terutama ajaran, pemahaman, dan praktik-praktik
agamawan kita juga harus mulai spiritual yang dilakukan. Munculnya
berpikir untuk sudah saatnya kita popularitas dari gerakan kelompok Islam
bermazhab secara manhaj atau skripturalis atau puritanisme yang menekankan
bermazhab secara metodologi, jadi adanya pengajaran Islam secara literal yang
bermazhab tapi dengan metodologinya, mengacu pada al-Quran dan Sunnah akhir-
mazhab itu kan serangkaian metodologi akhir ini menjadi faktor utama yang
dari cara memutuskan hukum dan cara menggugah upaya revitalisasi yang dilakukan
melahirkan prodak hukum yang oleh kelompok Tarekat Haqqani dalam
diproses melalui itu. Nah sekarang ini membentuk sebuah gerakan universal sufism.
kan sudah waktunya kita ini bermazhab Aspek utama dari pesan yang ingin
secara metodologi. Oleh sebab itu bisa disampaikan oleh mereka adalah kesatuan dan
jadi hal ini dalam rangka melahirkan keseimbangan. Universal sufism bertujuan
Islam yang adaptif terhadap menerangi kesatuan yang paling dalam dari
perubahan.”.15 semua agama besar dan membangun sebuah
Kedua fenomena di atas tentu saja saling jembatan penyatuan antara ilmu pengetahuan,
berhubungan. Keyakinan terhadap nilai dan filsafat, mistisisme, dan agama (Witteveen,
ide-ide dalam tarekat yang mereka ikuti 1997: 51).
mampu membentuk kecenderungan dan Memang definisi ini tidak semata-mata
perilaku tertentu. Ajaran tasawuf yang didasarkan atas lokalitas gerakan, tetapi juga
dibentuk melalui proses pelembagaannya terdapat ciri-ciri lainnya seperti latar belakang
dalam wujud kelompok tarekat Haqqani sosial para pengikut, pengamal, ajaran, dan
cenderung menghasilkan perilaku yang ritual yang sudah jauh berbeda dengan
tercermin dalam rasa kebersamaan atau karakteristik para penganut tarekat sebelumnya
kekelompokan, dan setiap individu merasa yang kebanyakan berasal dari kalangan rakyat
menjadi bagian di dalamnya. Keterikatan ini biasa dan juga petani, yang kebanyakan lebih
pada gilirannya dapat mempengaruhi mengedepankan bentuk perlawanan secara
keyakinan para jamaahnya. nyata dan sporadis terhadap bentuk-bentuk
Dari pemaparan di atas itu kita bisa ketidakadilan yang dilakukan oleh penjajah
melihat bahwa agama tidak mengandung nilai- maupun para penguasa.
nilai di dalam dirinya, tetapi mengandung Kehadiran sufisme di Indonesia sendiri
ajaran-ajaran yang menanamkan nilai-nilai memang mengalami pasang surut. Pada suatu
sosial yang bila nilai-nilai itu meresap dalam saat momen tertentu sufisme dirindukan, tetapi
alam pikiran sebagian besar pengikutnya, pada saat yang lain dicela dan dianggap sesat
ajaran-ajaran itu akhirnya menjadi salah satu atau paling tidak dianggap menghambat
elemen yang membentuk cultural value kemajuan. Kemerosotan sufisme dengan
system. Oleh karena itu, konstruksi identitas institusi tarekat-tarekatnya terjadi pada saat
yang membentuk kelompok tarekat ini salah bangkitnya modernisme dan mulai
satu elemen relasionalnya adalah berasal dari menguatnya peranan dan pengaruh gerakan
perubahan nilai yang terjadi di masyarakat itu puritan yang banyak diwakili oleh kelompok
sendiri, atau pun karena pengaruh yang datang salafi-wahabi ketika kelompok tersebut dapat
dari luar. membersihkan Mekkah dari pengaruh sekte-
Jika kita lihat dari banyaknya sumber sekte mistik.
catatan sejarah, sebagaimana yang telah Bahkan kebangkitan modernisme dan
diketahui bahwa banyak gerakan tarekat reformisme Islam sejak awal abad ke-20

15
 Wawancara dengan Mas Taufiq
115 Vol. XIII, No. 1, Juni 2020

menjadikan tasawuf sebagai salah satu sasaran diwakili bentuk-bentuk tasawuf konvensional,
pembaruan dan pemurnian Islam. Bagi para baik tarekat ataupun tasawuf yang diamalkan
pemikir dan aktivitis modernis dan reformis secara personal-individual, tetapi juga bahkan
Muslim, kaum Muslim bisa mencapai bentuk-bentuk gerakan spiritualitas yang lebih
kemajuan hanya dengan meninggalkan kompleks bentuknya. Namun demikian,
kepercayaan dan praktik sufistik yang mereka munculnya gerakan kelompok puritanisme
pandang bercampur dengan bid’ah, khurafat, yang gemar menuding pihak lain sebagai ahli
taqlid buta kepada pimpinan tarekat. Oleh bidah dan sesat adalah salah satu pemicu
karena itu, tidak jarang ditemukan adanya lahirnya institusi kelembagaan tarekat melalui
persinggungan antara kepentingan ulama- JATMAN (Jamiyyah Ahlith Thariqah Al
ulama sufi atau para mursyid tarekat dalam Mu’tabarah An Nahdliyyah) yang berafiliasi
menjaga tradisi sufistiknya dengan dengan organisasi keagamaan NU yang salah
kepentingan kekuasaan untuk menjaga satu tujuannya adalah mempertahankan tradisi
stabilitas politik. Ahlus Sunnah wal Jamaah di Nusantara.
Dalam perjalanan sejarah misalnya, Semangat purifikasi tidak hanya
karena pergesekan politik internal antara yang berbentuk pergulatan ide dan gagasan, tetapi
pro dan kontra yang terjadi dalam pilihan juga telah berbentuk gerakan. Menurut
politik, dan juga keterlibatan seorang kiai dan Idahram, gerakan ini makin semarak dan
syekh dalam tarekat terhadap salah satu partai menempati posisi penting dalam kursi
tertentu dan sistem kekuasaan tertentu, maka kekuasaan terutama sejak awal tahun 1980-an.
hal itu merupakan kekuatan yang cukup Pada tahun tersebut terjadi perkembangan
berharga yang bisa digunakan untuk dakwah yang memberikan warna berbeda
kepentingan politik kekuasaan (Jamil, 2005: untuk corak Islam di Indonesia. Pada periode
ix). Salah satu dampak dari perkembangan ini mulai berdatangan kelompok-kelompok
tersebut justru membuat kebangkitan sufisme. dakwah Islam yang datang dari daerah Arab
Terutama sejak tahun 1980-an, di mana terjadi Saudi yang akhirnya memunculkan gerakan-
gejala peningkatan attachment kepada Islam, gerakan seperti, Hizbut Tahrir Indonesia
gejala ini biasa disebut sebagai santrinisasi. (HTI), Ikhwanul Muslimin, FPI,
Dari proses santriniasasi inilah kemudian Muhammadiyah era 80-an keatas, Laskar Jihad
mulai terbentuknya kelas menengah Muslim di dan sebagainya.16 Bagi kelompok Islam
tengah terjadinya perubahan politik rezim dengan corak purtitanisme ini, Islam
penguasa yang lebih rekonsiliatif dan diposisikan sebagai kerangka normatif ajaran
akomodatif sekaligus menjadi celah bagi yang transeden, baku, tak berubah dan kekal.
proses hegemoni dari pergumulan identitas Bangunan hukum dan ajarannya harus merujuk
kaum Muslimin dan Islam, baik golongan pada teks yang termaktub dalam kitab suci dan
puritan maupun yang tradisionalis. sunnah Nabi saw yang diimplementasikan di
Dalam kondisi kehidupan modern Mekkah dan Madinah sebagai basis lahirnya
sekarang ini, di tengah-tengah situasi umat Islam tanpa mengalami proses historisasi
yang cenderung mengarah pada kebobrokan ajaran, karena sifat transenden al-Quran dan
moral, dominasi pragmatisme, serta hilangnya sunnah dipandang tidak bersentuhan dengan
rasa persatuan dan persaudaraan, dan budaya manusia.
semacamnya, tarekat melalui ajaran Islam dianggap suatu ideologi yang
tasawufnya menawarkan solusi pencarian akan dimaknai sebagai realisasi pengislaman
makna atau hakikat hidup bagi masyarakat saat seluruh sistem hidup, baik ekonomi,
ini, yang tidak lain karena sifatnya yang masyarakat, negara, dan sebagainya, tidak
universal, lentur, dan dapat diakomodasi ke semata hanya nilai-nilai atau pesan-pesan yang
dalam perkembangan zaman. Karena itulah, dikandungnya tetapi lengkap dengan bentuk-
gejala sufisme di Indonesia tidak lagi hanya bentuk dan simbol-simbolnya.17 Pandangan

16
 Syekh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi  Rahmat, Islam Pribumi, hlm. 13-14.
17

Wahabi, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2012),


hlm. 39.
Ronggo Utomo Hardiyanto │Sufisme Versus Islam Puritan… …. 116
seperti ini jelas berbeda dari apa yang diyakini kalangan kelas menengah atas atau masyarakat
oleh kelompok Tarekat Naqsybandi Haqqani urban.
yang menyebutkan bahwa Islam tidak lahir dari Fokus utama kontroversi yang kerap
ruang dan lembaran yang kosong. Berikut menjadi perdebatan antara kelompok puritan
pemaparan salah satu informan; yang diwakili oleh kelompok-kelompok salafi-
“Islam itu kan datang gak diruang wahabi dengan kaum sufi yang diwakili oleh
kosong, ada manusia disitu, manusia institusi tarekat adalah tentang ritual agama
sini sama manusia sana (misal Arab) yang telah dipraktekkan dan diwarisi selama
berbeda. Bisa jadi metodenya sama, tapi bertahun-tahun oleh masyarakat Muslim
karena yang diproses beda keluarnya Nusantara. Walaupun pada awalnya
kan beda prodaknya beda. Nah makanya kontroversi ini terjadi pada lingkup pemikiran,
kaya sedekah laut dsb itu, terus macem- tetapi lama-kelamaan meluas pada tindakan
macem tradisi lainnya, lalu ada model dan kekerasan yang dapat menimbulkan
tahlilan kayak kita di Jawa ini kan ya masalah sosial.
bagian dari prodak itu. Bisa jadi Perdebatan yang terjadi ini merupakan
metodenya sama, tapi karena yang satu fenomena menarik dalam melihat
diproses beda keluarnya kan beda konstruksi identitas yang dibentuk oleh
prodaknya beda. Nah makanya kaya Tarekat Naqsybandi Haqqani ini. Fenomena
sedekah laut dsb itu, terus macem- kebangkitan sufisme, khususnya di kalangan
macem tradisi lainnya, lalu ada model penduduk kelas menengah perkotaan seolah
tahlilan kayak kita di Jawa ini kan ya merupakan sebuah perlawanan terhadap arus
bagian dari prodak itu”.18 modernisme yang diwakili dengan gerakan
Sayyid Vali Reza Nasr sebagaimana Islam skripturalis yang begitu kuat menentang
dikutip Syafiq Hasyim lebih suka menyebut sufisme sebelumnya. Pengikut Haqqani yang
para puritan sebagai Islam revivalis. sebagian besar tergolong memiliki latar
Menurutnya, istilah ini menyimpan makna belakang sosial menengah ke atas dan
yang lebih dalam, karena tidak hanya terpelajar membuat agitasi anti corak sufisme
menggambarkan fenomena gerakan penafsiran semacam itu justru menggugah para
agama yang didasarkan pada teks saja, tetapi profesional maupun elit yang berasal dari kaum
merupakan gerakan yang sangat berkaitan Nahdliyin memainkan perannya untuk
dengan persoalan-persoalan politik umat, kebangkitan Islam corak sufisme seperti yang
pembentukan identitas, persoalan kekuasaan dianut oleh sebagian besar kaum aswaja di
dalam masyarakat yang plural. Dengan Nusantara.
demikian, istilah revivalisme ini lebih luas Bentuk perdebatan dan perlawanan ini
jangkauannya karena pada kenyataannya pernah terjadi ketika Tarekat Naqsybandi
gerakan Islam ini memang tidak semata-mata Haqqani pernah dituduh sesat dan diragukan
didorong oleh keinginan mereka untuk jalur sanadnya oleh sekelompok orang dalam
menerapkan makna literal dari teks-teks suci pertemuan rapat salah satu organisasi ulama
dalam kehidupan nyata, dan tidak pula hanya terbesar yang ada di Indonesia. Berikut cerita
sekedar tandingan terhadap cengkraman Barat dari salah satu informan saya yang mengalami
dan modernisasi, tetapi lebih filosofis.19 Sejak kejadian tersebut:
itulah bentuk perlawanan yang dilakukan oleh “Kalo di Jogja sih aman-aman aja,
ordo-ordo sufisme mulai berubah, dari awalnya tetapi kalo di Jakarta pernah ada
yang hanya dianggap bagian dari varian insiden perdebatan yang cukup sengit
keagamaan masyarakat Islam yang tradisional, waktu rapat MUI lima tahun yang lalu
ternyata sufisme mampu berkembang sebagai ketika membahas masalah Jatman,
gerakan spiritual yang mampu menyentuh tetapi pada akhirnya berhasil
diselesaikan dengan baik. Gara-

18
 Wawancara dengan Mas Taufiq  Syafiq Hasyim, Fundamentalisme Islam:
19

“Perebutan dan Pergeseran Makna” dalam Jurnal


Tashwirul Afkar, Edisi no. 13 tahun 2002, hlm. 8.
117 Vol. XIII, No. 1, Juni 2020

garanya ternyata di MUI itu sudah menemukan apa-apa lah, karena


banyak orang-orang wahabinya. Jadi praktek yang kita lakukan ya hanya
ceritanya, setiap acaranya Syekh Islam saja tidak lebih dan tidak kurang,
Hisyam, dari pihak MUI tu ada mata- ya Islam yang dipersungguh lah
mata yang berusaha menggoyang atau istilahnya itu.”20
resek sama kita, setiap tournya Syekh Dengan adanya pembedaan di antara
Hisyam di Jakarta itu ada orang yang model kedua golongan ini seakan
ngikuti kita terus untuk mengawasi menimbulkan adanya dikotomi yang
sekaligus untuk membagikan mengesankan pemisahan antara gerakan
selebaran,bahwa yang kita lakukan ini tarekat dengan gerakan puritanisme menjadi
tidak sesuai dengan ajaran Islam yang seperti dikotak-kotakkan. Kehadiran Tarekat
sesungguhnya. Black campaign lah Naqsybandi Haqqani di Indonesia ini
istilahe. Modelnya mereka itu pengecut, merupakan jalan tengah sekaligus pencerahan
jadi ketika ada gaung tabayun, mereka bagi kalangan penganut tarekat di negeri ini.
datang, lalu perwakilan dari kita juga Pasalnya, sejak Saudi Arabia dikuasai oleh
datang dan ketemu sama beberapa kaum Wahabi pada 1924, penyebarluasan
perwakilan mereka yang juga sebagai tarekat di sana dilarang. Mursyid-mursyid
pejabat-pejabat MUI, lalu kita sama- tarekat terusir dari tempat itu. Akibatnya,
sama menghadirkan yang nuduh ini, hubungan antara mursyid dengan para murid di
orang yang mau memisahkan kita. Indonesia terputus, dan lahirlah mursyid-
Datenglah kita, malah pihak sana yang mursyid baru yang tidak mendapatkan
gak dateng. Yang nuduh itu juga bagian legitimasi dari mursyid-mursyid sebelumnya.
dari MUI. Setelah itu pertemuan rapat Oleh karena itu kehadiran Tarekat Naqsybandi
selanjutnya begitu mereka dateng dan Haqqani di Indonesia merupakan bentuk
kebetulan waktu itu ada Pak Marzuki Ali transnasionalisme sufi yang agak berbeda dan
dari Demokrat, karena dia kan juga lebih dinamis, di mana mursyid dan khalifah
bagian dari MUI. Beliau masuk ke utamanya sangat aktif bergerak dan mengawasi
ruangan kemudian bilang: Ada apa ini? komunitas pengikutnya di seluruh dunia.
ini Pak Mau ngebahas tentang Tarekat Mereka juga terkenal dengan sebutan “Tarekat
Haqqani yang dibawa Syekh Hisyam, Aliyah” yang berarti tarekat yang tinggi
lalu pak Marzuki Ali mengatakan kalau martabatnya, karena anggota-anggotanya
beliau itu guru saya, wes setelah itu sebagian besar berasal dari golongan para elit
langsung selesai masalah itu. Sekitar 2- dan profesional kelas menengah.
3 tahun yang lalu kita mau Negosiasi Tarekat Naqsybandi Haqaani
dipermasalahkan lagi oleh mereka lewat Sebagai Subukultur
Jatman. Namun, Habib Lutfi sebagai Dalam praktek pergumulan sosial,
pimpinan Jatman turun langsung untuk tentunya kelompok Tarekat Naqsybandi
ngomong masalah Tarekat Naqsybandi Haqqani juga mengalami gesekan atau
Haqqani, bahwa sepenelitian dari benturan dalam pergaulan antarbudaya dan
Jatman itu adalah tarekat mutabarah. ideologi Islam lainnya, sehingga mendorong
Alasan mereka menggoyang itu pertama mereka untuk melakukan negosiasi identitas
masalah hadrah dengan gerak tari suf dengan kelompok yang lain. Penampilan
yang mereka anggap sesat. Juga pernah mereka yang mempunyai ciri khas khusus
organisasi yang sama juga, kemudian dapat dengan mudah diidentifikasikan oleh
mengutus salah satu anggotanya untuk orang lain di luar kelompok mereka sebagai
menginvestigasi kita, kemudian mereka unsur pembeda, meskipun ada juga beberapa
menginvestigasi dengan cara tidur kelompok muslim yang juga berpenampilan
dirumah salah satu jamaah kita, serupa.
kemudian melihat kebiasaan-kebiasaan Mereka kerap kali dianggap
kita, yaaa mereka tidak akan membedakan diri dengan yang lain, meskipun

20
 Wawancara dengan Pak Joko
Ronggo Utomo Hardiyanto │Sufisme Versus Islam Puritan… …. 118
mereka berpendapat sama tidak ada yang antarbudaya. Identitas yang dibangun dinilai
berbeda dengan mayoritas muslim di sebagai sebuah citra diri yang reflektif yang
Indonesia. dikonstruksi, dialami, dan dikomunikasikan
“Justru kami ini diajarkan oleh mursyid oleh individu-individu dalam satu budaya dan
kami untuk tidak menjadi yang berbeda, dalam satu situasi interaksi dengan budaya
karena makna menjadi seorang sufi itu tertentu lainnya. Kelompok Tarekat
kan artinya melebur dengan siapapun. Naqsybandi Haqqani ini mempunyai konsepsi
Memang dalam acara-acara tertentu diri yang meneguhkan afirmasi identitas
kami juga menggunakan pakaian yang mereka untuk menjelaskan bahwa mereka
menjadi ciri khas para sufi Timur sangat adaptif dan afirmatif terhadap
Tengah seperti yang sering digunakan keidentitasan dari penampilan mereka. Ini
oleh Syekh Mustafa dan Syekh sejalan dengan apa yang sudah dijelaskan oleh
Hisyam”.21 informan saya di atas bahwa mereka dalam
Penampilan yang sering digunakan oleh momen tertentu tetap mempertahankan
kelompok Tarekat Naqsybandi Haqqani yang identitas kesufian mereka yang berasal dari
terkesan eksklusif pada momen-momen jaman Nabi, dengan cara tetap menggunakan
tertentu pada gilirannya tentu saja akan terus pakaian khas yang sering dipakai oleh para
mengalami benturan identitas dengan kaum sufi terdahulu, termasuk penampilan
kelompok yang lain. Oleh sebab itu, Nabi saw dan para sahabatnya, tetapi tidak
penampilan yang ditunjukkan oleh kelompok sepenuhnya identitas tersebut mereka pakai
tarekat ini cenderung berubah menjadi lebih untuk ditunjukkan sebagai pembeda di
inklusif, yaitu dengan menggunakan sinkretitas masyarakat. Dalam aktifitas kegiatan diluar
keyakinan dalam cara mereka melakukan kegiatan keagamaan lainnya pun kebanyakan
negosiasi identitas dengan budaya lokal yang dari mereka yang menjadi pengikut tarekat ini
ada di sekitarnya melalui atribut-atribut di Indonesia tetap masih mempertahankan
tertentu, yang menandakan bahwa mereka identitas budaya mereka.
tetap tidak meninggalkan identitasl kultural Dengan cara menjaga identitas mereka
yang mereka tempati. yang seperti itu kemudian menjadi sebentuk
Hal ini tercermin dari pengamatan perjuangan kelompok ini dalam turut merebut
penulis maupun informasi yang didapat dari dan mereproduksi makna mekanisme
beberapa informan, bahwa ketika mereka kehadiran mereka di hadapan budaya Islam
mengikuti proses kegiatan zikir tiap yang beraliran puritan atau pun dalam budaya
minggunya, ataupun acara-acara penting lokal yang mereka tempati. Bourdieu
lainnya seperti Sabtu Pahingan. Mereka yang mengatakan bahwa sebentuk tindakan
datang umumnya justru tidak memakai atribut- membedakan diri dalam momen-momen
atribut yang menjadi ciri khas dari identitas tertentu tadi adalah sebagai bagian dari strategi
kesufian, seperti turban, jubah, dan sebagainya, kuasa. Kelompok Tarekat Naqsybandi
walaupun memang tidak semua pengikut Haqqani tidak hanya dapat menjelaskan
menggunakan atribut seperti itu. Malahan, identitas diri mereka tetapi juga sekaligus dapat
yang sering mereka pakai justru layaknya membedakan diri mereka dari yang lain dalam
pakaian masyarakat kita pada umumnya, konteks tertentu.
seperti batik, peci, ada juga yang menggunakan Gilles Deleuze, dalam bukunya
blankon dan surjan ketika menghadiri acara Negotiations (1995: 127) mengingatkan bahwa
seperti maulid Nabi, Sabtu Pahingan, ataupun dalam negosiasi, antara merangkul suatu
kegiatan-kegiatan penting lainnya. gerakan atau pun menolaknya, secara politik
Dalam pandangan Ting-Toomey (1999: adalah dua metode negosiasi yang sama sekali
39), teori mengenai negosiasi identitas berbeda. Kenyataan ini dapat mengungkap
sebenarnya menekankan bahwa identitas atau selubung identitas yang tak pernah lepas dari
konsepsi diri reflektif dinilai sebagai dua pilihan tersebut, setidaknya disebabkan
mekanisme penjelas bagi proses komunikasi oleh fenomena sosial dari dialektika yang terus

21
Wawancara dengan Taufik
119 Vol. XIII, No. 1, Juni 2020

berjalan. Identitas kelompok Tarekat perasaaan senasib, termasuk soal harapan atas
Naqsybandi Haqqani yang tampak dari perlakuan umum, ketakutan bersama atas
penampilan mereka menjadi dinding kelangsungan hidup atau kepunahan, serta
kepentingan yang tebal, sehingga para keyakinan tentang nilai kelompok, martabat,
pengikut kelompok tarekat ini kadangkala dan pengakuan. Identitas kelompok Tarekat
harus memilih antara merapatkan diri atau Naqsybandi Haqqani melibatkan penilaian dari
meninggalkannya. Sehingga tidak dipungkiri, diri kelompok mereka serta penilaian mereka
jika terdapat dari anggota pengikut kelompok terhadap kelompok-kelompok lainnya sebagai
Tarekat Naqsybandi Haqqani ini yang kukuh upaya mengafirmasi identitas kelompok
untuk tidak terbuka atau menerima terhadap mereka di hadapan yang lain.
kelompok-kelompok yang mereka anggap Kecenderungan untuk membenarkan
radikal maupun yang sangat beraliran puritan identitas kelompok Tarekat Naqsybandi
di satu sisi, tetapi di sisi lain, banyak dari Haqqani dengan sendirinya tidak dapat
sebagian mereka yang juga memilih untuk terhindarkan, sehingga menuntut adanya
sangat terbuka terhadap dinamika negosiasi identitas dengan kelompok yang
perkembangangan kelompok-kelompok Islam lainnya demi terwujudnya pesan harmoni
lainnya di dalam masyarakat luas untuk dapat sosial sebagaimana substansi dari ajaran sufi.
mereka masuki demi kepentingan dalam Stella Ting-Toomey dalam Communicating
menyampaikan pesan-pesan dakwah dari Across Cultures (1999), menjelaskan bahwa
kelompok mereka. identitas dapat dilihat sebagai mekanisme
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann eksplanatori bagi proses komunikasi
dalam The Social Construction of Reality: A antarbudaya. Identitas dilihat sebagai citra diri
Treatise in the Sociology of Knowledge (1966: yang reflektif yang dikonstruksikan, dialami,
194-195) memaparkan bahwa teori-teori dan dikomunikasikan oleh individu-individu
tentang identitas sebagai suatu fenomena dalam suatu kebudayaan dan khususnya dalam
sosial. Identitas kelompok Tarekat Naqsybandi situasi interaksi sosial. Konsep negosiasi
Haqqani sebenarnya merupakan suatu didefinisikan sebagai proses interaksi
fenomena yang timbul dari dialektika antara transaksional dalam suatu situasi antar budaya
individu dan masyarakat yang memahami sebagai cara individu berusaha menegaskan,
identitas kenabian. Sedangkan identitas salafi- menetapkan, memodifikasi, menantang, dan
wahabi berakar dari penafsiran mereka tentang mendukung citra diri yang diinginkan oleh
realitas Islam yang ideal dalam pandangan mereka dan yang lainnya. Negosiasi identitas
mereka. Identitas mereka akan tetap tidak bisa minimal merupakan a mutual communication
dipahami kecuali jika ia berlokasi dalam satu activity. Para individu-individu yang tergabung
dunia yang sama, satu pemahaman yang dalam kelompok tarekat ini berusaha untuk
selaras dalam sebuah kelompok atau membangkitkan identitas yang mereka
komunitas. Maka dalam pandangan Berger dan inginkan dalam interaksi, mereka, sekaligus
Luckman (1966: 194) bahwa identitas dengan berusaha untuk menantang atau mendukung
sendirinya merupakan satu unsur kunci dari identitas yang lain (Ting-Toomey, 1999: 39-
kenyataan subyektif dan sebagaimana semua 40).
kenyataan subyektif berhubungan secara Citra yang ditampilkan oleh kelompok
dialektis dengan masyarakat yang Tarekat Naqsybandi Haqqani dalam
ditempatinya. mengafirmasi identitas kelompok mereka
Identitas dibentuk melalui proses-proses menegaskan bahwa mereka sejatinya juga
sosial. Begitu memperoleh bentuknya, ia membutuhkan interaksi sosial. Mereka tidak
dipelihara, dimodifikasi, atau justru dibentuk dapat hidup sendiri dalam sebuah kelompok
ulang oleh relasi-relasi sosial. Dalam tanpa kelompok dan komunitas yang lain.
menghubungkan relasi-relasi sosial di seluruh Mereka melakukan negosiasi identitas sebagai
waktu dan ruang, identitas mendefinisikan dan proses interaksi transaksional dalam dinamika
memperkuat kategori sosial yang mengatur di kehidupan ini. Dalam proses negosiasi
sebuah kesepakatan perilaku yang baik. Orang- identitas yang dilakukan oleh kelompok
orang berbagi identitas kelompok dan memiliki Tarekat Naqsybandi Haqqani, komunikasi
Ronggo Utomo Hardiyanto │Sufisme Versus Islam Puritan… …. 120
antarbudaya dapat terwujud melalui atau mursyid baik keterlibatan secara langsung
komunikasi simbolik dengan kelompok yang maupun tidak langsung.
lain yang dapat memahami akan kebutuhan Seperti yang kita tahu, adanya
dasar dan motivasi yang sama dengan mereka persamaan dalam gaya kepemimpinan yang
untuk memperoleh kenyamanan hidup dengan paternalistik dan kharismatik merupakan pola
persoalan identitas, kepercayaan, keterlibatan kepatuhan yang sama yang dijalankan oleh
dan relasi yang dibangun antar individu. para pengikut tarekat melalui mursyid sebagai
Melalui cara negosiasi identitas inilah, sosok gurunya, dan juga dalam organisasi NU
kelompok Tarekat Naqsybandi Haqqani dapat terkenal dengan sosok kiainya yang banyak
membangun pola relasi yang berdasarkan rasa berdomisili di pesantren. Sebenarnya hal ini
saling menghormati dan menghargai orang lain merupakan tradisi yang sudah dijalankan sejak
atau kelompok diluar identitasnya tanpa lama oleh sebagian besar para pengikut aswaja
kehilangan otonominya. di Nusantara ini. Kedua, dalam pembentukan
PENUTUP identitas kelompok Tarekat Naqsybandi
Berdasarkan uraian-uraian yang telah Haqqani tentunya juga memiliki implikasi
dijeaskan di atas, dapat ditarik kesimpulan politik. Implikasi politik tersebut dapat dilihat
bahwa Tarekat Naqsybandi Haqqani ini telah dari perdebatan politik yang terjadi di antara
berkembang pesat di Indonesia, dan paham-paham yang menentang pengaruh
mengkonstruksikan identitas kelompoknya ajaran tarekat ini, serta efek dari perebutan dan
melalui pengaruh dari beberapa aspek, seperti perluasan kepentingan dalam strukur
sosial, budaya, ekonomi dan juga politik yang kekuasaan negara pada masanya. Selanjutnya,
dirangkum dalam poin-poin diantaranya; dampak dari perdebatan itu menghasilkan
Pertama, keteladanan yang dinampakkan oleh bangunan identitas baru untuk menyesuaikan
sang mursyid kepada murid-muridnya dapat dengan perkembangan jaman, terutama di
menimbulkan kepercayaan dan kepatuhan baik dunia modern ini.
secara formal dalam kegiatan-kegiatan Kemunculan gerakan ini merupakan
ketarekatan maupun secara informal dalam hasil dari konsekuensi sikap keberagamaan
menjalankan ibadah-ibadah yang terkait yang mereka pahami. Namun demikian,
dengan amalan-amalan tarekat. Hal ini bisa bersamaan dengan perkembangan
dilihat melalui zawiyah-zawiyah dari tarekat keberagamaan di tengah arus perkembangan
ini yang sudah banyak tersebar di beberapa politik dan ekonomi dunia, formalitas ajaran
daerah di Indonesia. Bagi kelompok Tarekat Islam berubah menjadi dua pemahaman.
Naqsybandi Haqqani, kegiatan keagamaan Pertama, pemahaman tentang Islam yang
pengikut tarekat melalui zawiyah-zawiyah disesuaikan dengan kepentingan ideologis dan
yang ada merupakan wujud dari budaya kaum politik, yang disebut dengan gerakan
sufi. puritanisme atau gerakan Islam radikalis.
Selain itu, pola hubungan yang terjadi di Yang kedua, karakteristik Indonesia
antara mursyid dengan murid yang yang notabene memiliki keragaman kultural,
diperlihatkan merupakan posisi yang dibentuk menjadikan Islam di Nusantara memiliki
oleh kelompok tarekat ini dalam keunikan tersendiri karena beragamnya
merepresentasikan identitas mereka sebagai manifestasi keislaman. ketegangan yang terjadi
pengikut aswaja yang mayoritas dilekatkan antara sufisme dan puritanisme tersebut
terhadap golongan kaum Nahdliyin (NU). muncul dari yang paling lunak sampai paling
Hasil analisis dalam pembahasan ini ekstrim. Pada saat itu banyak terjadi
menunjukkan bahwa konstruksi identitas yang ketegangan antar paham keagamaan di
dibentuk oleh kelompok Tarekat Naqsybandi Indonesia apalagi di tingkat global, yang
Haqqani dimulai dari pola hubungan yang aktif kesemuanya itu menjadikan umat bingung
antara para Syekh, kiai, ataupun mursyid dalam menentukan pemimpin agamanya.
sebagai aktor pembentuk identitas dalam Celah inilah yang dibentuk oleh kelompok
kelompoknya. Hal tersebut dapat dilihat dalam Tarekat Naqsybandi Haqqani dalam
setiap kegiatan yang dilakukan oleh kelompok menghadirkan bentuk keislaman yang dapat
ini, para murid selalu melibatkan sang guru berperan dalam mengartikulasikan sekaligus
121 Vol. XIII, No. 1, Juni 2020

merawat kembali eksistensi tradisi budaya Nasr, Seyyed Hossein, Et. al. 2003. Warisan
serta corak keagamaan yang selama ini mulai Sufi: Warisan Sufisme Persia Abad
terpinggirkan oleh kelompok Islam puritan. Pertengahan (1150-1500).
Dalam konteks inipun Tarekat Naqsybandi Yogyakarta: Pustaka Sufi.
Haqqani berperan dalam mengakomodasi Said, Fuad. 1996. Hakikat Tarekat
bentuk keislaman yang dapat memberikan Nasyabandiyah. Jakarta: Al-Husna Zikra.
makna baru atas makna yang sebelumnya .................. 2003. Hakikat Tarekat
mulai terpinggirkan. Pada akhirnya, umat yang Nasyabandiyah. Jakarta: Pustaka Al-Husna
sudah bergabung dalam kelompok ini Baru.
kebanyakan merasa memiliki keterikatan Syamsuddin, Chumaidy. Organisasi Tarekat
spiritual yang kental dengan guru, khalifah dan dan Pengaruhnya (Paper Wajib
sesama murid Naqsybandi Haqqani lainnya. Peserta Studi Purna Sarjana Dosen-
Dosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn
DAFTAR PUSTAKA ajaran 1974-1975) Yogyakarta.
Azra, Azyumardi. 2003. Surau Pendidikan Ting-Toomey, Stella. 1999. Communicating
Islam Tradisional Dalam Tradisi Across Cultures. New York and
Dan Moderniasasi. Jakarta: Logos. London: The Guilford Press.
Berger, P. L dan Luckman, Th. 1973. The Witteven, H. J. 2003. Sufism in Action:
Social Construction of Reality: A Achievement, Inspiration and
Treatise in the Sociology of Integrity in a Tough World. London:
Knowledge. Victoria: Penguin Vega.
Books. Yayasan Haqqani Indonesia Ahl Haq Vol. 4.
Bruinessen, Martin Van. 1992. Tarekat Jakarta, t.t.
Naqsybandiyah di Indonesia: Lihat tulisan dari Abdul hadi; “Tasawuf
Survey Historis, Geografis, dan Indonesia, Dulu dan Sekarang”
Sosiologis. Bandung: Mizan. https://www.republika.co.id/berita/du
Deleuze, Gilles. 1995. Negotiations: 1972- nia-islam/tasawuf/11/07/07/lnz1ti-
1990. New York: Columbia Press. tasawuf-indonesia-dulu-dan-sekarang 
Khalili, Al Bamar dan Hanafi. 1990. Ajaran
Tarekat. Surabaya: Bintang Remaja.

Anda mungkin juga menyukai